Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Preeklasmi pada saat kehamilan

Dari tabel 4.5 menujukan, dari 30 ibu hamil preeklamsi terdapat 18 ibu hamil

(60.0%) tidak preeklamsi dengan beresiko. Sedangkan dari 29 ibu hamil preeklamsi

terdapat 19 ibu hamil (65.5%) ya preeklamsi dengan indeks masa tubuh sebelum hamil

tidak beresiko..

Dari hasil analisis bivariat chi-squre di dapatkan p-value 0,089 > (0,05) berarti

tidak ada hubungan indeks masa tubuh terhadap preeklamsi di Puskesmas Nibong. Aceh

Utara tahun 2017.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara

berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi

indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak

mengukur lemak tubuh secara langsung, Salah satu faktor yang berkaitan erat

dengan terjadinya preeklampsia adalah obesitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada populasi wanita hamil di

Pittsburgh, didapatkan bahwa risiko preeclampsia meningkat 3 kali lipat pada ibu

hamil dengan obesitas. Selain itu juga dijelaskan bahwa kejadian preeklampsia

ringan dan berat pada usia akhir kehamilan, lebih banyak ditemukan pada wanita

overweight atau obesitas. Salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya

kelebihan berat badan atau obesitas pada dewasa adalah dengan menggunakan

Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu dikategorikan obesitas jika IMT ≥25kg/m2

untuk wilayah Asia Pasifik (Adriani, 2016).

41
42

Ibu dengan IMT pra hamil kurang, seharusnya mengalami kenaikan berat

badan lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang mempunyai IMT normal

sebelum kehamilan dikarenakan kebutuhan fisiologis yang lebih besar untuk

mendukung kehamilan. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dapat berdampak

buruk bagi ibu dan bayi.

Menurut penelitian Irawati, menunjukkan IMT pra hamil merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir (RR=3,8), berarti ibu

yang mempunyai pertambahan berat badan selama kehamilan kurang dari 9,1 kg

berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir. Hasil Penelitian yang dilakukan tidak

sejalan dengan Adriani (2016) terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks

Masa Tubuh (IMT) (p<0,014) dengan kejadian preeklamsi di RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

Menurut asumsi peneliti terdapat 65.5% ibu hamil yang preeklamsi dengan

tidak beresiko ini dimana berat badan ibu diambil sebelum hamil sehingga Indeks

Masa Tubuh (IMT) berpengaruh,. Terjadinya peningkatan berat badan pada masa

kehamilan.

5.2. Hubungan Berat Badan dengan Preeklamsi pada saat kehamilan

Dari tabel 4.6 menujukan, dari 34 ibu hamil preeklamsi terdapat 13 ibu hamil

(38.2%) preeklamsi dengan beresiko. Sedangkan dari 25 ibu hamil preeklamsi terdapat

18 ibu hamil (72%) preeklamsi dengan indeks masa tubuh sebelum hamil tidak beresiko..

Dari hasil analisis bivariat chi-squre di dapatkan p-value 0,021 < (0,05) berarti

ada hubungan berat badan terhadap preeklamsi di Puskesmas Nibong. Aceh Utara tahun

2017.
43

Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan bervariasi untuk

setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa faktor. Selama kehamilan, ibu

perlu pertambahan berat badannya karena membawa sicalon bayi yang tumbuh

dan berkembang dalam rahimnya, dan juga untuk persiapan proses menyusui.

Kenaikan berat badan pada ibu yang tidak terkontrol/berlebih mengandung

banyak risiko kehamilan yang tinggi baik bagi ibu maupun bayi. Risiko pada ibu

antara lain adalah pre eklampsia, diabetes gestasional, dan operasi caesar.

Sedangkan risiko pada janin antara lain adalah bayi mengalami makrosomia,

obesitas pada bayi, bayi lahir premature atau bayi lahir kurang dari 37 minggu,

dan bayi lahir mati (Mutia, 2011).

Rata-rata total pertambahan berat badan ibu hamil berkisar 10-15 kg yaitu

1 kg pada trimester I dan selebihnya pada trimester II dan III. Mulai trimester II

sampai III rata-rata pertambahan berat badan adalah 0,3-0,7 kg/minggu. Dari

beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk setiap kenaikan 1 kg di

penambahan berat badan, berat lahir akan bertambah 16,7-22,6 gram.

Menurut penelitian Cedergren (2007) diperoleh data dimana ibu hamil

dengan pertambahan berat badan sebesar 5-7 kg semasa kehamilan terdapat 8%

menderita preeklampsia, peningkatan berat badan ibu hamil sebesar 7,5-12,5 kg

terdapat 10% menderita preeklampsia, pertambahan berat badan sebesar 12,5-17,5

kg terdapat 12% menderita preeklampsia dan berat badan ibu hamil dengan

pertambahan berat badan >17 kg terdapat 17% menderita preeklampsia. Dan

menurut Luealon, et al (2010) risiko preeklampsia bertambah seiring

bertambahnya berat badan ibu sewaktu hamil.


44

Hasil Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sa’sadh (2013) terdapat hubungan yang bermakna antara pertambahan berat badan

ibu hamil dan preeclampsia (p=0,001) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Menurut asumsi peneliti bertambahnya berat badan merupakan resiko dalam

terjadinya preklamsi pada ibu hamil kemudian diikuti dengan gejala lainya yaitu

pembekan , poriuria.

Anda mungkin juga menyukai