Judul
PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
DI KOTA PADANG /URBAN DISASTER & MANAGEMENT
Tema
Urban / Ruang Interaksi dan Pergerakan
Dosen Koordinator
Ir. Nasril Sikumbang., MT., IAI
Dosen Pembimbing :
Dr. Al Busyra Fuadi, ST., MSc
Ika Mutia ,ST., M.Sc
Disusun Oleh:
MAESHA SANDEWA
1410015111039
PENDAHULUAN
Sumatra Barat termasuk kawasan rawan gempa bumi disebabkan letaknya di pantai
barat Sumatra yang secara tektonik berada berdekatan dengan zona
subduksi (subduction zone), yaitu zona pertemuan atau perbatasan antara 2 lempeng
tektonik berupa penunjaman lempeng India-Australia ke bawah lempeng
Eurasia.Berikut merupakan gambar patahan peta Sumatera Barat sebagai berikut.
1
Undang-undang No 24 tahun, 2007
I.1
Gambar 1.1 : Peta geologi Sumatera Barat, dan lempeng Sumatera
Sumber : http://pusdalopspbsumbar.blogspot.co.id, 2018
Penanganan bencana dimulai dari pencegahan dan persiapan yang bertujuan agar
masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dan kewaspadaan dalam merencanakan
apa yang akan dilakukan ketika terjadi bencana.Salahnya satunya dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap bencana adalah dengan edukasi akan kebencanaan.
2
http://pusdalopspbsumbar.blogspot.co.id/2013/07/peta-bahaya-gempa-bumi-zona-patahan.html
I.2
Edukasi ini menjadi prioritas dan penting, karena manusia yang tidak sadar akan adanya
resiko bencana, melakukan tindakan yang tepat,meningkatkan pengetahuan yang akan
kebencanaan, dan cara menghadapi serta menyikapi bencana, hal ini tentu saja tidak
akan mampu mencegah dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam. Sehingga
penyediakan fasilitas edukasi menjadi penting untuk berkontribusi terhadap terciptanya
budaya pencegahan terhadap bencana serta dapat diharapkan masyarakat harus cepat
tanggap dalam mengambil tindakan untuk mempersiapkan terjadinya bencana alam
karena pencegahan itu cara yang tepat dalam mengurangi dampak dari bencana alam
itu sendiri.
I.3
1.1.1 Data dan Isu
1.1.1.1 Data
Menurut RTRW Kota Padang 2010-2030, Kota Padang terletak pada kawasan yang
memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Bencana gempa bumi yang terjadi di
Kota Padang dapat memicu timbulnya bencana bencana lain seperti tsunami, longsor
dan liquifaksi. Dengan demikian pengembangan ruang di Kota Padang harus
memperhatikan ruang-ruang yang rawan bencana alam. Selain itu kerawanan bencana
yang ada di Kota Padang, dalam penataan ruang perlu memperhatikan:
3
RTRW Kota Padang 2010-2030
I.4
Gambar 1.2 : Siklus manajemen bencana
Sumber : http://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/subscriber.images/free-ias-
prep/2016/06/01125627/Disaster-Management-Cycle-Image-1-1024×857.jpg
I.5
1.1.1.2 Isu
Sejak awal tahun hingga 4 Desember 2017, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
mencatat telah terjadi 2.175 kejadian bencana di Indonesia. Adapun, jumlah tersebut
terdiri dari banjir (737 kejadian), puting beliung (651 kejadian), tanah longsor (577
kejadian), kebakaran hutan dan lahan (96 kejadian), banjir dan tanah longsor (67
kejadian), kekeringan (19 kejadian), gempa bumi (18 kejadian), gelombang
pasang/abrasi (8 kejadian), serta letusan gunung api (2 kejadian). Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kejadian bencana
di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut dia, sebanyak 95 persen
kejadian bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. "Yaitu bencana yang
dipengaruhi cuaca. (Seperti) longsor, kekeringan, puting beliung, kebakaran hutan dan
lahan, dan cuaca ekstrem," kata Sutopo dalam paparan di kantor BNPB, Jakarta, Selasa
(5/12/2017).4
4
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/05/17200331/sepanjang-2017-bnpb-mencatat-2175-kejadian-
bencana-di-indonesia
I.6
Pada tahun 2016 lalu jumlah kejadian bencana hidrometeorologi telah mengalami
peningkatan hingga 16 kali lebih tinggi dari jumlah kejadian bencana di tahun 2002.
Bencana-bencana tersebut akan memberikan dampak kerugian yang sangat besar yang
berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi nasional.5
Menurut Perda Nomor 4 tahun 2012 gempa bumi yang melanda Kota Padang tanggal
30 September 2009 yang lalu menunjukan bahwa Kota Padang memiliki intensitas
bencana berpotensi yang cukup tinggi. Bencana alam antara lain yaitu gempa bumi
bencana tsunami, tanah longsor, likuifaksi dan gerakan tanah . Hal ini menumbuhkan
kesadaran untuk mengembangkan ruang berbasis mitigasi bencana, mitigasi bencana
merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik
alami, buatan, nonstruktur dan nonfisik .Melalui peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana, pembatasan pengembangan pada ruang ruang rawan bencana serta
pengembangan yang akan mempengaruhi komposisi distribusi pola ruang kota.6
Dari setiap bencana yang telah terjadi di Indonesia pemerintah seakan terlambat, tidak
tanggap dan cepat bereaksi dalam penanggulangan bencana, bahkan cenderung terlihat
menelantarkan para korban bencana,maka dalam berbagai permasalahan di atas dapat
disimpulkan bahwa manajemen bencana sangat diperlukan bagi Indonesia dan terutama
bagi Kota Padang dalam mengurangi dampak dari bencana tersebut.
1.1.2 Fakta
Kejadian longsor dan banjir yang terjadi sejak Minggu 5 Maret 2017 lalu semakin
menambah daftar panjang bencana alam yang terjadi di Sumatera Barat. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, sebagian besar daerah di
Sumbar ini adalah daerah yang rawan bencana. Berdasarkan dari laman
bpbd.sumbarprov.go.id, tercatat hampir sebagian besar daerah di Sumbar ini dihantui
bencana. Dari 13 kabupaten dan kota yang ada, 11 diantaranya adalah daerah dengan
tingkat kerawanan bencana longsor, banjir dan gelombang pasang yang tinggi.
BPBD mencatat, untuk longsor terdata 14 daerah di Sumbar yakni, Kabupaten 50 Kota
(Tanjung Balik dan Kelok 9), Agam (Palupuh, Maninjau dan Bawan), Pasaman (Panti),
Padang (Bungus, Sitinjau Lauik, Bukik Lampu, Seberang Padang), Tanah Datar (Lembah
5
http://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2017/03/23/bencana-hidrometeorologi-apa-itu/
6
Perda Nomor 4 tahun 2012
I.7
Anai), Solok Selatan (Sungai Lasi), Dharmasraya (Muaro Takung) dan Pesisir Selatan
(Surian-Aia Dingin).Sedangkan, untuk banjir ada 4 daerah yakni, 50 Kota (Pangkalan),
Dharmasraya (Koto Baru), Pesisir Selatan (Air Haji) dan Padang (Pondok dan Bungus
Teluk Kabung). Namun, ada beberapa daerah lainnya yang juga rawan akan bencana
banjir, tapi masih dalam intensitas yang tidak begitu tinggi.7
Pada RTRW Kota Padang 2010-2030, berbagai langkah telah dilakukan oleh
pemerintah Kota Padang dalam rangka menghadapi terjadinya bencana gempa bumi
dan gelombang tsunami, seperti :
Dari langkah yang dilakukan pemerintah diatas sudah memulai berbagai tindakan
dalam mengurangi dampak bencana di Kota Padang ,terutama dalam hal penanganan
bencana (disaster management) yang baru dimulai .Dalam hal ini maka perlu
dikembangkan lagi dan perlu dibuat sebuah tempat bagi (disaster management) di Kota
Padang.
7
http://news.klikpositif.com/baca/11822/ini-daerah-rawan-bencana-di-sumbar
8
RTRW Kota Padang 2010-2030
I.8
1.2.1 Permasalahan Arsitektur
a. Bagaimana mendesain sebuah bangunan “Penanggulangan Bencana Alam” mampu
mewadahi aktifitas dan fasilitas kegiatan Penanggulangan bencana alam serta
mencegah dan mengatasi bencana alam yang ada di Padang ?
b. Bagaimana menerapkan pendekatan konsep urban dan ruang ingteraksi pergerakan
pada bangunan Penanggulangan Bencana Alam sehingga dapat menarik minat
masyarakat untuk datang nantinya?
I.9
1. Menambah keilmuan penulis mengenai manajemen bencana alam khususnya di
Kota Padang, Sumatera Barat.
d. Manfaat bagi akademis
1. Kalangan akademis dapat mempelajari dan menjadi bahan referensi data betapa
pentingnya pembelajaran dari bencana alam dan demi di masa mendatang yang
lebih baik khusunya bagi generasi muda.
I.10
2. Kondisi pada waktu terjadi bencana, kegiatan saat terjadinya bencana yang
dilakukan secara tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara
seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan posko
pengungsian.
3. Kondisi darurat setelah terjadi bencana, kegiatan yang dilakukan setelah
bencana yaitu rekonstruksi dan rehabilitasi.
I.11
BAB VII : PERENCANAAN TAPAK
Berisi tentang penjelasan konsep-konsep yang diterapkan pada tapak dan
bangunan. hasil akhir dari proses penelitian yang dimulai dari pengumpulan
data. Analisis ruang luar dan ruang dalam, konsep-konsep yang dipakai.
Setelah itu baru bisa disimpulkan melalui gamabar site plan dan gagasan
desain.
BAB VIII : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
I.12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.13
BAB III
METODA PENELITIAN
I.14
BAB IV
I.15
BAB V
ANALISA
I.16
BAB VI
KONSEP
I.17
BAB VII
PERENCANAAN TAPAK
I.18
BAB VIII
KESIMPULAN
I.19
DAFTAR PUSTAKA
I.20
Lampiran
I.21