Berdasarkan tema yang saya ambil untuk paper ini, maka rumusan
masalah yang akan saya bahas diantaranya adalah
1. Revaluasi aset tetap dalam paket kebijakan ekonomi jilid V
2. Pendalaman materi mengenai revaluasi asset dalam paket kebijakan
ekonomi jilid V terutama terkait keuntungan revaluasi aktiva bagi
perusahaan dan perbedaan dengan PMK 79/PMK.03/2008
3. Target penerimaan pajak dalam APBN 2016 setelah adanya
paket kebijakan ekonomi jilid V
1.3 TUJUAN
1. Revaluasi Aset
Direktorat Jendral Pajak akan memberikan persetujuan dalam waktu 30 hari sejak
berkas diterima lengkap.
Tanggal Pengajuan Permohonan Besaran Tarif Khusus pph
Final Turun dari 10% Menjadi
Maka dari itu hal yang harus diperhatikan adalah mengenai jangka waktu
setor PPh atas revaluasi :
Jangka waktu penyetoran PPh ini adalah indikasi bahwa pemerintah dalam
keadaan mengejar target penerimaan pajak untuk 2015 dan sebagai persiapan
untuk target penerimaan pajak pada tahun 2016 (dapat dilihat dalam Pasal 5 ayat
(3) Peraturan Menteri Keuangan
nomor 191/PMK.010/2015). Karena secara idealnya PPh atas revaluasi ini
dikenakan selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa
buku fiskal semula. Selisih lebih ini diketahui setelah ada laporan perusahaan jasa
penilai atau ahli penilai. Inilah yang diatur di Peraturan Menteri Keuangan nomor
79/PMK.03/2008.
1. Diskon tarif PPh menjadi lebih kecil yaitu, 3%, 4% atau 6% saja;
2. Sisi aktiva Neraca perusahaan akan naik sebesar nilai lebih dan
dicatat dalam akun "Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Wajib Pajak Tanggal .... ". Akun ini disusutkan sesuai masa manfaat aktiva
Tetap. Artinya, tahun-tahun setelah revaluasi penghasilan
neto fiskal akan tergerus oleh penyusutan selish lebih revaluasi.
3. Sisi ekuitas Neraca akan muncul "saham baru" baik berupa saham bonus
atau saham baru tanpa penyetoran. Saham baru ini bukan objek PPh
sesuai Pasal 2 hurup b Peraturan Pemerintah nomor 94 tahun 2010.
Secara umum, penambahan saham tanpa setoran, apapun namanya,
dianggap dividen. Bisa dicek bagian penjelasan Pasal 4 (1) hurufg UU
PPh.
Maka dari itu keuntungan bagi pebisnis dengan revaluasi ini adalah selain
mendapat diskon pajak penghasilan, pemegang saham juga dapat tambahan
saham yang bukan objek PPh, dan secara fiskal penghasilan neto akan lebih
kecil dibanding tahun lalu.
Satu lagi keuntungan revaluasi adalah bahwa dengan "tambahan nilai aktiva"
maka perusahaan bisa menambah jumlah utang ke bank untuk modal kerja atau
menaikkan nilai sahamsebelum initial publik
offering (IPO).
4. PERBEDAAN REVALUASI AKTIVA MENURUT PMK-191 DENGAN PMK-79
5. TARGET PENERIMAAN PAJAK DALAM APBN 2016
Target Pendapatan Negara naik Rp60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh sebesar
3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya penerimaan
perpajakan sebesar Rp57,4 T
Target Penerimaan Perpajakan naik Rp57,4 T dari APBNP 2015 atau tumbuh
sebesar 3,9%, yang terdiri dari:
• Penerimaan Pajak naik Rp 65,9 T atau tumbuh sebesar 5,1% dari APBNP
2015, terutama dipengaruhi oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi dan extra
effort di bidang perpajakan tahun 2016
• Kepabeanan dan Cukai turun Rp8,5 T atau sebesar 4,3% dari APBNP 2015,
terutama disebabkan turunnya tarif bea keluar CPO beserta turunannya
sebagai dampak dari kebijakan pembentukan Badan Penghimpun Dana
Perkebunan Kelapa Sawit.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Paket kebijakan ekonomi jilid V yang telah diterbitkan pada Oktober 2015
terutama terkait perihal revaluasi aktiva BUMN dan BUMS diharapkan dapat
berperan besar dalam penerimaan pajak APBN 2016. Hal itu dapat dilihat dari
target penerimaan PPh Non Migas tahun 2016 yang memiliki presentase 53% dari
total penerimaan pajak. Hal lain yang dapat dijadikan acuan adalah bahwa pada
akhir tahun 2015 setelah diterbitkannya paket ekonomi jilid V DIREKTORAT
Jenderal Pajak memperkirakan fasilitas diskon pajak penghasilan (PPh) final atas
penilaian kembali aktiva tetap atau revaluasi aset tahun 2015 akan melebihi target.
Penerimaan pajak dari kebijakan revaluasi aset per 31 Desember 2015 telah
mencapai Rp 14,3 triliun dan angka ini masih bersifat sementara. Pencapaian itu
telah melebihi target, sebab pemerintah hanya menargetkan dapat meraup Rp 10
triliun dari revaluasi aset dengan tarif 3%. Wajib pajak yang memanfaatkan
fasilitas ini sebanyak 1.438 wajib pajak, wajib pajak badan swasta maupun Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Antara lain PT Angkasa Pura I dan II, PT
Perkebunan Nasional III, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, dan PT Bank Artha
Graha International Tbk. PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN) juga turut memanfaatkan fasilitas ini. Besaran setoran
PPh final dari revaluasi aset PLN mencapai Rp 6 triliun, setengahnya
dibayarkan tunai ke kas negara dan sisanya diperhitungkan dalam besaran
subsidi pemerintah.Akan tetapi untuk tahun 2016 Direktorat Jenderal Pajak
belum dapat memberikan target penerimaan pajak dari kebijakan ini. Yang jelas
pada tahun 2016 tarif PPh final atas revaluasi aktiva akan naik menjadi 4% pada
semester I dan 6% pada semester II.
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam paper ini. Semoga paper ini dapat memberi manfaat khususnya
bagi para pembaca. Atas segala kekurangan dalam makalah ini, penulis
mohon maaf.