Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun


leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-
25%), dan kejadiannya meningkat 40% pada wanita dengan usia lebih dari 35
tahun. Dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan
pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang
menderita mioma uteri asimptomatik.1,2
Berdasarkan letaknya mioma dapat digolongkan atas mioma intramural,
subserosa dan submukosa. Mioma intramural merupakan mioma yang tumbuh di
antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium.
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus
yang paling luar yaitu serosa. Sementara itu mioma submukosa adalah mioma
yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam atau lapisan endometirum sehingga
menonjol ke dalam uterus. Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt.
Biasanya akibat dari kontraksi uterus akan mendorong mioma geburt tersebut
melalui serviks menonjol kedalam kanalis vaginalis dan biasanya tindakan
operatif untuk pengangkatan mioma tersebut dilakukan melalui vagina.
Mioma geburt dapat menyebabkan keluhan perdarahan, dismenore, namun
ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik akan memberikan
gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalah artikan dengan kanker
serviks. Pentingnya penegakan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai
menjadikan kasus mioma geburt ini penting untuk dibahas.

BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak
ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum
hingga sebesar melon, sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20
pon. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan
mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi. Mioma geburt adalah mioma submukosa bertangkai yang
dilahirkan.Mioma tersebut dapat muncul di serviks atau vagina, dan dapat
terjadi perputaran tangkainya. 1,3

2.2 ETIOLOGI
Etiologi mioma uteri pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi
antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron
pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat
herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan Human Placental Lactogen.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen
yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli
mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma
biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause,
sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi
seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum
menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil
setelah menopause. 3,4
a. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
b. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.4

2.3 EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche,
sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan
pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada
usia lebih dari 35 tahun.4,5
Mioma uteri merupakan tumor pelvis paling sering pada wanita
dengan prevalensi seitar 80%. Persentase mioma submukosa adalah sekitar
15-20 persen dari semua mioma namun tidak ada data yang jelas mengenai
angka kejadian mioma geburt.

2.4 PATOGENESIS
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala.Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran,
jumlah dan letak mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan
akibat stimulasi estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya
waktu, mioma yang awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi
bergejala. Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut seiring menopause
dimana stimulasi estrogen menghilang dan banyak gejala yang berkaitan
dengan mioma hilang segera setelah menopause.1,3
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur.Mioma merupakan monoclonal dengan
tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot.Etiologi yang
diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri
pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten.3,4

2.5 KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot
polos uterus yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah
dan pembuluh limfe. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis
intramural (54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis
intraligamenter (4,4%). Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks
uteri dan korpus uteri. Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3
% dan pada korpus uteri ditemukan 97% kasus. 1,3,4
Gambar 1. Jenis mioma uteri

Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat


diklasifikasikan menjadi :

1. Mioma uteri intramural


Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-
benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
berkemih.1,3,5

2. Mioma uteri submukosa


Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. 1-3,5
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan
dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.3
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedunkulata.Mioma submukosa pedunkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan namamioma geburt atau mioma
yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas.1,3
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan
dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi
nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan
dapat disalah artikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah
perdarahan menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan : 5,6
- Peningkatan luas permukaan endometrium
- Produksi prostaglandin
3. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan
menonjol ke permukaann uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat
menekan ligamenter dan arteri iliaka. Mioma jenis ini juga dapat tumbuh
menempel pada jaringan lain misalnya ke omentum dan kemudian
membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering dan parasite
fibroid.1,3,7

4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri
dari uterus sehingga disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik
dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak
bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun
seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma.1,3,5,7

Tabe l. Klasifikasi mioma submukosa menurut European Society of


Gynecological Endoscopy (ESGE)
Gambar 1. Klasifikasi mioma submukosa menurut FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetric

2.6 GEJALA KLINIS


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya
tidak mengeluh apapun.1
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari
mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita
ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma
submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri
perut bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah
pertumbuhan mioma , maka kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu,
dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%).
Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas tetapi hanya dijumpai pada 2-10%
kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba fallopi,
endocervical canal, lubang endometrium, berhubungan dengan konsepsi atau
implantasi dan beberapa penyebab abortus spontan.1,3,7
Abortus spontan dapat terjadi bila mioma menghalangi pembesaran
uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah
terlepas atau tertahannya uterus didalam panggul. Hampir separuh kasus
mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena
tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada
tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu : 1,4

 Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia


dan dapat juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:4
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun
gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.4
 Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan
tempat mioma uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retensio urine,
obstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.4
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per
vaginam di antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak
hingga perdarahan masif.Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang
disertai nyeri sehingga dapat diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu,
mioma submukosa juga dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual,
perdarahan post coital, perdarahan vaginal terus-menerus atau dismenore.5

2.7 DIAGNOSIS :
Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:
1.Anamnesis

Teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah
panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan
di usia 40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.1,5

2. Pemeriksaan fisik

a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan kelainan,


namun dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus yang bentuknya
tidak regular, tidak lunak atau penonjolan yang berbenjol-benjol yang keras
pada palpasi.1,5
b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE
(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah. Serviks akan ikut bergerak bila massa pada abdomen digerakan
juga. Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis
servikalis) berwarna pucat.1,5

3. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.Kadang-
kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus
menyebabkan polisitemia.Adanya hubungan antara polisitemia dengan
penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioam terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi
pembentukan eritropoetin ginjal. 1,3,4

4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri.Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling
besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma
uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus.Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan
bayangan akustik.Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik. 1,3,4
b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai.Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.2,3
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai
massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium
normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan. 1,3
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip
serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari
mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel
yang melapis biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami
metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami
nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya
dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung
mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat
pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma
submukosa.3,5

2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma geburt secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang
telah diangkat. 7,8
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2.Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal
ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya
terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau
menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi
dari uterus sendiri. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pedunkulata. 1,4,7
3.Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma
uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi. 1,4,7
4.Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis
infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain
harus disingkirkan.4
5. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma.4

Perubahan sekunder tersebut antara lain :1,4,5


 Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
 Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi agaragar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang
lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
 Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma
seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.(3)

2.10 PENATALAKSANAAN :
Penanganan mioma geburt tergantung pada umur, status fertilitas, paritas,
lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang
membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan
fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan
konservatif dan operatif.2

A. Konservatif
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:1,2
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
 Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC
 Pemberian zat besi
 Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid
asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak
3 kali.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.2

B. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif.1,2
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain (gossipol, amantadine).1,2,5
1. GnRH analog
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-
hipogonadal; jadi obat-obatan ini menghasilkan menopause kimiawi
yang temporer dan reversibel yang dapat mengecilkan volume mioma
hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen yang
beredar dalam darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan
terapi.Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma
yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi.menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga
kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia
menopause. Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda
terhadap pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri
yang paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan
pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan
mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan
histeroskopi. 1,2
2. Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri
pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian
medrogestone 25 mg perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi
tablet 200 mg, dan pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma
uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 1,2,4

3. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron.Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki
substansi androgenik.Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada
mioma terjadi peningkatan aktifitas 5 -reduktase pada miometrium
dibandingkan endometrium normal.Mioma uteri memiliki aktifitas
aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari androgen. 2-4
4. Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya
terhadap jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada
cukup lama.Pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah
ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala menoragia dan
nyeri pelvis.Pada wanita premenopause dengan mioma uteri,
pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan
histerektomi terutama menjelang menopause. Pemberian goserelin 400
mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan
pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara pemberian injeksi
subkutan. 2,3

5. Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan
menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif
untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-
1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada
menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi
perdarahan menstruasi 35,7% wanita dengan menoragia idiopatik. 1-3
C. Pengobatan Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan
histerektomi.Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. 1,3,7
Perlu diketahui bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih
memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih.Histerektomi dapat dilakukan
perabdominam atau pervaginam.Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolaps uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi
supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknik dalam
mengangkat uterus keseluruhannya.1,3,7

Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi : 3,7,8


 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
 Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan :

1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan


anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma,
rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus
dilipat untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi
resiko perlekatan dengan vesika urinaria.
Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat
Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan
dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio
caesarea. 1,4

2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi,


terbagi atas 2 macam, yaitu:1,4
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid
12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel,
sistokel atau enterokel.

D. Laparoskopi

a ) Penghancuran mioma

Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma : miolisis yaitu dengan


laparaskopi, laser fiber / alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian
pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,
sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan
dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada miomektomi dan
penyembuhannya lebih cepat.1,4,5,7

b) Enukleasi mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga
dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea. 1,4,7

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstericians


Gynecologist (ACOG) adalah sebagai berikut :

 Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.


 Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
 Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan.
Embolisasi arteri uterus kini semakin banyak digunakan untuk menangani
mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Caranya adalah arteri uterina
diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk
diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan karena terjadi
distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan implantasi
abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama. Nyeri setelah
UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma. Keuntungannya adalah
tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat. Tujuannya adalah untuk
mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan
nekrosis.1,4,5,7
2.11 PROGNOSIS

Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak
akan dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan
setelah diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.1,3

BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 10 Maret 2018


Ruangan : IGD Kebidanan
Jam : 00.40 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. W
Umur : 48 tahun
Alamat : Ds. Banawa
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Pendidikan : S1

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura Palu
dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak 2 bulan terakhir,
darah yang keluar banyak dan kadang bergumpal. Pasien mengatakan
bahwa keluhan ini sudah dirasakan sejak tahun 2010 namun sempat
berhenti setelah dikuret dan timbul kembali 2 bulan yang lalu.Pasien juga
mengeluh nyeri perut bagian bawah (+) terutama jika duduk.Demam (-),
Pusing (+), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa dan BAB
lancar.

Riwayat Penyakit Terdahulu:


Riwayat yang serupa : Pada tahun 2008 pasien dirawat dengan
keluhan yang sama dan didiagnosis dengan penebalan dinding rahim sehingga
dilakukan kuretase.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM
Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
Ayah dan ibu mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus

Riwayat Haid :
• Haid pertama kali usia 14 tahun
• Menstruasi teratur
• Lama menstruasi 5-6hari
• Haid terakhir tanggal 05 Januari 2018
• Jumlah darah haid 2- 3 kali mengganti pembalut setiap hari
• Warna merah, tak berbau, kadang menggumpal
• Riwayat memakai pantyliners (-)

Riwayat sosial
Riwayat ganti-ganti pasangan/hubungan sexual ? (disangkal)
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 20 tahun, selama 14 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Anak Tahun J Umur Jenis Hidup
No Penolong
ke Persalinan K Kehamilan Persalinan / Mati
1. I 1997 P Aterm SC Dokter Hidup
Sp.OG 3,1 kg
2. II 2004 - - - - Tidak
dikuret
3. III 2007 L Aterm SC Dokter Hidup
Sp.OG 3,2 kg

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


( +) Pil KB ( - ) Suntik KB 3 bulanan ( − ) IUD

( − ) Susuk KB ( − ) Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 140/80 mmHg
Nadi : 102x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8oC

STATUS GENERALISATA
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk normochepal dan simetris, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut,
tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, edema palpebra -/-, secret -/-
3. Pemeriksaan Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), otore (-), discharge (-).
4. Pemeriksaan Hidung
Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistasis (-), discharge (-).
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Sianosis (-), bibir pecah-pecah (-), stomatitis (-), hiperemis pada faring (-).
6. Pemeriksaan Thorak
 Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
 Palpasi : Pergerakan simetris,nyeri (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Paru :rhonki(-),wheezing(-) jantung : S1/S2
tunggal
7. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi :Luka bekas operasi (+), bendungan vena (-).
 Perkusi : Timpani
 Palpasi :Nyeri tekan (-), massa teraba (-)
 Auskultasi :Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)
8. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan Dalam
In speculo :
- Tampak massabulat sebesar telur ayam keluar dari serviks uteri
- Tampak perdarahan keluar dari kanalis servikalis
- Dinding vagina tidak terdapat kelainan
Vaginal Toucher
Teraba massa bertangkai (pedunculated) sebesar telur ayam, perabaan
kenyal, permukaan rata, bergerak bersamaan saat fundus uteri digerakan,

9. Pemeriksaan Ekstremitas
 Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
 Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (10 Maret 2018)
Leukosit 10,49 x103/μL
Eritrosit 2,46 x106/μL
Hemoglobin 6 g/dL
Platelet 402 x103/μL
Clotting Time 7 menit 30 detik
Bleeding Time 6 menit 30 detik
RESUME
Pasien wanita usia 48 tahun datang ke IGD Kebidanan RS Anutapura
dengan keluhan perdarahan pervaginam, dialami sejak 2 bulan terakhir, darah
yang keluar banyak dan kadang bergumpal. Keluhan yang sama sudah
dirasakan sejak tahun 2008 namun sempat berhenti setelah dikuret dan timbul
kembali 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah
(+) terutama jika duduk.Pasien merasa pusing. Pada tahun 2008 pasien
dirawat dengan keluhan yang sama dan didiagnosis dengan penebalan dinding
rahim sehingga dilakukan kuretase. Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan DM. Ayah dan ibu mempunyai riwayat penyakit diabetes
mellitus.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik,
composmentis.Tanda vital; TD 140/90 mmHg, N 102 x/menit, R 20 x/menit,
S 36,8oC. Konjungtiva; anemis +/+.
Pemeriksaan dalam dengan in speculo didapatkan tampak massa bulat
sebesar telur ayam keluar dari serviks uteri,tampak perdarahan keluar dari
kanalis servikalis, dinding vagina tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan
vaginal toucher teraba massa bertangkai (pedunculated) sebesar telur ayam,
perabaan kenyal, permukaan rata, bergerak bersamaan saat fundus uteri
digerakan,
Pemeriksaan laboratorium; leukosit 10,49 x103/μL, eritrosit 2,46
x106/μL, hemoglobin 6 g/dL, platelet 402 x103/μL, clotting Time 7 menit 30
detik, bleeding time 6 menit 30 detik.

DIAGNOSIS
Mioma Geburt + Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Polip
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Asam traneksamat 1 amp/8jam
Sulfas Ferous 1 x 1 tablet

Non Medikamentosa
Transfusi PRC 2 kantong, siapkan WB 2 kantong,hingga HB 12 mg/dl

FOLLOW UP
FOLLOW UP (10 Maret 2018)

S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
sakit kepala (+), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 100/70 mmHg P: 19 x/m
N: 92 x/m S : 37,4 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A :Mioma Geburt + anemia
P : IVFD RL 20 tpm
SF 1 x 1 tab
Asam traneksamat 1 amp/8jam/IV
Transfusi PRC labu 1
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (11 Maret 2018)

S: Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+),


bergumpal (-), sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK
biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 22 x/m
N: 80 x/m S : 36,6 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia
P : IVFD RL 20 tpm
Lasix 1amp/extra
SF 1 x 1 tab
Asam traneksamat 1 amp/8jam/IV
Transfusi PRC labu 2
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (12 Maret 2018)

S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 87 x/m S : 36 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : Hb = 10,4 g/dl
WBC = 21,97 ribu/uL
A : Mioma Geburt + anemia
P : IVFD RL 20 tpm
Lasix 1amp/extra
SF 1 x 1 tab
Asam traneksamat 1 amp/8jam/IV
Transfusi PRC labu 3
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (13 Maret 2018)

S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+),
Sakit kepala (+), pusing (+), demam (+), mual (-), muntah (-), BAK biasa,
BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/60 mmHg P: 20 x/m
N: 86x/m S : 39 °C
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

 Konjungtiva anemis +/+


 Lab :
A : Mioma Geburt + anemia+febris
P : Paracetamol 3 x 500mg (Kp)
Biosanbe 1 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
EKG Konsul jantung
Cek GDS, Ur. Cr, GDS,
Tampon vagina bila berdarah banyak
Transfusi PRC labu 4
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (14 Maret 2018)

S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-),
Sakit kepala (-), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa,
BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/60 mmHg P: 20 x/m
N: 86x/m S : 36,7 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia
P : Kalnex 3 x 1
SF 2 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Konsul Penyakit Dalam
Transfusi PRC labu 5
Transfusi sampi Hb 12 mg/dl dan rencanakan ekstirpasi

Jawaban Konsul :
Spesialis jantung : Tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi
Spesialis penyakit dalam : Curcuma 3 x 1
Pemeriksaan GDP

FOLLOW UP (15 Maret 2018)

S : Nyeri perut (+), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala
(+), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 16 x/m
N: 76x/m S : 37,3 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : Hb = 9,6 mg/dl
WBC = 8,43 ribu/UL
GD2pp = 239 mg/dl
GDP = 181 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + hiperglikemia
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Tampon vagina bila berdarah banyak
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (16 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis N: 80x/m
TD: 110/70 mmHg
P: 20 x/m S : 36,6 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : SGPT = 50,1 U/L
SGOT = 113,5 U/L
Creat = 0,55 mg/dl
GDS = 211,5 mg/dl
Urea = 19,4 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM Type 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 3 x 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak
Transfusi darah WB labu 7
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi
Periksa GDP dan 2jampp setiap 3 hari sekali

FOLLOW UP (17 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/80 mmHg P: 20 x/m
N: 76x/m S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : Hb = 9,6 mg/dl
GDP = 181 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM Type 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 3 x 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak
Transfusi PRC labu 7
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi
Periksa GDP dan 2jampp setiap 3 hari sekali

FOLLOW UP (18 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/80 mmHg P: 18 x/m
N: 82x/m S : 36,5 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : GDP = 185 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM Type 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak
Transfusi PRC labu 7
Jika Hb 12 mg/dl rencana ekstirpasi

FOLLOW UP (19 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/80 mmHg P: 18 x/m
N: 84x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : SGOT = 13,9 U/L
SGPT = 9,2 U/L
GDS = 214 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak
Transfusi PRC labu 7
FOLLOW UP (20 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/80 mmHg P: 18 x/m
N: 84x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (21 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC

FOLLOW UP (22 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-), Sakit kepala (-
), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis -/-
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC

FOLLOW UP (23 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 100/70 mmHg P: 20 x/m
N: 80x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : GDS = 105 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (24 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (25 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (26 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+), Sakit kepala (-
), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : GDS = 167 mg/dl
A : Mioma Geburt + anemia + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 8 – 8 - 6 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (27 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (-), Sakit kepala (-
), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : GDS = 240 mg/dl
A : Mioma Geburt + DM tipe 2
P : Biosanbe 1 x 1
Kalnex 3 x 1
Cefadroxil 2 x 500mg
Curcuma 3 x 1
Novorapid 4 – 4 - 4 U/SC
Tampon vagina bila berdarah banyak

FOLLOW UP (28 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (+), bergumpal (+),banyak , sakit


kepala (-), pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB
lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 110/70 mmHg P: 20 x/m
N: 82x/m S : 36,8 °C
 Konjungtiva anemis +/+
 Lab : GDS = 240 mg/dl
GDS preop : 130 mg/dl
Hb pre op = 8,9 Hb post op : 10,2 g/dl
WBC = 7,13 ribu/uL WBC post op: 10,53 ribu/uL
A : Mioma Geburt + DM tipe 2
P : Ekstirpasi dan kuretase Mioma Geburt
IVFD RL 20 tpm
Drips oxytocin 1 amp/kolf (2 kolf)
Ceftriaxone 1 gr/12j/IV
Asam Mefenamat 3 x 500mg
SF 1 x 1
Novorapid 4 – 4 - 4 U/SC
Cek Hb 2 jam post op

FOLLOW UP (29 Maret 2018)

S : Nyeri perut (-), perdarahan pervaginam (-), bergumpal (+), sakit kepala (-),
pusing (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 100/70 mmHg
N: 85x/m

P: 22 x/m
S : 36,3 °C
 Konjungtiva anemis -/-
A : Mioma Geburt post ekstirpasi H1 + DM tipe 2
P : Cefadroxil 2 x 500mg
Asam mefenamat 3 x 500mg
Hemafort 1 x 1
Novorapid 4 – 4 - 4 U/SC

Dokumentasi operasi

7
8
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis mioma geburt ditegakkan berdasarkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Mioma geburt atau sering disebut
mioma submukosa, dapat dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Hal
ini sesuai dengan keluhan utama dari pasien dimana pasien pertama kali datang
berobat dengan mengeluhkan pendarahan dari jalan lahir.
Menurut pasien, keadaan yang seperti ini sudah pernah dialaminya sejak 8 tahun
yang lalu tepatnya pada tahun 2010 dimana pasien saat itu di diagnosis mengalami
penebalan dinding endometrium dan setelah dilakukan kuretase, keluhan yang
dialami pasien juga berangsur membaik. Namun keluhan pendarahan dari jalan lahir
kembali dialami pasien sejak 2 bulan yang lalu, disertai nyeri pada perut bagian
bawah sehingga pasien kembali datang ke rumah sakit.
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di
antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan
masif.Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat

9
menyebabkan perdarahan intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan vaginal
terus-menerus atau dismenore.
Dari hasil pemeriksaan fisikdan pemeriksaan laboratorium pada pasien
didapatkan konjungtiva anemis (+/+) dengan kadar hemoglobin sebesar 6 g/dl.Hal ini
dapat disebabkan oleh keadaan perdarahan pervaginam pada pasien yang dialami
sudah sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan dalam dengan in speculo,
didapatkan tampak massa bulat sebesar telur ayam keluar dari serviks uteri dan
tampak perdarahan yang keluar dari kanalis servikalis.Sedangkan pada pemeriksaan
vaginal toucher teraba massa bertangkai (pedunculated) sebesar telur ayam, perabaan
kenyal, permukaan rata, bergerak bersamaan saat fundus uteri digerakan. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada pemeriksaan inspekulo, dapat
terlihat massa yang keluar dari kanalis servikalis berwarna pucat dan pada
pemeriksaan ginekologik (PDV), dapat teraba massa yang keluar dari kanalis
servikalis dengan konsistensi lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah.
Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip serviks
merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa
endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi
biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi
semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis sehingga
membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang membedakannya dari Mioma Geburt
dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan ujung mioma tetapi
merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh ovarium,
selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma submukosa.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien pada kasus ini terdiri dari
tindakan konservatif dan tindakan operatif. Tindakan konservatif yang dilakukan
pada kasus ini meliputi pemberian tablet zat besi, antibiiotik, antiperdarahan dan
transfusi PRC. Hal ini bertujuan untuk mengurangi gejala yang terjadi pada pasien

10
dan meningkatkan kadar hemoglobin darahpasien untuk persiapan dilakukan tindakan
operatif.
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma
uteri secara menetap belum tersedia sampai pada saat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
adapunpreparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin,
agen-agen lain (gossipol, amantadine).
Terapi operatif yang dilakukan pada pasien ini adalah miomektomi dengan cara
ekstirpasi lewat vagina.Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana tindakan ini
dilakukan berdasarkan keadaan dari pasien yang menderita mioma submukosa yang
bertangkai.Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus dan sampai sekarang, tindakan ini lebih aman, efektif, dan masih menjadi
pilihan terbaik untuk kasus mioma submukosa. Berikut ini adalah indikasi
dilakukannya terapi operatif pada kasus mioma subserous:
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
 Penekanan pada organ sekitarnya
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah
diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Myoma uteri. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka. Hal : 338-45
2. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi,Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan
Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.
3. Myoma uteri. Diunduh dari : http://www.myoma.co.uk/about-uterine-
myoma.html. diakses tanggal 15 Agustus 2016
4. Hakim L. Mioma Geburt A case Report. [online]. Available from

12
http://narcissus02.multiply.com/journal/item/6. Diaksestanggal 15 Agustus 2016
5. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital Tract in
Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.
6. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier Saunders,
2003.
7. Anonim. Teori Tentang Mioma Uteri. [online]. [cited on july 2009]. Available
from http://spesialistorch.com.Diaksestanggal 15 Agustus 2016

13

Anda mungkin juga menyukai