SKENARIO
Pak Ahmat 50 tahun. Dibawa ke ruang gawat darurat dengan rasa nyeri yang luar biasa pada
betis kanan dan pergelangan kakinya. Sebelumnya 1 hari yang lalu Pak Ahmat telah mengikuti
turnamen tenis bersama puteranya yang berusia 20 tahun, dan Pak Ahmat mengatakan bahwa,
pada saat itu Pak Ahmat menerjang setelah suatu lemparan bola dengan pukulan yang keras, Pak
Ahmat mendengar suatu “sentakan keras” kemudian terjatuh di lapangan dengan rasa nyeri yang
luar biasa pada betis kanannya, dan tidak dapat berjalan.
Pada pemeriksaan, betis kanan nyeri, edema, panas badan dan mengeras, disertai ada massa yang
tak beraturan ditemukan pada bagian belakang daerah pertengahan betis kanan.
1
BAB II
KATA KUNCI
2.1 Edema
Sembab atau edema berarti meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler)
dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan
serosa.
2.2 Nyeri
Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas,
gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
2.3 Febris
Demam (febris) adalah suatu reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat rangsangan zat pirogen
terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36.5-
37.2 ˚C. Suhu subnormal yaitu <36.5 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika
suhu >37.2 ˚C. Febris merupakan demam dimana suhu tubuh mencapai 38 ˚C . Hiperpireksia
merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar
0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral > suhu aksila.
2
BAB III
PROBLEM
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batasan
4.2.1 Anatomi
Tendon Achilles berasal dari Triceps Surae, gabungan dari tiga otot yaitu
gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki. Pada manusia, letaknya tepat di
bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada
badan manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan
tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian
tengah-belakang tulang calcaneus.
4
4.2.2 Histologi
Secara histologis tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak
di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot gastrocnemius
dengan calcaneus. Tendon adalah struktur di dalam tubuh yang menghubungkan
otot ke tulang. Otot di dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakan tulang
,sehingga memungkinkan untuk berjalan ,melompat, mengangkat, dan bergerak
dalam berbagai macam cara. Ketika otot berkontraksi , hal itu menarik tulang
sehingga menyebabkan terjadinya gerakan. Struktur yang memberikan kekuatan
untuk berkontraksi dari otot ke tulang di sebut tendon. Tendon bertindak sebagai
transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot terhadap tulang. Kolagen
merupakan 70% dari berat kering tendon. Sekitar 95% dari kolagen tendon adalah
kolagen tipe 1, dengan jumlah elastin yang sangat kecil. Elastin dapat menjalani
tekanan sebesar 200% sebelum terjadinya kerusakan. Jika elastin yang terdapat
pada tendon dalam porsi besar ,maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya
yang di transmisikan ke tulang fibril kolagen terikat ke fesikula, yang di dalamnya
mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfa serta saraf . Fasikula-fasikula
tersebut bergabung bersama dan disekitarnya di kelilingi oleh epitenon dan
membentuk struktur kasar dari tendon yang kemudian tertutup oleh paratenon,dan
terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan yang fungsinya untuk
memungkinkan pergerakan tendon untuk menggurangi adanya gesekan yang akan
terjadi.
5
4.2.3 Fisiologi
Fungsi Tendon
3. Menekuk dan meregangkan ( fleksi ) semua sendi dan otot untuk menahan
tulang. Tanpa tendon ,otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu
bidang dan tidak akan bisa bergerak.
5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi
pada efisiensi yang tinggi
4.2.4 Patofisiologi
6
a. Fase inflamasi akut
Pada fase inflamasi akut, terjadi iskemia, gangguan metabolik, dan
kerusakan membran sel karena proses peradangan, yang pada gilirannya
ditandai dengan infiltrasi sel-sel inflamasi, edema jaringan, eksudasi fibrin,
penebalan dinding kapiler, penututpan kapiler, dan kebocoran plasma.
Segera setelah terjadi cedera, terjadi proses peradangan sebagai mekanisme
pertahanan tubuh. Peradangan ditandai dengan panas, merah, bengkak,
nyeri, dan hilangnya fungsi. Panas dan warna merah di tempat cedera
disebabkan karena meningkatnya aliran darah dan metabolisme di tingkat
sel. Pembengkaan akan terjadi di daerah cedera karena kerja agen-agen
inflamasi dan tingginya konsentrasi protein, fibrinogen dan gamma globulin.
Cairan akan mengikuti protein, keluar sel dengan cara osmosis, sehingga
timbul bengkak. Rasa nyeri disebabkan oleh iritan kimiawi yang dilepaskan
di tempat cedera. Nyeri juga terjadi akibat meningkatnya tekanan jaringan
karena bengkak yang akan mempengaruhi reseptor saraf, dan menyebabkan
nyeri.
b. Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pembentukan faktor pembekuan fibrin dan
proliferasi fibroblast, sel sinovial, dan kapiler. Sel-sel inflamasi
menghilangkan jaringan yang rusak dengan fagositosis, dan fibroblast secara
ekstensif memproduksi kolagen (pada awalnya adalah yang paling lemah,
yaitu kolagen tipe 3, selanjutnya tipe 1) dan komponen matriks ekstraselular
lainnya.
c. Fase maturasi
Fase maturasi ditandai dengan berkurangnya kandungan air proteoglikan
pada jaringan penyembuhan dan serabut kolagen tipe 1 akan kembali
normal. Kira-kira 6 sampai 8 minggu sesudah cedera, serabut kolagen baru
dapat menahan tekanan yang mendekati normal, meskipun maturasi tendon
dan ligamen mungkin membutuhkan waktu lebih lama, bisa sampai 6-12
bulan.
7
4.2.5 Patomekanisme
1. Lokasi Sakit
Disamping memeriksa daerah yang sakit, memperhitungkan berbagai faktorfaktor
8
yang menyebabkannya seperti keketatan betis, kekakuan tulang sendi pada
pergelangan kaki atau sendi subtalar dan tungkai biomekanik yang lebih rendah. Menurut
Brukner, P., dan Khan, K., (1993: 426) perlu adanya pemeriksaaan pada daerah dimaksud
dengan cara pengamatan dan perlakuan sebagai berikut:
1. pengamatan
a. berdiri
b. berjalan
c. tengkurap
2. gerakan aktif
a. penegangan/pelenturan (plantarfleksi)
b. pengangan/pelenturan saraf punggung kaki (dorsifleksi)
3. gerakan pasif
a. plantarfleksi
b. plantarfleksi dengan tekanan lebih
c. dorsifleksi
d. tulang sendi subtalar
e. peregangan otot
(i) gastrocnemius
(ii) soleus
4. gerakan tertahan
a. plantarfleksi
5. pengujian secara fungsional
a. betis diangkat
b. meloncat
c. menjatuhkan tumit secara tiba-tiba (gambar 2f)
6. palpasi/pijatan
a. tendo achilles
b. bursa retrocalacaneal
c. talus bagian belakang
d. otot betis
7. pengujian khusus
9
a. tes Thomson
b. penilaian secara biomekanik
10
(b) Robek Total
11
Gambar 4. Penerapan Tes Thompson untuk menunjukkan plantar flexi (dikutip dari
Ellison, dkk, 1986: 311).
1. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka
dicurigai cedera tendon Achilles
2. Pemeriksaan dengan sinar-X
Citra sinar X yang biasa memiliki peran yang terbatas dalam pemeriksaan pasien
dengan rasa sakit pada tendo achilles. Kadang-kadang adanya penonjolan yang
tampak dan berlebihan pada calcaneus perlu diperhatikan. Ini mungkin saja
merupakan faktor yang menimbulkan dan menambah retrocalnaceal bursitis semakin
parah.
3. Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan secara ultrasound dapat membantu membedakan antara tendinitis,
paratendinitis, degenerasi focal, dan putus sebagian (partial tear). Pemeriksaan secara
ultrasound harus dilakukan saat luka pada tendo achilles tidak bereaksi terhadap cara
tradisional.
4. MRI juga dapat membantu pemeriksaan cedera pada tendo achilles.
MRI baik dalam menilai jaringan lunak musculoskeletal seperti otot, ligament ,
tendon, ruang sendi.
12
BAB V
Pasien merasakan nyeri luar biasa serta adanya masa yang tidak beraturan pada betis kanan,
edema, kelumpuhan sementara serta mengalami febris selama satu hari.
Dari beberapa gejala tersebut pasien kemungkinan menderita rupture tendon Achilles karena :
1. Usia rata-rata pasien penderita rupture tendon Achilles adalah 40 tahun ke atas, dimana
pasien berusia 50 tahun.
2. Pasien mendengar bunyi “sentakan keras” saat mengalami cidera, dimana bunyi tersebut
dihasilkan saat tendon Achilles putus.
3. Pada pemeriksaan fisik, pasien tidak dapat melakukan plantar fleksi.
Adapun penyakit yang mungkin menyerang pasien tersebut adalah Achilles tendonitis karena
adanya peradangan pada kaki yang menyebabkan pasien mengalami febris dan edema.
13
BAB VI
14
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Dari beberapa differential diagnosis terdapat beberapa ciri yang tidak sesuai dengan ciri-ciri
penyakit yang diderita pasien pada skenario, antara lain :
Achilles Tendinitis
1. Penderita Achilles tendinitis biasanya mengeluhkan rasa nyeri dalam kurun waktu yang lama
bukan rasa nyeri hebat secara tiba-tiba
Oleh sebab itu diagnosis akhir kami nyatakan Pak Ahmat, 50 tahun, menderita Rupture Tendon
Achilles. Alasan kami mendiagnosa Rupture tendon Achilles adalah hasil Tes Thompson dimana
tidak terjadi plantar fleksi, hal ini menunjukkan pasien positif mengalami putus tendon. Namun
pasien juga mengalami Achilles tendinitis sebagai efek lanjutan dari putusnya tendon yang
dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, hal ini ditandai dengan adanya edema serta febris
sebagai penanda peradangan pada daerah putusnya tendon.
15
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
16
BAB IX
9.1 Penatalaksanaan
17
BAB X
Pada kebanyakan pasien yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendon akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat serta kecil kemungkinannya
untuk rupture kembali. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali
setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah 4 sampai 6 minggu pasca cedera
terjadi
Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu
menindaklanjuti sesudahnya
a. Peran Pasien
b. Peran keluarga
18
3. Membantu pasien melakukan aktivitas semasa gerakan pasien masih terbatas
4. Menemani saat pasien kontrol ke dokter maupun saat melakukan terapi
5. Meyakinkan bahwa pasien pasti akan sembuh
19