Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara sederhana, pasar adalah tempat bertemunya penjual dan
pembeli. Dengan perkembangan zaman, pasar dapat diartikan sebagai
lembaga atau institusi yang dikelola oleh pemerintah sehingga transaksi
perdagangan dapat terjadi dengan baik. Dalam pengertian yang lebih
modern, pasar adalah mekanisme yang memungkinkan bertemunya
penawaran dan permintaan, baik dalam pengertian fisik maupun non-fisik.
Pertama kalinya pasar adalah sebuah tempat terbuka dimana
pedagang dan konsumen bertemu sesuai dengan kesepakatan atau kebiasaan
yang berlaku di tempat tertentu. Misalnya, dalam sejarah hidup nabi
muhammad beliau datang ke syam membawa perniagaan dari mekkah dan
bertemu dengan pedagang dan pembeli dari penjuru jazirah arabia. Contoh
yang lain adalah bukittinggi yang menjadi pasar bertemunya berbagai
komoditas di sumatera barat karena letaknya yang strategis. Pasar tanah
abang, pasar tekstil terbesar di asia tenggara, juga adalah contoh lain pasar
sebagai tempat secara fisik bertemunya penjual dan pembeli.
Lambat laun, pasar yang berupa tempat terbuka ini mulai dikelola
oleh pemerintah daerah agar dapat ditatakelola dengan lebih baik. Hal ini
dikarenakan pasar menjadi “barang publik” yang menjadi tanggungjawab
pemerintah. Pasar inilah yang kita kenal menjadi semacam “institusi” atau
“lembaga” yang memiliki aturan formal dan pengawas secara resmi.
Namun, pasar yang paling mutakhir tidak lagi terdefinisi sebagai tempat,
namun sudah menjadi “mekanisme” yang mengacu pada interaksi seluruh
faktor, terutama permintaan dan penawaran, yang mempengaruhi harga.
Jadi, permintaan dan penawaran adalah kekuatan yang tarik menarik
membentuk wajah pasar.
Islam adalah agama yang sempurna dan dinamis, hal ini dikarenakan
islam mengatur seluruh aspek kehidupan baik itu yang bersifat aqidah
maupun muamalah (jual beli). Pasar merupakan jantung perekonomian
bangsa, maju mundurnya perekonomian sangat bergantung kepada kondisi

1
pasar. Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya
dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait
dengan masalah pasar. Dengan fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan
sejumlah kecurangan dan juga perbuatan ketidakadilan yang menzalimi
pihak lain. Karena peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang
dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang
antara lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di
pasar. Dalam istilah lain dapat disebut sebagai mekanisme pasar menurut
islam dan intervensi pemerintah dalam pengendalian harga.
Islam diturunkan di turunkan ditanah kelahiran yang meiliki
kegiatan ekonomi yang tinggi. Bangsa Arab sudah berpengalaman selama
tak kuarang dari ratusan tahun dalam beraktivitas ekonomi. Jalur
perdagangan bangsa Arab saat itu terbentang dari Yaman smapai ke daerah-
daerah mediatrian. Ajaran islam sendiri diwahyukan melalui nabi
Muhammad SAW, seorang yang terlahir dari keluarga pedagang, Nabi
Muhammad menikah dengan saudagar siti khadijah dan beliau melakukan
perjalanan bisnis sampai ke Syiria.1
Kemunculan budaya islam memberikan kontribusi yang sangat
besar kepada kemajuan pembangunan ekonomi dan teori ekonomi itu
sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat sebuah makalah
dengan judul “ Pasar Dalam Ekonomi Islam” untuk menambah wawasan
keilmuan dan menyelesaiakn tugas dari dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud makna dan fungsi pasar?
2. Apa yang dimaksud makanisme pasar islami?

1
Mustafa Edwin Nasution Dkk, Pengenalan Ekonomi Eklusif Ekonomi Islam, ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2006), Hlm. 157

2
C. Tujuan
1. Mengetahui makna dan fungsi pasar.
2. Mengetahui makanisme pasar islami.

D. Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
tentang pasar dalam ekonomi islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Dan Fungsi Pasar
1. Makna Pasar
Pasar dapat diartikan sebagai tempat dimana penjual dan pembeli
bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Para ahli
ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau
kelas produk tertentu. Sedangkan dalam manajemen pemasaran konsep
pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran guna memuaskan kebutuhan
atau keinginan tersebut. Pada masa lampau, pasar mengacu pada lokasi
geografis, tetapi sekarang ini pasar tidak lagi mempunyai batas-batas
geografis karena komunikasi modern telah memungkinkan para
pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi tanpa harus bertemu
satu sama lain.2
Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan dipasar.
Untuk itu teks-teks Al-Quran selain memberikan stimulasi imperatif
untuk berdagang, dilain pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut
dengan sejumlah rambu atau aturan main yang yang biasa diterapkan di
pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik
individu ataupun kelompok.
Allah SWT tidak hanya menjamin akses yang memudahkan kaum
Quraisy untuk dapat berperan di pasar, bahkan Al-Qura’an pun
menjabarkan koreksi kepada bangsa Arab yang selama itu salah kaprah
dengan meyakini bahwa orang akan kehilingan kemuliaan dan ke
karismaannya bila melakukan kegiatan ekonomi di pasar. Ketika bangsa

2
Nizar Ali, Ekonomi Islam : Sejarah, Konsep, Instrumen Negara dan Pasar, ( Depok: Rajawali
Pers.2017), Hlm. 141

4
arab meyakini, tidak sepantasnya seorang nabi mempunyai aktivitas di
pasar, padahal Allah SWT berfirman:

ُ ‫اْم َو َي ْم‬
َ‫شون‬ ‫سلِينَ ِإ اَّل ِإنا ُُه ْْم لَيَْأ ْ ُُكلُونَ ا‬
َ ‫الَّط ََع‬ َ ‫س ْلنَا قَ ْبلَ َك ِمنَ ْال ُم ْر‬
َ ‫َو َما أ َ ْر‬
ْ َ ‫ض فِتْنَة أَت‬
ِ َ‫ْصبِ ُرونَ ۗ َو َُكانَ َرب َك ب‬
‫ْصيرا‬ َ ‫ق ۗ َو َجَعَ ْلنَا َب َْع‬
ٍ ‫ض ُُك ْْم ِلبَ َْع‬ ِ ‫ياْلَس َْوا‬
ْ ِ‫ف‬
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan
mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan
kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain.
Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.( QS. Al-
Furqan: 20)3

2. Fungsi Pasar
Pasar memiliki fungsi penentu nilai suatu barang, penentu jumlah
produksi, mendistribusikan produk , melakukan pembatasan harga dan
menyediakan barang dan jasa untuk jangka panjang.
Dengan demikian pasar sebagai suatu tempat terjadinya transaksi
jual beli, merupakan fasilitas publik yang sangat viral bagi
perekonomian suatu daerah. Pasar juga menjadi barometer bagi tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarkat.4

3. Pasar Tradisional dan Pasar Modern


Perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern terlihat dari
cara transaksinya yaitu pada pasar tradisional masih bisa dilakukan
tawar – menawar, sedangkan pada pasar modern tidak bisa dilakukan
tawar menawar. Sementara fasilitas tidak dapat dijadikan ukuran untuk
menentukan tradisional atau modernya suatu pasar. Artinya bila sebuah
pasar dengan fasilitas yang serba modern tetapi masih terdapat tawar
menawar maka pasar tersebut dapat di kategorikan sebagai pasar
tradisional. Pasar tradisonal kini keberadaaan sangat kritis oleh

3
Ibid. Mustafa Edwin. Hlm. 158
4
Ibid, Hlm. 142

5
keberadaan pasar modern seperti supermarket, department store, dan
mall. Pasar tradisional walau makin terjepit tetapi tetap saja eksis
keberadaannya. 5

4. Phenomena Kecurangan di Pasar


Beberapa kecurangan dalam transaksi perdagangan terjadi dalam
pasar. Kecurangan – kecurangan dalam transaksi perdagangan itu dapat
di lihat dari fenomena berikut ini :
a. Kecurangan di bidang berat timabngan seperti penjualan gula
dengan berat 1 kg, ternyata erat sebenarnya hanya 800 atau
900 g.
b. Kecurangan di bidang ukuran seperti penjualan kain
sepanjang 1 meter ternyata hanya 90 cm.
c. Kecurarangan di bidang takaran seperti saat pedagang
kulakan memakai takaran yang bagian bawahnya menjorok
keluar, tetapi apabila menjual memakai takaran yang bagian
bawahnya menjorok kedalam.
d. Ada di antara pedagang yang memiliki dua timbangan atau
lebih, satu timbangan yang tidak benar dipakai saat menjual.

Selain bentuk–bentuk kecurangan tersebut, kondisi pasar


tradisional juga berada dal am posisi kumuh dan suasana transaksi yang
tidak sehat. Padahal pasar tradisional sebaiknya selalu bersih. Logika
hukum ekonomi, jika pasar bersih bisa membuat konsumen senang dan
nyaman ketika berbelanja. Karena itu para pedagang seharusnya dapat
menciptakan dan menjaga kebersihan agar pasar tidak terkesan kotor.
Kecurangan–kecurangan dalam transaksi perdagangan dan
ketidakteraturan kondidisi pasar semestinya tidak dilakukan karena
dilarang dalam islam. Fenomena tersebut menggambarkan telah terjadi
pelanggaran terhadap nilai-nilai dan hukum agama islam yang sudah
sangat tegas melarang dan mencela segala bentuk kecurangan dalam

55
Ibid, Hlm. 142-143

6
transaksi jual – beli. Selain pelanggaran terhadap nilai-nilai agama juga
terjadi pelanggaran terhadap hukum perundang-undangan negara
republik indonesia. Menurut UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen pasal 8 ayat 1 a dan b dinyatakan bahwa pelaku usaha
dilarang memproduksi dan memperdagangkan barang dagangan yang
tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, tidak sesuai
dengan ukuran, takaran, dan timbangan menurut ukuran yang
sebenarnya. Untuk menangkal kecurangan pedagang perlu dilakukan
tera ulang timbangan guna memberikan perlindungan ke konsumen atas
praktik kecurangan pedagang agar transaksi berjalan normal dan adil.6

5. Prinsip-Prinsip Moral di Pasar


Model-model transaksi di atas kehendaknya menjadi perhatian
serius dari perilaku pasar muslim. Penegakkan nilai-nilai moral dalam
kehidupan perdagangan harus didasari secara personal oleh setiap
pelaku pasar. Artinya, nilai-nilai moralitas merupakan nilai yang sudah
tertanam dalam diri para pelaku pasar karena ini merupakan refleksi
dari keimanan kepada Allah. Dengan demikian, seseorang boleh saja
berdagang dengan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi
dalam islam bukan sekedar mencari besarnya keuntungan melainkan
juga mencari keberkahan. Keberkahan usaha merupakan kemantapan
sarin usaha itu denvan memperoleh keuntungan yang wajar dan di
ridhai oleh Allah s.w.t. untuk memperoleh keberkahan dalam jual-beli,
islam mengajarkan prinsip-prinsip moral sebagai berikut :
a. Jujur dalam menakar dan menimbang
b. Menjual barang yang halal
c. Menjual barang yang baik mutunya
d. Tidak menyembunyikan cacat barang
e. Tidak melakukan sumpah palsu
f. murah hati
g. tidak menyaingi penjual lain

6
Ibid, Hlm. 143-145

7
h. tidak melakukan riba
i. mengeluarkan zakat bila telah sampai nisab dan haulnya
prinsip-prinsip tersebut di ajarkan islam untuk diterapkan dalam
kehidupan di dunia perdagangan yang memungkinkan untuk
memperoleh keberkahan usaha. Keberkahan usaha berarti memperoleh
keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia berupa relasi yang
baik dan menyenangkan sedangkan keuntungan akhirat berupa nilai
ibadah karena perdagangan yang di lakukan dengan jujur.
Dalam islam, pasar merupakan wahana transaksi ekonomi yang
ideal, karena secara teoritis maupun praktis, islam menciptakan suatu
keadaan pasar yang di bingkai oleh nilai-nilai shari’ah seperti keadilan,
keterbukaan, kejujuran, dan persaingan sehat yang merupakan nilai-
nilai universal bukan hanya untuk muslim tetapi juga non muslim. Hal
ini tentu saja bukan hanya kewajiban personal pelaku pasar tetapi juga
membutuhkan intervensi pemerintah. Untuk itulah maka pemerintah
mempunyai peranan yang penting dan besar dalam menciptakan pasar
yang islami sebagaimana ditunjukkan oleh adanya hisbah pada masa
rasulullah dan sesudahnya.
Islam menempatkan pasar sebagai temapt perniagaan yang sah
dan halal, sehingga secara umum merupakan mekanisme perdagangan
yang ideal. Penghargaan yang tinggi tidak hanya bersifat normatif tetapi
juga telah dibuktikan dalam sejarah panjang kehidupan masyarakat
muslim klasik. Rasulullah s.a.w adalah seorang pelaku pasar yang aktif,
dan demikian pula kebanyakan para sahabatnya. Pada masa ini peranan
dalam menentukan harga sangat menonjol. Intervensi pemerintah hanya
dilakukan dalam kondisi tertentu.
Gambaran pasar yang islami adalah pasar yang di dalamnya
terdapat persaingan sehat yang dibingkaI dengan nilai dan moralitas
islam. Nilai dan moralitas islam itu secara garis besar terbagi dua ialah
norma yang bersifat khas yaitu hanya berlaku untuk muslim dan norma
yang bersfat umum yaitu berlaku untuk seluruh masyarakat,.

8
Islam mengajarkan bahwa tidak semua barang dan jasa dapat
dikonsumsi dan diproduksi. Seorang muslim hanya diperkenankan
mengkonsumsi dan memproduksi barang yang baik dan halal sehingga
barang yang haram harus ditinggalkan. Seorang muslim juga terikat
dengan nilai-nilai kesederhanaan dan konsistensi prioritas
pemenuhannya. Norma khas ini tentu saja harus diimplementasikan
dalam kehidupan dipasar. Selain itu, islam juga sangat memperhatikan
norma yang berlaku dalam masyarakat umum dan berlaku secara
universal persaingan seperti persaingan sehat, kejujurran, keterbukaan,
dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat ditekankan dalam islam bahkan
selalu dikaitkan dengan keimananan kepada Allah s.w.t. keterikatan
seorang muslim dengan norma-norma ini akan menjadi sistem
pengendali yang bersifat otomatis bagi pelakunya dalam aktivitas pasar.
Dengan memperhatikan kriteria apsar islami tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pasar islami itu dibangun atas dasar terjaminnya
persaingan yang sehat yang dibingkai dalam nilai dan moralitas islam.
Untuk menjamin agar kriteria ini tetap terjaga dengan baik diperlukan
seorang mustahib yang memiliki peranan aktif dan permanen dalam
menjaga mekanisme pasar yang islami sehingga dapat dijadikan model
bagi peran pemerintah terhadap pasar. Pengawasan secara cermat
terhadap mekanisme pasar harus di lakukan demi tegaknya kepentingan
sosial dan nilai-nilai akhlak islami yang di inginkan semua pihak.7

B. Mekanisme Pasar Islami


1. Pasar Islami
Dewasa ini, secara umum dapat disampaikan bahwa kemunculan
pesan moral Islam dan pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai
bagian dari reaksi penolakan atas sistem sosialisme dan sekularisme.
Meskipun tidak secara keseluruhan dari kedua sistem itu bertentangan
dengan Islam. Namun Islam hendak menempatkan segala sesuatu sesuai
pada porsinya, tidak ada yang dirugikan, dan dapat mencerminkan

7
Ibid, Hlm. 153-155

9
sebagai bagian dari the holistic live kehidupan duniawi dan ukhrowi
manusia.
Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat Islam untuk secara
kumulatif mencurahkan semua dukungannya kepada ide keberdayaan,
kemajuan dan kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Islam
secara ketat memacu umatnya untuk bergiat dalam aktivitas keuangan
dan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan social.
Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar.
Untuk itu teks-teks Al Qur’an selain memberikan stimulasi imperative
untuk berdagang, dilain pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut
dengan sejumlah rambu atau aturan main yang bisa diterapkan di pasar
dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik individu
maupun kelompok.
Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas
prinsip persaingan bebas (perfect competition). Namun demikian bukan
berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang
dibungkus oleh frame syari’ah. Dalam Islam, Transaksi terjadi secara
sukarela (antaradim minkum/mutual goodwill, Sebagaimana disebutkn
dalam Qur’an surat An Nisa’ ayat 29. Didukung pula oleh hadits riwayat
Abu dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah dan as Syaukani sebagai
berikut:

‫سلَ َمةَ أ َ ْخ َب َرنَا‬


َ ‫ان َحدَّثَنَا َح َّمادُ ب ُْن‬ َ ‫ان ب ُْن أ َ ِبي‬
َ ‫ش ْي َبةَ َحدَّثَنَا‬
ُ َّ‫عف‬ ُ ‫عثْ َم‬
ُ ‫َحدَّثَنَا‬
ِ َّ ‫سو َل‬
‫َّللا‬ ُ ‫اس َيا َر‬ ُ َّ‫ع ْن أَن ٍَس قَا َل الن‬ َ ٌ ‫ع ْن أَن َِس ب ِْن َمالِكٍ َوقَتَادَة ُ َو ُح َم ْيد‬ َ ٌ‫ثَا ِبت‬
َّ ‫سلَّ َم ِإ َّن‬
‫َّللاَ ُه َو‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫س ِع ْر لَنَا فَ َقا َل َر‬ ِ ‫غ َََل‬
َ َ‫الس ْع ُر ف‬
ٌ ‫ْس أَ َحد‬ َّ ‫الر ِاز ُق َو ِإنِي ََل َ ْر ُجو أ َ ْن أ َ ْلقَى‬
َ ‫َّللاَ َو َلي‬ َّ ‫ط‬ُ ‫ض ْال َبا ِس‬
ُ ‫س ِع ُر ْالقَا ِب‬
َ ‫ْال ُم‬
ْ ‫طا ِلبُ ِني ِب َم‬
‫ظلَ َم ٍة ِفي دَ ٍم َو ََل َما ٍل‬ َ ُ‫ِم ْن ُك ْم ي‬

”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal.


Patoklah harga untuk kami!” Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang menyempitkan

10
dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk bertemu
Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang menuntut
kepadaku dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta”. (HR
Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan asy-Syaukani).

Selanjutnya pasar yang adil akan melahirkan harga yang wajar


dan juga tingkat laba yang tidak berlebihan, sehingga tidak termasuk
riba yang diharamkan oleh Allah SWT. sebagaimana ayat berikut;

ُ ‫ط‬
َ‫ان ِمن‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫طهُ ال‬ ِ َ‫الَّذِينَ يَأ ْ ُكلُون‬
ُ َّ‫الربَا َلَ يَقُو ُمونَ إَِلَّ َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَتَ َخب‬

ِ ‫الر َبا َوأَ َح َّل َّللاُ ْال َب ْي َع َو َح َّر َم‬


‫الر َبا‬ ِ ‫ْال َم ِس ذَ ِل َك ِبأَنَّ ُه ْم قَالُواْ ِإنَّ َما ْال َب ْي ُع ِمثْ ُل‬
َ ‫ف َوأ َ ْم ُرهُ ِإلَى َّللاِ َو َم ْن‬
َ ‫ع اد‬ َ َ‫سل‬
َ ‫ى فَلَهُ َما‬َ ‫ظةٌ ِمن َّر ِب ِه فَانت َ َه‬ َ ‫فَ َمن َجاءهُ َم ْو ِع‬
َ‫ار ُه ْم فِي َها خَا ِلد ُون‬ ِ َّ‫اب الن‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫فَأ ُ ْولَـئِ َك أ‬

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat


berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah: 275)

Dalam pada itu, transaksi yang dilakukan secara benar dan tidak
masuk dalam riba dalam mencari keutamaan Allah bahkan mendapat
dukungan yang kuat dalam agama

11
‫َصي َب َك ِمنَ الدُّ ْن َيا َوأ َ ْحس ِْن َك َما‬ ِ ‫سن‬ َ ‫اآلخ َرة َ َوَل تَ ْن‬
ِ ‫َّار‬ َ َ ‫َوا ْبت َ ِغ ِفي َما آت‬
َّ ‫اك‬
َ ‫َّللاُ الد‬
َ‫َّللاَ َل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِين‬
َّ ‫ض ِإ َّن‬ِ ‫اَلر‬
ْ ‫سادَ فِي‬ َ َ‫َّللاُ ِإلَي َْك َوَل تَب ِْغ ْالف‬
َّ َ‫سن‬َ ‫أ َ ْح‬

“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah … (QS. Al
Qoshos: 77)

Dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan praktek kehidupan pasar


pada masa rasulullah s.a.w dan para sahabatnya, ibn tahimiyyah
menyatakan bahwa ciri khas keidupan pasar islami ialah :
a. orang harus bebas untuk keluar masuk pasar. Memaksa orang
untuk menjual barang dagangan tanpa ada kewajiban untuk
menjual merupakan tindakan yang tidak adil dan
ketidakadilan itu dilarang.
b. adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan
pasar dan barang-barang dagangan. Tugas mustahib adalah
mengawasi situasi pasar dan menjaga agar informasi secara
sempurna diterima oleh para pelaku pasar.
c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar.
Kolusi antara penjual dan pembelin harus dihilangkan.
Pemerintah boleh melakukan intervensi apabila unsur
monopolistik ini mulai muncul.
d. Adanya kenaikan dan penurunan harga yang disebabkan naik
turunnya tingkat permintaan dan penawaran.
e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar
dari pemalsuan produk, penipuan, dan kecurangan kulaitas
barang.
f. Terhindar dari penyimpangan terhadap kebebasan ekonomi
yang jujur, seperti sumaph palsu, kecurangan dalam
menakar, menimbang dan mengukur niat yang buruk dalam
perdagangan. Pelaku pasar juga dilarang menjual barang-

12
barang haram seperti minuman keras, alat perjudian,
pelacuran dan lain-lain.

Mekanisme pasar dalam masyarakat muslim tidak boleh dianggap


sebagai struktur atomistik. Memang islam tidak menghendaki adanya
koalisi antara penawar dan peminta tetapi ia tidak mengkesampingkan
kemungkinan adanya akumulasi atau konsentrasi produksi selama tidak
ada cara-cara yang tidak jujur digunakan dalam proses tersebut. Dan
kedua hal tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip kebebasan dan kerja
sama. Namun dalam prakteknya, asanya akumulasi dan atau
konsentrasi harta itu bisa berbentuk pengambilalihan produksi yang
monopoli atau pengawasan dan penetapan harga oleh pemerintah.
Dalam ekonomi islam tidak ada sama sekali pemisahan
antara manfaat normatif suatu mata dagangan dan nilai ekonominya.
Dengan perkataan lain, semua yang dilarang digunakan tidak memiliki
nilai ekonomi. Salah satu Tugas pokok mustahib adalah mengawasi
pasar. Dia harus menjaga keharmonisan sesama pedagang dipasar dan
mengawasi aktivitas didalamnya. Tujuannya adalah mencegah
kezhaliman dengan cara mengontrol alat timbangan, takaran, ukuran,
dan berbagai jenis alat dagangan lainnya. Dia juga berhak melarang
terjadinya rekayasa harga dan mencegah perdagangan barang-barang
haram. Selain itu juga mengawasi praktik perdagangan. Mustahib harus
melarang berbagai cara perdagangan yang diharamkan seperti riba,
ikhtikar ( penimbunan , semua transaksi yang diharamkan dan
pencegahan pendapatan keuntungan yang berlebihan karena rekayasa
harga.8

2. Transaksi Terlarang dalam Pasar Islami


Ada empat bagian transaksi terlarang dalam pasar islami adalah :
a. Larangan Curang dalam Takaran dan Timbangan

8
Ibid, Hlm. 157-159

13
Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar. Dalam
aktivitas bisnis, takaran (al-kail) biasanya dipakai untuk mengukur
satuan dasar ukuran isi barang cair, makanan, dan berbagai
keperluan lainnya. Untuk menentukan isi dan jumlah besarannya
biasanya memang digunakan alat ukur yang disebut dengan takaran.
Kata lain yang sering dipakai untuk fungsi yang sama adalah literan.
Kalau takaran digunakan sebagai alat ukur satuan isi, timbangan (al-
wazn) dipakai untuk mengukur satuan berat. Takaran dan timbangan
adalah dua macam alat ukur yang diberikan perhatian untuk benar-
benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perspektif
ekonomi syariah.
Sejalan dengan semangat ekonomi yang menekankan
terwujudnya keadilan dan kejujuran, perintah untuk
menyempurnakan takaran dan timbangan berulang ditemukan dalam
Al-Qur’an. Adanya kecurangan dalam menakar dan menimbang
terjadi karena adanya ketidakjujuran yang didorong oleh keinginan
mendapat keuntungan yang lebih besar tanpa peduli dengan
kerugian orang lain. Segala bentuk kecurangan tentunya akan me
nimbulkan akibat buruk dalam kehidupan. Oleh karena itu,
Rasulullah mengingatkan lima perbuatan yang akan mengakibatkan
terjadinya lima macam sanksi dalam kehidupan yaitu :
1) Mereka yang tidak menepati janji akan dikuasai oleh musuh
mereka
2) Orang yang menghukum tidak sesuai dengan hukum Allah
akan ditimpa kemiskinan
3) Masyarakat yang telah bergelimang dengan perbuatan keji
akan menderita kematian
4) Mereka yang senanntiasa berlaku curang dalam takaran
akan mengalami krisis ekonomi dan kegagalan dalam
pertanian
5) Orang yang tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa
kemarau panjang

14
Kecurangan dalam menakar dan menimbang mendapat
perhatian khusus dalam Al-Qur’an karena praktik seperti ini telah
merampas hak orang lain. Selain itu praktik ini juga menimbulkan
dampak yang sangat vital dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya
ketidakpercayaan pembeli terhadap para pedagang yang curang.
Oleh karena itu, pedagang yang curang pada saat menakar dan
menimbang mendapat ancaman siksa di akhirat. Allah berfirman:

‫اس يَ ْستَ ْوفُونَ َوإِذَا‬ ِ َّ‫علَى الن‬ َ ‫َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬


َ ‫ط ِففِينَ الَّذِينَ إِذَا ا ْكتَالُوا‬
‫ظ ُّن أُو َلئِ َك أ َنَّ ُه ْم َم ْبعُوثُونَ ِل َي ْو ٍم‬
ُ ‫َكالُو ُه ْم أ َ ْو َوزَ نُو ُه ْم ي ُْخس ُِرونَ أََل َي‬
َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬ ُ َّ‫ع ِظ ٍيم َي ْو َم يَقُو ُم الن‬
ِ ‫اس ِل َر‬ َ
"Kecelakaan besarlah, bagi orang-orang yang curang
(tentang timbangan). (yaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain. mereka mengurang,
Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam

Ayat ini memberi peringatan keras kepada para pedagang


yang curang. Mereka dinamakan mutaffifin.dalam bahasa arab,
mutaffifin berasal dari kata tatfif atau tafafah yang berarti pinggir
atau bibir sesuatu. Pedagang yang curang itu dinamai mutaffif.,
karena ia menimbang atau menakar sesuatu hanya sampai bibir
timbangan tidak sampai penuh hingga penuh kepermukaan. Dalam
ayat ini, peilaku curang dipandang sebagai pelanggaran moral yang
sangat besar. Pelakunya diancam hukuman berat yaitu masuk neraka
wail.
Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidakadilan
dalam masyarakat, padahal keadilan diperlukan dalam setiap
perbuatan agar tidak menimbulkan perselisihan. Pemilik timbangan

15
akan senantiasa dalam keadaan terancam dengan azab yang pedih
apabila ia bertindak curang dengan timbangannya itu.
Penghargaan ajaran islam terhadap mekanisme pasar
berangkat dari ketentuaan Allah bawa perniagaan harus
dilaksanakan secara baik atas dasar suka sama suka. Dalam Al-
Qur’an dinyatakan bahwa orang yang beriman dilarang memakan
harta sesama manusia dengan cara yang batil kecuali dengan cara
perdagangan atas dasar suka sama suka.

Hendaknya orang yang beriman menyempurnakan takaran


dan timbangan. Allah berfirman :

‫اس ْال ُم ْست َ ِق ِيم ۚ َٰذَ ِل َك َخي ٌْر‬


ِ ‫ط‬َ ‫َوأ َ ْوفُوا ْال َك ْي َل ِإذَا ِك ْلت ُ ْم َو ِزنُوا ِب ْال ِق ْس‬
ً ‫س ُن تَأ ْ ِو‬
‫يَل‬ َ ‫َوأ َ ْح‬
Artinya : dan sempurnakanlah takaran apabila kamu
menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnnya. (QS. Al-Isra’:35)

Karena menyempurnakan takaran dan timbangan dengan


jujur merupakan cara terbaik dalam melakukan transaksi.
Sedangkan orang yang suka mengurangi takaran dan timbangan
akan mendapatkan siksa neraka. Untuk seseorang pedagang harus
berhati-hati, jangan sekali-kali berdusta, karena dusta merupakan
bahaya bagi pedagang. Dusta itu sendiri dapat membawa kepada
perbuatan jahat, sedangkan kejahatan itu dapat membawa kepada
neraka. Karena setipa darah dan daging yang tumbuh dari barang
haram maka neraka adalah tempat yang tepat baginya.
Selain kecurangan dalam penakaran dan penimbangan,
pengawasan muhtasib juga diarahkan kepada praktik penipuan
kualitas barang. Pedagang seharusnya menunjukkan cacat barang
yang dijualnya. Jika ia menyembunyikan cacat barang yang
dijualnya maka ia dapat dikategorikan sebagai penipu. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa harta tidak akan bertambah jika

16
ada kecurangan, sebagaimana harta tdak akan berkurang karena
disedekahkan.9

b. Larangan Terhadap Rekayasa Harga


Rasulullah menyatakan bahwa harga di pasar itu ditentukan
oleh Allah. Ini berarti bahwa harga pasar tidak boleh diintervensi
oleh siapapun. Anas ra meriwayatkan bahwa pernah di Madinah
terjadi kenaikan harga harga-harga barang, kemudian para sahabat
meminta kepada Rasulullah agar menetapakan harga namun beliau
menolaknya karena harga barang dipasar ditentukan oleh Allah.
Anas meriwayatkan bahwa harga melambung pada masa
Rasulullah saw. Masyarakat kemudian mengajukan usulan kepada
Rasullah “Rasulullah menjawab” sesungguhnya Allah lah yang
menentukan harga, yang menahan, melapangkan, dan memberikan
rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah
dalam keadaan tidak seorangpun dari kamu menuntutku tentang
kezaliman dalam darah maupaun harta”. 10
Rekayasa harga dapat terjadi ketika ada seseorang yang
menjadi penghubung ( makelar ) antara pedagang yang dari
pedesaan, kemudian ia membeli dagangan itu sebelum masuk pasar
sehingga para pedagang desa belum tahu harga dipasar yang
sebenarnya. Kemudian pedagang penghubung tadi menjualnya
dikota dengan keuntungan yang sangat besar yang diperoleh dari
pembelian mereka terhadap pedagang pedesaan. Praktik seperti ini
dilarang oleh Rasulullah karena dapat menimbulkan penyesalan
tehadap pedagang perdesaan tersebut.
Islam pada prinsipnya tidak melarang perdagangan, kecuali
ada unsur-unsur kezaliman., penipuan, penindasan dan mengarah
kepada sesuatu yang dilarang. Orang yang memperdagangkan
barang-barang haram seperti menjual arak, babi, narkotik dan lainya

9
Ibid, Hlm. 159-166
10
Sunan al-Darimi, Hadist nomor 2433.

17
tidak dapat diselamatkan karena kebenaran dan kejujurannya.
Sebab pokok perdagangannya itu sendiri sudah mungkar yang
ditentang dan tidak dibenarkan oleh islam dengan jalan apapun.

c. Larangan Terhadap Praktik Riba


Rasulullah mengajarkan agar para pedagang senantiasa
bersikap adil, baik, kerja sama, amanah, tawakkal, qanaa’ah, sabar,
dan tabah. Dalam praktik riba seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan orang yang ingin meminjam harta tetapi disaat yang
sama ia mengharuskan kepada orang yang meminjam itu untuk
memberi tambahan yang nanti akan diambilnya tanpa ada imbalan
darinya berupa kerja dan tidak pula saling memikirkan . sehingg a
disini yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Pelaku riba bagaikan segumpal darah yang meneyrap darah orang-
orang yang bekerja keras, sedangkan ia tidak bekerja apa-apa tetapi
ia tetap memperoleh keuntungan yang melimpah ruah. Dengan
demikian, semakin lebar jurang pemisah d bidang ekonomi antara
kelompok-kelompok yang ada. Oleh karena itu islam sangat keras
dalam mengharamkan riba dan memasukkannya diantara dosa
besar yang merusak serta mengancam orang yang berbuat semikian
dengan ancaman yang sangat berat.

Allah berfirman tentang riba

ِ ‫اس ِب ْال َب‬


ۚ ‫اط ِل‬ ِ َّ‫الر َبا َوقَ ْد نُ ُهوا َع ْنهُ َوأ َ ْك ِل ِه ْم أ َ ْم َوا َل الن‬
ِ ‫َوأ َ ْخ ِذ ِه ُم‬
‫َوأ َ ْعت َ ْدنَا ِل ْل َكافِ ِرينَ ِم ْن ُه ْم َعذَابًا أ َ ِلي ًما‬
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan
karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang
batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
diantara mereka itu siska yang pedih. (QS. An-Nisa:161)
Menurut ulama fiqih, riba dibagi menjadi empat macam
yaitu:

18
1) Riba fadhl
Tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak
sama timbangannya atau takarannya yang disayaratkan oleh
orang yang menukarkan.
Hal ini sesuai dengan hadist nabi saw. sebagai berikut:

َّ ‫ضةُ بِ ْال ِف‬


‫ض ِة‬ َّ ‫ب َو ْزنًا بِ َو ْز ٍن ِمثْ ًَل ِب ِمثْ ٍل َو ْال ِف‬
ِ ‫َب بِالذَّ َه‬
ُ ‫الذَّه‬
‫َو ْزنًا ِب َو ْز ٍن ِم ْث ًَل ِب ِمثْ ٍل فَ َم ْن زَ ادَ أَ ْو ا ْست َزَ ادَ فَ ُه َو ِربًا‬
“Emas dengan emas, setimbang dan semisal; perak
dengan perak, setimbang dan semisal; barang siapa
yang menambah atau meminta tambahan, maka
(tambahannya) itu adalah riba”. (HR Muslim dari
Abu Hurairah).
2) Riba qardh
Meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami / mempiutangi.
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan
menjadi riba, seperti sabda Rasulullah Saw.:

‫ض َج َّر َم ْن َف َعةً فَ ُه َو ِربًا‬


ٍ ‫ُك ُّل قَ ْر‬

“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.”


(Riwayat Baihaqi).

3) Rida yad
Berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli
menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu tidak
boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan pihak pertama.
Hal ini sesuai dengan hadist nabi saw. sebagai berikut:

19
‫ب ِربًا إِ ََّل َها َء َوهَا َء َو ْالب ُُّر بِ ْالب ُِر ِربًا ِإ ََّل هَا َء‬
ِ ‫َب بِالذَّ َه‬ ُ ‫الذَّه‬
‫ير ِربًا‬ َّ ‫ير ِبال‬
ِ ‫ش ِع‬ ُ ‫ش ِع‬َّ ‫َوهَا َء َوالت َّ ْم ُر ِبالت َّ ْم ِر ِربًا ِإ ََّل َها َء َوهَا َء َوال‬
‫ِإ ََّل هَا َء َوهَا َء‬
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan,
gandum dengan gandum riba kecuali dengan dibayarkan
kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan
dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali
dengan dibayarkan kontan (HR al-Bukhari dari Umar bin al-
Khaththab).

4) Riba nasi’ah
Tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis
yang pembayarannya disyaratkan lebih, dengan
diakhiri/dilambatkan oleh yang meminjam.
Mengenai hal ini Rasulullah SAW. Menegaskan bahwa:

ِ ‫ان بِا ْل َحيَ َو‬


‫ان‬ ِ ‫سلَّ َم نَهى َع ْن بَيْعِ الَ َحيَ َو‬
َ ‫صلَّىاهللُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫ب ا َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ ٍ ُ ‫س َم َرةِ ب ِْن ُج ْند‬
َ ‫َع ْن‬
ً‫نَ ِس ْيئَة‬

“Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad


saw. Telah melarang jual beli hewan dengan hewan dengan
bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan
oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud)”11

d. Larangan Terhadap Penimbun (ihtikar)


Islam mengajak kepada pemilik harta untuk mengembangkan
harta mereka dan menginvestasikannya sebaliknya melarang untuk
membekukan atau tidak memfungsikannya. Maka tidak boleh bagi

11
Makalah fiqih muammalah, http://www.islahilwathon.ga/2014/06/makalah-fiqih-muamalah-
tentang-riba_7.html. 7 juni 2014.

20
pemilik tanah menelantarkan tanahnya dari pertanian, apabila
masyarakat memerlukan apa yang dikeluarkan oleh bumi berupa
tanaman dan buah-buahan. Tidak heran jika Al-Qur’an memberi
peringatan peringatan kepada orang-orang yang menyimpan
hartanya dan yang bersikap mementingkan dirinya sendiri dengan
ancaman yang berat. Allah Swt berfirman:

َ‫ان لَيَأ ْ ُكلُون‬


ِ َ‫الر ْهب‬ ً ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن َكث‬
ِ َ‫يرا ِمنَ ْاَل َ ْحب‬
ُّ ‫ار َو‬
َ‫َّللاِ ۗ َوالَّذِينَ َي ْك ِن ُزون‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َ َ‫صدُّون‬ ِ ‫اس ِب ْال َب‬
ُ ‫اط ِل َو َي‬ ِ َّ‫أ َ ْم َوا َل الن‬
‫ب أ َ ِل ٍيم‬
ٍ ‫َّللا فَ َبش ِْر ُه ْم ِب َعذَا‬ َّ ‫َب َو ْال ِف‬
َ ‫ضةَ َو ََل يُ ْن ِفقُو َن َها ِفي‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫الذَّه‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih. (QS. At-Taubah: 34)

‫َار َج َهنَّ َم فَت ُ ْك َو َٰى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم‬ ِ ‫علَ ْي َها فِي ن‬ َ ‫يَ ْو َم ي ُْح َم َٰى‬
َ‫ور ُه ْم ۖ َٰ َهذَا َما َكن َْزت ُ ْم َِل َ ْنفُ ِس ُك ْم فَذُوقُوا َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْك ِن ُزون‬
ُ ‫ظ ُه‬ُ ‫َو‬

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam,


lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu". (QS. At-Taubah: 35)
Demikian juga tidak diperbolehkan bagi pemilik uang untuk
menimbun dan menahannya dari peredaran, sedangkan umat dalam
keadaan membutuhkan untuk memfungsikan uang itu untuk proyek

21
– proyek yang bermanfaat dan dapat membawa dampak berupa
terbukanya lapangan kerja bagi para pengangguran dan
menggairahkan aktivitas perekonomian. tidak heran jika Al-Qur’an
memberi peringatan kepada orang-orang yang menyimpan harta
dan yang bersikap mementingkan dirinya sendiri dengan ancaman
yang berat.
Akan tetapi islam memberikan batasan pemilikan harta dalam
pengembangan dan investasinya dengan cara-cara benar yang tidak
bertentangan dengan akhlak, norma dan nilai-nilai kemuliaan.
Tidak pula bertentangan dengan kemaslahatan sosial karena dalam
islam tidak terpisah antara ekonomi dan akhlak. 12

12
Op.Cit. Mujahidin Ahmad. 159-182

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar dapat diartikan sebagai tempat dimana penjual dan pembeli
bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka.Dalam ekonomi
islam tidak ada sama sekali pemisahan antara manfaat normatif suatu mata
dagangan dan nilai ekonominya. Dengan perkataan lain, semua yang
dilarang digunakan tidak memiliki nilai ekonomi. Salah satu Tugas pokok
mustahib adalah mengawasi pasar. Dia harus menjaga keharmonisan
sesama pedagang dipasar dan mengawasi aktivitas didalamnya. Tujuannya
adalah mencegah kezhaliman dengan cara mengontrol alat timbangan,
takaran, ukuran, dan berbagai jenis alat dagangan lainnya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis selesaiakan, diharapkan kepada
para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah. Karena penulis merasa masih ada terdapat kesalah baik itu dari
segi tulisan maupaun pemaparan isi, semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua. Aamiin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nasution ,Mustafa Edwin Dkk. 2006. Pengenalan Ekonomi Eklusif Ekonomi Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ali, Nizar. 2017. Ekonomi Islam : Sejarah, Konsep, Instrumen Negara dan Pasar.
Depok: Rajawali Pers.

Makalah fiqih muammalah, http://www.islahilwathon.ga/2014/06/makalah-fiqih-


muamalah-tentang-riba_7.html. 7 juni 2014.

24

Anda mungkin juga menyukai