Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa 1949


melalui Undang-Undang Nomor 59 tahun 1958, memiliki konsekuensi untuk terikat
dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam konvensi tersebut yang dilaksanakan
melalui mekanisme, sistem, dan tata hukum yang berlaku di Indonesia. Di antara hal
substantif yang perlu mendapat pengaturan berdasarkan Konvensi-konvensi Jenewa
tersebut adalah tentang penggunaan lambang yang berfungsi sebagai tanda pengenal
dan tanda pelindung dalam masa damai maupun sengketa bersenjata. Lambang yang
diakui oleh konvensi adalah lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah serta singa
dan matahari merah (sejak tahun 1980 tidak digunakan lagi oleh Iran). Penggunaan
lambang yang digunakan untuk misi kemanusiaan diawali dengan penetapan
Lambang Palang Merah sebagai satu-satunya lambang bendera -untuk rumah sakit,
ambulance-ambulance dan pihak-pihak yang dievakuasi dalam perang- dan ban
lengan sebagaimana tertuang dalam Konvensi Jenewa tahun 1864, penggunaan
lambang palang merah sebagai satu-satunya lambang kemanusiaan ini mengalami
perubahan setelah Pecah perang antara Turki dan Rusia dan penolakan Turki untuk
menggunakan Lambang Palang Merah. Hal ini membawa konsekuensi bagi kedua
belah pihak pada saat itu untuk mengatur kembali perlindungan terhadap tim medis
dan fasilitas-fasilitas yang terlindungi. Oleh karena itu pada tahun 1877 kedua belah
pihak berkomitmen secara penuh untuk menghargai penggunaan lambang Palang
Merah (Rusia) dan Lambang Bulan Sabit Merah (Turki) pada fasilitas dan tim medis
masing-masing negara. Kesepakatan ini yang membawa International Comite of Red
Cross (ICRC)1 pada tahun 1878 menyatakan kemungkinan diadopsinya perhimpunan
resmi yang lain untuk negara non kristen. 2 Upaya agar diakuinya lambang yang

1
ICRC singkatan dari International Comitee Red Cross. Embrio ICRC adalah sebuah komite yang terdiri
dari 5 orang anggota warga negara swiss yaitu : Henry Dunant, Jendral Durfour (ketua Angkatan Bersenjata
Swiss), Gustave Moynier (pengacara), Lois Appia dan Theodore Maunoir (dokter), yang didirikan oleh
Geneva Public Welfare Society Pada Bulan Februari tahun 1863, di Jenewa, Swis. Komite tersebut merespon
ide yang ditawarkan oleh Henry Dunant dalam bukunya a memory of solferino untuk melindungi yang sakit
dan yang luka dalam pertempuran. Komite tersebut juga menggagas Konferensi Internasional tahun 1863
yang dihadiri oleh 15 wakil negara yang telah menghasilkan pinsip-prinsip dan resolusi internasional.
Sebagai kelanjutan dari konferensi tersebut, diadakan Konferensi Diplomatik internasional yang
diselenggarakn di jenewa, Swis yang menghasilkan Konvensi jenewa 1864. Selanjutnya ICRC dikenal
sebagai sebuah lembaga kemanusiaan internasional yang netral dan mendedikasikan kegiatannya untuk
kepentingan kemanusiaan .Lihat www.nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1963/red-cross-
history.html juga dan ICRC, kenalilah ICRC, ICRC, Jenewa, Swiss, 2001
2
ICRC sebagai lembaga yang berwenang menentukan sebuah perhimpunan nasional menurut konvesi
jenewa. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Red_Cross#Red_Crescent

1
berbeda dilanjutkan oleh delegasi dari sebagian negara muslim pada saat
3
penyusunan tentang Konvensi Maritim tahun 1899 di Hague . Atas inisiatif Turki
tahun 1929 Lambang Bulan Sabit Merah kemudian dikenalkan dalam Revisi Pasal 19
Konvensi Jenewa 1864. Sejak saat itulah Lambang Palang Merah, Lambang Bulan
Sabit Merah, Lambang singa dan matahari merah telah secara resmi diakui sebagai
lambang yang digunakan dalam misi kemanusiaan.
Barulah sejak diratifikasinya Konvensi Jenewa tahun 1949 oleh negara-
negara di dunia, penggunaan ketiga lambang ini dikenal secara luas. Lambang Bulan
Sabit Merah kemudian dikenal dan digunakan sebagai lambang perhimpunan
kemanusiaan yang diakui resmi oleh sebagian besar negara muslim di dunia,
terutama yang tergabung di dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI)4. Diantara
negara-negara tersebut terdapat beberapa negara yang menggunakan Lambang
Palang Merah lebih dahulu sebelum akhirnya menetapkan Lambang Bulan sabit Merah
sebagai lambang perhimpuanan resminya, seperti Malaysia, Pakistan dan Bangladesh.
Lambang Bulan Sabit Merah secara umum lekat dengan sejarah peradaban
Islam. Hal ini dimulai ketika Turki menaklukan Konstantinopel (Istambul) tahun 1453.
sejak itu Dinasty Otoman berkuasa dan mengadopsi bendera dan simbol negara
yang telah digunakan yaitu bulan sabit (dan bintang) 5. Lambang Bulan Sabit Merah
dapat diterima secara luas dalam masyarakat muslim karena dinasti Otoman
berkuasa didalam dunia islam selama ratusan tahun. Sehingga penggunaan bulan
sabit pada bendera-bendera di negara muslim (seperti Malaysia, Khazakhstan, Turki,
Ajerbaizan,dll) merupakan pengejewantahan melekatnya lambang ini pada dunia
Islam sebagai bagian dari masyarakat Internasional. Oleh karena itu, ketika lambang
bulan sabit dipilih sebagai lambang pengenal dan pelindung, lambang tersebut
mudah di terima karena melekat dalam sejarah peradapan muslim di Dunia.
Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk beragama Islam
sebanyak 182 juta6 dan merupakan yang terbesar di seluruh dunia. Identifikasi
Indonesia sebagai negara muslim terbesar telah melekat dalam pergaulan antar
bangsa-bangsa di dunia, sehingga lambang ataupun ciri yang dipakai Indonesia
dalam menjalankan perannya di kancah internasional selayaknya sebagai
pengejewantahan dari identifikasi yang dibuat oleh negara-negara di dunia, yaitu
sebagai negara dengan populasi muslim terbesar. Hal ini berlaku pula bagi sebagian

3
ICRC, Commentary II Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of Wounded, Sick and
shipwrecked members of Armed Forces at Sea, ICRC, 1960.Hal. 231
4
OKI didirikan tanggal 25 September 1969 sebagai reaksi atas pendudukan Israel diwilayah Al-Aqsa.
OKI terdiri dari 57 negara-negara muslim di dunia. Lihat http://www.oic-oci.org/
5
Lihat : www.islam.com
6
Lihat : www.depag.go.id/index.php?menu=page&pageid=17)

2
besar negara muslim di dunia yang menggunakan bulan sabit merah sebagai
lambang perhimpunan nasional yang diakui oleh pemerintahnya.
Pada tingkat nasional, perlu diakui bahwa sejarah panjang Indonesia
dalam pendudukan Belanda (Indonesia mempertahankan kemerdekaannya dari
penjajahan Belanda) berimplikasi pada pemberlakuan perangkat atau lembaga yang
juga digunakan Belanda di negara jajahannya (Indonesia) 7. Sehingga penggunaan
lambang bulan sabit merah sebagai lambang kemanusiaan yang sangat dekat dengan
ke-Indonesiaan tidak dipakai oleh pemerintah Belanda sebagai lambang perhimpunan
nasional Indonesia sehingga mengakibatkan lambang bulan sabit merah belum
dikenal secara meluas oleh rakyat Indonesia. Reformasi yang dimulai pada tahun
1998, telah membawa perubahan positif diantaranya penguatan posisi dan peran
masyarakat madani (civil-society) di Indonesia. Salah satu ciri yang paling menonjol
dari masyarakat madani adalah timbulnya inisiatif dan kreativitas dalam berorganisasi
yang dapat melakukan pemberdayaan dan membantu masyarakat, sebagai contoh
organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Sebagian organisasi
kemanusiaan tersebut menggunakan bulan sabit merah sebagai lambang organisasi
mereka8. Fenomena ini merupakan refleksi bahwa antara aktivitas dan sikap batin
masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lambang yaitu ketentuan
yang telah ditetapkan Konvensi Jenewa 1949. Lambang bulan sabit merah adalah
lambang yang dilindungi, sehingga perlu diberlakukan pelarangan dan
penghukuman segala bentuk peniruan dan penyalahgunaan lambang tersebut dalam
bentuk Undang-undang sebagaimana dimaksud dan terdapat pada ketentuan pasal
53 Konvensi Jenewa yang pertama. Pengakuan oleh negara atas sebuah lambang
bulan sabit merah tidak menghalangi kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh
organisasi–organisasi yang telah ada. Hal yang terpenting adalah ketika sebuah
organisasi berkehendak menggunakan lambang bulan sabit merah dalam sebuah misi
yang dibenarkan oleh konvensi Jenewa 1949, organisasi tersebut haruslah terlebih
dahulu memperoleh izin penggunaan lambang bulan sabit merah dari ketua umum
perhimpunan bulan sabit merah.

B. Tujuan dan Kegunaan dibentuknya RUU Lambang Bulan Sabit Merah


Tujuan dan Kegunaan dibentuknya RUU Lambang Bulan Sabit Merah ini adalah :

7
Pada saat pendudukan Belanda dikenal oganisasi Palang Merah dengan nama Het Nederlandshe Roode
Kruis Afdeling Indonesie
8
Organisasi tersebut antara lain Bulan Sabit Merah Indonesia : lihat :www.bsmi.org.id dan MER-C
(Medical Emergency Rescue-Comitee ) : lihat www.mer-c.org.id

3
1) Melaksanakan ketentuan dalam Konvensi Jenewa 1949 terutama terkait
dengan lambang;
2) Ditetapkannya lambang bulan sabit sebagai satu-satunya lambang yang
berwenang melakukan kegiatan kemanusiaan di Indonesia menurut
Konvensi Jenewa;
3) Tersosialisasinya fungsi lambang sebagai tanda pengenal dan tanda
pelindung;
4) Penegakan hukum terhadap peniruan dan penyalahgunaan lambang

C. Metode Pendekatan
Penulisan naskah akademik ini menggunakan metode deskriptif analitis.
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya 9. Penulisan ini bersifat
kualitatif, yaitu melalui bahan hukum primer (Undang-Undang dan Konvensi-
Konvensi Jenewa) dan bahan pustaka seperti buku, karya ilmiah, termasuk
melalui situs-situs internet yang kompeten.

BAB II
ANALISIS HUKUM

A. Peraturan Perundang-Undangan Yang Berhubungan Dengan Lambang


Bulan Sabit Merah

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 508 KUHP berbunyi Barang siapa tanpa wewenang memakai dengan sedikit
penyimpangan suatu nama atau tanda jasa yang pemakaiannya menurut
ketentuan undang-undang, semata-mata untuk suatu perkumpulan atau personal
perkumpulan, atau personal dinas kesehatan tentara, diancam dengan pidana
kurungan paling lama satu bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah

Pasal 565 KUHP berbunyi barangsiapa tanpa wewenang menggunakan suatu


tanda pengenal walapun dengan sedikit perubahan, menurut ketentuan undang-
undang yang hanya boleh dipakai oleh kapal-kapal rumah sakit, sekoci-koci kapal
yang demikian, maupun perahu-perahu yang digunakan untuk pekerjaan merawat

9
Soejono Soekanto, Metodologi penelitian, CV Rajawali, 1985,h.15

4
orang sakit, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Ketentuan Pasal 508 dan 565 KUHP tidak menyebutkan secara eksplisit tanda
pengenal yang dimaksud (‘suatu tanda pengenal’). Lebih dari itu ancaman
hukuman yang diterapkan dalam kedua pasal tersebut masih kurang memadai.

2. Undang-Undang No 15 Tahun 2001 Tentang merk


Pasal 6 ayat 3 (b) permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis

3. UU Nomor 59 tahun 1958 tentang ratifikasi ikut serta Negara


Republik Indonesia dalam seluruh konvensi Jenewa tanggal 1949
Undang-Undang tersebut mengesahkan dan menjadi dasar berlakunya
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 di Indonesia. Indonesia terikat untuk
melaksanakan Hal-hal yang diatur dalam Konvensi-Konvensi Jenewa 1949. Terkait
dengan lambang yang diakui dalam konvensi, Indonesia berkewajiban untuk
menerapkan sanksi hukum atas penyimpangan dan penyalahgunaan lambang-
lambang tersebut.

B. Hukum Internasional yang terkait dengan lambang bulan sabit merah

Pengaturan mengenai Lambang Bulan Sabit Merah terdapat dalam berbagai


perangkat hukum internasional, baik didalam Konvensi, yang mengatur secara umum
lambang bulan sabit merah, atau Peraturan tentang Pemakaian Lambang Palang
Merah atau Bulan Sabit Merah oleh Perhimpunan-Perhimpunan Nasional, yang
mengatur secara terperinci ketentuan pemakaian lambang bulan sabit merah

1. Konvensi Jenewa 1929


Konvensi Jenewa 1929 merupakan revisi dari Konvensi Jenewa 1864 untuk
Perbaikan Keadaan yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Bersenjata di Medan
Pertempuran darat.

5
Konvensi Jenewa 1864 hanya mengakui keberadaan satu lambang, yaitu Palang
Merah. Melalui Pasal 19 Konvensi Jenewa 1929 10, lambang Bulan sabit secara
resmi diakui.

2. Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949


Konvensi-konvensi Jenewa tahun 1949 terdiri dari 4 Konvensi :
1. Konvensi Jenewa I , (Geneva Convention for the Amelioration of the Condition
of the Wounded and Sick in Armed Forces in the Fields). Konvensi ini
merupakan revisi dari Konvensi Jenewa 1929;
2. Konvensi Jenewa II, untuk Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata
di laut yang Luka, Sakit dan Korban Karam (Geneva Convention for the
Amelioration of the Condition of the Wounded, Sick and Shipwrecked Members
of Armed Forces at sea, of August 12, 1949);
3. Konvensi Jenewa III, mengenai Perlakuan Tawanan Perang (Geneva
Convention relative to the Treatment of Prisoners of War);
4. Konvensi Jenewa IV mengenai Perlindungan Orang Sipil di Waktu Perang
(Geneva Convention relative to the Protection Civilian Persons in Time of
War);

Secara terperinci, pasal-pasal dalam Konvensi yang mengatur tentang lambang,


antara lain :
1. Pasal 38-44, 53 dan 54 Konvensi jenewa I
2. Pasal 41-45 Konvensi Jenewa II
Pasal 38 Konvensi Jenewa I dan Pasal 41 Konvensi Jenewa II menyebutkan
palang merah dan bulan sabit merah sebagai lambang yang diakui oleh konvensi.
Komentar Konvensi Jenewa II oleh ICRC terkait dengan pasal 41 Paraqraph 2
berbunyi :.. ” in 1929, the two emblems authorized as exceptions were introduced
into the Geneve Convention-namely the red crescent end the red lion and sun. In
1949, the text of the Maritim Convention was brought into line with that of the
First Convention as regard the emblem, while at the same time refusing to accept
any others”11 .
Komentar tersebut mengatakan bahwa sejak tahun 1929 dua lambang tambahan
diakui oleh Konvensi Jenewa, yaitu Bulan sabit Merah dan Singa Merah dan
Matahari. Ketentuan tersebut diperkuat oleh Konvensi-Konvensi Jenewa tahun

10
Pasal 19 berbunyi :..Nevertheless, in the case of countries which already use, in place of the Red Cross,
the Red Crescent or the Red Lion and Sun on white ground as a distinctive sign, these emblems are also
recognized by the terms of the present Convention. Commentary1
11
Op.Cit 3, Hal. 232

6
1949 yang secara bersamaan mempertegas penolakan terhadap lambang yang
lain manapun12

3. Protokol Tambahan I Tahun 1977 dan Protokol Tambahan II


Tahun 1977 Protokol I
Ketentuan tentang lambang bulan sabit didalam kedua protokol ini terdapat
dalam:
- Pasal 18 dan 85 Protokol Tambahan I
- Pasal 12 Protokol Tambahan II
Indonesia belum meratifikasi kedua protokol tersebut. Diharapkan dimasa
mendatang kedua protokol tersebut dapat segera diratifikasi mengingat hal-hal
yang diatur dalam kedua protokol tersebut penting untuk ditaati oleh negara
(Indonesia)

4. Statuta Internasional Gerakan Internasional Palang Merah Dan


Bulan Sabit Merah
Statuta Internasional Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah mengikat negara-negara anggota perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah , Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Liga Perhimpunan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (sekarang Federasi Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah).
Statuta Internasional Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah meliputi pembukaan, prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dan batang
tubuh yang terdiri dari 22 Pasal. Statuta ini memberikan gambaran umum tentang
Perhimpunan Internasional, ICRC dan Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah serta Konferensi Internasional palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Terkait dengan Perhimpunan nasional Palang Merah atau Bulan Sabit
Merah, statuta memberikan persyaratan diterimanya Perhimpunan Nasional
tersebut oleh ICRC sebagai bagian dari Perhimpunan yang termaksud dalam
Konvensi Jenewa 1949. Syarat-syarat tersebut termaksud dalam Pasal 4 statuta
ini :

 Be constituted on the territory of an independent State where the Geneva


Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick in
Armed Forces in the Fields is in force

12
Sejak desember 2005, diadopsi protokol ketiga yang menetapkan lambang kristal merah. Protokol ini
dimaksudkan sebagai jawaban terhadap negara-negara yang tidak dapat menrima penggunaan Palang
Merah atau Bulan sabit sebagai lambang resmi perhimpunan negara-negara tersebut. Lihat : Federasi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit : http://www.ifrc.org/who/emblem.asp

7
 Be the only National Red Cross or red Crescent society of the said State and
be directed by a central body which shall alone be competent to represent it in
its dealings with other components of the movement

 Be duly recognised by the legal government of its country on the basis of the
Geneva Convention and of the national legislation as voluntary aid society,
auxiliary to the public authorities in the humanitarian field

 Have an autonomous status which allows it to operate in conformity with the


Fundamental Principles of the movement

 Use the name and emblem of the Red Cross or Red Crescent in conformity
with the Geneva Convention
 Be so organized as to be able to fulfil he tasks defined in its own statutes,
including the preparation in peace time for its statutory tasks in case of armed
conflict
 Extend its activities to the entire territory of the State
 Recruit its voluntary members and its staff without consideration race, sex,
lass, religion or political opinions
 Adhere to the present Statues, share in the fellowship which unites the
components of the Movement and cooperate with them13

Perhimpunan nasional yang diakui sebagai perhimpunan sebagaimana


yang dimaksud dalam Konvensi-Konvensi Jenewa adalah Perhimpunan yang
menggunakan lambang Palang merah atau Bulan Sabit Merah sesuia dengan
Konvensi Jenewa dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah disebutkan
diatas.

5. Peraturan tentang Pemakaian Lambang Merah atau Bulan Sabit


Merah oleh Perhimpunan-Perhimpunan Nasional
Peraturan tentang pemakaian lambang tersebut di adopsi oleh konferensi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Wina tahun 1965, yang
kemudian direvisi oleh Council of Delegates di Budapest tahun 1991. Peraturan
tersebut berlaku bagi semua Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Nasional, sebagai bentuk penjabaran lebih lanjut ketentuan Pasal 44 Konvensi

13
lihat Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah :www.ifrc.org

8
Jenewa I (Konvensi untuk perbaikan keadaan anggota Angkatan Bersenjata yang
luka dan sakit di medan pertempuran darat) tentang lambang.
Secara garis besar Peraturan ini mengatur tentang ketentuan umum tentang
lambang serta pemakaian lambang sebagai tanda perlindungan dan sebagai tanda
pengenal.

6. Deklarasi Internasional tentang Keragaman Budaya


Deklarasi tersebut diprakasi oleh United Nation Educational Scientific and
Cultural Organisation (UNESCO) bulan November tahun 2001. Melalui deklarasi ini
diakui bahwa keragaman budaya merupakan sebuah warisan bersama umat
manusia (common heritage of humanity) sebagai mana yang tertuang dalam
Pasal 1. Ditegaskan pula bahwa HAM menjamin keberagaman budaya (Pasal 4)
Penggunaan Bulan Sabit sebagai lambang yang digunakan oleh negara–negara
muslim di dunia merupakan cerminan bahwa peradaban islam memiliki simbol
dan identitas yang berbeda dengan peradaban lain di dunia. Perbedaan tersebut
diakui secara hukum dengan diakuinya eksistensi Bulan Sabit Merah bersama-
sama dengan Palang Merah.

C. Hal-hal yang belum dan perlu diatur dalam hukum positif


- Belum ada Undang-Undang yang menetapkan berlakunya Bulan sabit Merah
sebagai satu-satunya lambang yang diakui, sehingga perlu ditetapkan Undang-
Undang tersebut
- KUHP hanya mengatur peniruan lambang tetapi tidak mengatur penyalahgunaan
lambang ketika sengketa bersenjata atau masa damai, sehingga perlu juga diatur
penyalagunaan lambang ketika sengketa bersenjata dan masa damai
-KUHP tidak menyebutkan secara eksplisit lambang yang dimaksud, sehingga
perlu diatur tentang lambang tertentu (Bulan Sabit Merah) yang dilindungi
-Pengaturan mengenai sanksi terhadap pelanggaran dan penyalahgunaan
lambang yang merupakan komitmen seluruh peserta konvensi, belum cukup
memadai, yaitu hanya I bulan kurungan atau denda sebanyak empat ribu lima
ratus rupiah (Pasal 565 dan Pasal 508 KUHP)

D. Perangkat hukum yang digunakan berdasarkan materi muatan

UU Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang undangan


Pasal 8 UU nomor 10 tahun 2004 berbunyi : ”materi muatan yang harus diatur
dengan Undang-Undang berisi hal-hal yang :

9
a. mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang meliputi :
1. hak-hak asasi manusia;
2. hak dan kewajiban warga negara;
3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian
kekuasaan negara;
4. wilayah negara dan pembagian daerah;
5. kewarganegaraandan kependudukan;
6. keuangan negara;
b. Rancangan Undang-Undang lambang bulan sabit merah mengatur
ketentuan tentang hak dan kewajiban warga negara.
c. Rancangan Undang-Undang tentang lambang bulan sabit merah mengatur
penggunaan lambang bulan sabit merah sebagai lambang pelindung dan pengenal
pada waktu gencatan senjata dan damai.
d. Rancangan Undang-Undang ini berisi hak warga negara untuk menggunakan
lambang bulan sabit merah dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
konvensi dan secara bersamaan berkewajiban menggunakannya dalam tujuan
yang telah ditentukan oleh undang-undang. Apabila terjadi penyalahgunaan
lambang tersebut maka Undang-Undang menerapkan sanksinya

BAB III
DASAR PEMIKIRAN

A. Dasar Filosofis

Kesadaran penggunaan lambang yang bersifat universal didasarkan pada fakta


sejarah di Eropa pada Abad 19 yang mana setiap angkatan bersenjata tiap-tiap negara
mencirikan pelayanan kesehatannya melalui sebuah bendera dengan warna-warna yang
berbeda, seperti putih di Austria, merah di Perancis, kuning di Spanyol 14. Kesadaran
tersebut diwujudkan pada Konferensi Internasional tanggal 26-29 Oktober 1863. Dalam
konferensi tersebut timbul sebuah keinginan untuk menggunakan sebuah ban lengan
yang digunakan oleh tim medis. Ketika itu Dr.Appia 15 mengajukan sebuah ban lengan
putih, lalu Konferensi-mungkin melalui saran Jendral Dorfour-memutuskan menambah

14
Francois Bugnion, « l’embleme de la croix rouge et celui du Croisant Rouge », Revue International de
la Croix-Rouge no. 779, p. 424-435,1989, Swiss, 1989. Lihat
www.icrc.org/web/fre/sitefreO.nsf/html/5F2H4A
15
Dr.Appia adalah salah satu pendiri ICRC

10
sebuah Lambang Palang Merah16. Dalam minuta Konferensi tahun 1863 17
tersebut tidak
ditemukan alasan yang mendasari penggunaan Palang Merah sebagai lambang yang
digunakan diatas dasar putih tersebut18. Penetapan Palang Merah19 sebagai lambang
yang diakui oleh Konvensi jenewa tahun 1864 tidak mendapatkan pertentangan ketika
itu mengingat kedua belas negara peratifikasi konvensi tersebut adalah negara Eropa 20,
yang menganut nilai-nilai yang tidak memisahkan hubungan antara negara dan agama
(kristen). Konferensi tahun 1906 merevisi konvensi tahun 1864 dengan menambah
sebuah klausa yang menyatakan bahwa lambang Palang Merah diadopsi sebagai
penghormatan terhadap Swiss dan dibentuk dengan membalikan warna bendera federal.
Masuknya Turki sebagai negara peratifikasi Konvensi Jenewa 1864 sejak tanggal
5 Juli 1865 dilanjutkan hingga keterlibatannya pada Konferensi Jenewa tahun 1920
membawa konsekuensi internasionalisasi dan humanisasi Hukum Perikemanusiaan
melalui pemgakomodasian sistem hukum yang berbeda. Usulan yang diterima yang
berasal dari Turki diataranya adalah penerapan deklarasi perang, sebagai syarat
sebelum dimulainya peperangan antara kedua belah negara yang bertikai.
Internasionalisasi Konvensi Jenewa tersebut semakin terlihat dengan diakuinya
‘lambang yang lain’ disamping lambang yang sudah ada. Melalui Proposal Turki, Persia
dan Mesir, Konferensi 1929 membuat revisi kedua dari Konvensi Jenewa secara bulat 21.
Revisi tersebut membawa konskuensi diterimanya Bulan sabit Merah dan Singa Merah
dan Matahari sebagai lambang resmi disamping Palang Merah 22. Sebagian negara muslim
16
ICRC, Commentary I Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of Wounded, Sick and
shipwrecked members of Armed Forces at Sea, ICRC, 1960.Hal. 297
17
Konferensi tahun 1863 dihadiri oleh 15 wakil negara yang telah menghasilkan pinsip-prinsip dan
resolusi internasional.. Sebagai kelanjutan dari konferensi tersebut, diadakan Konferensi Diplomatik
internasional yang diselenggarakn di jenewa, Swis yang menghasilkan Konvensi jenewa 1864. Konvensi
jenewa 1846 merupakan formalisasi dari prinsip-prinsip dan resolusi yang dihasilkan pada Konferensi 1863.
Pasal 7 Konvensi Jenewa tahun 1864 tentang Perbaikan Keadaan yang Luka dan Sakit dalam Angkatan
Bersenjata di Medan Pertempuran darat berbunyi “a distinctive and uniforn flag shall be adopted for
hospitals, ambulances and evacuation parties. It should in all cicumstances be accompanied by the national
flag. An Armlet may also be worn by pesonnel enjoying neutrality but its issue shall be left to the militay
authorities. Both flag and armlet shall bear a red cross on a white ground”
18
Pierre Boissier, History of International Committee of the Red Cross : From solferino to Tsushima,
Henry Dunant Institute, Geneva, 1978,p. 77
19
Signifikasi ‘cross’ yang dimaksud adalah ‘salib’, sedangkan ‘cros’ yang dimaksud sebagaimana
dijelaskan dalam Commentarry II adalah ‘greek cross’ (salib yunani) yang biasa digunakan sebagai tanda
pembeda. Op.Cit 3, p. 230
20
Negara-negara tersebut adalah Belgia, Denmark, Spanyol, Perancis, Italia, Belanda, Portugal, Prussia,
Wurtemberg, Baden, Algarves, Hess. Lihat Henry Dunant,, a memoy of Solferino, ICRC, Jenewa, 1986
21
Op Cit 14, Hal.299
22
Pasal 19 Konvensi Jenewa tahun 1929 berbunyi ‘...nevertheless, in the case of countries which already
use, in place of the Red Cross, the Red Crescent or the Red Lion and Sun on a hite ground as a distinctive
sign, these emblems are also recognized by the terms of the present Conventon.’Lihat Annex dari
Commentary I

11
telah mengadopsi Bulan Sabit Merah setelah tahun 1929, dan ICRC tidak merasa bahwa
hal tersebut sebagai alasan penolakan atas pengakuan perhimpunan-perhimpunan
negara-negara tersebut23.
Penerimaan Bulan Sabit Merah sebagai lambang yang juga diakui tidak dapat
dilepaskan dari upaya reorintasi gerakan ICRC untuk menjadi sebuah gerakan yang lebih
terbuka dan mendunia. Dibawah kepemimpinan Henry Dunant, ICRC (Red Cross ketika
itu) belum lah menjadi sebuah Komite yang belum sepenuhnya terbuka karena menurut
Dunant, ‘the Red Cross was not, in Dunant’s conception, a purely secular organisation,
but an intenational body of ‘samaritans’ in the best of tradition of Christian charity,
tending to the wounded, sick and vulnerable 24. Barulah dibawah kepemimpinan Gustave
Moynier, perubahan Gerakan ICRC terjadi pada tingkat normatif, yang mengalienasi dari
nilai-nilai kristiani kedalam sekulerisme yang bersifat universal sebagai kombinasi hukum
natural dan positivisme internasional25. Moynier telah bekerja untuk meyakinkan
penerapan Hukum Perikemanusiaan tersebut oleh semua agama, termasuk islam.
Moynier adalah penggerak pertama yang mendirikan Perhimpunan Palang Merah
Ottoman tahun 186826
Eksistensi lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menurut Konvensi
Jenewa 1929 teruji kembali dalam Konferensi Diplomatik 1949 . Pada Konferensi ini
terdapat tiga usulan yang berkembang yaitu:
1. Kembali kepada penggunaan Palang Merah sebagai satu-
satunya lambang
2. Setiap negara memiliki hak untuk menggunakan simbol
apapun pada dasar putih, sebagaimana yang telah diusulkan oleh Israel
3. Meniadakan tidak hanya lambang alternatif tetapi juga
Palang Merah, dan menggantikannya dengan lambang geometrikal yang lain 27.

Ketiga usulan tersebut akhirnya tidak dapat diterima dalam Konferensi itu.
Semakin banyak negara yang menggunakan Bulan Sabit Merah sebagai lambang
perhimpunan negaranya, menyebabkan usulan pertama tidak dapat dipenuhi. Terkait
dengan usulan kedua, penggunaan lambang dimaksudkan untuk memudahkan

23
ICRC berwenang memutuskan perhimpunan nasional sebagai pehimpunan yang dimaksud dalam
Konvensi Jenewa.
24
Sebagaimana dikutip oleh James Cockayne, Islam and international Humanitarian Law : From a Clash
to a Conversation between Civilisations,RICR September 2002 Vol 84 Hal. 601
25
Ibid,Hal. 847
26
Lambang Palang Merah Dinasti ottoman telah dirubah menjadi Lambang Bulan sabit Merah sejak
-------- Ibid
27
Op.Cit 14, Hal 301-302

12
identifikasi tim medis atau pihak lain yang harus dilindungi. Sehingga keberadaan
banyaknya lambang akan menyulitkan identifikasi pihak-pihak yang harus dilindungi.
Ussulan Peniadaan kedua lambang tidak dapat disetujui karena keberadaan lambang
Palang Merah dan lambang Bulan Sabit Merah sangat lekat dengan sejarah lahirnya
organisasi kemanusiaan itu sendiri.
Tetap diakuinya eksistensi Lambang Bulan Sabit Merah menandakan bahwa
negara-negara di dunia mengakui keberagaman diantara mereka 28. Lambang Bulan
Sabit Merah untuk sebagian besar negara muslim di dunia merupakan identitas negara
mereka yang tidak dapat dipisahkan dengan eksistensi bangsa dan negara. Sehingga
tidaklah mengherankan apabila Lambang Bulan Sabit Merah digunakan secara meluas
oleh negara-negara muslim di dunia yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam
(OKI)29.
Negara-negara anggota OKI yang menggunakan Bulan Sabit Merah sebanyak 33
negara (Lihat ditabel 1), sedangkan yang menggunakan Palang Merah sebanyak 21
Negara (Lihat ditabel 2)
Tabel 1.
Daftar Negara OKI yang menggunakan Bulan Sabit Merah sebagai Lambang
perhimpunan nasionalnya30.

Lambang
N Nama Komposisi Jumlah penduduk Perhimpunan
Bentuk Negara
o Negara berdasarkan keagamaan Nasional yang
digunakan
31.056.977 (99 % Muslim, 1 % Bulan Sabit
1 Afghanistan Republik Islam
lainnya) Merah
32.930.092 (99 % Muslim, 1 % Bulan Sabit
2 Algeria Republik
Kristen & Yahudi) Merah
3 Azerbaijan Republik 7.961.619 (93,4 % Muslim, 2,5 Bulan Sabit
% Russian Orthodox, 2,3 % Merah
Armenian Orthodox, 1,8 %

28
Bagi negara-negara yang keberatan untuk menggunakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah,
Lambang Kristal atau Kombinasi kedua lambang didalam kristal merupakan sebuah solusi yang ditawarkan
oleh Protokol ketiga tentang Lambang ketiga. Negara-negara tersebut memandang bahwa kedua lambang
tersebut memiliki signifikasi ideologis dan religius. Contoh negara-negara tersebut adalah Israel dan India.
Lihat www.ifrc.org
29
Organisasi Konferensi Islam (OKI) adalah organisasi negara-negara muslim yang didirikan tanggal
25 September 1969 di kota Rabat, Kerajaan Maroko sebagai reaksi atas pendudukan Israel diwilayah Al-
Aqsa, Palestina Anggota OKI terdiri dari 57 negara-negara muslim yang tersebar di seluruh dunia.
Sekretariat Jendral OKI berada di Jeddah, Arab Saudi.
30
Lihat https//www.cia.gov./cia/publications/factbook/feilds/2128.html
lihat Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah :www.ifrc.org

13
Lainnya)
698.585 (81,2 % Muslim, 9 % Bulan Sabit
4 Bahrain Monarki Konstitusi
Kristen, 9,8 % Lainnya) Merah
Demokrasi 147.965.352 ( 83 % Muslim, 16 Bulan Sabit
5 Bangladesh
Parlementer % Hindu, 1 % Lainnya) Merah
379.444 ( 67 % Muslim, 13 %
Brunei Bulan Sabit
6 Monarki Budha, 10 % Kristen, 10 %
Darusalam Merah
Lainnya)
690.948 (98 % Muslim, 2 % Bulan Sabit
7 Comoros Republik
Katolik ) Merah
486.530 (94 % Muslim, 6 % Bulan Sabit
8 Djibouti Republik
Kristen) Merah
78.887.007 ( 90 % Muslim, 9 % Bulan Sabit
9 Mesir Republik
Coptic, 1 % Kristen) Merah
68.688.433 (98 % Muslim, 2 % Bulan Sabit
10 Iran Teokrasi
Lainnya) Merah
26.783.383 ( 97 % Muslim, 3 % Bulan Sabit
11 Irak Teokrasi
Kristen & lainnya) Merah
5.906.760 (92 % Muslim, 6 % Bulan Sabit
12 Yordania Monarki Konstitusi
Kristen, 2 % Lainnya) Merah
15.233.244 ( 47 % Muslim, 44
Bulan Sabit
13 Kazakhtan Republik Sekuler % Russian Orthodox, 2 %
Merah
Protestan, 7 % Lainnya)
2.418.393 ( 85 % Muslim, 15 % Bulan Sabit
14 Kuwait Monarki
Kristen, Hindu, Parsi & lainnya) Merah
5.213.898 ( 75 % Muslim, 20 %
Bulan Sabit
15 Krygystan Republik Russian Orthodox, 5 %
Merah
Lainnya)
5.900.754 ( 97 % Muslim, 3 % Bulan Sabit
16 Libya Diktaktor
Lainnya) Merah
Bulan Sabit
17 Malaysia Monarki Konstitusi 24.385.858 ( -)
Merah
Bulan Sabit
18 Mauritania Republik 3.177.388( 100 % Muslim)
Merah
33.241.259 ( 98,7 % Muslim, Bulan Sabit
19 Maroko Monarki Konstitusi
1,1, Kristen, 0,2 % Yahudi) Merah
165.803.560 ( 97 % Muslim, 3 Bulan Sabit
20 Pakistan Republik
% Kristern, Hindu & Lainnya) Merah
Bulan Sabit
21 Palistina Republik 3.702.212
Merah
885.359 ( 95 % Muslim, 5 % Bulan Sabit
22 Qatar Monarki
Lainnya) Merah
Bulan Sabit
23 Saudi Arabia Monarki 27.019.731 ( 100 % Muslim)
Merah
24 Somalia Tidak ada system 8.863.338 (100 % Muslim) Bulan Sabit

14
pemerintahan yang
Merah
tetap
Government of 41.236.378 ( 70 % Muslim, 5 % Bulan Sabit
25 Sudan
National Unity (GNU) Kristen, 25 % indigeous beliefs) Merah
18.881.361 (90 % Muslim, 10 Bulan Sabit
26 Syiria Republik
% Yahudi) Merah
7.320.815 (90 % Muslim, 10 % Bulan Sabit
27 Tajikistan Republik
Lainnya) Merah
10.175.014 ( 98 % Muslim, 1 % Bulan Sabit
28 Tunisia Republik
Kristen, 1 % Yahudi & Lainnya) Merah
70.413.958 ( 99,8 % Muslim, Bulan Sabit
29 Turki Republik Sekuler
0,2 % Kristen & Yahudi) Merah
5.042.920 ( 89 % Muslim, 9 %
Turkmenista Bulan Sabit
30 Republik Eastern Orthodhox, 2 %
n Merah
Lainnya)
Uni Emirat 2.602.713 ( 96 % Muslim, 4 % Bulan Sabit
31 Federal
Arab Kristen, Hindu, & Lainnya) Merah
27.307.134 ( 88 % Muslim, 9 % Bulan Sabit
32 Uzbekistan Republik
Eastren Orthodox, 3 % Lainnya) Merah
Bulan Sabit
33 Yaman Republik 21.456.188 ( -)
Merah
34

Tabel 2
Daftar Negara OKI yang menggunakan Palang Merah sebagai Lambang
perhimpunan nasionalnya31.

Lambang
N Nama Komposisi Jumlah penduduk Perhimpunan
Bentuk Negara
o Negara berdasarkan keagamaan Nasional yang
digunakan
3.581.655(70 % Muslim, 20 %
1 Albania Emerging Democracy Palang Merah
Orthodok, 10 % Katolik)
7.862.944 (50 % Kepercayaan
2 Benin Republik Pribumi, 30 % Kristen, 20 % Palang Merah
Muslim)
13.902.972(50 % Muslim, 40 %
3 Burkina-Faso Republik Parlementer Kepercayaan Pribumi, 10 % Palang Merah
Katolik)
4 Kamerun Republik 17.340.702(40 % Kepercayaan Palang Merah
31
Lihat https//www.cia.gov./cia/publications/factbook/feilds/2128.html
lihat Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah :www.ifrc.org

15
Pribumi, 40 % Kristen, 20 %
Muslim)
9.944.201(51 % Muslim, 35 %
5 Chad Republik Kristen, 7 % Animisme, 7 % Palang Merah
Lainnya)
17.654.843(35 % Muslim, 40 %
6 Cote D’ivoire Republik Kepercayaan Pribumi, 25 % Palang Merah
Kristen)
1.424.906 (75 % Kristen, 24 %
7 Gabon Republik Palang Merah
Animisme, 1 % Muslim)
1.641.564(90 % Mslim, 9 %
8 Gambia Republik Kristen, 1 % Kepercayaan Palang Merah
Pribumi)
9.690.222(85 % Muslim, 8 %
9 Guinea Republik Kristen, 7 % Kepercayaan Palang Merah
Pribumi)
1.442.029(50 % Kepercayaan
10 Guine-Bissau Republik Pribumi, 45 % Muslim, 5 % Palang Merah
Kristen)
767.245 (50 % Kristen, 35 %
11 Guyana Republik Hindu, 10 % Muslim, 5 % Palang Merah
Lainnya)
245.542.739 (88 % Muslim, 5
% Kristen, 3 % Katolik, 2 % Palang
12 Indonesia Republik
Hindu, 1 % Budha, 1% Merah
Lainnya)
3.874.050 (60 % Muslim, 39%
13 Lebanon Republik Palang Merah
Kristen, 1 % Lainnya)
11.716.829 (90 % Muslim, 9 %
14 Mali Republik Kepercayaan Pribumi, 1 % Palang Merah
Kristen)
19.686.505 (24 % Katolik, 18
15 Mozambique Republik % Muslim, 17 % Kristen, 24 % Palang Merah
atheis, 17 % Lainnya)
12.525.094 (80 % Muslim, 20
16 Niger Republik Palang Merah
% Kristen)
131.859.731 (50 % Muslim, 40
17 Nigeria Republik % Kristen, 10 % Kepercayaan Palang Merah
Pribumi)
11.987.121 (94 % Muslim, 5 %
18 Senegal Republik Kristen, 1 % Kepercayaan Palang Merah
Pribumi)

16
6.005.250 (60 % Muslim, 30 %
19 Sierra Loene Demokrasi Konstitusi Kepercayaan Pribumi, 10 % Palang Merah
Kirsten)
5.548.702 (51 % Kepercayaan
20 Togo Republik Pribumi, 29 % Kristen, 20 % Palang Merah
Muslim)
28.195.754 (33 % Katolik, 33
21 Uganda Republik Kristen, 16 % Muslim, 18 % Palang Merah
Kepercayaan Pribumi )

Berdasarkan tabel di atas, maka negara-negara OKI dapat diklasifikasikan


menjadi 3 bagian :
a. Negara dengan ideologi Islam
Negara-negara yang masuk ke dalam kategori ini adalah negara yang
menggunakan Islam sebagai dasar dalam kehidupan bernegaranya Baik dari
ideologi, sistem pemerintahannya, sistem hukum yang digunakan, maupun dalam
kehidupan sehari-hari warga negaranya.
Contoh dari negara dengan ideologi islam adalah Saudi Arabia, Afghanistan dan
Iran

b. Negara demokrasi dengan penduduk mayoritas muslim


Secara garis besar negara demokrasi dengan penduduk mayoritas muslim dapat
dibagi menjadi dua, pertama, negara demokrasi yang tidak secara tegas
memisahkan hubungan antara negara dan agama. Sebagai contoh Negara
Indonesia. UUD 1945 Pasal 1 (2) berbunyi : Kedaulatan berada ditangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD’ sedangkan Pasal 29 (1) menyatakan bahwa
’negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa’.
Kedua, negara demokrasi yang secara tegas memisahkan hubungan antara
agama dan negara (negara sekuler). Sebagai contoh Turki dan Kazakhstan. Pasal
4 Konstitusi negara Turki menyatakan empat (4) prinsip fundamental Republik
Turki : Prinsip Sekuler, Keadilan sosial, persamaan di depan hukum, dan kesatuan
antara republik dan bangsa Turki32 bahwa Turki adalah negara sekuler dengan
sistem pemerintahannya republik demokrasi. Jadi setiap kebijakan yang diambil
oleh negara tersebut tidak boleh dipengaruhi oleh agama.

c. Negara yang memiliki penduduk muslim.


Umumnya negara-negara yang masuk dalam kategori ini memiliki jumlah
penduduk muslim (tetapi tidak mayoritas), namun anggota OKI. Contohnya

32
Lihat http//en.wikipedia.org/wiki/Constitution_of_Turkey

17
adalah negara Gabon,kamerun, Benin dan lain-lain.

Mayoritas negara anggota OKI yakni sebanyak 33 negara menggunakan


Bulan Sabit Merah sebagai lambang Perhimpunan Nasionalnya sedangkan yang
menggunakan Palang Merah sebagai lambang perhimpunan nasionalnya sebanyak 21
negara.
Kecuali Indonesia, Albania, Guinea, Gambia, Mali, dan senegal Negara-negara
OKI yang masuk dalam klasifikasi negara yang mayoritas jumlah penduduknya
muslim (klasifikasi a dan b) menggunakan Bulan Sabit Merah sebagai lambang
perhimpunan nasionalnya. Contohnya adalah negara Arab Saudi, Mauritania,Brunei
Darusalam, Tunisia, Kazakhstan, Turki, dan lain-lain.
Diantara negara-negara yang mayoritas jumlah penduduknya muslim tersebut
terdapat beberapa negara yang menggunakan Palang Merah lebih dahulu
sebelum akhirnya menetapkan Bulan Sabit Merah sebagai lambang
perhimpunan resminya, seperti Malaysia, Pakistan dan Bangladesh.
Sedangkan negara dengan jumlah penduduk muslimnya bukan mayoritas,
menggunakan Palang Merah sebagai perhimpunan nasionalnya. Contohnya adalah
negara Kamerun, Gabon, Guyana, Mozambique, dan lain-lain.
Sebuah harapan, sebagaimana yang tercetus dalam Konferensi Diplomatik tahun
1949 untuk menjadikan Palang Merah sebagai satu-satunya Lambang perhimpunan
nasional di masa mendatang, tidak dapat terealisasi. Sebagian besar negara-negara
33
muslim lahir pasca Perang Dunia II memilih mengunakan Lambang Bulan sabit
Merah sebagai lambang perhimpunan negaranya. Lambang tersebut berbeda dengan
lambang yang dipakai oleh negara-negara yang sebelumnya menjajah mereka
(Inggris, Perancis, Italia,dll), yaitu Lambang Palang Merah. Sikap yang ditunjukan
oleh sebagian besar negara muslim tersebut menandakan bahwa simbol merupakan
pengejewatahan peradaban dan budaya mereka, yang berbeda dengan negara-
negara penjajah mereka.
Tidak dapat dipungkiri kerja keras ICRC mengkampanyekan netralitas Lambang
Palang Merah dari unsur-unsur ideologis. Namun kenyataannya, sebagian besar
negara muslim di dunia memandang bahwa Lambang Palang Merah sebagai lambang
agama (nasrani), sehingga pengunaan Palang Merah sebagai lambang perhimpunan
negara-negaranya tersebut mustahil dapat diterima di negara-negara tersebut.
Terkait dengan Indonesia, Indonesia menggunakan Lambang Palang Merah sebagai
Lambang Perhimpunan nasionalnya. Lambang Palang Merah di Indonesia dikenalkan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda sejak tanggal 21 Oktober 1873, melalui sebuah organisasi

33
Sebagian besar negara-negara muslim lahir Pasca PD II, sebagai contoh : Pakistan (1947), Bangladesh
(1971), Somalia (1960), Mauritania (1960), UEA (1971) dan Kazakhstan (1991)

18
yang disebut Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai) 34. Organisasi ini akhirnya
dibubarkan pada saat pendudukan Jepang35. Paska kemerdekaan, tanggal 3 September 1945
Presiden Soekarno mengeluarkan surat Perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah
Nasional, yang membawa konsekuensi pada dibentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia
pada tanggal 5 September 1945 36. Arti penting dari dibentuknya Perhimpunan Palang Merah
Indonesia, diantaranya, sebagai penyerta pihak ketiga (ICRC) sebagai pihak yang netral
terkait dengan penyelesaian tawanan perang Jepang, yang umumnya terdiri dari orang-orang
Eropa Keberadaan Palang merah Indonesia sebagai perhimpunan nasional dikukuhkan oleh
Kepres RIS nomor 25 tahun 1950, yang membawa konsekuensi penyerahan tanggung jawab
dan kewajiban termasuk aset Nerkai kepada PMI.
Ada dua hal yang dapat diambil terkait dengan pengukuhan eksistensi PMI ketika itu.
Pertama, hendaknya dipisahkan antara dibentukanya Lembaga Kemanusiaan dan kemudian
dikokohkan lembaga tersebut sebagai perhimpunan nasional dan dilain pihak, penggunaan
(pemilihan) lambang perhimpunan tersebut. Kedua, menggali sebab dalam konteks ketika itu,
mengapa Indonesia tidak memilih lambang lain (Lambang Bulan Sabit).
Pembentukan lembaga kemanusiaan nasional (PMI) ketika itu patut mendapat apresiasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan PMI membantu meringankan beban korban perang
dan memudahkan penyerahan tawanan perang (dari pihak Jepang ke Sekutu). Pemerintah
memandang urgensi dibentuknya lembaga kemanusiaan nasional. Pemilihan Palang Merah
sebagai sebuah Lembaga dan kemudian disahkan sebagai sebuah perhimpunan nasional tidak
lepas dari alasan pragmatis dan historis, karena ketika itu telah dikenal Nerkai buatan
Pemerintah Kolonial Belanda. Sehingga penyerahan aset Nerkai kepada PMI menjadi sesuatu
yang tidak terelakan.
Suatu hal yang terkait dengan lambang nampaknya kurang mendapat perhatian ketika itu.
Penggunaan Lambang Palang Merah merupakan konsekuensi logis penetapan PMI sebagai
perhimpunan nasional.
Apabila kita hendak menggali mengapa Pemerintah tidak menggunakan Lambang Bulan
Sabit Merah, kita harus mengetahui bahwa penggunaan lambang tersebut belum secara luas
digunakan di dunia internasional. Hanya dua negara yang menggunakan lambang tersebut,
yaitu Mesir dan Turki37 karena sebagian besar negara-negara muslim adalah negara-negara
yang belum merdeka ketika itu. Pada saat yang bersamaan, lambang Palang Merah telah
secara luas telah digunakan (terutama oleh sebagian besar negara Eropa).
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak negara-negara di dunia (negara-
negara muslim) yang menggunakan

34
Lihat website Palang Merah Indonesia : http://www.palangmerah.org/sejarah_pmi.asp?stat=ina
35
Ibid
36
Ibid
37
Perhimpunan Bulan Sabit Turki dibentuk sejak tanggal 11 Juni 1868 dengan nama Hilal-i Ahmer
Cemiyeti, pada saat Pemerintahan Kemal Attaturk, nama tersebut dirubah menjadi kizilay, dengan arti yang
sama, yaitu Bulan sabit Merah Turki. Sedangkan Perhimpunan Bulan sabit Mesir dibentuk sejak tahun 1912.
lihat situs perhimpunan Palang Merah Mesir : http://www.egyptianrc.org/English/index_en.htm

19
Seperti kita ketahui, dalam alinea pertama dari Pembukaan UUD 1945
dinyatakan tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia,
maka oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. 38 Kemanusiaan yang adil
dan beradab adalah sikap yang menghendaki terlaksananya human values
dalam arti pengakuan dignity of man and human rights serta human freedom,
tiap-tiap orang diperlakukan secara pantas, tidak boleh disiksa dan dihukum
secara ganas, dihina atau diperlakukan secara melampaui batas. Kemanusiaan
mengakui seluruh manusia sama-sama mahluk Tuhan dan dengan demikian
segala bangsa sama tinggi dan sama rendahnya dan ini berarti suatu
pengakuan kemerdekaan bagi segala bangsa dengan menolak kolonialisme dan
imperialisme.

Kemanusiaan juga berarti pengakuan manusia sebagai individu dan


sebagai mahluk sosial. Sebagai individu ia mempunyai hak-hak asasi yang
dapat dinikmati dan dipertahankannya terhadap gangguan yang datang baik
dari pihak penguasa maupun dari individu lainnya. Sebagai makhluk sosial
penggunaan hak-hak asasi itu tidak boleh melanggar hak-hak asasi orang lain,
bahkan harus selalu berfungsi sosial dalam arti adanya keseimbangan antara
kepentingan individu dengan kepentingan manusia.

Keberadaan suatu lembaga kemanusiaan menjadi suatu hal yang tak


dapat ditawar-tawar lagi terutama dalam situasi konflik bersenjata.
Pengalaman Palang Merah Indonesia (sebut tentang sejarah PMI) memang
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara
yang menjunjung tinggi kemanusiaan. (baru di landasan sosiologis disebutkan
keinginan untuk merubah nama menjadi Bulan Sabit Merah)

B. Dasar Sosiologis

39
Indonesia terletak diantara 6ºLU dan 11ºLS dan 95ºBT dan 141ºBT merupakan
sebuah negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, dengan luas
keseluruhannya mencapai 5.193.252 KM². Negeri dengan penduduk mencapai
245.452.739 Jiwa40, dan termasuk negara peringkat ke - 4 dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia.
Indonesia diuntungkan dengan letak Geografisnya, yaitu keuntungan berupa
kekayaan alam yang melimpah di darat dan dilaut, hutan yang luas, keanekaragaman
satwa dan tumbuhan hingga kekayaan budaya dengan bermacam – macam suku seperti
Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Minang, Dayak, Asmat dan lainnya yang tersebar di 32
propinsi. Namun di samping karunia yang melimpah ada bencana yang rentan terjadi
akibat posisi geografis tersebut, karena Indonesia terletak di antara 2 benua dan diapit
38
Ibid
39
Sumber : "http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia
40
Sumber : https//www.cia.gov./cia/publications/factbook/feilds/2128.html

20
oleh lautan. Berbagai bencana itu kini menimpa Indonesia.diantaranya Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami yang terjadi di Aceh, Nias, Mentawai, dan Yogyakarta, bencana ini
menjadi daftar panjang penderitaan rakyat Indonesia dan ditambah dengan pertikaian
berbau SARA yang terjadi di Ambon dan Maluku, yang menyebabkan goresan luka
jasmani dan rohani Indonesia.
Selain Bencana alam yang rentan terjadi, Indonesia juga rentan terhadap bencana
yang di akibatkan oleh manusia yang hidup didalamnya yaitu bencana moral seperti
korupsi, kriminalitas, kemiskinan, hingga fasilitas pendidikan dan kesehatan yang tidak
memadai. Korupsi merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi dalam
masyarakat Indonesia, sehingga si kaya menjadi tambah kaya dan simiskin menjadi
semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat kemiskinan banyak anak yang
putus sekolah, angka pengangguran dan kriminalitas yang tinggi, serta merambat pada
bidang kesehatan, yaitu timbulnya gizi buruk dan busung lapar pada anak-anak serta
berbagai penyakit lainnya dan penderitaan itu semakin lengkap dengan biaya rumah
sakit yang mahal.
Terpanggil karena melihat kondisi masyarakat Indonesia yang dari hari ke hari
semakin terpuruk dan kemampuan masyarakat yang menurun dalam mendapatkan
fasilitas kesehatan serta untuk menyelamatkan generasi masa depan bangsa Indonesia,
maka terbentuklah lembaga – lembaga kemanusiaan sebagai wadah untuk meringankan
beban bangsa dari persoalan – persoalan social serta untuk meringankan beban
pemerintah dalam membantu masyarakat yang tertimpa bencana,
Pasca reformasi Pemerintah Indonesia membuka kran Demokrasi seluas-luasnya,
termasuk diantaranya adalah kebebasan untuk mendirikan lembaga – lembaga
kemanusiaan. Adapun Lembaga – lembaga kemanusiaan yang dibentuk memiliki corak
dan kekhasan tersendiri, tak terkecuali dengan lambang yang digunakan sebagai cermin
identitas lembaga mereka. Diantara lembaga-lembaga kemanusiaan yang ada, mereka
menggunakan Bulan Sabit Merah sebagai lambang dari lembaganya diantara lembaga
tersebut adalah Bulan Sabit Merah Indonesia ( BSMI ), Medical Emergency Rescue
Committe (MER-C), Hilal Merah Indonesia, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), ,
Bulan Sabit Merah Jawa Barat.
Walaupun lembaga – lembaga kemanusiaan tersebut menggunakan Lambang
Bulan Sabit Merah yang notabene identik dengan agama Islam namun Lembaga
Kemanusiaa ini lahir sebagai organisasi kemanusiaan yang bersifat independent dalam
memberikan dukungan dan pertolongan kepada yang membutuhkan tanpa memandang
agama, ras, kelas sosial dan aspirasi politik. Hal ini dapat kita lihat pada berbagai
aktivitas kemanusiaan yang telah dilakukan oleh lembaga – lembaga kemanusiaan
tersebut yaitu :
1. Bulan Sabit Merah Indonesia

21
Atau yang biasa di sebut juga dengan BSMI didirikan pada tanggal 8 juni 2002, BSMI
telah mempunyai 48 Cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, selama masa
pendiriannya BSMI telah banyak memberikan sumbangsih kemanusiaan untuk rakyat
Indonesia. Lembaga ini menunjukkan dalam hal bantuan kemanusiaan, Islam
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan tanpa membedakan suku, bangsa, dan
41
agama , tanpa ragu dokter-dokter BSMI berangkat ke Aceh pasca Tsunami, mereka
bekerja total tanpa mau dipublikasikan42 diantara kegiatan kemanusian yang pernah
dilakukan oleh BSMI antara lain: Mendirikan Rumah Sakit darurat di Aceh 43, BSMI
buka RS lapangan di Pidie, di Lamlagang, klinik BSMI di Sigli, BSMI Operasi Kanker
44
Rahim, dan BSMI Layani ribuan pengungsi sakit , Aksi BSMI di Nias45, Penyaluran
bantuan dan melakukan perawatan pada salah seorang korban bom tentena di rumah
sakit Sinar Kasih Tantena46, Melakukan operasi gratis dari berbagai macam penyakit
untuk korban tsunami sebagai bentuk kepedulian social kepada masyarakat Aceh 47,
Menggelar pengobatan pada 1.000 warga yang tidak mampu 48, Mengadakan pelatihan
49
untuk pemulihan psikis untuk menangani trauma pasca bencana , Membiayai
50
operasi Tumor Payudara , Operasi Hernia untuk Pasien Miskin 51, RS BSMI menggelar
52 53
Operasi Gratis di NAD-Nias , Menggelar Posko kesehatan di Aceh, di pacitan ,
54
Membentuk dua posko kesehatah di jember , Membuka Posko Korban Longsor di
Manado55, 150 relawan BSMI siaga di Merapi56, 300 Anak Korban Gempa di khitan
BSMI57, Tim Medis BSMI untuk Yogyakarta 58, Menggelar posko peduli bencana dan
kesehatan di Bolmong59, mengkhitan 250 anak korban gempa di yogyakarta 60, Misi
Kemanusiaan BSMI di Pangandaran dan Yogyakarta61, Mobil Klinik BSMI untuk
Pangandaran dan Yogya62 dan banyak lagi jenis bantuan lain yang diberikan bukan

41
Harian Umum Republika, 8 Juli 2005
42
Majalah Tempo, Edisi Khusus setahun Tsunami , Januari 2006
43
Harian Kompas, 11 Januari 2005
44
Serambi Indonesia 16, 19, dan 31 Januari 2005, 1,4 Februari 2005
45
Hidayatullah, Mei 2005
46
Radar Sulteng, Selasa, 31 Mei 2005
47
Rakyat Aceh, 11 Juni 2005
48
Pos Kota, 23 Juni 2005
49
Media Indonesia 29 Juli 2005
50
Indo Pos, Juli 2005
51
Rakyat Aceh, Ahad 4 September 2005., Seputar Indonesia, 7 September dan 24 Oktober 2005., Jawa
Pos, 8 September 2005
52
Republika, Rabu, 28 September 2005, Republika, Selasa, 4 April 2006
53
Republika, Selasa, 25 Oktober dan 14 Desember 2005
54
Republika, Kamis, 5 Januari 2006
55
Republika, Kamis 23 Februari 2006
56
Republika, Kamis 27 April 2006
57
Republika, Rabu, 5 Juli 2006
58
Pos Kota, Selasa 20 Juni 2006
59
Posko Manado, Rabu 5 Juli 2006, Mando Post, Kamis, 6 Juli 2006
60
Kartini, No 2171, 3 s/d 17 Agustus 2006
61
Ummi, Edisi 05, XVIII, 2006
62
Noor September, 2006

22
hanya di Indonesia melainkan juga memberikan bantuan ke luar negeri antara lain
yaitu : Bantuan Sumbangan ke Lebanon63, BSMI terjunkan 5 Dokter Spesialis ke
Lebanon64, Kirim Ambulans dan bantuan Medis 65, Membantu membebaskan Reporter
Metro TV (Mutia Havid) yang menjadi tawanan di Irak 66, Memberikan bantuan pada
saat terjadi bencana Gempa Bumi di Pakistan67

2. MER-C ( Medical Emergency Rescue Committee )


Atau yang biasa di sebut dengan Mer-C mempunyai beberapa cabang yang tersebar
si seluruh Indonesia di antaranya adalah cabang Jogja, Semarang dan Malang, Mer-C
merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis
dan mempunyai sifat profesional, netral, mandiri, sukarela dan mobilitas tinggi.
Tujuan didirikannya adalah untuk memberikan pelayanan medis untuk korban
perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa dan bencana alam
baik di dalam maupun di luar negeri. Lembaga ini menggunakan Bulan Sabit yang
terbuka ke kanan dengan bola dunia tergantung di ujung atas Bulan Sabit tersebut,
diantara kegiatan kemanusian yang pernah dilakukan oleh Mer-C antara lain : Tim
MER-C berangkat ke Lebanon dengan Tim terdiri dari 12 orang, Tim yang dikirimkan
adalah Tim Bedah dengan membawa bantuan peralatan medis dan obat-obatan untuk
pelayanan medis bagi korban perang di Lebanon dan fokus kegiatan adalah operasi
lapangan dan pelayanan medis di pengungsian, khususnya di Lebanon Selatan 68,
Melakukan bantuan medis kepada para pengungsi korban bencana alam dan konflik,
mengirimkan tim medisnya ke wilayah perang di Libanon / Palestina. Sebelumnya
pengiriman tim medis ke luar negeri pernah dilakukan ke Afghanistan (Perang), Iraq
(perang), Iran (Gempa bumi), Thailand (Konflik), Mindanao (Konflik) dan terakhir ke
Kashmir (gempa bumi), Memberikan bantuan medis/bedah kepada para korban
konflik serta membawa bantuan obat-obatan., Menyerahkan peralatan medis dari
rakyat Indonesia kepada rakyat Libanon Selatan, Memberikan bantuan medis
kemanusiaan kepada para korban gempa di Pakistan 69, Pengiriman misi – misi
kemanusiaan ke berbagai wilayah bencana alam dan konflik di tanah air seperti di
Aceh, Yogyakarta dan Pangandaran, MER-C Cabang Semarang menurunkan Tim
Medisnya di daerah bencana di Demak dan Banjarnegara, Menyusul terjadinya banjir
bandang dan tanah longsor di sejumlah tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
63
Republika, Senin 4 September 2006 dan Selasa 12 September 2006, Indo Pos, Selasa 12 September
2006
64
Indo Pos, Senin 14 Agustus 2006
65
Indo Pos, Senin 25 september 2006. Ummi special, Oktober 2006
66
Berdasarkan Wawancara dengan Bapak Basuki Supartono SpBO, FICS, Ketua Umum Bulan Sabit
Merah Indonesia, Tanggal 1 November 2006
67
Berdasarkan Wawancara dengan Bapak Basuki Supartono SpBo, FICS, Ketua Umum Bulan Sabit
Merah Indonesia, Tanggal 1 November 2006
68
Sumber : Website : www.mer-c.org, Divisi Humas Mer-C, Jakarta, 04 September 2006
69
Sumber : Website : www.mer-c.org, Kamis (13/10) jam 12.45

23
MER-C mengerahkan relawannya di cabang Jogja, Semarang dan Malang untuk
memberikan bantuan medis kepada para korban70, MER-C juga melakukan
serangkaian misi kemanusiaan ke lokasi-lokasi gempa seperti Bengkulu, Iran, dan
yang paling dahsyat adalah Aceh. Sampai saat ini Tim MER-C masih bertugas di Aceh.
Bahkan di sana tepatnya di daerah Panga Kabupaten Aceh Jaya, MER-C sedang
melakukan pembangunan Klinik Rawat Inap.71

3. Hilal Merah Indonesia

Diantara kegiatan kemanusian yang pernah dilakukan oleh Hilal Merah Indonesia
salah satunya yaitu pada tanggal 8 april 2003 Tim Kemanusiaan Hilal Merah
Indonesia berangkat ke Yordania, untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan ke
Irak72

4. Layanan Kesehatan Cuma-cuma

Atau yang biasa di sebut dengan LKC, pertama kali didirikan tanggal 6 Nopember
2001 di Mall Ciputat kemudian mempunyai cabang-cabang di Cipulir dan Bekasi.,
serta berencana akan membuka cabang di Tangerang, Bekasi, dan daerah Cirebon.
LKC adalah lembaga nirlaba yang memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada
masyarakat miskin (duafa). Pelayanan diberikan melalui berbagai program seperti
Gerai Sehat (klinik gratis), Aksi Layan Sehat (layanan kesehatan keliling di daerah
kumuh), dan SIGAP Bencana (layanan kesehatan di daerah bencana dan konflik).
Agar tepat sasaran, seluruh pelayanan dijalankan menggunakan sistem kepesertaan
berbasis keluarga. Sejak 2001, LKC sudah melayani sekitar 45.000 jiwa pasien duafa
sebagai peserta dari tiga lokasi Gerai Sehat dan puluhan daerah binaan yang dilayani
melalui program Aksi Layan Sehat. LKC juga membantu kesehatan ribuan jiwa korban
bencana alam dan konflik, seperti bencana banjir nasional 2002, konflik Ambon,
bencana tanah longsor Bandung, bencana tsunami Aceh dan gempa Nias. Yang paling
utama dalam pemberian layanan cuma-cuma ini adalah Ada tiga jenis pelayanan,
antara lain pelayanan dalam gedung berupa pengobatan umum. Pengobatan
spesialis, pengobatan gigi yang memiliki bagian terpisah (poli). Kedua, rawat inap,
dan yang Ketiga aksi sigap bencana, Layanan yang pernah dilakukan antara lain
pembuatan saluran cairan kepala, operasi tulang, operasi usus besar/buntu,
sedangkan untuk operasi bibir sumbing dan katarak biasanya dilakukan secara
massal dan rutin dalam setahun 2-3 kali, Ketika bencana tsunami di Aceh, LKC
bersama dompet dhuafa bekerja secara komprehensif, dengan mendatangkan tim

70
Sumber : Website : www.mer-c.org, 4 Januari 2006
71
Sumber : Website : www.mer-c.org, Jakarta, 21 Juli 2006
72
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_aksi_Front_Pembela_Islam#Tahun_2006

24
bantuan berupa SDM, obat-obatan, ambulan, serta memberikan pelatihan untuk
penduduk didaerah bencana, supaya bisa lebih mandiri memberikan pertolongan
pertama begitu juga bagi para dokter yang berjumlah sekitar 25 orang, mereka
secara intensive dilatih, terutama yang berkaitan dengan basic live support (P3K)
maupun pelatihan-pelatihan yang bekerjasama dengan pemerintah seperti
73
penanggulangan TBC, maupun diabetes mellitus

5. Bulan Sabit Merah Jawa Barat

Diantara kegiatan kemanusian yang pernah dilakukan oleh Bulan Sabit Merah (BSM)
Jawa Barat adalah membantu korban gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah.
dengan memberangkatkan 7 dokter, 10 perawat, dan 25 relawan dari Majelis Syuro
Upaya Kesehatan Islami (Mukisi) Jabar. "Tim medis tahap I yang berasal dari RS Al-
Ihsan dan RS Asyifa Sukabumi membawa obat-obatan dan alat-alat kesehatan bagi
3.000 pasien dan sembako untuk 300 warga74

Lembaga-lembaga kemanusiaan yang menggunakan Lambang Bulan Sabit Merah


ini hampir tidak pernah absen dalam membantu masyarakat Indonesia, dari Sabang
sampai Merauke dari pulau Rakata sampai Nabire, bahkan sampai ke Negara lain
Sumbangsih mereka pun menyangkut segala problema sosial mulai bencana alam,
pengobatan dan operasi bagi pasien tidak mampu, khitanan massal, sampai terjun
langsung untuk membantu korban konflik SARA.
Lambang Bulan Sabit Merah yang mereka gunakan bukan hanya untuk
mencerminkan identitas mereka sebagai seorang muslim, akan tetapi juga merupakan
cara mereka untuk mengimplementasikan keadaan Sosiologis Indonesia yang Mayoritas
penduduknya beragama Islam (Islam 88%, Protestan 5%, Khatolik 3%, Hindu 2%,
Budha 1%, lain-lain 1%)75 serta merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim
terbanyak di dunia.
Kita sadari bersama bahwa dalam Prinsip-prinsip Statuta Gerakan mengatur
bahwa hanya satu lambang saja yang boleh berlaku dalam satu negara, yaitu Lambang
Palang Merah atau Lambang Bulan Sabit Merah. Setiap negara diberi kebebasan untuk
memilih lambang yang akan digunakan oleh Perhimpuan Nasionalnya. Dilihat dari
Sosiologis negara Indonesia saat ini merupakan negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia dan juga sebagai salah satu anggota OKI, serta banyaknya aktifitas
kemanusiaan yang telah dilakukan oleh lembaga yang menggunakan Lambang Bulan
Sabit Merah merupakan fenomena yang tak terbantahkan bahwa masyarakat Indonesia

73
Sumber : http://www.eramuslim.com/news/bc2/45065c70.htm
74
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/03/99infokita.htm

75
Sumber : https//www.cia.gov./cia/publications/factbook/feilds/2128.html

25
menginginkan lambang perhimpunan yang mencirikan Indonesia sebagai negara dengan
punduduk muslim terbesar tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, yaitu
lambang bulan sabit merah. Dengan ditetapkannya RUU Lambang Bulan Sabit Merah
sebagai undang – undang maka lembaga – lembaga kemanusiaan yang ada saat ini yang
tidak berhak menggunakan lambang yang diatur dalam konvensi jenewa 1949 dapat
ditertibkan

c. Dasar Yuridis

Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor


59 tahun 1958 tentang ikut serta Negara Republik Indonesia dalam seluruh Konvensi
Jenewa tanggal 1949 (lembar Negara Republik Indonesia No. 109 Tahun 1958)
mewajibkan seluruh negara peserta untuk mengimplementasikan aturan-aturan
dalam konvensi-konvensi tersebut antara lain mengenai Lambang Bulan Sabit Merah.
Peraturan yang meresmikan dan yang mengatur penggunaan Bulan Sabit Merah
tersebar didalam berbagai macam instrumen Hukum Internasional. Keberadaan Bulan
Sabit Merah secara resmi telah diakui sejak tahun 1929, melalui Pasal 19 Konvensi
Jenewa tahun 1929. Eksistensi Bulan Sabit Merah semakin dikukuhkan melalui
Konvensi-Konvensi Jenewa 1949. Konvensi- Konvensi Jenewa tersebut merupakan
Konvensi dengan negara peratifikasi terbanyak didunia 76. Melalui Konvensi ini, Bulan
sabit Merah kemudian dikenal sebagai lambang yang dipakai secara luas dinegara-
negara di dunia. Selain Konvensi-Konvensi tersebut, Pasal 18 dan 85 Protokol
Tambahan I dan Pasal 12 Protokol Tambahan II juga mengakui keberadaan Lambang
Bulan Sabit Merah. Lebih jauh, Statuta Internasional Gerakan Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1985 menetapkan prinsip unity sebagai bagian
dari prinsip-prinsip gerakannya, bahwa hanya ada satu lambang yang digunakan
sebagai lambang perhimpunan nasional tiap-tiap negara peratifikasi Konvensi Jenewa
1949.
Terkait dengan penggunaan Lambang Bulan Sabit Merah, terdapat peraturan
yang mengatur pengunaannya : peraturan tentang Pemakaian Lambang Palang
Merah dan Lambang Bulan Sabit Merah yang diadopsi melalui Konferensi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di wina tahun 1965 (di revisi
tahun 1965). Peraturan tersebut digunakan sebagai pedoman pengunaan lambang,

76
ICRC,penjaga Konvensi Jenewa, Harian Umum Kompas, 19 Januari 2007

26
baik pada masa sengketa bersenjata atau damai pada masing-masing negara dimana
perhimpunan nasional berada.
Pasal 53 Konvensi Jenewa I mewajibkan kepada negara untuk menerapkan
sanksi pidana atas peniruan dan penyalahgunaan lambang. Sebagai negara
peratifikasi Konvensi, Indonesia berkewajiban untuk menerapkan sanksi pidana atas
peniruan dan penyalahgunaan lambang-lambang yang diakui. Sampai sekarang,
pemidanaan terhadap peniruan dan penyalahgunaan lambang tersebut hanya
didasarkan pada Pasal 565 KUHP. Padahal, sebagaimana yang telah dijelaskan
didalam Bab II (Analisis Hukum), Ketentuan tersebut dianggap tidak memadai jika
digunakan sebagai dasar hukum pemidanaan terhadap masalah peniruan dan
penyalahgunaan lambang.
Oleh karena itu keberadaan Undang-Undang yang mengatur Lambang Bulan Sabit
Merah sangat diperlukan. Selain memuat pemidanaan atas peniruan dan
penyalahgunaan lambang-lambang yang dilindungi dalam Konvensi Jenewa 1949,
Undang-Undang tersebut juga menetapkan Bulan Sabit Merah sebagai satu-satunya
lambang yang diakui oleh negara. Disamping itu pengaturan mengenai penggunaan
lambang tersebut menjadi hal yang penting untuk diatur dalam Undnag-undang
tersebut.

BAB IV
ASAS-ASAS YANG MENDASARI/MENJIWAI RUU LAMBANG BSM

A. Asas-Asas Yang Terkait Dengan Lambang Bulan Sabit Merah

1. Asas Kesatuan
Bahwa asas kesatuan berarti bulan sabit merah merupakan satu-satunya lambang
yang diakui oleh pemerintah dalam kegiatan kemanusiaan sesuai dengan Konvensi
Jenewa. Penetapan ini tidak menghalangi penggunaan lambang bulan sabit merah
oleh organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dengan syarat
mendapatkan persetujuan dari ketua perhimpunan dan untuk tujuan yang telah
ditetapkan oleh konvensi.

2. Asas Kesamaan
lambang bulan sabit tidak bersifat diskriminatif terhadap agama, etnik, suku
maupun pendapat politik. Walaupun bulan sabit merah digunakan oleh negara-negara
muslim, namun penggunaan simbol tersebut tidak kemudian menafikan atau bersifat

27
diskriminatif terhadap keberadaan lambang lain (Palang Merah) dalam keadaan
damai maupun perang

3. Asas Kenetralan
Penggunaan lambang bulan sabit tidak dimaksudkan untuk melakukan pemihakan
terhadap salah satu pihak yang bertentangan secara ideologis maupun politis.
Penggunaan Lambang bulan sabit merah dalam aktivitas kemanusiaannya tidak
ditujukan untuk melindungi salah satu pihak yang bersengkata, tetapi ditujukan
untuk memberikan pertolongan bagi korban yang luka, sakit serta siapsaja yang
butuh pertolongan pada masa damai dan sengketa

4. Asas Kemanusiaan
Bahwa lambang bulan sabit digunakan untuk memberikan pertolongan terhadap
orang yang terluka dalam medan pertempuran maupun dalam bencana alam tanpa
memperhatikan latarbelakang orang tersebut serta untuk mencegah dan mengatasi
penderitaan umat manusia

5. Prinsip kesemestaan
Bahwa lambang bulan sabit merah bersifat internasional, artinya lambang bulan sabit
merah tidak hanya berlaku secara nasional tetapi juga internasional

B. Asas Pemidanaan.

BAB V

RUANG LINGKUP PENGATURAN

Pengaturan tentang Lambang Bulan Sabit Merah terdiri dari 33 Pasal yang dikelompokan
menjadi VII Bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I KETENTUAN UMUM


Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, ketentuan umum diletakkan dalam bab ke satu. Jika
dalam peraturan perundang-undangan tidak dilakukan pengelompokan bab,
ketentuan umum diletakan dalam pasal (-pasal) awal. Ketentuan umum juga
dapat berisi lebih dari satu pasal. Pada umumnya ketentuan umum ini berisi:
a. Batasan pengertian atau definisi;

28
b. Singkatan atau akronim yang digunakan dalam peraturan;
c. Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya
antara lain ketentuan yang berisi asas, maksud, dan tujuan.
Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum juga harus merupakan
kata atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal (-pasal)
selanjutnya.

Berdasarkan ketentuan diatas maka dalam rancangan Undang-undang ini


memuat beberapa istilah yang perlu didefinisikan antara lain :
1. Lambang Bulan Sabit Merah adalah lambang yang digunakan dalam
kegiatan kemanusiaan yang berfungsi sebagai lambang pembeda baik
sebagai tanda pelindung maupun tanda pengenal.
Frase “lambang Bulan Sabit Merah” dimuat sangat banyak dalam norma.
Pendefinisian didasarkan atas ruang lingkup dari fungsi lambang, dimana
didalam batang tubuh termuat aturan bahwa lambang bulan sabit merah
adalah lambang yang dipilih dalam melakukan kegiatan kemanusiaan di
Indonesia. Lambang ini mempunyai fungsi sebagai tanda pengenal dan
tanda pelindung.
2. Lambang adalah lambang yang diakui oleh konvensi Jenewa 1949 dan
lambang perhimpunan nasional Bulan Sabit Merah.
Istilah “lambang” dipilih untuk menggantikan beberapa istilah atau frase
yang memerlukan penyebutan secara bersamaan atau keseluruhan yaitu
lambang-lambang yang diakui oleh Konvensi Jenewa 1949 antara lain
Bulan sabit Merah dan Palang Merah, dan lambang dari Perhimpunan
Nasional Bulan Sabit Merah. Penyebutan terhadap beberapa istilah itu
dipersingkat dengan kata “lambang” agar memudahkan dalam penulisan
dan memudahkan pengguna peraturan untuk membedakan dengan istilah
lambang lainnya.
3. Perhimpunan Nasional Bulan Sabit Merah adalah organisasi yang dibentuk
oleh Presiden yang melakukan kegiatan kemanusiaan berdasarkan
undang-undang ini.
Perhimpunan nasional Bulan Sabit Merah adalah istilah yang digunakan
dalam undang-undang sebagai organisasi yang dibentuk oleh Presiden
yang melakukan kegiatan kemanusiaan. Pendefinisia ini juga diambil dari
ruang lingkup pengaturan mengenai perhimpunan Nasional Bulan Sabit
Merah yang terdapat dalam batang tubuh.
4. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
pertahanan.

29
Menteri adalah Menteri pertahanan. Permasalahan lambang kemanusiaan
adalah termasuk dalam ruang lingkup Hukum Humaniter dan ketahanan
nasional. Oleh karena ini berdasarkan Peraturan Presiden tentang 9 tahun
2005 tentang kedudukan,tugas,fungsi susunan organisasi dan tata kerja
kementrian negara ri. Departemen Pertahanan yang di Pimpi oleh Menteri
pertahanan bertugas membantu presiden untuk menangani sebagian
urusan pemerintahan di bidang pertahanan.
5. Ketua Umum adalah Ketua Umum perhimpunan nasional Bulan Sabit
Merah.
Istilah “ketua umum” digunakan secara berulang-ulang dalam ketentuan
pasal. Istilah “ketua umum” adalah istilah yang dipilih untuk menyebutkan
nama jabatan pimpinan tertinggi Perhimpunan Nasional Bulan Sabit Merah.

Didalam bab ketentuan umum diatur juga mengenai ketentuan lambang yang
digunakan negara Indonesia dalam kegiatan kemanusian adalah Bulan Sabit
Merah. Ketentuan tentang pemilihan penggunaan lambang kemanusiaan ini
adalah sesuai dengan prinsip yang dianut oleh Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah yaitu “kesatuan” yang berarti hanya boleh ada satu
Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah disuatu negara.
Perhimpunan itu harus terbuka bagi semua orang. Perhimpunan itu harus
melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara Indonesia.

Selain itu bab ketentuan umum ini juga mengatur tentang prinsip-prinsip penggunaan
lambang Bulan sabit Merah yang terdiri dari
kesatuan;kesamaan;kenetralan;kemanusiaan;kesemestaan

BAB II BENTUK DAN FUNGSI

Bagian kesatu bentuk


Mengatur tentang bentuk dan spesifikasi teknis lambang bulan sabit merah.

Bab I pasal 5 Peraturan tentang Pemakaian Lambang Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah Oleh Perhimpunan-Perhimpunan Nasional (Regulations on the use
of the emblem of the Red Croos or the Red Crescent by the National Societies)
yang terakhir direvisi tahun 1991, yang mengatur bahwa lambang bulan sabit
merah yang dipakai sebagai alat perlindungan harus selalu diatas dasar putih.
Mengenai bentuk dan arah bulan sabit tidak diatur dalam peraturan ini.

30
Rancangan Undang-Undang ini akan mengatur tentang Spesifikasi teknis dari
lambang Bulan sabit Merah yang diletakkan dalam lampirannya.

Bagian kedua fungsi


Mengatur mengenai fungsi lambang bulan sabit merah yang terdiri dari dua
paragraf.

Bab I pasal 1 Peraturan tentang Pemakaian Lambang Palang Merah atau Bulan
Sabit Merah Oleh Perhimpunan-Perhimpunan Nasional (Regulations on the use
of the emblem of the Red Croos or the Red Crescent by the National Societies)
menyebutkan ada dua fungsi lambang yaitu sebagai tanda pelindung dan
tanda pengenal. Sesuai dengan ketentuan tersebut, RUU ini mengatur tentang
hal-hal yang berkaitan tentang penggunaan lambang Bulan Sabit Merah
sebagai tanda pelindung dan tanda pengenal.

Paragraf kesatu
Lambang bulan sabit merah sebagai tanda pelindung.
Mengatur mengenai pihak-pihak yang berhak menggunakan lambang
bulan sabit merah, perizinan dan ketentuan-ketentuan tentang
penggunaan lambang bulan sabit merah sebagai tanda pelindung.

Paragraf kedua
Lambang bulan sabit merah sebagai tanda pengenal.
Mengatur mengenai pihak yang berhak menggunakan lambang bulan
sabit merah, perizinan, ukuran lambang pengenal, dan ketentuan-
ketentuan tentang penggunaan lambang bulan sabit merah sebagai
tanda pengenal.

BAB III PERHIMPUNAN NASIONAL BULAN SABIT MERAH


Mengatur mengenai ketentuan pembentukan perhimpunan nasional bulan
sabit merah di Indonesia.

Pasal 44 Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan yang Luka dan Sakit
dalam Angkatan Bersenjata di Medan Pertempuran Darat, mengatur bahwa
perhimpunan nasional dapat menggunakan nama dan lambang untuk
kegiatan-kegiatan kemanusiaan pada waktu damai sesuai dengan peraturan
perundang-undangan nasionalnya. Berdasarkan hal tersebut RUU ini perlu
mengatur pembentukan perhimpunan nasional bulan sabit merah yang

31
selanjutnya dapat menggunakan tanda bulan sabit merah sebagai tanda
pengenal. Mekanisme pembentukan dilakukan oleh Presiden selaku
penyelenggara pemerintahan.

BAB IV PENGAWASAN LAMBANG


Mengatur mengenai lambang tidak dapat didaftarkan sebagai merek dari suatu
produk barang atau jasa, kewenangan pengawasan lambang yang dilakukan
oleh menteri. Pada bab ini juga diatur mengenai bentuk-bentuk pengawasan
yang antara lain dapat dilakukan dengan melakukan usaha pencegahan
terhadap adanya tindakan penyalahgunaan lambang, melakukan usaha
sosialisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan ketentuan Lambang

Pengaturan mengenai pengawasan lambang dilakukan dalam upaya mencegah


terjadinya bentuk-bentuk penyalahgunaan lambang. Menteri pertahanan
sebagai menteri yang menangani urusan pemerintahan bidang pertahanan
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan dengan
berkoordinasi dengan menteri terkait. Menteri-menteri yang terkait antara lain
misalnya Menteri yang berwenang menangani urusan legalisasi merek dalam
hal penggunaan lambang sebagai merek dagang dan usaha, dan menteri-
menteri lainnya sesuai dengan bidang tugasnya.

BAB V KETENTUAN PIDANA


Mengatur mengenai sanksi yang diterapkan bagi para pihak baik Tentara
nasional Indonesia, orang perseorangan maupun koorporasi yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang. Ketentuan Pidana memuat
batas pemidanaan paling ringan kurungan 3 (tiga) bulan dan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun, serta paling banyak Rp. 30.000.000,00
(tigapuluh juta rupiah).

Bab IX Pasal 49 sampai dengan 54 Konvensi Jenewa 1949 tentang Perbaikan


Keadaan Anggota Angkatan Perang yang Luka dan Sakit di Medan
Pertempuran Darat, mengatur tentang tindakan terhadap penyalahgunaan dan
pelanggaran atas konvensi. Dalam ketentuan tersebut mensyaratkan kepada
setiap negara untuk mengatur adanya sanksi pidana yang diterapkan bagi
para pihak yang melakukan penyalahgunaan dan pelanggaran terhadap
ketentuan Konvensi. Aturan tersebut dimuat dalam perundang-undangan
nasional. Berdasarkan mekanisme perundang-undangan di Indonesia bahwa
hanya Undang-Undanglah yang boleh memuat ketentuan pidana, maka aturan

32
mengenai sanksi pidana tersebut dituangkan dalam sebuah Undang-undang
yang didalamnya juga mengatur mengenai hak dan kewajiban dari para pihak
terhadap lambang-lambang yang ditentukan dalam Konvensi jenewa 1949.

BAB VI KETENTUAN PERALIHAN


Mengatur mengenai batasan waktu bagi Presiden untuk membentuk organisasi
Perhimpunan Nasional Bulan Sabit Merah. Pertimbangan efektifitas dan
efisiensi dalam membentuk organisasi ini perlu dipikirkan. Jangka waktu satu
tahun merupakan waktu yang ideal untuk sebagai batas waktu sudah
terbentunya organisasi Perhimpunan Nasional Bulan sabit Merah. Semakin
lama jangka waktu yang diberikan menandakan ketidakefektifan suatu
peraturan. Efisiensi adalah dalam membentuk organisasi presiden perlu
memikirkan efisiensi tenaga dan waktu yang dibutuhkan.

Selama perhimpunan Nasional Bulan Sabit Merah belum terbentuk, maka


perlu diatur juga bahwa lembaga atau perhimpunan yang saat ini ada dan
diakui tetap menjalankan fungsinya sampai terbentuknya perhimpunan baru.
Hal ini perlu karena untuk mengisi kekosongan hukum dan mengatasi keadaan
yang mungkin terjadi sementara perhimpunan nasional bulan sabit merah
belum terbentuk. Keadaan yang mungkin terjadi antara lain misalnya terjadi
sengketa bersenjata ataupun bencana. Maka tetap diperlukan adanya
organisasi kemanusiaan yang bergerak di Indonesia.

BAB VII KETENTUN PENUTUP


Mengatur pemberlakuan Undang-Undang, yaitu berlaku sejak tanggal
diundangkan.

33

Anda mungkin juga menyukai