Anda di halaman 1dari 22

SEMINAR ARSITEKTUR

Judul
PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
DI KOTA PADANG /URBAN DISASTER & MANAGEMENT

Tema
Urban / Ruang Interaksi dan Pergerakan

Dosen Koordinator
Ir. Nasril Sikumbang., MT., IAI

Dosen Pembimbing :
Dr. Al Busyra Fuadi, ST., MSc
Ika Mutia ,ST., M.Sc

Disusun Oleh:
MAESHA SANDEWA
1410015111039

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada beberapa tahun terakhir Indonesia sering terjadinya perisiwa bencana alam,
karena secara geografis Indonesia memang rawan bencana. Bencana tersebut
berdampak pada banyaknya jumlah korban jiwa serta menghancurkan berbagai
infrastruktur pada kota sehingga mengakibatkan kerugian yang merusak pada bidang
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur pada kota berdampak
pada rusaknya lingkungan sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi dan juga
terganggunya aktivitas sosial seperti sakit, luka-luka, dan hilangnya tempat tinggal.

Dalam Undang-undang No 24 tahun 2007 tentang “penanggulangan bencana” di


jelaskan Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada
posisi antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai
keunggulan, tetapi disisi lain juga memiliki kelemahan wilayah dalam kondisi
geografis, biologis, hidrologis, dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana
dengan frekuensi yang cukup tinggi. Bencana itu terjadinya disebabkan oleh tiga faktor
utama yaitu: faktor alam, faktor nonalam, maupun faktor manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan
nasional. sehingga memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan
terkoordinasi. 1

Sumatra Barat termasuk kawasan rawan gempa bumi disebabkan letaknya di pantai
barat Sumatra yang secara tektonik berada berdekatan dengan zona
subduksi (subduction zone), yaitu zona pertemuan atau perbatasan antara 2 lempeng
tektonik berupa penunjaman lempeng India-Australia ke bawah lempeng
Eurasia.Berikut merupakan gambar patahan peta Sumatera Barat sebagai berikut.

1
Undang-undang No 24 tahun, 2007

I.1
Gambar 1.1 : Peta geologi Sumatera Barat, dan lempeng Sumatera
Sumber : http://pusdalopspbsumbar.blogspot.co.id, 2018

Pergerakan lempeng-lempeng ini akan menyebabkan gempa yang tak jarang


berkekuatan besar. Selain itu, Patahan Besar Sumatra (Sumatra great fault)yang masih
aktif akan selalu pula mengancam kawasan itu apabila terjadi pergeseran di zona
patahan tersebut. Ditambah pula, aktivitas gunung berapi yang masih aktif, misalnya
Marapi, Tandikat, dan Talang dapat menimbulkan getaran yang cukup kuat. Antara
zona subduksi, Sesar Sumatra, dan gunung-gunung berapi aktif ini saling berkaitan dan
mempengaruhi. Oleh karena itu, Sumbar bukan hanya rawan terhadap bencana gempa,
namun juga bencana lain yaitu letusan gunung berapi, tsunami, bahkan tanah longsor
(akibat getaran gempa).2

Penanganan bencana dimulai dari pencegahan dan persiapan yang bertujuan agar
masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dan kewaspadaan dalam merencanakan
apa yang akan dilakukan ketika terjadi bencana.Salahnya satunya dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap bencana adalah dengan edukasi akan kebencanaan.

2
http://pusdalopspbsumbar.blogspot.co.id/2013/07/peta-bahaya-gempa-bumi-zona-patahan.html

I.2
Edukasi ini menjadi prioritas dan penting, karena manusia yang tidak sadar akan adanya
resiko bencana, melakukan tindakan yang tepat,meningkatkan pengetahuan yang akan
kebencanaan, dan cara menghadapi serta menyikapi bencana, hal ini tentu saja tidak
akan mampu mencegah dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam. Sehingga
penyediakan fasilitas edukasi menjadi penting untuk berkontribusi terhadap terciptanya
budaya pencegahan terhadap bencana serta dapat diharapkan masyarakat harus cepat
tanggap dalam mengambil tindakan untuk mempersiapkan terjadinya bencana alam
karena pencegahan itu cara yang tepat dalam mengurangi dampak dari bencana alam
itu sendiri.

Selain edukasi untuk meningkatkan minat masyarakat bisa dilakukan dengan


pendekatan melalui rekreasi,wisata pendidikan dan hiburan agar menarik minat bagi
masyarakat luas dan dari berbagai kalangan semua umur terutama bagi generasi muda
dalam meningkatkan kepeduliannya terhadap bencana di Indonesia dan di tempat
tinggal yang mereka tempati.

I.3
1.1.1 Data dan Isu
1.1.1.1 Data
Menurut RTRW Kota Padang 2010-2030, Kota Padang terletak pada kawasan yang
memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Bencana gempa bumi yang terjadi di
Kota Padang dapat memicu timbulnya bencana bencana lain seperti tsunami, longsor
dan liquifaksi. Dengan demikian pengembangan ruang di Kota Padang harus
memperhatikan ruang-ruang yang rawan bencana alam. Selain itu kerawanan bencana
yang ada di Kota Padang, dalam penataan ruang perlu memperhatikan:

a) kondisi sebelum terjadi bencana (pra bencana).


b) pada waktu terjadi bencana dan (saat bencana).
c) kondisi darurat setelah terjadi bencana (pasca bencana).3

Manajemen bencana alam bertujuan untuk mengurangi atau menghindari potensi


kerugian dari bahaya yang ditimbulkan oleh bencana alam, memastikan bantuan yang
cepat dan tepat untuk korban bencana alam, dan melakukan proses pemulihan yang
cepat dan efektif. Siklus manajemen bencana alam menggambarkan proses
berkelanjutan dimana khilafah dan masyarakat sipil berencana untuk mengurangi
dampak bencana alam, bereaksi ketika dan setelah bencana alam, dan mengambil
langkah-langkah untuk pemulihan setelah bencana alam terjadi. Tindakan yang tepat
pada semua tahapan dalam siklus ini menghasilkan sebuah kesiapan yang lebih baik,
kesadaran yang lebih baik, dan akan mengurangi tingkat kerentanan terhadap bencana
alam pada periode pengulangan berikutnya dari siklus ini. Siklus manajemen bencana
alam yang lengkap mencakup aspek penyusunan kebijakan publik dan perencanaan
yang baik dalam memodifikasi faktor penyebab bencana alam atau mengurangi dampak
bencana alam pada manusia, properti, dan infrastruktur.

3
RTRW Kota Padang 2010-2030

I.4
Gambar 1.2 : Siklus manajemen bencana
Sumber : http://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/subscriber.images/free-ias-
prep/2016/06/01125627/Disaster-Management-Cycle-Image-1-1024×857.jpg

Kegiatan-kegiatan Manajemen bencana


A. Pencegahan ( prevention ) B. Mitigasi ( mitigation ) C. Kesiapsiagaan (
preparedness ) D. Peringatan Dini ( early warning ) E. Tanggap Darurat ( response
) F. Bantuan Darurat ( relief ) G. Pemulihan ( recovery ) H. Rehablitasi (
rehabilitation ) I. Rekonstruksi ( reconstruction )

I.5
1.1.1.2 Isu
Sejak awal tahun hingga 4 Desember 2017, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
mencatat telah terjadi 2.175 kejadian bencana di Indonesia. Adapun, jumlah tersebut
terdiri dari banjir (737 kejadian), puting beliung (651 kejadian), tanah longsor (577
kejadian), kebakaran hutan dan lahan (96 kejadian), banjir dan tanah longsor (67
kejadian), kekeringan (19 kejadian), gempa bumi (18 kejadian), gelombang
pasang/abrasi (8 kejadian), serta letusan gunung api (2 kejadian). Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kejadian bencana
di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut dia, sebanyak 95 persen
kejadian bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. "Yaitu bencana yang
dipengaruhi cuaca. (Seperti) longsor, kekeringan, puting beliung, kebakaran hutan dan
lahan, dan cuaca ekstrem," kata Sutopo dalam paparan di kantor BNPB, Jakarta, Selasa
(5/12/2017).4

Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan frekuensi


dan intensitas bencana di Indonesia terus meningkat selama 15 tahun terakhir,yang
mengalami peningkatan bencana alam di Indonesia yang memeberikan dampak
bencana alam dengan kerugian yang besar.

Gambar 1.3 : Peta dan grafik bencana di Indonesia


Sumber : http://konservasidas.fkt.ugm.ac.id

4
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/05/17200331/sepanjang-2017-bnpb-mencatat-2175-kejadian-
bencana-di-indonesia

I.6
Pada tahun 2016 lalu jumlah kejadian bencana hidrometeorologi telah mengalami
peningkatan hingga 16 kali lebih tinggi dari jumlah kejadian bencana di tahun 2002.
Bencana-bencana tersebut akan memberikan dampak kerugian yang sangat besar yang
berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi nasional.5

Menurut Perda Nomor 4 tahun 2012 gempa bumi yang melanda Kota Padang tanggal
30 September 2009 yang lalu menunjukan bahwa Kota Padang memiliki intensitas
bencana berpotensi yang cukup tinggi. Bencana alam antara lain yaitu gempa bumi
bencana tsunami, tanah longsor, likuifaksi dan gerakan tanah . Hal ini menumbuhkan
kesadaran untuk mengembangkan ruang berbasis mitigasi bencana, mitigasi bencana
merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik
alami, buatan, nonstruktur dan nonfisik .Melalui peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana, pembatasan pengembangan pada ruang ruang rawan bencana serta
pengembangan yang akan mempengaruhi komposisi distribusi pola ruang kota.6

Dari setiap bencana yang telah terjadi di Indonesia pemerintah seakan terlambat, tidak
tanggap dan cepat bereaksi dalam penanggulangan bencana, bahkan cenderung terlihat
menelantarkan para korban bencana,maka dalam berbagai permasalahan di atas dapat
disimpulkan bahwa manajemen bencana sangat diperlukan bagi Indonesia dan terutama
bagi Kota Padang dalam mengurangi dampak dari bencana tersebut.

1.1.2 Fakta
Kejadian longsor dan banjir yang terjadi sejak Minggu 5 Maret 2017 lalu semakin
menambah daftar panjang bencana alam yang terjadi di Sumatera Barat. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, sebagian besar daerah di
Sumbar ini adalah daerah yang rawan bencana. Berdasarkan dari laman
bpbd.sumbarprov.go.id, tercatat hampir sebagian besar daerah di Sumbar ini dihantui
bencana. Dari 13 kabupaten dan kota yang ada, 11 diantaranya adalah daerah dengan
tingkat kerawanan bencana longsor, banjir dan gelombang pasang yang tinggi.

BPBD mencatat, untuk longsor terdata 14 daerah di Sumbar yakni, Kabupaten 50 Kota
(Tanjung Balik dan Kelok 9), Agam (Palupuh, Maninjau dan Bawan), Pasaman (Panti),
Padang (Bungus, Sitinjau Lauik, Bukik Lampu, Seberang Padang), Tanah Datar (Lembah

5
http://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2017/03/23/bencana-hidrometeorologi-apa-itu/
6
Perda Nomor 4 tahun 2012

I.7
Anai), Solok Selatan (Sungai Lasi), Dharmasraya (Muaro Takung) dan Pesisir Selatan
(Surian-Aia Dingin).Sedangkan, untuk banjir ada 4 daerah yakni, 50 Kota (Pangkalan),
Dharmasraya (Koto Baru), Pesisir Selatan (Air Haji) dan Padang (Pondok dan Bungus
Teluk Kabung). Namun, ada beberapa daerah lainnya yang juga rawan akan bencana
banjir, tapi masih dalam intensitas yang tidak begitu tinggi.7

Pada RTRW Kota Padang 2010-2030, berbagai langkah telah dilakukan oleh
pemerintah Kota Padang dalam rangka menghadapi terjadinya bencana gempa bumi
dan gelombang tsunami, seperti :

a) Pengembangan jalur-jalur evakuasi dan pengembangan kawasan penyelamatan


mulai dipertimbangkan dan dijadikan sebagai bagian dari program pembangunan
kota.
b) Pelaksanaan simulasi yang melibatkan masyarakat secara luas.
c) Pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) mulai dibicarakan.
d) Penanganan bencana (disaster management) mulai dijadikan wacana dalam
dalam pengembangan sistem pelayanan.
e) Peningkatan kapasitas institusi dan aparat yang terkait dengan penanganan bencana.
f) penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan
minimal bagi masyarakat dan tahan gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi
darurat akibat bencana alam.8

Dari langkah yang dilakukan pemerintah diatas sudah memulai berbagai tindakan
dalam mengurangi dampak bencana di Kota Padang ,terutama dalam hal penanganan
bencana (disaster management) yang baru dimulai .Dalam hal ini maka perlu
dikembangkan lagi dan perlu dibuat sebuah tempat bagi (disaster management) di Kota
Padang.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yang
harus di selesaikan, seperti :

7
http://news.klikpositif.com/baca/11822/ini-daerah-rawan-bencana-di-sumbar
8
RTRW Kota Padang 2010-2030

I.8
1.2.1 Permasalahan Arsitektur
a. Bagaimana mendesain sebuah bangunan “Penanggulangan Bencana Alam” mampu
mewadahi aktifitas dan fasilitas kegiatan Penanggulangan bencana alam serta
mencegah dan mengatasi bencana alam yang ada di Padang ?
b. Bagaimana menerapkan pendekatan konsep urban dan ruang ingteraksi pergerakan
pada bangunan Penanggulangan Bencana Alam sehingga dapat menarik minat
masyarakat untuk datang nantinya?

1.2.2 Permasalahan Non Arsitektural


a. Bagaimana cara meningkatkan pemgetahuan masyarakat Padang terhadap pengetahuan
akan bencana alam yang dimilikinya?
b. Bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaiakan permasalahan kurangnya minat
masyarakat sekarang terhadap bencana alam yang dimilikinya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan dirancangnya “Penanggulangan Bencana Alam” adalah sebagai ruang, sarana
atau fasilitas yang turut berkontribusi dalam pencegahan resiko bencana dengan
meningkatkan informasi, edukasi, dan kesadaran publik seputar bencana alam.
Masyarakat yang telah teredukasi diharapkan dapat memahami dan tahu bagaimana
harus hidup dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap lingkungan serta
pencegahan terhadap bencana yang dapat terjadi di manapun dan kapanpun.

1.3.2 Manfaat Penelitian


Adapun dari peneletian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat bagi masyarakat
1. Sebagai wadah edukasi dalam meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan
pelatihan masyarakat dalam menghadapi bencana.
2. Sebagai wadah tempat yang dapat menampung ruang kepada korban bencana.
b. Manfaat bagi pemerintah
1. Pemerintah dapat terbantu dengan adanya perencanaan ini dalam menjaga alam dan
lingkungannya .
2. Sebagai tempat yang digunakan untuk memanajemen bencana alam terjadi.
c. Manfaat bagi penulis

I.9
1. Menambah keilmuan penulis mengenai manajemen bencana alam khususnya di
Kota Padang, Sumatera Barat.
d. Manfaat bagi akademis
1. Kalangan akademis dapat mempelajari dan menjadi bahan referensi data betapa
pentingnya pembelajaran dari bencana alam dan demi di masa mendatang yang
lebih baik khusunya bagi generasi muda.

1.4 Sasaran Penelitian


Sasaran dirancangnya “Penanggulangan Bencana Alam” yaitu mengurangi dampak
kerugian yang ditimbulkan dari bencana alam baik itu korban jiwa, tempat tinggal,
lingkungan dan infrastruktur kota. Bagi masayarakat Kota Padang itu sendiri yaitu
memberikan informasi, pembelajaran, pelatihan dan sikap yang tanggap dalam
menghadapi bencana pada saat sebelum terjadinya bencana, sedang terjadinya bencana
maupun sesudah terjadinya bencana. Menjadikan Kota Padang sebagai kota
metropolitan berbasis mitigasi bencana dengan didukung oleh Pengembangan Sektor
perdagangan, jasa, industri dan pariwisata.

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan

1.5.1 Ruang Lingkup Spasial


Lokasi perancangan“Penanggulangan Bencana Alam” ini direncanakan berada di
kawasan yang dekat atau berada di tengah-tengah dengan zona titik bencana alam
karena mepertimbangkan dari segi kegiatan mitigasi bencana serta kegiatan darurat
untuk tim SAR.

1.5.2 Ruang Lingkup Substansial


a) Bencana alam yang akan mencakup fungsi dari bangunan ini yaitu: banjir, gempa
bumi,tanah longsor dan tsunami.
b) Pengguna dari bangunan ini ialah badan-badan yang terkait dalam penanggulangan
bencana alam seperti BNPB/BPBD,Basarnas, masyarakat, wisatawan, akademisi
dan generasi muda khususnya.
c) Menciptakan ruang yang dapat memanajemen dari tiga unsur utama yaitu
1. Kondisi sebelum terjadi bencana, yaitu kegiatan pencegahan dengan dibuatnya
fasilitas edukasi bagi masyarakat seperti mitigasi bencana dan kesiapan
masayarakat dalam menghadapi bencana.

I.10
2. Kondisi pada waktu terjadi bencana, kegiatan saat terjadinya bencana yang
dilakukan secara tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara
seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan posko
pengungsian.
3. Kondisi darurat setelah terjadi bencana, kegiatan yang dilakukan setelah
bencana yaitu rekonstruksi dan rehabilitasi.

1.6 Sistematika Pembahasan


BAB I : PENDAHLUAN
Berisi tentang dasar-dasar pemkiran yang menjadi inspirasi pengangkartan
judul. Latar belakang dapat berawal dari mengemukakan sebuah fakta yang
bisa dalam bentuk permasalahan. Fenomena, osu, perkembanan ilmu
pengetahuan, temuan penelitian. Potensi baik fisik/non fisik atau kebutuhan
manusia dalam jangka waktu mendatang baik yang terkait arsitektural maupun
non arsitektural.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan mengenai jurnal yang terkait/relevab dengan judul, dan juga
berisi tentang tinjauan umum yang membahas tentang pengertian-pengertian,
teori dan studi preseden tentang fungsi bangunan yang sama dengan judul.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tentang metode pendekatan dan metode penelitian dan perancangan
yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
BAB IV : TINJAUAN KAWASAN PERENCANAAN
Berisi tentang data primer dan sekunder yang telah didapat, data primer
didapat denagan cara melakukan survey langsung ke lapangan, dan data
sekunder didapat dari internetdan dinas-dinas yang terkait dengan pilihan yang
dilakukan penulis.
BAB V : ANALISA
Berisi tentang data dan analisa fungsi, yang menganalisa dari pelaku, aktifitas,
kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungana ruang.
BAB VI : KONSEP
Berisi tentang analisa analisa tapak yang diperoleh setelah melakukan survey
langsung kelapangan. , setelah melakukan analisa tapak, lahirlah penzoningan
ruang dalam.

I.11
BAB VII : PERENCANAAN TAPAK
Berisi tentang penjelasan konsep-konsep yang diterapkan pada tapak dan
bangunan. hasil akhir dari proses penelitian yang dimulai dari pengumpulan
data. Analisis ruang luar dan ruang dalam, konsep-konsep yang dipakai.
Setelah itu baru bisa disimpulkan melalui gamabar site plan dan gagasan
desain.
BAB VIII : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

I.12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.2 Review Jurnal

2.2.1 Jurnal Nasional 1

2.2.2 Jurnal Nasional 2

2.2.3 Jurnal Internasional 1

2.2.4 Jurnal Internasional 2

2.2.5 Kriteria Desain

2.3 Review Preseden

2.3.1 Studi Preseden Nasional 1

2.3.2 Studi Preseden Nasional 2

2.3.3 Studi Preseden Internasional 1

2.3.4 Studi Preseden Internasional 2

2.3.5 Prinsip Desain

I.13
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Tinjauan Teori

3.1.1 Sumber dan jenis data

3.1.2 Teknik pengumpulan data dan pengolahan data

3.2 Subjek Penelitian

3.3 Jadwal Penelitian

3.4 Kriteria Pemilihan Lokasi

3.5 Alternatif Lokasi

I.14
BAB IV

TINJAUAN KAWASAN PERENCANAAN

4.1 Data dan Analisa Tapak Lingkungan

4.1.1 Peraturan mengenai lokasi

4.1.2 Data Makro

4.1.3 Data Messo

4.1.4 Data Mikro


4.1.1.1 Batasan dan tautan lingkungan
4.1.1.2 Potensi site
4.1.1.3 Permasalahan site

I.15
BAB V

ANALISA

5.1 Analisa Ruang Luar

5.2 Analisa Ruang Dalam

5.3 Analisa Bangunan dan Lingkungan

I.16
BAB VI

KONSEP

6.1 Konsep Tapak

6.2 Konsep Bangunan

6.2.1 Konsep Massa Bangunan

6.2.2 Konsep Ruang Dalam

6.2.3 Konsep Struktur

6.2.4 Konsep Utilitas

6.3 Konsep Arsitektur

I.17
BAB VII

PERENCANAAN TAPAK

7.1 Site Plan

I.18
BAB VIII

KESIMPULAN

I.19
DAFTAR PUSTAKA

I.20
Lampiran

I.21

Anda mungkin juga menyukai