Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TANAMAN INDUSTRI & PENGHASIL BIOENERGI

“ PRODUKSI ETANOL DENGAN MOLASE”

Dosen Pembimbing :
Ir. Helfi Gustia, M.Si

Oleh :
Ahlun Ahmad
(NPM : 2014610004)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PRODUKSI ETANOL DENGAN MOLASE” tepat pada
waktunya. Makalah ini di buat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen
mata kuliah “TANAMAN INDUSTRI DAN PENGHASIL BIOENERGI” sebagai
salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa.
Makalah ini berisikan informasi tentang bagaimana peroses pembuatan molase
dan etanol. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
orang-orang yang membacanya. Kesulitan yang penulis alami dalam penyusunan
makalah ini ialah, mengumpulkan informasi dan menyusunnya secara rapi.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 6 November 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 4
C. Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Molase 6
B. Etanol 7
C. Fermentasi 7

BAB III PEMBAHASAN 9


A. Pembentukan Molase Dari Hasil Sampingan Pembuatan Gula 9
B. Pembuatan etanol dari molase 10

BAB IV KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17

2
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia yang merupakan negara agraris, setiap tahunnya
menghasilkan limbah dari pertanian dan industri pertanian dalam jumlah
yang besar. Pada Industri Tapioka, selain menghasilkan tepung tapioka,
juga dihasilkan sisa-sisa pengolahan berupa limbah padat dan cair. Pada
industri gula tebu, selain menghasilkan gula tebu, juga dihasilkan molase
yang merupakan produk sampingan selama proses pemutihan gula.
Dibeberapa pabrik gula, molase ini diekspor ke luar negeri dengan harga
yang relatif murah. Dibanyak tempat, limbah ini masih sangat kecil daya
gunanya dan sering menjadi masalah pencemaran lingkungan.
Krisis energi dunia pada paruh kedua tahun ini yang tergolong
parah dan melanda seluruh negara di dunia telah membangkitkan
keyakinan bahwa bioenergi merupakan alternatif pemecahan hal tersebut.
Sementara harga minyak bumi yang melambung belakangan ini dengan
sendirinya membangkitkan insentif ekonomi bagi pengembangan
bioenergi sebagai alternatif lain dari fosil energi yang kian mahal dan
langka. Insentif itu juga timbul karena semakin besarnya perhatian negara-
negara dunia pada persoalan lingkungan hidup akibat pencemaran yang
kian parah, yang timbul dari emisi gas buang penggunaan fosil energi.
Keunggulan bionergi yang utama adalah renewable dan dampak
penggunaannnya terhadap lingkungan hidup jauh lebih ramah dari
penggunaan fosil energi selama ini. Indonesia merupakan salah satu
negara yang sedang menghadapi persoalan energi yang serius akibat
ketergantungan yang sangat besar terhadap energi fosil, sementara
pengembangan bioenergi sebagai alternatif masih kurang mendapat
perhatian. Sesungguhnya potensi Indonesia untuk mengembang kan
bioenergi relatif besar, baik bioetanol maupun biodisel. Salah satu potensi
yang relatif besar adalah pengembangan bioetanol berbahan baku tebu.
Dengan asumsi 80 liter bioetanol dapat dihasilkan dari 1 ton tebu (data
teknis di Brazil) dan produktivitas tebu rata-rata 80 ton per ha, maka dari
setiap ha lahan tebu dapat dihasilkan 6.400 liter etanol. Apabila etanol dari
tebu dapat mensubstitusi 10% dari kebutuhan gasoline pada tahun 2010
(33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa dicapai dengan
pengembangan areal tebu seluas 522 ribu ha. Dengan target subsitusi itu,
jumlah gasoline yang dapat disubstitusi sebesar 3.34 milyar liter atau lebih
dari Rp 15 triliun. Data survey menunjukkan ketersediaan lahan di luar
Jawa yang sesuai untuk tebu terdapat sekitar 750 ribu ha. Melihat masalah
tersebut diatas, timbullah gagasan untuk memanfaatkan molase dengan
jalan mengubahnya menjadi bahan lain yang lebih berguna.
Molase yang merupakan produk sampingan, masih banyak
mengandung gula dan asam-asam anorganik. Hal ini menimbulkan ikut
sertanya mikrobia dalam pengolahan molase. Molase seperti juga air
kelapa, dapat dipakai sebagai media pertumbuhan mikrobia terutama
khamir, sehingga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk industri
pembuatan etanol. Produksi etanol dari molase ini melibatkan mikrobia
yang dapat menghasilkan etanol. Berbagai jenis mikrobia dapat digunakan
untuk menghasilkan etanol. Khamir Saccharomycess cereviceae
merupakan mikrobia yang paling banyak dan paling baik untuk digunakan
dalam fermentasi etanol karena relatif lebih efisien dalam merubah gula
menjadi etanol dan lebih toleran terhadap etanol bila dibandingkan dengan
mikrobia lain. Untuk meningkatkan efisien produksi etanol, para ahli telah
menyelidiki biokimia dari proses fermentasi etanol, sehingga teknologi
fermentasi etanol mengalami kemajuan yang berarti.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah bioenergi tentang produksi
etanol dengan molase ialah :
1. Mengetahui proses yang dibutuhkan pada pembuatan etanol dari
molase.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat adanya pemanfaatan
tetes molase sebagai energi alternatif salah satunya adalah etanol

4
3. Menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai syarat dari mata
kuliah “Tanaman Industi dan Penghasil Bioenergi”

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan molase dari hasil sampingan
pembuatan gula ?
2. proses pembuatan etanol dari fermentasi molase ?

5
6

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Molase
Bahan sisa dari industri gula banyak dijumpai di samping hasil
utamanya. Dari berbagai bahan sisa yang dihasilkan industri gula, molase
merupakan bahan dasar yang berharga sekali untuk industri dengan
fermentasi. Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses
pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena
mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Molase
merupakan produk limbah dari industri gula di mana produk ini masih
banyak mengandung gula dan asam – asam organik, sehingga merupakan
bahan baku yang sangat baik untuk industri pembuatan etanol. Bahan ini
merupakan produk sampingan yang dihasilkan selama proses pemutihan
gula. Kandungan gula dari molase terutama sukrosa berkisar 40 – 55 %
(http://www.whfoods.com, 2008).
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase
berkisar antara 5,5 – 6,5. Molase yang masih mengandung kadar gula
sekitar 10 – 18 % telah memberikan hasil yang memuaskan untuk
pembuatan etanol. Jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses ini
adalah golongan khamir Saccharomyces cerevisiae
(http://www.wikipedia.com, 2008)
Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Molase kelas 1
kelas 2 dan “black strap”. Molase kelas 1 didapatkan saat pertama kali jus
tebu dikristalisasi. Saat dikristalisasi terdapat sisa jus yang tidak
mengkristal dan berwarna bening. Maka sisa jus ini langsung diambil
sebagai molase kelas 1. Kemudian molase kelas 2 atau biasa disebut
dengan ”Dark” diperoleh saat proses kristalisasi kedua. Warnanya agak
kecoklatan sehingga sering disebut juga dengan istilah ”Dark”. Dan
molase kelas terakhir, ”Black Strap” diperoleh dari kristalisasi terakhir.
Warna ”black strap” ini memang mendekati hitam (coklat tua) sehingga
tidak salah jika diberi nama ”Black Strap” sesuai dengan warnanya.
”Black strap” ternyata memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat
tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. ”Black strap”
memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa
dan fruktosa (http://www.bioetanolindo.blogspot.com., 2007)

B. Etanol
Etanol (sering disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena sifatnya yang tidak beracun, bahan ini banyak dipakai sebagai
pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol
tidak berwarna dan tidak berasa tapi memiliki bau yang khas. Bahan ini
dapat memabukkan jika diminum.
Etanol mempunyai rumus molekul adalah C2H5OH atau rumus
empiris C2H6O. Etanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi bahan
mentah mono/disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (jagung,
padi, umbi), dan bahan berselulosa (kayu, limbah pertanian) (Bailey,
1986). Dengan potensi yang sangat besar sebagai negara agraris,
pengembangan etanol secara fermentasi di Indonesia sangat mungkin
dilakukan. Molase atau tetes tebu mengandung kurang lebih 60% selulosa
dan 35,5% hemiselulosa. Kedua bahan polisakarida ini dapat dihidrolisis
menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi
etanol.

C. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan

7
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Dirmanto, 2006).
Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim
beberapa bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari
fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi
alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi senyawa organik. (Hidayat, et
al., 2006) Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat,
glukose (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan
Reaksi Kimia yaitu : C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi
yang dilepaskan:118 kJ per mol) Dijabarkan sebagai Gula (glukosa,
fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi
(ATP) (Nurdyastuti, 2008).
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis
gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang
merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar
organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang
dihasilkan (Duryatmo, 2006

8
9

BAB III
PEMBAHASAN

Bahan baku yang akan digunakan pada pembentukan etanol adalah


molase, sehingga pada bab ini akan dijelaskan secara singkat pembentukan
molase sebagai hasil sampingan dari pembuatan gula kristal. Dan akan
dijelaskan juga alat, instrumen dan bahan pembuatan etanol serta proses
pembuatan etanol dengan bahan baku molase.

A. Pembentukan Molase Dari Hasil Sampingan Pembuatan Gula.


Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan
pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan
pemisahan kristal.
1. Tahap pemerahan nira (ekstraksi), nira adalah cairan seperti jus yang
di dapatkan dari tebu saat penggilingan (pemerasan), Tebu setelah
ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian
padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah)
2. Tahap pemurnian nira, Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan,
direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas
SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat
pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring
menggunakan Rotary Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira
jernih dan endapan padat berupa. Nira jernih yang dihasilkan
kemudian di alirkan ke tangki penguapan.
3. Tahap penguapan nira (evaporasi), bertujuan untuk mengurangi kadar
air dalam nira dan meningkatkan konsentrasi hingga titik jenuhnya,
yang kemudian nira kental yang sudah tidak dapat menguap
dikeluarkan dan dipindah ke suatu pan vacum.
4. Tahap kristalisasi nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan
lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil
penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat
jenuh, sehingga timbul kristal gula, tetapi ada sebagian nira kental dan
mengandung sukrosa sangat tinggi dengan konsentrasi jenuh, nira
kental yang tidak dapat mengkristal inilah yang disebut tetes tebu atau
molase.
5. Tahap pemisahan kristal dengan molase dari pan vakum, hasil
pengkristalan dipindah ke alat rotary vacuum filter, dalam alat inilah
gula yang telah mengkristal terpisah dari nira kental atau molase.

B. Pembuatan etanol dari molase


Molase yang dihasilkan mengandung gula sekitar 50% yang dapat
digunakan untuk pembuatan etanol. Berikut ini adalah tahapan-tahapan
pembuatan etanol dari molase:
1. Tahapan pengenceran molase, Kadar gula dalam molase terlalu tinggi
untuk proses fermentasi. Oleh karena itu, molase perlu diencerkan
terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan dalam molase kurang
lebih 14%. Penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula
awalnya lalu diaduk hingga merata. Tahap ini detailnya terbagi
menjadi 3, yaitu
a. Tahap penimbangan tetes
Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis timbangan cepat dengan
kapasitas timbang tertentu dilengkapi dengan alat pembuka dan
penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan
juga panel on-off pompa tetes yang diatur secara otomatis. Cara
kerjanya dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang
penyimpanan tetes untuk setiap harinya.
b. Tahap pencampuran tetes

Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki pencampur tetes


dengan kapasitas tertentu yang dilengkapi dengan pancaran uap air
panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes.
Cara kerjanya yaitu air panas bersuhu 70OC dimasukkan ke dalam
tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes
yang telah ditimbang. Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan
pompa hingga tetes dan air tercampur dengan baik. Setelah

10
pencampuran selesai, campuran dipanaskan hingga suhunya mencapai
90OC. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat
proses pelarutan, sedangkan pemanasan dengan uap air panas adalah
untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik,
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 96,5% sampai
pH mencapai 4,5 – 5. Pemberian asam sulfat bertujuan untuk
mengendapkan garam-garam mineral di dalam tetes dan untuk
memecah disakarida (sukrosa) di dalam tetes menjadi monosakarida
berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
c. Tahap pengendapan

Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki yang dilengkapi


dengan pipa decanter. Larutan tetes dari tangki pencampur ditampung
dalam tangki ini dan diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan
kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama endapan garam. Pengendapan
ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang terjadi pada mash column
(kolom distilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes dipompa menuju
tangki fermentor melalui decanter dan heat exchanger (HE). HE ini
berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30OC sebagai syarat
operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan
kotoran-kotoran dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki pencuci
endapan kotoran tetes (tangki sludge).
2. Tahap Separator (Sterilisasi)

Sisa cairan tetes sebanyak ±5% volume dari tangki pengendap


tetes yang berupa endapan kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki
pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung di tangki sludge
hingga mencapai volume tertentu. Kemudian cairan tetes diendapkan
hingga waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke tangki
mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi
bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal
mungkin tanpa harus membuang sebagian yang tersisa
3. Tahap Pembiakan Ragi (Prefermentasi)
a. Tahap penambahan ragi

11
Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa
aliran udara dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding
tangki. Tahap ini bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis
Saccharomyces cerevisiae dengan menggunakan media tetes. Untuk
pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan cara memasukkan
air proses bersuhu 15OC dan tetes dari tangki pengendap tetes ke
dalam tangki seeding dan mencampurkannya, yang disertai dengan
aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu untuk
mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi
kebutuhan oksigen bagi ragi Saccharomyces cerevisiae yang
berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki
konstan pada 30OC dengan mengalirkan air pada dinding luar tangki.
Jika tidak dijaga, maka ragi yang sedang dikembangbiakkan akan
terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati.
Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang telah dilarutkan dengan
air secukupnya. Bahan aktif yang terkandung dalam ragi roti yaitu
Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) yang dapat memfermentasi gula
menjadi etanol. Kebutuhan ragi sebanyak 0,2% dari kadar gula dalam
larutan molase.
b. Tahap penambahan urea dan NPK
Untuk keperluan nutrisi ragi, ditambahkan urea dan NPK. Kebutuhan
urea sebanyak 0,5% dari kadar gula larutan fermentasi. Sedangkan
kebutuhan NPK sebanyak 0,1% dari kadar gula larutan fermentasi.
Urea dan NPK dihaluskan dengan penggerusan lalu dimasukkan.
Ditambahkan pula PHP dengan tujuan untuk mempertahankan pH
agar tetap konstan yaitu 4.5 – 5. Dari hasil campuran ini didapatkan
biakan ragi.
4. Tahap fermentasi
Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa
aliran udara dan pipa aliran air pendingin yang berasal dari air sungai
untuk menjaga suhu fermentasi pada 30 – 32OC. Fermentasi ini
bertujuan untuk mendapatkan alkohol dengan kadar 8,5 – 9% atau
lebih. Pertama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yang masih

12
kosong dengan uap air panas (steam) sampai suhu 121OC lalu
membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30OC. Setelah itu
memasukkan air proses dengan suhu 30OC, larutan tetes, dan proses
fermentasi ini berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang
telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke tangki
fermentor. Setelah itu, tetes dipompa masuk ke tangki dan proses
berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 –
5. Untuk nutrisi ragi dimasukkan urea dan NPK. Sedangkan turkey red
oil ditambahkan sebagai anti foam untuk mencegah pembentukan
foam selama proses terjadi. Tahap fermentasi berlangsung hingga
kadar alkohol mencapai 8,5 – 9%. Setelah kadar tersebut terpenuhi,
larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan
antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast cream).
Separator ini menggunakanalat rotary vacuum filter yang merupakan
alat dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast cream) dengan cairan
hasil fermentasi (cairan mash) yang memiliki perbedaan massa jenis
dapat dipisahkan. Dari hasil fermentasi, tidak semuanya dipisahkan
raginya, hanya sekitar 80 – 90% saja. Sisanya 10 – 20 % tidak diambil
raginya karena mengandung kotoran-kotoran sisa berupa endapan
garam mineral. Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini langsung
masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya didestilasi
sehingga menjadi alkohol prima (fine alcohol) dengan kadar mencapai
96,5%.Pada tahap fermentasi terjadi reaksi hidrolisa, di mana sukrosa
diubah menjadi glukosa. Persama reaksi hidrolisa yaitu:
C12H22O11 +H2O ----> 2C6H12O6 Sedangkan reaksi utama adalah
reaksi fermentasi, yaitu glukosa diubah menjadi etanol dan air.
C6H12O6 ----> 2C2H5OH + 2CO2 Selain reaksi utama terjadi pula
reaksi samping yang menghasilkan asam asetat, asetaldehid, dan funel
oil. C6H12O6 ----> C3H8O3 + CH3CHO + 2CO2
C6H12O6 + H2O ----> 2C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH + 2CO2

5. Tahap purifikasi, destilasi, dan dehidrasi

13
Setelah proses fermentasi selesai, berlanjut ke tahap purifikasi yang
terdiri dari unit destilasi. Cairan fermentasi dimasukkan ke dalam
evaporator. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan 79 –
81OC. Pada suhu ini, etanol sudah menguap, sedangkan air tidak
menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar
dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama biasanya kadar
etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar distilasi masih di bawah
95% maka perlu dilakukan distilasi ulang hingga kadar etanolnya
95%.
Proses distilasi ini dilakukan dengan metode distilasi bertingkat
dengan jumlah 5 buah kolom distilasi. Tiap-tiap kolom distilasi
memiliki beberapa jumlah dan ukuran tray tertentu dengan jenis plate
bubble cup yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya untuk
memisahkan alkohol dari senyawa-senyawa pengikutnya. Alat untuk
distilasi terdiri dari 5 kolom distilasi utama yaitu:
1.Kolom pertama: Mash Column & Degasification Column
2.Kolom kedua: Pre-Running Separating Column
3.Kolom ketiga: Less Column & Rectifying Column
4.Kolom keempat: Repulfying Column
5.Kolom kelima: Alcohol column
Setelah kadar etanol 95% tercapai, selanjutnya dilakukan dehidrasi
atau penghilangan air.Untuk menghilangkan air bisa menggunakan
kapur tohor atau zeolit sintetis.

Distilator
Etanol 80 -95 %,
Water
Water Ragi dll BROTH TANK
in

Water
Out

Tangki Molases FERMENTOR


Evaporator
14
15
16

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah Tanaman industri


dan penghasil bioenergi berjudul Peroduksi etanol dengan molase ini
ialah :
1) Molase terbentuk dari hasil sampingan pembuatan gula. Pembuatan gula putih
di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan nira,
pemurnian, penguapan, kristalisasi, dan pemisahan kristal. Pada pemisahan
kristal inilah gula yang telah mengkristal terpisah dari nira kental atau molase.
Molase yang terbentuk kemudian dijadikan bahan baku untuk pembuatan
etanol.
2) Tahapan-tahapan pembentukan etanol dari molase:
a) Tahap pengenceran molase, yang terdiri dari tahap penimbangan tetes,
tahap pencampuran tetes, dan tahap pengendapan
b) Tahap Separator (Sterilisasi)
c) Tahap Pembiakan Ragi yang terdiri dari tahap penambahan ragi dan tahap
penambahan urea dan NPK
d) Tahap fermentasi
e) Tahap purifikasi, destilasi, dan dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA

Dirmanto, S., 2006. Fermentasi Anaerobik. http://www.kompas.com.


[6 November 2017].
Duryatmo, P., 2007. Proses Fermentasi. http://www.kompas.co.id.
[6 November 2017].
Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini, 2006. Mikrobiologi Industri. Andi,
Yogyakarta.
http://www.bioetanolindo.blogspot.com., 2007. Pembuatan Etanol Skala Home
Industri. [6 November 2017]
http://www.whfoods.com., 2008. Molase (Limbah Tebu yang Bermanfaat).
[6 November 2017]
http://www.wikipedia.com., 2006. Komposisi Kimia Molase. [6 November 2017].
Nurdiyastuti, I., 2008. Prospek Pengembangan Biofuel sebagai Substitusi Bahan
Bakar Minyak. http://www.sinarharapan.com. [6 November
2017].
Riswan Simanjuntak : Studi Pembuatan Etanol Dari Limbah Gula (Molase), 2009.
USU Repository © 2009

17

Anda mungkin juga menyukai