PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun oleh
Danny Setiawan 171910501021
Andriansyah Malik Fajar 171810301017
Rizal Bahroni 171810301073
Dyah Hayuning T. 171810301063
Aldo Dwi Saputra 172410102012
Khoirur Rozikin 171510301036
Lovina Oktrivia 172310101022
Dosen Pengampu :
Dr. Edi Wahyudi, MM.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
2
SAMPUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Identitas Bangsa.......................................................................3
2.2. Hubunga Budaya Terhadap Pembangunan Identitas Bangsa.....................4
2.3. Faktor Yang Menjadi Pendukung Terwujudnya Identitas Bangsa.............5
2.4. Fungsi Dari Urgensi Budaya Dalam Pembangunan Identitas Bangsa.......6
2.5. Permasalahan Urgensi Budaya Dalam Pembangunan Identitas Bangsa....7
3.2. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pancasila dan roh Bhineka Tunggal sebagai dasar dan arah pengembangan dalam
kehidupan berbangsa dan benegara.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui arti dari identitas bangsa.
2. Mengetahui bagaimana hubungan budaya terhadap pembangunan identitas
bangsa.
3. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung terwujudnya identitas
bangsa.
4. Mengetahui bagaimana fungsi dari urgensi budaya dalam pembangunan
identitas bangsa.
5. Mengetahui masalah yang terjadi pada urgensi budaya dalam
pembangunan identitas bangsa.
6. Mengetahui solusi yang terjadi pada permasalahan terhadap urgensi
budaya dalam pembangunan identitas bangsa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu
bangsa.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai
Budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu
bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks
Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya
yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di
bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang
kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional
dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4
sosial pada suatu masyarakat memiliki hubungan yang bersifat linear, dan
berbentuk cyclical.
Hubungan keduanya saling mempengaruhi. Pada asumsi tertentu
kebudayaan mempengaruhi kelangsungan identitas suatu bangsa, sementara pada
andaian yang lain identitas nasional mempengaruhi kebudayaan.
Kebudayaan menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional karena realitas
bahwa kebudayaan yang dipelihara dan berkembang didalam lingkungan setiap
suku bangsa berisi nilai nilai dasar yang secara kolektif digunakan oleh para
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan serta digunakan
sebagai pedoman berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.Kebudayan di Indonesia terdapat pada beberapa sektor salah satunya
dalam dunia politik.
Dalam dunia politik budaya dan identitas nasional bagi suatu negara
adalah elemen penting di dalam menentukan arah dan tujuan politik negara
tersebut. Setidaknya hal itulah yang ingin disampaikan Hudson (2007) dan Clunan
(2009) di dalam menjelaskan keterkaitan antara budaya dan identitas nasional
dalam kaitannya dengan politik, terutama politik luar negeri. Clunan (2009)
menjabarakan bahwa kepentingan nasional dari setiap negara terikat dengan
identitas nasionalnya. Penjabaran dari Clunan ini semakin dipertegas dari artikel
Hudson (2007) yang mengutip pernyataan dari seorang ilmuwan sosial, Samuel
Huntington. Di mana dengan melihat dan menilik munculnya konflik-konflik
yang terjadi, Huntington ingin menyatakan bahwa sebagian besar konflik di dunia
mempunyai penyebab dari akar budaya (Hudson 2007:104).
Contoh kasus lain yaitu pada batik yang sudah diakui sebagai identitas
nasional, di Indonesia banyak memiliki corak batik yang berbeda-beda, sesuai
dengan kebudayaan yang ada di provinsi tersebut seperti batik solo dengan batik
jogja memiliki corak yang berbeda yaitu corak batik sebenarnya sumbernya sama
yaitu dari mataram kuno tapi seiring perkembangan ada sedikit perbedaan. Pada
batik solo cenderung bercorak gelap dan muram sementara jogja cerah. Terdapat
perbedaan istilah, tata cara pemakaian, pemilihan batik pada event tertentu.
5
Kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa untuk selalu
mempertahankan proses pembentukan identitas nasional, dengan semangat
perjuanagan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dalam memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu dalam pembentukan
identitas bangsa ini perlu adanya unsur-unsur yang berkaitan seperti sosial,
ekonomi, budaya, agama serta geografi yang terbentuk dari proses yang panjang.
Kondisi geografis dan ekologis di Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis terletak pada persimpangan antar wilayah dikawasan Asia
Tenggara, sehingga mampu mempengaruhi perkembangan demografi, ekonomis,
sosial dan kultural bangsa Indonesia.Selain itu, tidak hanya pada faktor
demografi, ekonomi, sosial saja ,adapun faktor historis juga mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia yang
tersusun berbagai macam bahasa daerah, agama, adat istiadat akan tetap menjadi
satu kesatuan atau unity yang tidak akan pernah menghilangkan ciri khas atau
kekhasan masing-masing yang lebih dikenal sebagai Bhineka Tunggal Ika.
Pembentukan identitas dinamis ini ditentukan atas tingkat kemampuan dan
prestasi dalam membangun bangsa, dibantu dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, juga didukung oleh lahirnya angkatan bersenjata
modern dalam pembanguanan identitas bangsa.
6
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Laman mengenai Budaya,
Indonesia memiliki kebudayaan yang tinggi dan diwujudkan dalam berbagai jenis
wujud, sebagai contoh saja Rumah Adat yang dimiliki oleh suatu daerah di
Sulawesi Selatan saja mempunyai sedikitnya 3 (tiga) jenis rumah adat, antara lain
rumah adat Bugis, Makassar, dan Toraja. Kesemua rumah adat di seluruh
Indonesia dibangun dengan arsitektur tinggi, baik dari segi design,
teknik konstrtuksi, maupun tata letak dan fungsinya, belum lagi kesemuanya
menggunakan bahan dan material pilihan
Hubungan positif antara budaya sebagai produk adat istiadat suatu bangsa
dengan kemajuan suatu bangsa merupakan hubungan linier dan berbanding
lurus,yaitu semakin maju budaya suatu bangsa maka semakin maju pula bangsa
tersebut. Mari kita perhatikan ditingkat Asia misalnya, yaitu bangsa Jepang, di
Eropah seperti Inggris. Dengan demikian peran budaya dalam suatu bangsa
menunjukkan kemajuan bangsa tersebut, sekaligus menjadi pemersatu untuk
mencapai tujuan negara.
7
ketikaada bangsa lain yang berupaya mematenkan budaya kita misalnya Batik
yang diklaim milik budaya Malaysia namun pada akhirnya pemerintah Indonesia
menominasikan batik Indonesia untuk dikukuhkan oleh UNESCO. Bila bangsa
lain bisa mematenkan kebudayaany,mengapa kita harus menunggu kebudayaan
kita direbut dulu baru mematenkannya. Kurangnya rasa memilki membuat kita
menyepelekan budaya yang kita miliki.
Kurangnya Perhatian Pemerintah Pada Penghargaan Budaya
Pemerintah saat ini masih kurang memeperhatikan budaya Indonesia. Para
pelaku serta pemerhati budaya masih kurang mendapatkan apresiasi dari
pemerintah sehingga bisa dikatakan bahwa budaya masih menjadi prioritas
kesekian dari jumlah daftar prioritas bagi pemerintah. Hal ini terlihat minimnya
anggaran yang disediakan pemerintah untuk program-program budaya Indonesia.
Pelestarian Budaya Yang Kurang Tepat
Melestarikan budaya tidak berarti hanya melakukan sesuatu demi tetap
adanya budaya tersebut,tetapi lebih dari itu. Perlu adanya pengembangan-
pengembangan kebudayaan tanpa menghilangkan inti dari budaya itu sendiri.
Pelestarian budaya sangat berhubungan dengan regenerasi dan sikap
memiliki,karena tanpa kedua hal tersebut mustahil pelestarian budaya bisa
dilakukan dengan maksimal.
Mudahnya Masyarakat Dalam Menyerap Budaya Luar.
Sikap masyarakat yang terlalu mudah ikut-ikutan menyerap budaya luar
dan menganggap sepele kebudayaan sendiri menimbulakn kurangnya rasa
memiliki dan lunturnya nilai-nilai kebudayaan bangsa. Hal ini disebabkan adanya
anggapan bahwa hal yang keren adalah hal-hal luar negeri sehingga budaya luar
dengan mudah menggeser nilai kebudayaan domestic misalnya Remaja sekarang
lebih senang mengenakan baju model luar bila dibanding mengenakan batik
ataupun kebaya,ini terjadi karena masih adanya anggapan bahwa keren luar negeri
sehingga budaya-budaya dari luar negeri lebih mudah diserap oleh masyarakat
Indonesia.
8
Banyaknya permasalahan tentang urgensi budaya Indonesia, diantaranya
kurangnya regenerasi, kurangnya minat terhadap budaya sendiri, kurangnya upaya
pemerintah dalam menanggapi permasalahan budaya, proses pelestarian yang
kurang tepat, dan mudahnya masyarakat terseret arus globalisasi. Berikut ini
beberapa solusi mengenai permasalahan diatas.
Regenerasi
Pelestarian budaya harus dilakukan secara kontinu, dari generasisekarang
menuju generasi selanjutnya yang akan datang. Regenerasi adalah proses yang
penting didalam pelestarian budaya. Pudarnya budaya lokal Indonesia juga
diakibatkan oleh proses regenrasi yang kurang baik. Hal yang harus dilakukan
untuk proses regenerasi sendiri yang paling mendasar adalah kesadaran dari
semua pihak mengenai pentingnya menjaga kebudayaan lokal Indonesia. Salah
satu cara yang dapat ditempuh ialah dengan menumbuh kembangkan minat dan
bakat sejak dini oleh paraborang tua kepada putra –putri mereka, dimulai pada
lingkup yang paling sederhana yakni lingkup keluarga. Dengan menanamkan
sejak dini tentang budaya, maka dapat diyakini akan tumbuh bibit – bibit unggul
yang berkualitas kedepannya ( Asminto, 1998 ).
Kurangnya Minat Terhadap Kebudayaan Sendiri
Masyarakat indonesia tentu tak hanya sekali mendengar berita tentang
kebudayaan indonesia yang diakui oleh negara lainnya. Sebagai contoh kain batik
yang diakui oleh Malaysia, Reog Ponorogo yang diakui oleh Malaysia, dsb.
dengan bertambahnya tahun dan berganti generasi, ada kalanya tradisi yang telah
dipertahankan dan dijaga dengan baik oleh para leluhur kita secara perlahan-lahan
mulai luntur. Generasi muda, karena pengaruh dari budaya modern yang kembang
serta disukai mereka, sedikit demi sedikit mulai melupakan dan tidak meminati
budaya asli tradisionalnya. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka tidak mustahil
warisan asli budaya tradisional akan punah dengan cepat. Menanamkan kepada
diri kita untuk bangga dan mencintai dengan sepenuh hati warisan tradisonal
budaya asli kita perlu ditanamkan sejak dini. Anak-anak sejak dini perlu diberi
pemahaman bahwa budaya kita mencerminkan nilai-nilai moral bangsa kita dan
identitas kita di tengah-tengah masyarakat dunia. Jika kita bangga dan mencintai
9
budaya asli kita, maka bangsa lain akan mengetahui asal-usul kita dan menghargai
serta Menghormati kita ( Agus, 2007 ).
Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Budaya.
Menurut ( Upaya pemerintah yang dapat dilakukan dalam menjaga
keragaman budaya adalah sebagai berikut :
10
c. strategi pelaksanaan.
Dan dalam pasal 4 yang berbunyi tentang Konsep dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf a meliputi :
a. pengakomodasian keanekaragaman lokal untuk memperkokoh
kebudayaan nasional
b. penciptaan stabilitas nasional, di bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, agama maupun pertahanan dan keamanan nasional
c. menjaga, melindungi dan membina adat istiadat dan nilai sosial budaya
masyarakat
d. penumbuhkembangan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan
partisipasi, kreatifitas, dan kemandirian masyarakat
e. media menumbuhkembangkan modal sosial dan terbentuknya
komitmen dan kepedulian masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai sosial budaya
Cara Agar Masyarakat Tidak Mudah Terseret Arus Zaman
Kebanyakan masyarakat sekarang lebih memilih untuk menampilkan dan
menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari
daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokallah
yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya. Tanpa mereka sadari bahwa
budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan
kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang
sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga kelestarian dan keberadaanya oleh setiap
individu di masyarakat ( Srihadi, 2013).
Budaya lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi
globalisasi budaya asing. Ketidakberdayaan dalam menghadapinya sama saja
dengan membiarkan pelenyapan atas sumber identitas lokal yang diawali dengan
krisis identitas lokal. Memang, globalisasi harus disikapi dengan bijaksana
sebagai hasil positif dari modenisasi yang mendorong masyarakat pada kemajuan.
Namun, para pelaku budaya lokal tidak boleh lengah dan terlena karena era
keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan
merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu
berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, yang
11
dibutuhkan adalah strategi untuk meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam
menghadapinya ( Safril Mubah, 2011).
Menurut ( Safril Mubah, 2011) strategi untuk meningkatkan daya tahan
budaya lokal adalah
1. Pembangunan Jati Diri Bangsa
Upay a-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di
dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas
sosial, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar.
Karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus
dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam. Caranya,
dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi
muda. Pendidikan memegang peran penting di sini sehingga pengajaran
budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan
diajarkan sejak sekolah dasar.
2. Pemahaman Falsafah Budaya
Sebagai tindak lanjut pembangunan jati diri bangsa melalui
revitalisasi budaya daerah, pemahaman atas falsafah budaya lokal harus
dilakukan. Langkah ini harus dijalankan sesegera mungkin ke semua
golongan dan semua usia berkelanjutan dengan menggunakan bahasa-
bahasa lokal dan nasional yang di dalamnya mengandung nilai-nilai khas
lokal yang memperkuat budaya nasional. Karena itu, pembenahan dalam
pembelajaran bahasa lokal dan bahasa nasional mutlak dilakukan. Langkah
penting untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidik dan pemangku budaya secara berkelanjutan. Pendidik yang
berkompeten dan pemangku budaya yang menjiwai nilai-nilai budayanya
adalah aset penting dalam proses pemahaman falsafah budaya. Dalam
melakukan itu, semua pihak harus dilibatkan. Pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), kelompok masyarakat, pemerhati budaya,
akademisi, dan pengusaha harus menyinergikan diri untuk bekerja sama
secara konstruktif dalam pengembangan budaya. Mereka yang berjasa
besar harus diberikan apresiasi sebagai penghargaan atas dedikasinya.
12
Budaya lokal harus dilindungi oleh hukum yang mengikat semua
elemen masyarakat. Pada dasarnya, budaya adalah sebuah karya. Di
dalamnya ada ide, tradisi, nilai-nilai kultural, dan perilaku yang
memperkaya aset kebangsaan. Tidak adanya perlindungan hukum
dikhawatirkan membuat budaya lokal mudah tercerabut dari akarnya
karena dianggap telah ketinggalan zaman. Karena itu, peraturan daerah
(perda) harus diterbitkan. Peraturan itu mengatur tentang pelestarian
budaya yang harus dilakukan oleh semua pihak. Kebudayaan akan tetap
lestari jika ada kepedulian tinggi dari masyarakat. Selama ini kepedulian
itu belum tampak secara nyata, padahal ancaman sudah kelihatan dengan
jelas.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keberhasilan budaya asing masuk ke Indonesia dan memengaruhi
perkembangan budaya lokal disebabkan oleh kemampuannya dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi secara maksimal. Di era
global, siapa yang menguasai teknologi informasi memiliki peluang lebih
besar dalam menguasai peradaban dibandingkan yang lemah dalam
pemanfaatan teknologi informasi. Karena itu, strategi yang harus
dijalankan adalah memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa identitas Nasional
adalah ciri-ciri, tanda tanda, jati diri atau keadaan khusus yang dimiliki suatu
bangsa yang identitas itu berasal dari bangsa itu sendiri sebagai pembeda dengan
bangsa lain.
Sebagai Negara yang kaya akan budaya, Indonesia tetap memiliki
beberapa masalah budaya diantaranya adalah kurangnya regenerasi, rasa memiliki
terhadap budaya masih minim, kurangnya perhatian pemerintah pada penghargaan
budaya, pelestarian budaya yang kurang tepat dan mudahnya masyarakat dalam
menyerap budaya luar. Solusi yang tepat untuk mengatsi masalah diatas
diantaranya regenerasi, proses pelestarian yang tepat, penanganan jati diri bangsa,
pemahaman falsafah budaya, penerbitan peraturan daerah dan pemanfaatan
Teknologi Informasi.
3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini diharapkan para pembaca bisa mengambil
manfaat tengtang pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan Negara Indonesia
juga diharapkan pembaca dapat menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat
sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dono. 2007. Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya Dan Upaya
Pelestariannya. Semarang : Subdin Kebudayaan Dinas P dan K Jawa
Tengah.
Asminto, 1998. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang : IKIP Press
Clunan, Anne L. 2009. The Social Constructionof Russia’s Resurgence:
Aspirations, Identity, and Security Interest. Baltimore, Maryland: The Johns
Hopkins University Press. Ch 1 & 2.
Hudson, Valerie M. 2007. Foreign Policy Analysis, Classic and Contemporary
Theory. Rowman & Litlefield; Ch.4 pp 103-124.
Kosmayandi, Patrick. 2016. Budaya Sebagai Identitas Bangsa.
https://www.kompasiana.com/patrickkosmayandi/budaya-sebagai-identitas-
bangsa_583ec50c737a6137048b4568 (Diakses tanggal 17 Maret 2017).
Safril Mubah. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Surabaya : Departemen HI UNAIR
Surabaya.
Srihadi. 2013. Pelestarian Budaya nasional Melalui Kegiatan Tradisional.
Semarang : FPIPS IKIP VETERAN SEMARANG
Suryo. 2002. Materi Pembelajaran PKn. Yogyakarta : UGM Press.
Syarbani Syahrial, Wahid Aliaras. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : UIEU – University
Press 2009.
Tim UIN SUSKA. 2011. Integritas Kebudayaan. Riau : UIN SUSKA Press
Tylor,Edward. 1871. Primitive Culture. New York: J.P. Putnam’s Sons.410.
15