Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI DAN ANALISIS LEMPUNG

SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUAT BATU BATA


DAERAH LUMBIR DAN SEKITARNYA
KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS
JAWA TENGAH

Oleh :

Syahrial, Ir. Mustafa Luthfi. MT dan Ir. Denny SK. MT

Abstrak

Daerah penelitian dilakukan di daerah Lumbir dan sekitarnya, Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah. Dengan posisi geografis 0271041 mt – 09177786 mu dan 0279248 mt –
09170489 mt. Luas daerah penelitian + 63,75 km2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek
geomorfologi, tatanan stratigrafi, sturktur geologi, sejarah geologi serta kualitas dan kuantitas tanah
lempung sebagai bahan baku batu bata pada daerah penelitian.

Daerah penelitian secara geomorfologi dibagi menjadi satuan geomorfologi lipat patahan, perbukitan
homoklin dan satuan geomorfologi dataran aluvial. Pola aliran sungai yang berkembang berupa trellis
dengan jentera geomorfiknya muda menuju dewasa.

Tatanan stratigrafi satuan batuan tertua hingga termuda adalah perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Rambatan) berumur Miosen Tengah atau N9 – N11
yaitu dengan hadirnya fosil Globorotalia minima, Globigerina falconensis, Grobolotaria mayeri,
Orbulina universa, Globorotalia paraeschitula, Globigerinoides trilobatus dan Globorotalia
menardii. Diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Satuan batupasir selang-seling batulempung
(Formasi Halang) diendapkan diatas Formasi Rambatan pada kala Miosen Tengah – Miosen Akhir
atau N12 – N 18 yaitu dengan hadirnya fosil Globigerina nephentes, Globuquadrina dehicens,
Orbulina universa, Globigerina siminulina,Globorotalia siakensi, Globorotalia obesa dan
Globorotalia menardi. Pada lingkungan laut dalam. Hubungan stratigrafi antara kedua formasi ini
adalah selaras. Satuan termuda didaerah penelitian berupa endapan aluvial sungai yang menutupi
beberapa satuan batuan yang lebih tua.

Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terjadi pada kala Plio – Plistosen, dengan arah
gaya utama N 32º E, menghasilkan berbagai pola kekar, lipatan yang berarah relatif Barat – Tenggara
yaitu antiklin Cidora dan Butulan. Selanjutnya setelah teradi perlipatan dilanutkan dengan adanya
sesar naik Kedunggede ang berarah relative Barat – Tenggara yang kemudian terbentuklah sesar
mendatar yang berkembang dengan arah Timurlaut – Baratdaya yaitu sesar mendatar Citembong,
Butulan dan Lumbir.

Jenis tanah liat berdasarkan hasil laboraturium merupakan jenis tanah lempung organik, dimana
setelah dibentuk menjadi batu bata memiliki kekuatan tekan pada tingkat sedang 80 – 100 KgF. Luas
daerah yang diteliti adalah ± 15,737 m2, mampumenghasilkan ± 84.427 m3 bahan baku. Dimana
bahan baku ini dapat menghasilkan 8.442.700 buah batu bata jika dalam proses tidak terjadi
kegagalan. Dari jumlah batu bata yang ada maka dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
4.221.350.000,-.

Kata Kunci : Batulempung, Kualitas dan Kuatitas Batubata

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 1


1. UMUM hanya ditemukan pada sungai Tajum di timur
laut dari daerah penelitian.
Daerah Lumbir, Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah merupakan wilayah
Berdasarkan struktur, litologi dan pengamatan
yang terdiri atas dataran hingga perbukitan,
bentang alam di lapangan, geomorfologi daerah
terletak pada Zona Antiklinorium Bogor, Serayu
penelitian di bagi menjadi dua satuan
Utara, dan Kendeng. Bedasarkan kajian
geomorfologi yakni:
geomorfologi, terdapat beberapa bukit yang
memanjang dari tenggara – barat laut. Secara
1) Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
geologi daerah ini disusun oleh batuan sedimen
Patahan, Satuan ini dicirikan oleh bentuk
Tersier yang terlipat dan tersesarkan.
morfologi perbukitan landai hingga terjal,
terdapat gawir-gawir yang dikontrol oleh
Berdasarkan dari beberapa peneliti terdahulu,
pola-pola struktur lipatan dan patahan.
Cekungan Bogor-Serayu Utara-Kendeng,
Struktur tersebut membentuk perbukitan
tersusun oleh batuan sedimen turbidit laut
memanjang dari baratlaut ke tenggara,
dalam. Batuan penyusun Cekungan Serayu
terdapat hogback dan cuesta. Menempati
Utara bagian barat berupa Formasi Pemali,
± 89,4 % luas daerah penelitian dan pada
Rambatan, Halang dan Kumbang, dengan
peta geomorfologi Satuan ini
urutan stratigrafi selaras.
memiliki kisaran kelerengan 120 – 350, di
kisaran elevasi 50 m.dpl s/d 400 m.dpl.
Pola struktur geologi Jawa Tengah Utara
dipengaruhi oleh 3 pola struktur, yaitu; pola
struktur arah timurlaut - baratdaya yang disebut
pola Meratus, arah utara - selatan atau pola
Sunda dan arah timur – barat atau pola Jawa.
Adanya perubahan jalur penunjaman umur
Kapur berarah timurlaut - baratdaya
menjadikan pola Jawa berarah relatif timur –
barat.

Daerah ini cukup baik dipetakan karena


memiliki keadaan geologi dengan litologi
bervariasi dari batuan-batuan berumur Tersier
hingga Kuarter, selain itu juga daerah ini
memiliki aspek geomorfologi cukup menarik.
Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu
daerah yang memiliki potensi airtanah besar dan Foto 2-1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat
penyebarannya cukup banyak, pada beberapa Patahan dengan kenampakan cuesta
tempat di jumpai mataair yang muncul pada Lokasi Igir Kemit.
batuan sedimen.
2) Satuan Geomorfologi Perbukitan
2. KONDISI GEOLOGI Homoklin, Satuan ini dicirikan okeh
kemiringan batuan yang relative sama
2.1. Geomorfologi berarah Barat Laut - Tenggara dengan
dip mengarah ke Timur Laut. Pada satuan
Dari kenampakan ciri-ciri fisik di ini juga terdapat struktur Triangularfacet
lapangan, daerah penelitian secara umum dan struktur _struktur skunder lainya,
mempunyai bentuk morfologi perbukitan, satuan menempati ± 9.6% luas daerah
memanjang dari baratdaya ke timurlaut, yang penelitian, Satuan ini menyebar pada
didominasi oleh batupasir, batulempung dan bahian Timur Laut daerah penelitian,
breksi. Perbukitan ini terbentuk oleh batuan memiliki lereng yang curam, dengan
sedimen, dikontrol secara aktif oleh struktur elevasi antara 150 – 475 mdpl
geologi yang berkembang dan juga oleh
perbedaan litologi yang menempatinya.
Sedangkan untuk bentuk morfologi dataran,

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 2


pasiran, Formasi Rambatan, Satuan ini
tersebar dari Barat hingga Tenggara daerah
penelitian, dengan luas +27% dari luas
daerah penelitian. Satuan ini menempati
topografi perbukitan. Kedudukan jurus
batuan antara N 124˚E – N 145˚ E dan N
250˚E – N 277˚ E dengan kemiringan
batuan antara 34˚ - 77˚. Kedudukan ini
membentuk lipatan antiklin. Berdasarkan
pengukuran penampang stratigrafi
ketebalan batuan ini ± 476 m.

Secara umum Warna abu – abu kecoklatan,


Foto 2-2 Satuan geomorfologi perbukitan homoklin ukuran butir pasir halus – pasir sedang
(0,125 – 3 mm), bentuk butir membulat
3). Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial, tanggung, pemilahan sedang, kemas
menempati ± 1% luas daerah penelitian, tertutup, keras, porositas sedang, bersifat
Satuan ini menyebar sepanjang tepi karbonatan. Didominasi oleh mineral
Sungai Ci Haur dimana material yang Feldsfar, Kuarsa dengan ketebalan berkisar
20 cm – 1,5 m. Terdapat struktur
diendapkan berasal dari sungai dan ank
sungai yang berada di hulu sungai Pararellaminasi dan Convolute.
tersebut pada kisaran kelerengan 00 - 30, Batulempung dengan warna abu – abu
kehitaman, retas, butiran berukuran
dan kisaran ketinggian (25 – 50) mdpl, di
lempung, karbonatan. Hubungan antar
susun oleh material - material berukuran
batuan memperlihatkan kontak tegas hal
lempung sampai bongkah.
ini terlihat pada perselingan batupasir dan
batulempung.
Warna putih cerah s.d. abu – abu
kecoklatan, ukuran butir sedang – halus (
½ - ¼ mm ), bentuk butir membulat –
membulat tanggung, pemilahan sedang,
kemas tertutup, dengan sementasi
karbonatan . Ketebalan lapisan kurang
lebih 1 – 2 m.

Foto 2-3 Satuan geomorfologi dataran aluvial


Lokasi Sungai Ci Haur.

2.2. Stratigrafi

Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 3


(tiga) satuan batuan, dan diketahui urutan dari
tua ke muda sebagai berikut :
Foto 2-4 Singkapan perselingan batupasir dan
batulempung mewakili satuan Formasi
1) Satuan Batupasir Selang – seling
Batulempung sisipan Batugamping Rambatan pada lokasi Sungai Cihaur.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 3


2) Satuan Batupasir Selang – seling
Batulempung, Formasi halang, Satuan
Batupasir kerikilan berwarna abu-abu
ini tersebar + 72% dari luas daerah
keputihan hingga kecoklatan, dengan ukuran
penelitian. menyebar dari bagian utara
butir pasir kasar hingga kerikil (Ø 1-16mm),
sampai selatan daerah penelitian.
bentuk butir menyudut sampai membulat
Kedudukan jurus batuan antara N 70˚E –
tanggung, terpilah buruk, kemas tertutup,
N 100˚ E dan N 240˚E – N 265˚ E dengan
dengan semen karbonat.
kemiringan batuan antara 45˚ - 70˚.
Kedudukan ini membentuk lipatan antiklin
dan sinklin. Memiliki ketebalan 1577
meter berdasarkan pengukuran penampang
geologi, sedangkan secara regional
tebalnya Formasi Halang adalah 2400
meter.

Secara umum Batupasir ini berwarna abu-


abu keputihan hingga kecoklatan, dengan
ukuran butir pasir kasar hingga halus (Ø 1-
1/8 mm), bentuk butir menyudut sampai
membulat tanggung, terpilah buruk, kemas
tertutup, dengan semen karbonat. Tersusun
oleh lithik, felspar, dan mineral lempung. Foto 2-6 Foto singkapan batupasir masif pada
Ketebalan lapisan berkisar 10 cm hingga lokasi pengamatan S2-17 di Kali
lebih dari 100 cm. Panusupan, dimana pada bagian
bawah perlapisan menunjukkan
Batulempung berwarna abu-abu
struktur sedimen gradded bedding.
kecoklatan, butiran halus berukuran lanau-
.
lempung (Ø 1/16-1/256 mm), karbonatan.
Ketebalan batulempung bervariasi mulai
dari 5 - 30 cm.
3) Satuan Endapan Aluvial., menempati ±
1% luas daerah penelitian, Satuan ini
menyebar sepanjang tepi Sungai Ci Haur
dimana material yang diendapkan berasal
dari sungai dan ank sungai yang berada di
hulu sungai tersebut pada kisaran
kelerengan 00 - 30, dan kisaran ketinggian
(25 – 50) mdpl, di susun oleh material -
material berukuran lempung sampai
bongkah.

Foto 2-5 Singkapan perselingan batupasir dan


batulempung mewakili satuan Formasi
Halang pada lokasi Sungai Cihaur.

Foto 2-7 Satuan geomorfologi dataran aluvial


Lokasi Sungai Ci Haur.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 4


Tabel 2-1. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan peneliti sebelumnya.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 5


2.3. Struktur Geologi utara daerah penelitian, dengan sumbu
sepanjang ± 7,3 km berarah relatif
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di barat - tenggara. Kedudukan lapisan
daerah penelitian di jumpai struktur geologi batuan pada sayap bagian utara
yang berupa kekar, lipatan dan sesar. berkisar antara N278oE - N302oE,
dengan besar kemiringan lapisan
1) Struktur Kekar, berkembang di daerah batuan berkisar 34° - 63°, sedangkan
penelitian dan dapat di bedakan menjadi : sayap bagian selatan memiliki
kedudukan lapisan batuan berkisar
(1). Shear joint atau “compression joint”, antara N104oE - N117oE, dengan
yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya kemiringan lapisan batuan sekitar 33° -
tekanan dan 65°. Antiklin ini melibatkan Satuan
(2). Tension joint, yaitu kekar yang Batuan Batupasir Selang-seling
terbentuk akibat gaya tarikan. Batulempung sisipan Batugamping
pasiran Formasi Rambatan (N9 - N11)
Umur antiklin ini lebih muda dari N11.
Pada penampang peta geologi, antiklin
ini terlihat simetri. Berdasarkan besar
kemiringan pada kedua sayap dan
penampang maka antiklin ini
diklasifikasikan sebagai antiklin
simetri.
b) Antiklin Butulan, Penamaan antiklin
ini didasarkan pada sumbu antiklin
yang melewati Desa Butulan di bagian
tengah daerah penelitian, dengan
Foto 2-8 Pola kekar shear joint di daerah sumbu sepanjang ± 8,5 km berarah
penelitian, foto diambil di anak Sungai relatif baratlaut – timur daerah
Kali Lopasir penelitian. Kedudukan lapisan batuan
pada sayap bagian utara berkisar antara
N 117o E – N 135o E, dengan besar
kemiringan lapisan batuan berkisar 45°
- 75°, sedangkan sayap bagian selatan
memiliki kedudukan lapisan batuan
berkisar antara N 282o E – N 330o E,
dengan kemiringan lapisan batuan
sekitar 35° - 55°. Antiklin ini
melibatkan Satuan Batuan Batupasir
Selang-seling Batulempung Formasi
Halang (N11 - N18). Umur antiklin ini
lebih muda dari N19. Pada penampang
peta geologi, antiklin ini terlihat
Foto 2-8 Pola kekar tension joint di daerah
asimetri. Berdasarkan besar
penelitian, foto diambil di Kali
kemiringan pada kedua sayap dan
Cidondong penampang maka antiklin ini
diklasifikasikan sebagai antiklin
2) Struktur Lipatan, Struktur lipatan yang asimetri.
berkembang di daerah penelitian adalah
c) Penamaan sinklin ini didasarkan pada
antiklin dan sinklin, yang secara umum
sumbu sinklin yang melewati Daerah
berarah Barat – Timur.
Kedunggede di bagian tengah daerah
a) Antiklin Cidora, Penamaan antiklin penelitian, dengan sumbu sepanjang ±
ini didasarkan pada sumbu antiklin 8,2 km berarah relatif barat – timur
yang melewati Desa Cidora di bagian daerah penelitian. Kemiringan lapisan
batuan berkisar 30° - 56°, sedangkan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 6


dengan kemiringan lapisan batuan
sekitar 30° - 55°. Sinklin ini
melibatkan Satuan Batuan Batupasir
Selang-seling Batulempung Formasi
Halang (N11 - N18). Umur antiklin ini
lebih muda dari N19. Pada penampang
peta geologi. Berdasarkan besar
kemiringan pada kedua sayap dan
penampang maka antiklin ini
diklasifikasikan sebagai antiklin
asimetri.
3) Struktur Patahan (Sesar), Patahan atau
sesar merupakan struktur rekahan yang Foto 2-9 Foto lapisan tegak pada singkapan
telah mengalami pergeseran. Sifat batupasir selang-seling batulempung
pergeserannya dapat bermacam – macam
lokasi pengamatan SY-24 di Kali
mulai dari mendatar, miring (oblique), naik
Lopasir
maupun turun.
2). Sesar Mendatar Citembong, penamaan
Adapun jenis sesar – sesar yang sesar ini dikarenakan bukti-bukti sesar
berkembang di daerah penelitian adalah : dijumpai di sekitar Desa Citembong.
Arah sesar ini memanjang dari
1). Sesar Naik Kedunggede, penamaan baratdaya – timur lokasi penelitian yang
sesar ini dikarenakan sesar melewati berlawanan dengan pola lipatan yang
Desa Kedunggede dan sekitarnya. Arah ada. Adapun indikasi adanya sesar
sesar ini memanjang dari barat – mendatar Citembong di daerah
tenggara daerah penilitian yang searah penelitian adalah :
dengan pola lipatan di daerah
penelitian. Adapun indikasi adanya a) Adanya pergeseran (off-set)
sesar naik di daerah penelitian adalah : topografi di sekitar Desa Citembong
(Gambar 2-1).
a) Lapisan tegak pada batupasir
selang-seling batulempung dengan b) Adanya pola kedudukan acak di
kedudukan N127°E/79°, lokasi daerah sekitar Desa Munjul dan
pengamatan SY-24 di Kali Lopasir anak Kali Lopasir.
(Foto 2-9). c) Adanya kelurusan sungai dan
b) Lapisan tegak pada batupasir kontur pada daerah sekitar anak
selang-seling batulempung dengan Kali Lopasir dan Desa Munjul.
kedudukan N 130° E / 89°, lokasi
pengamatan SY-25 di Kali Lopasir.
c) Lapisan tegak pada batupasir
selang-seling batulempung dengan
kedudukan N 315° E / 75°, lokasi
pengamatan AS-23 di Kali
Cingebul.
Bidang sesar pada batupasir, kedudukan
bidang sesar N130°E/85°, dengan gores
garis 87°, N 290° E, pitch 31° di Kali
Lopasir.

Gambar 2-9 Gambar offset topografi di daerah


Citembong yang diakibatkan oleh
sesar mendatar citembong.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 7


merah. Studi ini dilakukan karena pada
lokasi ini banyak terdapat lokasi sumber
3). Penamaan sesar ini dikarenakan tanah liat dan usaha – usaha yang
indikasi sesar ini diperoleh disekitar menggunakan tanah liat sebagai bahan
Desa Butulan. Pada peta geologi, sesar baku. Studi ini merupakan bentuk dari
ini terletak di sebelah utara daerah suatu kearifan lokal guna memberikan
penelitian yang memanjang dari utara - informasi kepada masyarakat tentang
selatan. Bidang sesar ini melewati Desa tanah liat yang ada pada daerahnya.
Karanggayam, Desa Karangkemojing
Dalam studi ini penulis memberi batasan
dan Gunung Puseran. Panjang sesar
– batasan penelitian yang akan dilakukan
diperkirakan ± 3,7 km. Gejala struktur
pada lokasi ini, diantaranya :
geologi yang memberikan indikasi
adanya sesar mendatar di daerah
1. Lokasi Penelitian
penelitian adalah :
2. Jenis Tanah Liat
a) Adanya pergeseran (off-set) lapisan 3. Kajian Kualitas dan Kuantitas
batulempung selang seling
batupasir pada lokasi pengamatan
TM-12 di anak Kali Cihaur dengan
kedudukan N295°E/30°. 1. Lokasi Penelitian
Secara administratif lokasi penelitian
b) Adanya kelurusan sungai dan termasuk kedalam Kecamatan lumbir,
kontur pada daerah sekitar anak terletak dekat dengan jalan provinsi Jawa
Kali Panusupan dan Desa Butulan. Barat – Jawa Tengah (jalur selatan).
Lokasi ini berada dibelakang pemukiman
warga jika menghadap ke jalan provinsi
dan juga di bagian utara terdapat anak
sungai sebagai sumber air untuk
melakukan proses pembuatan batu bata,
dengan kata lain lokasi ini termasuk
kedalam lokasi yang strategis untuk
dikembangkan kedepannya.

2. Jenis Tanah Liat


Tanah liat ini berada diatas satuan batuan
Batupasir selang – seling Batulempung
Formasi Halang. Tanah liat ini adalah
hasil pelapukan dari batuan yang ada
dibawahnya.
Menurut Kriya Keramik, Depdiknas,
Wahyu Gatot Budiyanto, dkk dalam buku
Kriya Keramik Jilid 3 tanah liat dibagi
Foto 2-9 Foto bidang pergeseran pada lapisan menjadi 2 jenis yaitu :
batulempung selang-seling batupasir
di Sungai Ci Haur. a. Tanah liat primer
Tanah liat primer (residu) adalah jenis
tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan
batuan feldspatik oleh tenaga endogen
3. ANALISIS TANAH LIAT SEBAGAI yang tidak berpindah dari batuan induk
BAHAN BAKU BATU BATA
(batuan asalnya), karena tanah liat tidak
berpindah tempat sehingga sifatnya lebih
(1) Pendahuluan murni dibandingkan dengan tanah liat
sekunder. Karena tidak terbawa arus air
Studi yang dilakukan pada lokasi dan tidak tercampur dengan bahan
penelitian adalah tentang tanah liat
sebagai bahan baku pembuatan bata

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 8


organik seperti humus, ranting, atau daun Sebagaimana telah dijelaskan pada poin 6.1.
busuk dan sebagainya. uji kimia ini juga diperlukan untuk
b. Tanah liat sekunder menentukan jenis tanah liat yang terdapat
Tanah liat sekunder atau sedimen pada lokasi penelitian, selain itu dari hasil uji
(endapan) adalah jenis tanah liat hasil ini dapat ditentukan berat jenis tanah liat,
pelapukan batuan feldspatik yang guna menghitung tonase deposit yang ada.
berpindah jauh dari batuan induknya Berikut ini adalah hasil uji kimia yang telah
karena tenaga eksogen yang dilakukan.
menyebabkan butiran-butiran tanah liat
Berdasarkan hasil uji kimia yang dilakukan
lepas dan mengendap pada daerah rendah
maka dapat menentukan 3 hal, yaitu :
seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah
marine, tanah danau. Dalam perjalanan
karena air dan angin, tanah liat bercampur 1. Dari nilai yang keluar pada table
dengan bahan-bahan organik maupun Wealky & Black c-organik dan melihat
anorganik sehingga merubah sifat-sifat pada jenis tanah liat yang dijelaskan
kimia maupun fisika tanah liat menjadi diatas maka penulis menentukan bahwa
partikel-partikel yang menghasilkan tanah tanah liat yang ada di daerah penelitian
liat sekunder yang lebih halus dan lebih merupakan jenis tanah liat organik,
plastis. karena dari hasil sample yang diteliti
terdapat kandungan organik.
Untuk dapat mengetahui jenis tanah liat yang
terdapat pada lokasi penelitian maka penulis
2. Untuk menentukan tekstur tanah liat
melakukan uji kimia. Uji kimia pada tanah
penulis menggunakan diagram segitiga
liat ini dilakukan untuk mengetahui
tanah (Hardjowigeno, 2007) dengan
kandungan organik dan tekstur tanah liat itu
memasukkan nilai yang keluar pada
sendiri. Kandungan organik dalam tanah
table tekstur hasil analisis laboraturium
diperlukan untuk menentukan berat jenis
maka didapatkan tekstur tanah liat
tanah itu sendiri, dimana setiap jenis tanah
daerah penelitian.
itu berbeda berat jenisnya berdasarkan
kandungan yang terdapat didalamnya.
Sedangkan tekstur tanah diperlukan untuk
mengetahui persentase kandungan pasir, liat
dan debu yang terdapat pada tanah liat di
lokasi tersebut.
Uji kimia ini dilakukan terhadap 3 (tiga)
sample yang diambil dilapangan, sample 1
adalah sampel tanah penutup yang dijadikan
bahan campuran dari bahan baku tanah liat
yang ada sebanyak 40%, sample 2 adalah
sampel tanah liat sebagai bahan baku
pembuatan bata merah sebanyak 60% dan Gambar 3.1. Segitiga tanah (Hardjowigeno 2007).
sampel 3 adalah sampel campuran dari kedua
bahan tersebut dengan perbandingan 6:4.
Table 3.1. Hasil uji kimia tanah yang dilakukan pada 3 (tiga) sampel

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 9


Untuk mendapatkan nilai tersebut, rumus yang
3. Untuk perhitungan deposit tanah digunakan adalah :
liat diperlukan nilai berat jenis dari
tanah liat itu sendiri. Berdasarkan
dari penjelasan pada poin 1 dan
hasil
analisis kimia penulis memasukkan
P = Beban yang diterima
kepada pembagian berat jenis tanah
A = Luas permukaan batu bata (cm2)
(Hardiyatmo, 2006) dan didapatlah
nilai berat jenis tanah yaitu 2,58 – Berikut ini adalah cara perhitungannya :
2,65.
1). Nilai KN yang didapat dari hasil
Table 3.2. Berat jenis tanah liat (Hardiyatmo,
pengujian di laboraturium (lampiran),
2006)
dikonversikan kedalam Kgf. 1 KN =
101.9716 Kgf

2). Setelah nilai KgF didapat maka nilai


tersebut bagi dengan luas permukaan batu
bata.

3). Dari hasil pembagian tersebut dapat


langsung dimasukkan kedalam tingkat
ketahanan batu bata tersebut.
4. Tanah liat yang terdapat pada Dari hasil pengujian dan konversi didapat nilai
daerah tersebut tergolong kedalam sebagai berikut :
tanah liat skunder, karna tanah liat
ini telah mengalami pencampuran
material organic. Table 3.3. Tingkatan kuat tekan batu bata.

3. Kajian kualitas dan kuantitas Nilai Tekan dalam KN Nilai Tekan dalam KgF
3.1 Kajian Kualitas Nilai Hasil Tingkat
(KiloNewton) (KilogramForce)
69 7036.0404 70.36044 III
Pengujian kualias dilakukan pada batu bata
94 9585.3304 95.8533 II
yang telah dicetak. Pengujian dilakukan dengan 93 9483.3588 94.83358 II
melakukan uji kuat tekan, dimana tes ini 94 9585.3304 95.8533 II
bertujuan untuk menentukan seberapa kuat daya 72 7341.9552 73.41955 III
tahan batu bata daerah penelitan terhadap
tekanan yang diberikan, dengan maksud untuk Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa
memberikan informasi kepada pengguna batu batu bata tersebut memiliki tinggkat kekuatan
bata tersebut mengenai nilai kekuatan batu bata yang baik untuk digunakan sebagai bahan
tersebut. Berdasarkan kuat tekannya (Anonim, bangunan.
1964; 6), mutu bata merah dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yaitu :
1. Tingkat I mempunyai kuat tekan rata- 3.2 Kajian Kuantitas
rata > 100
kg/cm2. Perhitungan sumber daya yang dilakukan
2. Tingkat II mempunyai kuat tekan menggunakan metode konturing, dimana
antara 80 – 100 berdasarkan kontur yang terdapat pada peta
kg/cm2. jarak antara kontur dibuat persatu meter (1 m).
3. Tingkat III mempunyai kuat tekan Berdasarkan data ketebalan lapisan tanah liat
antara 60 – 80 dan tanah penutup dapat di total ketebalan yang
kg/cm2. digunakan adalah 5,5 meter, dimana 2,5 meter
adalah tebal dari tanah liat dan 3 meter adalah
tebal dari tanah penutup. Berikut adalah peta

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 10


lokasi keterdapatan tanah liat yang diteliti [7] Koesoemadinata, R.P., dan A.
dengan koordinat UTM -49 276555 - 9181708. Pulunggono, 1975, Geology of The
Sourthen to Tectonic Framework of
Tertiary Sedimentary Basin of Western
Indonesia, Geologi Indonesia, IAGI,
Vol.2.

[8] Luthfi, Mustafa, 2010, Prinsip Prinsip


Sedimentologi, Jurusan Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
[9] Noor, Djauhari, 2010, Geomorfologi,
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Tekni, Universitas Pakuan, Bogor.
[10] Noor, Djauhari, 2010, Analisa Stratigrafi,
Gambar 3.2. Lokasi perhitungan sumber daya. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Tekni, Universitas Pakuan, Bogor.
Berdasarkan peta sebaran sumberdaya tanah liat [11] Sudjono. Martodjojo., dan A.
maka akan dapat diketahui luasan dari tiap – Pulunggono, 1994, Geotektonik Pelau
tiap kontur dan berikut ini total perhitungan Jawa Sejak Akhir Mesozoik Hingga
sumber daya pada lokasi tersebut adalah 87,256 Kuarter, Makalah Seminar Geologi,
ton dengan jumlah volume sebanyak 33.177 m3. Jurusan Teknik, Universitas Gajah Mada,
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui Yogyakarta.
jumlah batu bata yang dapat di cetak dengan [12] Thornbury, William D., Principles of
jumlah cadangan sebesar 33.177m3. Jika volume Geomorphology, Second Edition, John
1 buah bata adalah 0,001 m3, maka dengan Willey and Sons Inc., New York,
cadangan yang ada didapatkan 3.317.700 batu London, Sydney, Toronto, 594 p.
bata. [13] Walker, R.G., James, N.P, 1978, Facies
Models Respons to Sea Level Change,
PUSTAKA Geological Association of Canada,
Kanada.
[1] Anonim, Penuntun Praktikum [14] Hardjowigeno, 2003, Ilmu tanah, Institut
Mineralogi, Jurusan Teknik, Fakultas Pertanian Bogor, Bogor.
Teknik, Universitas Pakuan Bogor. [15] Anonim, 1964 ; 6, Klasifikasi batu bata
[2] Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology merah
of Indonesia, The Hague Martinus [16] Hardiyatmo, 2005, Specific gravity tanah
Nijhoff, Vol. 1A, Netherlands.
[3] Bandy,1967. “Range Chart, Late Miosen PENULIS
to Recent Benthonik Foraminifera
Biostratigraphy”, 1) Syahrial, ST. Alumni (2014) Program
[4] Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
“Range Chart, Late Miosen to Recent Universitas Pakuan.
Planktonic Foraminifera 2) Mustafa Luthfi, Ir., MT. Staf Pengajar di
Biostratigraphy”, Proceeding of The First Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
[5] Kadarisman, D.S, 1997, Pedoman Teknik, Universitas Pakuan.
Praktikum Petrografi, Laboratorium 3) Denny Soekamto K, Ir., MT. Staf Pengajar
Petrografi, Program Studi Geologi, di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Teknik, Universitas Pakuan.
Bogor.
[6] Kastowo, 1975, Peta Geolgi Lembar
Majenang, Jawa Tengah, Skala
1:100.000, Direktorat Geologi, Bandung.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 11


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak 12

Anda mungkin juga menyukai