Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk mengingatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup dalam pola yang sehat. Hal-hal tersebut
juga memiliki tujuan tersendiri yaitu untuk mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang tinggi dan bahkan hingga setinggi-tingginya. Pembangunan
kesehatan itu sendiri tentunya harus diupayakan oleh seluruh potensi bangsa suatu
negara, bagi masyarakat, maupun pemerintah. Pembangunan kesehatan itu sendiri
tentunya harus diupayakan oleh seluruh potensi bangsa suatu negara, baik
masyarakat, maupun pemerintah. Pembangunan kesehatan juga harus seiring
dengan perilaku masyarakat yang lebih memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat dan hal tersebut merupakan prasyarat
pembangunan yang berkelanjutan atau disebut dengan sustainable development,
untuk dapat mewujudkan pembangunan tersebut, masyarakat harus dibekali
dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan cara-cara menjalani hidup yang
sehat, yang jika dilaksanakan akan berdampak positif terhadap lingkungan sehat,
perilaku sehat, serta perumahan dan permukiman yang sehat.
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara.
Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki
masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung oleh banyak faktor.
Salah satunya adalah kesehatan lingkungan disuatu negara tersebut.
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh
WHO sebagai aspek-aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan
praktek dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang
dapat berpotensi mempengaruhi kesehatan.

1
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh
WHO sebagai aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh
faktor-faktor lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam
menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi
mempengaruhi kesehatan.
Kesehatan lingkungan mencakup efek-efek patologis langsung bahan kimia,
radiasi, dan beberapa agen biologi, dan dampak (sering tidak langsung) dibidang
kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, fisiologis, sosial dan estetika
lingkungan termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan
transportasi. (Pireningtyas,2007).
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Permukiman
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4 tahun 1992).
Syarat sehat perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,
kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan,
sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah ketentuan
teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dana tau masyarakat sekitar dari
bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan
perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat
diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie,
1992).
Suatu permukiman yang baik tentu memiliki kondisi rumah yang baik. Rumah
yang baik adalah rumah yang memenuhi persyaratan yang ada untuk rumah sehat.

2
Persyaratan umum rumah sehat menurut Depkes RI 2007 memenuhi persyaratan
pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan:
1. Penyediaan air bersih
2. Pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga
3. Bebas vektor penyakit dan tikus
4. Kepadatan hunian yang tidak berlebihan
5. Cukup sinar matahari pagi
6. Terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran
7. Pencahayaan dan pengawasan yang cukup
8. Konstruksi bagunan rumah
9. Bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa
kondisi sanitasi permukiman di Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta belum memenuhi persyaratan.
Maka dari itu kelompok kami akan melakukan pemeriksaan sanitasi
permukiman di wilayah tersebut untuk mengetahui masalah kesehatan
lingkungan serta prioritas masalah dan prioritas alternatif penyelesaian
masalah berdasarkan pedoman teori dasar-dasar pemecahan masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditentukan rumusan masalah dalam
laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta, yaitu: “Bagaimanakah sanitasi permukiman di
RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta dan
bagaimana cara pemecahan masalah yang ada di wilayah tersebut?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang ada di
RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta,
mengidentifikasi fasilitas sanitasi yang mempengaruhi faktor kesehatan
lingkungan, mahasiswa mampu melakukan kegiatan penyuluhan dan atau
pemberdayaan dan mahasiswa mampu menemukan alternatif pemecahan

3
masalah untuk mengendalikan faktor kesehatan lingkungan dan fasilitas sanitasi
yang mempengaruhinya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengamatan keadaan kesehatan lingkungan di RW 01 Desa
Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
2. Melaksanakan survey sanitasi kesehatan lingkungan di RW 01 Desa
Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
3. Melakukan penetapan masalah kesehatan lingkungan di RW 01 Desa
Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
4. Melakukan penetapan prioritas masalah kesehatan lingkungan di RW 01
Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
5. Melakukan penetapan penyebab masalah kesehatan lingkungan di RW 01
Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
6. Melakukan penetapan prioritas penyebab masalah kesehatan lingkungan di
RW 01 Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta
7. Melakukan penetapan anternatif pemecahan penyebab masalah kesehatan
lingkungan di RW 01 Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta
8. Melakukan penetapan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah
kesehatan lingkungan di RW 01 Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta
9. Melakukan penyusunan rencana permasalahan kesehatan lingkungan di RW
01 Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
10. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pengadaan dan pemeliharaan
sarana sanitasi permukiman di RW 01 Desa Mekarsari RW 01 Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu untuk mengendalikan kondisi lingkungan permukimanya
agar menjadi lebih sehat sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik dan
meningkatkan produktivitas masyarakat itu sendiri.
1.4.2 Bagi Mahasiswa

4
Mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat
menambahkan pengalaman secara langsung di lapangan (di masyarakat) dari
ilmu yang didapat. Selain itu, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung
tentang permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat sehingga
mahasiswa dituntut untuk dapat bekerjasama dan mampu melakukan kegiatan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk menghadapi masalah kesehatan
masyarakat serta permasalahan-permasalahan kesehatan lainnya.
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi bahan referensi untuk pengembangan pendidikan di jurusan
kesehatan lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan bagian intregal dari ilmu kesehatan
masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan
lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan
meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal, suatu
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan
lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotoran atau limbah
dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan

5
adalah suatu usaha memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup
manusia agar merupak media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Azwardalam Harahap, 2013)

2.2 Pengertian Permukiman


Permukiman menurut Undang-undang Repbulik Indonesia Nomor 4 tahun
1992 tentang Perumahan dan Permukiman BAB I Pasal 1 ayat 5 adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Permukiman yang dimaksudkan dalam Undang-undang ini
mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan
hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk mendukung peri
kehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya
guna dan berhasil.
Prasarana yang harus dilengkapai di dalam kawasan hunian ini adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti: (1) jaringan jalan untuk mobilitas
manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk
menciptakan bagunan yang teratur; (2) jaringan saluran pembuangan air limbah
dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan; (3) jaringan saluran
air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat. Ada pula
ketentuan dalam pasal ini menyebutkan bahwa apabila tidak terdapat air tanah
sebagai sumber air bersih, jaringan air bersih, jaringan air bersih merupakan
sarana dasar.
Sedangkan pengertian dasar permukiman menurut UU No. 1 tahun 2011
adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu-satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utulitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan pedesaan.

6
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelengaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Sarana lingkungan yang semestinya ada di dalam kawasan lingkungan ini
adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehiduoan ekonomi, social, dan budaya. Fasilitas penujang inin
dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain, tersedianya bangunan perniagaan
atau perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas
penunjang yang meliputi aspek sosial budaya, antara lain berupa bagunan
pelayanan umum dan pemerintah, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi
dan olahraga, pemakaman dan pertamanan.

2.3 Pengertian Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Permukiman


Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
lokasi, bagunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, pengunaan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun
limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Kawasan permukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama
sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan,
tempat bekerja yang memberi pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman
adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk ukuran dengan penataan tanah
dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan terstruktur yang memungkinkan

7
pelayanan dan pengelolaan yang optimal. Kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman meliputi kondisi fisik, kimia, dan biologi di dalam rumah, di
lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuni
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.

2.4 Syarat dan Standar Permukiman Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindung penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan
lingkungan perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu sendiri,
sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar
terhadap pengingkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Persyaratah kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bataran sungai,
aliran lahar, tanah, longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan
sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
atau bekas tambang.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat bak mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB A, maksimum 55 dB A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Permukiman

8
a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksium 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo (a) pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit.
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan
kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya
g. Pengaturab instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) harus menjamin keamanan
penghuninya
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk di bawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut (PPM & PL 2002) :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahyaaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis anatara lain privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

9
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan
seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain :
1. Membuat kotruksi rumah yang kokoh dan kuat
2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan
gas
4. Lantai terbuat dari bahan yang licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat terhindari.

2.5 Komponen Rumah Sehat


Komponen rumah sehat meliputi :
1. Langit-langit
Dibawah kerangka atap atau kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang
disebut langit-langit yang tujuannya antara lain :
a) Menutup seluruh kontruksi atap dan kuda-kuda penyangga, agar tidak
terlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapid an bersih
b) Menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesan air
hujan yang menembus melalui celah-celah atap
c) Membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas
atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan dibawahnya.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah :
a) Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dan
atap.
b) Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga
dengan kontruksi bebas tikus.

10
c) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai.
d) Dalam hal langit-langit / kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya
mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik
terendah titik kurang dari 1,75 m.
e) Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya
sampai 2,40 m.
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk didinding antara lain :
a) Tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri. Beban tekanan angina dan
bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya.
b) Terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurag – kurangnya
15 cm dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan,
agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dinding tembok
terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
c) Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m
dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu tersusun tegak
diatas lubang harus di pasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu
karet
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku
yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12
meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk
lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bamboo dengan syarat-
syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus,
permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam – macam lantai :
a) Lantai Tanah Stabilitas
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah , pasir, semen dan kapur.
Contoh : tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya
air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan
tanah.
b) Lantai Papan

11
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan lantai:
1. Sekurang-kurangnya 60 cm diatas tanah dan ruang bawah tanah harus
ada aliran tanah yang baik.
2. Lantai harus disusun dengan rapih dan rapat satu sama lain, sehingga
tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk.
Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal
plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari
kolong rumah.
3. Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan
rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah
dikeringkan dan diawetkan
c) Lantai Ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bagunan
perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan
dan tidak dapat mudah dirusak rayap.
4. Jendela Kamar Tidur, Jendela Ruang Keluarga dan Ruang Tamu
Jendela dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat berputar sehingga akan memperkecil resiko penularan penyakit
insfeksi. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara
optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela
yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20% dari luas lantai. Apabila luas
jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan
sebaliknya kalua terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap.
Dalam ruangan kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih
banyak jendel/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas
dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu sekurang-
kurangnya sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas
jendela/lunbang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angina itu harus
meluas kearah atas sampai setinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai.
Diberi lubang hawa atau saluran angina pada ban atau dekat permukaan

12
langit-langit (ceiling) yang luas bersihnya sekurang-kurang 5% dari luas lantai
yang bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angina dekat dengan
langit-langit berguna sekali untuk mengeluarkan udara panas dibagian atas
dalam ruangan.
Ketentuan luas jendela/lubang angina tersebut hanya sebagai pedoman
yang umum dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum
dan untuk daerah tertentu hanya sebagai pedoman yang umum dan untuk
daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah tersebut.
Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan bahan angin, maka luas
jendela/lubang angina dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas
dan basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar
dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun buatan.
Ventilasi harus diperkukan untuk mengindari pengaruh buruk yang dapat
merugikan kesehatan manusia pada suatau ruangan kediamana yang tertutup
atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah: (Sanropie, 1989):
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian, dan mulut manusia.
d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang yang
dikeluarkan oleh bahan manusia, dan
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air
kulit pernafasan manusia
Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya
gerak udara yang lancar dalam ruangan kediaman. Caranya ialah dengan
memasukan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela
atau lubang angina di dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui
jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus

13
dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak angin atau udara
angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan
penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput
lendir dapat berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan
memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang biak
dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain: ,asuk
angina, pilek atau komplikasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama
terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Umtuk menghindari
akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu
besar/banyak, tetapi jangan terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kuran
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka
diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki keadaan
ruang dalam ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang bisa
digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas
angin (ventilating, fan atau exhauster), atau air conditioning.
6. Sarana Pembuangan Asap Dapur
Harus memiliki tempat pembuangan asap dapur seperti cerobong asap atau
terdapat ventilasi yang sesuai untuk penyaluran asap pada saat memasak
didapur.
7. Pencahayaan
Sanropie (1989) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk
penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini
dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahyaan Alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruangan melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang
terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang
memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut

14
WHO 60-120 lux. Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya penerangan
alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut:
1. Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.
2. Cukup, bila samar-samar bila membaca huruf kecil.
3. Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.
4. Buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat
ditentukan oleh letak dan lebar jendela.
b. Pencahayaan Buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilik
sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan
tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan.
Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi
kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah
mampu menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan
lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang
warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dalam ruangan terutama untuk ruang
baca dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan
10 watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

2.6 Sarana Sanitasi Rumah


Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang
menyebebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar. Diantaranya adalah cakupan pembangunan yang sangat
besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah Indonesia,
keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum menempatkan
perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam pembangunan. Faktor lain
yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan kuantitas sumber air baku sendiri
terus menurun akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang

15
mengganggu sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah
penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.
Penyediiaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor risiko terhadap penyakit diare dan kecaingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
DBD, malaria, pes, dan filariasis.
2.6.1 Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berwarna.
b. Syarat Kimia : kadar besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat mikrobiologis: koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2.6.2 Jamban dan Pembuangan Tinja
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu
penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk
yang menfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum
memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare
setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat anatara lain sebagai berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur, jarak jamban > 10 dari sumur dan bila membuat
lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

16
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia
yang dibuang harus tertutup rapat.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
1. Pembuangan tinja di atas tanah, pad acara ini tinja dibuang begitu saja di
atas permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan
sebagainya. Cara demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat
mengganggu kesehatan.
2. Kakus lubang di gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang paling
mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam
tanah dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak dibawah plus
minus 90 cm = kedalam sekitar 2,5 m. Dindingnya diperkuat dengan batu,
dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di
tempat di mana air tanah letaknya dalam.
3. Kakus air (aqua privy), cara ini hamper mirip dengan kakus lubang gali,
hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air,
terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan
peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah
untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari
lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi
panjang diletakkan vertical dengan diameter antara 90-120 cm
4. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan
diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan
mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama
1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
5. Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya
penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi

17
demikian ini akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian peranan
masing-masing komponen dalam transmisi penyakit namun sudah diketahui
bahwa terhadap hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan
keduanya dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung. Efek langsung
misalnya dapat mengurangi insiden penyakit tertentu yang dapat ditularkan
karena kontaminasi dengan tinja, misalnya thypus abdominalis, kolera dan
lain-lain, sedangkan hubungan tidak langsung dari pembuangan tinja ini
bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan komponen-komponen
lain dalam sanitasi lingkungan.
2.6.3 Persyaratan Pembuangan Air Limbah
Buruknya kualitas sanitasi juga tercemin dari rendahnya persentase
penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerage
system). Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air
limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut:
a.Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambanya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,
diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-
badan air. Tetapi, dengan maikin bertambahnya penduduk, yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus
dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula,
maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini

18
menimbulkan kerugian lain, diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pedangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

b. Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah.
Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi empat dengan
kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi
lapisan apapun. Lokasi kolam harus jatuh dari daerah permukiman, dan
didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik
c.Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.
Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan
lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
penumpukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya dimana
kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh
tanam-tanaman
2.6.4 Sarana Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila
dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah di sungai dapat
mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian
sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada
tanah, badan air dan udara.

19
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah
organik (sampah basah) dan sampah organik (sampah kering). Pada tingkat
rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestic yang pada umumnya terdiri
dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan
pembungkus, kertas, Plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penumbulan sampah.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan, dan pemanfataan kembali.
d. Penangkutan.
e. Pembuangan
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuanganya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat
penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut
serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya
cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan didalam rumah atau pojok
dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah
banyak tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah,
bocor, dan kedap air.
b. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian
rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan.
Sangat dianjurkan agar tertutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotori tangan.
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu
orang atau ditutup.
d. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, ayam, kucing, dan sebagainya

20
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Rancangan Sampel


3.1.1 Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakkan pula antara populasi sampling
dengan populasi sasaran. Sebagai misal, apabila kita mengambil Rumah Tangga
sebagai sampel, sedangkan yang ditelitinya hanya anggota rumah tangga yang
bekerja sebagai petani, maka seluruh Rumah Tangga dalam wilayah peneliti
disebut populasi sasaran (Plate, 1978: 22). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh warga yang berada di RW 01 yang terdiri dari RT 01, 02, 03 Kampung
Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan peneliti
sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil peneliti sampel
yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah menangkat kseimpulan
peneliti sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Suharsini: 174). Sampel
dalam penelitian ini adalah orang yang berada di RW 01 yang terdiri dari RT
01, 02, 03 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta.
3.1.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini adalah sebagai
berikut:
1. Sampel yang diambil adalah orang yang terdaftar di kartu keluarga yang
berdomisili di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan
Darangdan Kabupaten Purwakarta.
2. Sampel yang diambil orang yang sudah menetap satu tahun terakhir di
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta.

21
3. Sampel yang diambil tidak sedang membangun rumah di RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta.
3.1.2.2 Penetapan Besaran Sampel
Pengambilan data dilakukan dengan menetapkan besarnya sampel, dalam
observasi ini menggunakan rumus slovin untuk menentukan jumlah sampel
yang akan diobservasi. Berikut rumus yang diguankan:

n=
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Derajat ketepatan yang akan digunakan, biasanya sebesar 0,05
Jumlah populasi yang terdapat di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari
Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta adalah 180 rumah, dengan
derajat kesalahan yang digunakan adalah 0,05 sehingga :

n=

= 123 Rumah
Jumlah rumah yang disampel adalah sebanyak 123 rumah, dengan jumlah
sampel per RT diambil proporsi sebesar 21,51% dari RT 01 sebanyak 27
rumah; 23,25% dari RT 02 sebanyak 29 rumah, dan 55,24% dari RT 03
sebanyak 67 rumah.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling incidental
yaitu merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, siapa
saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti. Hal tersebut dikarenakan mata
pencaharian penduduk yang rata-rata bekerja sebagai petani dan buruh yang
seluruh kesehariannya banyak melakukan aktivitas di luar rumah sehingga
agak sulit untuk bertemu dan observasi rumah.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel


3.2.1 Lokasi Penelitian

22
Pengambilan sampel dilakukan di RW 01 yang terdiri dari RT 01, 02, 03
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta.
3.2.2 Rancangan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran secara langsung menggunakan Instrumen Pengumpul Data dan alat-
alat pendukung untuk mengukur dan memperoleh data
3.2.3 Jenis Data
Pengumpulan data primer yaitu data diambil langsung oleh tenaga pengumpul
data dan pengumpulan data sekunder yang berasal dari Puskesmas Darangdan
dan Kantor Desa Darangdan.

3.3 Alat Pengumpul Data


Alat pengumpul data yang digunakan dalam praktek ini adalah :
1. Instrumen Pengumpul Data yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
sampel.
2. Timbangan yang digunakan untuk menimbang berat sampah.
3. Karung putih yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat.
4. Gayung digunakan untuk mengukur debit air.
5. Meteran digunakan untuk mengukur volume gayung saat mengukur debit air.
6. Stopwatch digunakan sebagai alat bantu pengukuran debit air.
7. Kamera digunakan untuk mengdokumentasikan proses penelitian.
8. Senter digunakan sebagai sumber cahaya untuk mendeteksi jentik yang ada di
container atau bak penampungan.
9. Alat tulis kantor.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
praktek ini, karena tujuan utama dari praktek ini adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang ditetapkan. Berdasarkan sumber dan jenis data yang
dikumpulkan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
kuesioner dan observasi
3.4.1 Kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

23
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Data
dihimpun melalui kuesioner yang disiapkan sebelumnya kemudian diperbaiki di
lapangan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang 6 komponen
kesehatan lingkungan setiap rumah di masyarakat RW 01 yang terdiri dari RT
01, 02, 03 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta melalui beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang akan diajukan sudah
tersedia jawabannya atau bersifat tertutup.
3.4.2 Observasi
Observasi disebut juga dengan pengamatan, melipiti kegiatan pengamatan
terhadarp suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi
Arikunto, 2010: 199). Observasi dapat dilakukan dengan pengelihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.Observasi ini dilakukan pada
komponen masukan, proses maupun hasil dari suatu program. Pengambilan data
dengan observasi ini digunakan untuk memperkuat hasil dari angket (kuesioner)
yang akan dilakukan dalam proses pelaksanaan evaluasi.

3.5 Tenaga Pengumpulan Data


Tenaga pengumpul data dalam praktek ini adalah kelompok 1 Mahasiswa Jurusan
Kesehatan Lingkungan Program Studi D-VI semester 8 Poltekkes Kemenkes Bandung
yang berangotakan :
P17333114403 Faiqatul Himmah
P17333114406 Rikha Ajeng Nuraeni
P17333114408 Ade Kamaludin
P17333114412 Akhnadia Ernanda M
P17333114426 Fanny Setiawan
.
3.6 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan pada 26 Februari 2018 sampai
24 Maret 2018 dengan jadwal :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di RW 01 Kampung Cileutik Desa

Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta 2018


No Tanggal Kegiatan

24
1. 26 Februari 2018 Pembukaan
2. 27 Februari 2018 Orientasi
3. 28 Februari 2018 Pengumpulan data sekunder
4. 1 Maret 2018 Pemantapan IPD
5. 2 Maret 2018–7 Maret 2018 Pengumpulan Data
6. 8 Maret 2018–9 Maret 2018 Pengolahan Data
7. 10 Maret 2018–11 Maret 2018 Analisis Data
8. 12 Maret 2018 Penentuan Masalah
9. 13 Maret 2018 Musyawarah Masyarakat Desa
10. 14 Maret 2018 Menetapkan Prioritas Masalah Kesling dan Pengumpulan
Proposal Pengajuan Intervensi
11. 15 Maret 2018–6 Maret 2018 Menyusun Rencana Alternatif Pemecahan Masalah Kesling
12. 17 Maret 2018 Membuat POA dan Rancangan Design
13. 18 Maret 2018–24 Maret 2018 Melaksanakan Kegiatan Pemecahan Masalah Kesling

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Desa
4.1.1 Sejarah Desa
Desa Mekarsari merupakan hasil pemekaran dari Desa Depok, tepatnya pada
tahun 1979 Desa Mekarsari dimekarkan kala itu untuk persiapan pemekaran PJS
nya adalah Bapak H.A Sobari sampai akhir tahun 1981, kemudian pada tahun
1982 diadakan pemilihan kepala desa dan yang memangku jabatanya adalah
bapak H.U Suherman. Pada saat itu luas wilayah Desa Mekarsari mencapai 420
Ha, setelah itu Desa Mekarsari kembali mengadakan pemekaran kembali dan
yang dimekarkan adalah Desa Legoksari yaitu terjadi kurang lebih pada tahun
1984 dan PJS Desa Legoksari pada waktu itu adalah Bapak Supandi K pada
waktu itu Bapak Supandi K menjabat sebagai sekdes di Desa Mekarsari.
Kemudian pada tahun 1996 diadakan lagi pemilihan kepala desa dan yang
menjabat adalah Bapak Ruhiat sampai 10 November 2014 kemudian di jabat
oleh PJS Bapak Aan Mohamad Sahiq PNS dari Kecamatan Darangdan
kemudian diadakan pemilihan kembali pada tahun 26 Agustus 2015 dan
pemilihan tersebut dimenangkan oleh Bapak H. Sutisna langsung dilantik oleh
Bupati Purwakarta Bapak H. Dedi Mulyadi SH. Bapak Sutisna menjabat hingga
sekarang.

25
4.1.2 Demografi
A. Keadaan Fisik atau Geografis Desa Mekarsari merupakan salah satu Desa
dari 15 Desa di Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Gandasoli Kecamatan. Plered
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung Barat
c. Sebelah Barat : Desa Gandasoli Kecamatan. Plered
d. Sebelah Timur : Desa Legoksari Kecamatan. Darangdan
2. Luas Wilayah
a. Luas Wilayah : 2.798.758.354 Ha
b. Luas Sawah : 1.586.430 Ha
c. Luas Ladang : 1.209.942 Ha
3. Keadaan Topografi Desa
Secara Topografi Desa Mekarsari adalah merupakan Daerah
Pegunungan atau Dataran Tinggi
B. Iklim
Iklim Desa Mekarsari, sebagaimana Desa-desa lain di Wilayah Indonesia
mempunyai 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Hal ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa
Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta
4.1.3 Keadaaan Sosial Ekonomi Penduduk
A. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Desa Mekarsari
No Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan % Laki- %
(Orang) (Orang) Laki Perempuan
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 111 122 2.21 2.43
2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK / playgroup 25 19 0.50 0.38
3. Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 381 379 7.60 7.56
4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 155 145 3.09 2.89
5. Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 56 66 1.12 1.32
6. Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 241 238 4.81 4.75
7. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 179 165 3.57 3.29
8. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 115 112 2.29 2.23
9. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 460 458 9.17 9.13
10. Tamat SMP/ sederajat 463 450 9.23 8.97
11. Tamat SMA/ sederajat 255 245 5.08 4.89
12. Tamat D-1/ sederajat
13. Tamat D-2/ sederajat
14. Tamat D-3/ sederajat 39 31 0.78 0.62
15. Tamat S-1/ sederajat 57 45 1.14 0.90

26
16. Tamat S-2/ sederajat 1 2 0.02 0.04
17. Tamat S-3/ sederajat
18. Tamat SLBA
Jumlah 2538 2477 50.61 49.39
JumlahTotal 5015 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta tingkat pendidikan didapatkan data sebagai berikut:
1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK, Laki-laki sebanyak 2,21% dan
perempuan sebanyak 2,43%.
2. Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ playgroup, laki-laiki sebanyak 0,50%
dan perempuan sebanyak 0,38%.
3. Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah, laki-laki sebanyak 7,60%
dan perempuan sebanyak 7.56%
4. Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah, laki-laki sebanyak 3,09% dan
perempuan sebanyak 2,89%
5. Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah laki-laki sebanyak 1,12% dan
perempuan sebanyak 1,32%.
6. Usia 18-56 tahun tidak tamat SD, laki-laki sebanyak 4,81% dan
perempuan sebanyak 4,75%.
7. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP , laki-laki sebanyak 3,57 % dan
perempuan sebanyak 3,59%.
8. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA, laki-laki sebanyak 2,29% dan
perempuan sebanyak 2,23%.
9. Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA, laki-laki sebanyak 9,17% dan
perempuan sebanyak 9,12%.
10. Tamat SMP/ sederajat, laki-laki sebanyak 9,23% dan perempuan
sebanyak 8,97%.
11. Tamat SMA/ sederajat, laki-laki sebanyak 5,08% dan perempuan
sebanyak 4,89%.
12. Tamat D-3/ sederajat, laki-laki sebanyak 0,78% dan perempuan
sebanyak 0,62%.
13. Tamat S-1/ sederajat, laki-laki sebanyak 1,14% dan perempuan sebanyak
0,90%.

27
14. Tamat S-2/ sederajat, laki-laki sebanyak 0,02% dan perempuan sebanyak
0,04%.
B. Pekerjaan
Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Desa Mekarsari
No JenisPekerjaan Laki-laki Perempuan % Laki-Laki % Perempuan
(Orang) (Orang)
1. Petani 254 251 14.27 14.10
2. Buruh tani 457 455 25.67 25.56
3. Pegawai Negeri Sipil 22 20 1.24 1.12
4. Pengrajin industri rumah tangga 4 0.16
5. Pedagang keliling 8 5 0.45 0.28
6. Peternak 295 16.57
7. Dokter swasta
8. Bidan swasta 1 0.06
9. Pensiunan TNI/POLRI 8 0.45
Jumlah 1048 732 58.81 41.12
JumlahTotal Penduduk 1780 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta jenis pekerjaan didapatkan data sebagai berikut:
1. Petani, laki-laki sebanyak 14,27% orang dan perempuan sebanyak
14,10% orang.
2. Buruh tani, laki-laki sebanyak 25,67% orang dan perempuan sebanyak
25,56% orang.
3. Pegawai Negri Sipil, laki-laki sebanyak 1,24% orang dan perempuan
sebanyak 1,12% orang.
4. Pengrajin industri rumah tangga, laki-laki sebanyak 0,16% orang.
5. Pedagang keliling, laki-laki sebanyak 0,45% orang dan perempuan
sebanyak 0,28% orang.
6. Peternak, laki-laki sebanyak 16,67% orang.
7. Bidan swasta, perempuan sebanyak 0,06% orang.
8. Pensiunan TNI/POLRI, laki-laki sebanyak 0,45% orang.

C. Agama
Tabel 4.3 Agama Desa Mekarsari
No Agama Laki-laki Perempuan % Laki-laki % Perempuan
(Orang) (Orang)
1. Islam 2,538 2,477 50.61 49.39
2. Kristen
3. Katholik

28
4. Hindu
5. Budha
6. Khonghucu
7. Kepercayaan Kepada Tuhan YME
8. Aliran Kepercayaan lainnya
Jumlah 2538 2477
Jumlah Total 5015 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta, pemeluk agama didapatkan data sebagai berikut:
1. Islam, laki-laki sebanyak 50,61% dan perempuan sebanyak 49,39%.
D. Kewarganegaraan
Tabel 4.4 Kewarganegaraan Desa Mekarsari
No Kewarganegaraan Laki-laki Perempuan % Laki-laki % Perempuan
(Orang) (Orang)
1. Warga Negara Indonesia 2,538 2,477 50.61 49.39
2. Warga Negara Asing
3. Dwi Kewarganegaraan
Jumlah 2538 2477
Jumlah Total 5015 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta, kewarganegaraan didapatkan data sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia, laki-laki sebanyak 50,61% dan perempuan
sebanyak 49,39%.

E. Tenaga Kesehatan
Tabel 4.5 Tenaga Kesehatan Desa Mekarsari
No Tenaga Kesehatan Laki-laki Perempuan % Laki-laki % Perempuan
(Orang) (Orang)
1. Dokter Umum 0 0 0 0
2. Dokter Spesialis 0 0 0 0
3. Bidan/Dukun bayi 0 3 0 42,8%
terlatih
4. Mantri 0 3 0 42,8%
5. Perawat 0 1 0 14,2%
Jumlah 0 7 0 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari

29
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta, tenaga kesehatan didapatkan data sebagai berikut:
1. Bidan/ Dukun Bayi Terlatih, perempuan sebanyak 42,8%.
2. Mantri, perempuan sebanyak 42,8%.
3. Perawat, perempuan 14,2%.
F. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Desa Mekarsari
No Sarana dan Prasarana Jumlah

a. Kantor Desa 0
b. Prasarana Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu 0
2. Posyandu dan Polindes 0
c. Prasarana Air Bersih 0
1. Hidran Umum 0
2. Penampungan air hujan
3. PAMSIMAS
4. Pengolahan air bersih
d. Prasarana sanitasi & Irigasi
1. MCK Umum 1
3. Saluran drainase 6
4. Pintu air 1
5. Saluran irigasi 3
Jumlah 0
Jumlah Total
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta, sarana prasarana didapatkan data sebagai berikut:
1. MCK umum sebanyak 1 buah
2. Saluran drainase sebanyak 6 buah
3. Pintu air sebanyak 1 buah
4. Saluran irigasi 3 buah
4.1.4 Penyakit di Desa Mekarsari
Tabel 4.2 Penyakit UPTD Puskesmas DPT Darangdan Tahun 2017
No Nama Penyakit Kasus Baru
Jumlah %
1. ISPA 2650 39,92
2. Gastritis 1050 15,82
3. Dyspepsia 789 11,88
4. Myalgia 511 7,70
5. Dermatitis 224 3,37
6. Cc 211 3,18
7. Faringitis 201 3,03
8. Cepalgia 108 1,68

30
9. Gastroenteritis 87 1,31
10. Febris 86 1,30
11. Furunkel/ abses 80 1,21
12. Hipertensi 69 1,04
13. Tinea 61 0,92
14. Conjuctivis 45 0,68
15. Tonsilitis 41 0,62
16. Asma 37 0,56
17. Bronchitis 35 0,53
18. Karies Dentis 32 0,48
19. Skabies 31 0,47
20. Stomatitis 21 0,32
Jumlah Total 100%
Sumber: Dokumen Desa Mekarsari
Berdasarkan data sekunder Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta, penyakit didapatkan data sebagai berikut:
1. 39,92% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta menderita penyakit ISPA.
2. 15,82% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan
Kabupaten Purwakarta menderita penyakit Gastritis.
3. 11,88% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Dyspepsia.
4. 7,70% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Myalgia.
5. 3,37% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Dermatitis.
6. 3,18 % penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Cc.
7. 3,03% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Faringitis.
8. 1,68 % penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Cepalgia.
9. 1,31% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Gastroenteritis.
10. 1,30% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Febris.
11. 1,21% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Furunkel/ abses.

31
12. 1,04% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Hipertensi.
13. 0,92 penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Tinea.
14. 0,68% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Conjuctivis.
15. 0,62% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Tonsilitis.
16. 0,56% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Asma.
17. 0,53% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Bronchitis.
18. 0,48% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Karies Dentis.
19. 0,47% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Skabies.
20. 0,32% penduduk di Desa Mekarsari Kecamatan Darang dan Kabupaten
Purwakarta menderita penyakit Stomatitis.

4.2 Kondisi Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa Mekarsari


4.2.1 Pengelolaan Sampah dan Penyehatan Tanah

32
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Pengelolaan Sampah
Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

Berdasarkan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat RW


01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari mengenai pengelolaan sampah 2,4%
tinggi; 15,4% sedang; dan 82,1% rendah. Adapun item pengelolaan sampah
yaitu : jenis-jenis sampah, jenis sampah yang termasuk sampah organik, jenis
sampah yang termasuk sampah anorganik, contoh penerapan mengurangi
sampah, contoh penerapan mendaur ulang sampah.
Setelah dilakukan observasi di 123 rumah diketahui bahwa timbunan sampah
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Memilah Sampah di RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

33
Berdasarkan diagram 4.2 perilaku dalam pemilahan sampah 100% tidak
memenuhi syarat karena tidak melakukan pemilahan sampah.

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Mengolah Sampah dengan Cara Dibakar di
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

34
Berdasarkan diagram 4.3 perilaku dalam pengolahan sampah dengan cara
dibakar 100% tidak memenuhi syarat karena masyarakat melakukan
pembakaran sampah.

Diagram 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Mengolah Sampah dengan Cara
Dikubur di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

35
Berdasarkan diagram 4.4 perilaku dalam pengolahan sampah dengan cara
dikubur 100% tidak memenuhi syarat karena masyarakat melakukan
penguburan sampah.

Diagram 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Mengolah Sampah Anorganik
dengan Cara Didaur Ulang di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

36
Berdasarkan diagram 4.5 perilaku dalam pengolahan sampah dengan cara
mendaur ulang sampah anorganik 100% tidak memenuhi syarat karena
masyarakat tidak melakukan pendaur ulangan sampah anorganik.

Diagram 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Mengolah Sampah Organik
dengan Cara Dikompos di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

37
Berdasarkan diagram 4.6 perilaku dalam pengolahan sampah organik dengan
cara komposting 100% tidak memenuhi syarat karena masyarakat tidak
melakukan pengolahan sampah organik dengan cara komposting.

Diagram 4.7 Proyeksi Sampah Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Selama 1
Minggu Tahun 2018

38
Berdasarkan diagram 4.7 hasil penimbangan sampah dari selama 7 hari yang
dihasilkan masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari adalah
sebagai berikut:
1. Pada hari ke 1 dihasilkan sampah organik sebesar 239,7 Kg/hari dan 159,1
Kg/hari sampah anorganik.
2. Pada hari ke 2 dihasilkan sampah organik sebesar 210,2 Kg/hari dan 145,9
Kg/hari sampah anorganik.
3. Pada hari ke 3 dihasilkan sampah organik 241,2 Kg/hari dan 138,8 Kg/hari
sampah anorganik.
4. Pada hari ke 4 dihasilkan sampah organik 219,9 Kg/hari dan 143,6 Kg/hari
sampah anorganik.
5. Pada hari ke 5 dihasilkan sampah organik 217,2 Kg/hari dan 134,4 Kg/hari
sampah anorganik.
6. Pada hari ke 6 dihasilkan sampah organik 241 Kg/hari dan 135,4 Kg/hari
sampah anorganik.
7. Pada hari ke 7 dihasilkan sampah organik 249,9 Kg/hari dan 150,7 Kg/hari
sampah anorganik.
Diagram 4.8 Komposisi Sampah yang Dihasilkan Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa
Mekarsari Selama 1 Minggu Tahun 2018

39
Berdasarkan diagram 4.8 dari hasil pengukuran dari 123 titik rumah
responden yang diukur sampah hariannya selama 7 hari dapat diketahui bahwa
rata-rata sampah yang dihasilkan masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa
Mekarsari 38,38% adalah sampah anorganik dan 61,66% adalah sampah
organik.

4.2.2 Penyehatan Air


Diagram 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Penyediaan Air Bersih
Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

40
Berdasarkan diagram 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari mengenai penyehatan air 4,9% tinggi,
37,4% sedang, dan 57,7% rendah. Adapun item penyehatan air yaitu :
pengertian air bersih yang memenuhi syarat, kondisi sumber air yang tercemar,
sumber pencemaran air, cara untuk mencegah pencemaran air, tindakan yang
bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian air.

Diagram 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Air Sungai
Sebagai Air Bersih di Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

41
Berdasarkan diagram 4.10 perilaku dalam penyediaan air bersih memenuhi
syarat 100% karena masyarakat tidak menggunakan air sungai sebagai air
bersih.

Diagram 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Membersihkan/Menguras


Tempat Penampungan Air di Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun
2018

42
Berdasarkan diagram 4.11 perilaku dalam penyediaan air bersih tidak
memenuhi syarat 100% karena masyarakat tidak membersihkan/menguras
tempat penampungan air minimal seminggu 2 kali.

Diagram 4.12 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Mengolah Air Sungai Menjadi
Air Bersih di Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

43
Berdasarkan diagram 4.12 perilaku dalam penyediaan air bersih tidak
memenuhi syarat 100% karena masyarakat tidak mengolah air sungai menjadi
air bersih.

Diagram 4.13 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Air Sungai
Menjadi Air Minum di Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

44
Berdasarkan diagram 4.13 perilaku dalam penyediaan air bersih memenuhi
syarat 100% karena masyarakat tidak menggunakan air sungai sebagai air
minum.

Diagram 4.14 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Memasak Air Sebelum Diminum
di Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

45
Berdasarkan diagram 4.14 perilaku dalam penyediaan air bersih memenuhi
syarat 100% karena masyarakat memasak air sebelum diminum sampai
mendidih.

Diagram 4.15 Distribusi Frekuensi Sumber Air Bersih yang digunakan oleh Masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

46
Berdasarkan diagram 4.15 dapat diketahui bahwa 96,75% masyarakat di RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari menggunakan sumur gali dan 3,25%
masyarakat menggunakan mata air sebagai sumber air bersih.

Diagram 4.16 Distribusi Frekuensi Cara Pendistribusian Air Bersih yang digunakan oleh
Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

47
Berdasarkan diagram 4.16 dapat diketahui bahwa 86,99% masyarakat di RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari menggunakan pipa; 9,76% masyarakat
menggunakan selang; dan 3,25% masyarakat menggunakan timba sebagai cara
pendistribusian air bersih.

Diagram 4.17 Distribusi Frekuensi Kualitas Air Bersih yang digunakan oleh Masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

48
Berdasarkan diagram 4.17 air yang digunakan oleh masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari dapat diketahui bahwa kualitas air dari segi
fisik 100% memenuhi syarat tidak berbau; 100% memenuhi syarat tidak
berwarna; 100% memenuhi syarat tidak berasa; dan 97,56% memenuhi syarat
tidak keruh, sedangkan 2,44% tidak memenuhi syarat karena keruh.

Diagram 4.18 Distribusi Frekuensi Debit Air di Rumah Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik
Desa Mekarsari Tahun 2018

49
Berdasarkan diagram 4.18 hasil pengukuran dari 35 titik debit air dapat
diketahui bahwa rata-rata debit air di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari
100% memenuhi syarat.

4.2.3 Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

50
Diagram 4.19 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Vektor dan Binatang
Pengganggu Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

Berdasarkan diagram 4.19 dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat


RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari mengenai vektor dan binatang
pengganggu 0,8% tinggi; 18,7% sedang; dan 80,5% rendah. Adapun item
mengenai vektor dan binatang pengganggu yaitu : tempat nyamuk
berkembangbiak, tempat lalat berkembangbiak, tempat tikus berkembangbiak,
tempat kecoa berkembangbiak, cara pengendalian nyamuk, lalat, kecoa dan
tikus.

Diagram 4.20 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kepadatan Vektor Jentik di Rumah Warga
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

51
Berdasarkan diagram 4.20 dapat diketahui bahwa faktor penyebab kepadatan
jentik di rumah masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari 100%
terdapat tempat penampungan air tertutup, 100% masyarakat menguras bak,
100% tidak mengubur barang bekas, 100% tidak menutup bak mandi, dan 100%
jendela serta penghawaan tidak disertai dengan kawat kasa.

Diagram 4.21 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kepadatan Vektor Tikus di Rumah Warga
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

52
Berdasarkan diagram 4.21 dapat diketahui bahwa faktor penyebab kepadatan
tikus di rumah masyara kat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari 100%
memenuhi syarat tidak terdapat tumpukan barang disudut-sudut ruangan, 100%
memenuhi syarat pintu tertutup rapat dan 100% tidak memenuhi syarat terdapat
lubang di dinding ruangan sebagai jalan masuknya tikus.

Diagram 4.22 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kepadatan Vektor Lalat di Rumah Warga
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

53
Berdasarkan diagram 4.22 dapat diketahui bahwa faktor penyebab kepadatan
lalat di rumah masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari 100%
tidak terdapat tempat sampah tertutup, 100% terdapat sampah berserakan di
halaman rumah dan 100% rumah berdekatan dengan kandang ternak.

Diagram 4.23 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kepadatan Vektor Kecoa di Rumah Warga
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

54
Berdasarkan diagram 4.23 dapat diketahui bahwa faktor penyebab kepadatan
kecoa di rumah masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari 100%
tidak terdapat tempat sampah tertutup, 100% terdapat sampah berserakan di
halaman rumah dan 100% rumah berdekatan dengan kandang ternak.

Diagram 4.24 Distribusi Frekuensi Kepadatan Lalat di Rumah Masyarakat RW 01 Kampung


Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

55
Berdasarkan diagram 4.24 kepadatan yang diukur pada 45 titik dari daerah
yang berdekatan dengan kandang ternak dapat diketahui bahwa kepadatan lalat
di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari sebesar 82,22% termasuk rendah;
13,33% termasuk sedang; 4,44% termasuk cukup tinggi dan 0% termasuk
tinggi.

Diagram 4.25 Distribusi Frekuensi Keberadaan Vektor di RW 01 Kampung Cileutik Desa


Mekarsari Tahun 2018

56
Berdasarkan diagram 4.25 dapat diketahui bahwa keberadaan vektor di rumah
masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari 100% terdapat nyamuk,
100% terdapat tikus dan 100% terdapat kecoa.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepadatan Jentik di Rumah Masyarakat RW 01 Kampung


Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

No CI ABJ HI BI DF
1. 0 100% 0 0 1

Berdasarkan tabel 4.2 hasil observasi 123 titik setiap bak penampungan air
atau genangan air yang terdapat di rumah responden dapat diketahui bahwa
kepadatan jentik di RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari adalah sebagai
berikut : Container Indeks (CI) adalah 0%, Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah
100%, House Indeks (HI) adalah 0%, Bruteau Indeks (BI) adalah 0% dan
Density Figure (DF) adalah 1.
Diagram 4.26 Distribusi Frekuensi Kepadatan Lalat di Rumah Masyarakat RW 01 Kampung
Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

57
Berdasarkan diagram 4.26 hasil pengukuran dari 45 titik dari daerah yang
berdekatan dengan kandang ternak dapat diketahui bahwa kepadatan lalat di RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari sebesar 82,22% termasuk rendah; 13,33%
termasuk sedang; 4,44% termasuk cukup tinggi dan 0% termasuk tinggi.

4.2.4 Pengelolaan Limbah Cair

58
Diagram 4.27 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Pengelolaan Limbah
Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

Berdasarkan diagram 4.27 dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat


RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari mengenai pengelolaan limbah 0%
tinggi; 25,2% sedang; dan 74,8% rendah. Adapun item mengenai pengelolaan
limbah yaitu : aktifitas rumah tangga yang dapat menimbulkan limbah,
pengaruh limbah rumah tangga terhadap lingkungan, bahan berbahaya yang
berasal dari limbah rumah tangga, cara pengelolaan limbah rumah tangga yang
baik, kondisi jamban yang sehat.

Diagram 4.28 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Limbah di RW 01


Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

59
Berdasarkan diagram 4.28 mengenai perilaku dalam pengelolaan sampah masyarakat
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari antara lain : 100% masyarakat tidak
membuang air limbah bekas mencuci pakaian; bekas mencuci piring dan perabotan
rumah; bekas pengolahan makanan; bekas kamar mandi; bekas mengepel lantai; bekas
mencuci kendaraan ke saluran pembuangan menuju bak pembuangan limbah yang
telah disediakan

Diagram 4.29 Distribusi Frekuensi Kualitas Air Limbah yang digunakan oleh Masyarakat RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

60
Berdasarkan diagram 4.29 air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari dapat diketahui bahwa kualitas air limbah
100% memenuhi syarat tidak berbau dan 100% tidak memenuhi syarat karena
air limbahnya berwarna.

Diagram 4.30 Distribusi Frekuensi Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah di Rumah Warga
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

61
Berdasarkan diagram 4.30 mengenai saluran pembuangan air limbah di rumah
masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari antara lain : 100%
terdapat saluran pembuangan air limbah, 100% saluran pembuangan air limbah
rumah tangga tertutup, 100% saluran pembuangan air limbah rumah tangga
tidak kedap air dan 100% saluran pembuangan air limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau.

Diagram 4.31 Distribusi Frekuensi Sarana Penampungan Pembuangan Air Limbah di Rumah
Warga RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

62
Berdasarkan diagram 4.31 mengenai sarana penampungan pembuangan air
limbah di rumah masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari antara
lain : 100% terdapat saluran pembuangan air limbah, 100% saluran
pembuangan air limbah rumah tangga tertutup, 100% saluran pembuangan air
limbah rumah tangga tidak kedap air dan 100% saluran pembuangan air limbah
rumah tangga tidak menimbulkan bau.

4.2.5 Penyehatan Udara


Diagram 4.32 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Udara Masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

63
Berdasarkan diagram 4.32 dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari mengenai penyehatan udara 13% tinggi; 37,4%
sedang; dan 49,6% rendah. Adapun item mengenai penyehatan udara yaitu : penyebab
pencemaran udara, suhu yang baik di dalam ruangan, kondisi pencahayaan alami yang
baik di dalam ruangan, cara pengendalian pencahayaan alami di dalam ruang rumah,
upaya perbaikan pada pencahayaan dalam ruang rumah yang gelap/redup.

Diagram 4.33 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat dalam Penyehatan Udara di RW 01


Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

64
Berdasarkan diagram 4.33 mengenai perilaku dalam penyehatan udara masyarakat
RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari antara lain : 100% masyarakat
membersihkan rumah setiap hari seperti mengepel lantai, menyapu lantai yang kotor
dsb; 3,25% masyarakat membuka ventilasi rumah atau jendela rumah setiap pagi dan
96,74% masyarakat tidak membuka jendela atau ventilasi rumah pada pagi hari; 43,9%
masyarakat membersihkan jendela dari debu serta kotoran dan 56,1% masyarakat tidak
membersihkan jendela dari debu serta kotoran; 38,21% masyarakat membersihkan
dinding dari kotoran serta debu dan 61,78% masyarakat membersihkan dinding dari
kotoran serta debu; 17,89% masyarakat membersihkan langit-langit dari kotoran serta
debu dan 82,11% masyarakat membersihkan langit-langit dari kotoran serta debu.

Diagram 4.34 Distribusi Frekuensi Kualitas Udara yang digunakan oleh Masyarakat RW 01
Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

65
Berdasarkan diagram 4.34 kualitas udara di rumah masyarakat RW 01 Kampung
Cileutik Desa Mekarsari 100% suhunya memenuhi syarat; 61,78% pencahayaan alami
memenuhi syarat dan 38,21% pencahayaannya tidak memenuhi syarat; dan 58,54%
kelembaban memenuhi syarat dan 41,46% kelembaban tidak memenuhi syarat.

4.2.6 Penyehatan Makanan dan Minuman


Diagram 4.35 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan mengenai Pengolahan Makanan dan
Minuman Masyarakat RW 01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

66
Berdasarkan diagram 4.35 hasil kuesioner dapat diketahui bahwa pengetahuan
masyarakat mengenai pengolahan makanan dan minuman 2,5% tinggi; 78%
sedang; dan 19,5% rendah. Adapun item pengetahuan pengolahan makanan dan
minuman yaitu : syarat tempat penyimpanan makanan yang baik, cara
mencegah makanan tidak tercemar, ciri-ciri makanan yang sudah basi, bahan
tambahan pangan yang boleh berada didalam makanan, kondisi dapur yang
baik.

Diagram 4.36 Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Makanan dan Minuman Masyarakat RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

67
Berdasarkan diagram 4.36 hasil observasi makanan yang dimakan oleh
masyarakat dapat diketahui bahwa kualitas makanan 100% memenuhi syarat;
tidak berlendir, tidak berbau dan tidak berjamur.

68
Diagram 4.37 Distribusi Frekuensi Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi Masyarakat RW
01 Kampung Cileutik Desa Mekarsari Tahun 2018

Dari hasil diagram 4.37 observasi makanan yang dimakan warga RW 01


Kampung Cileutik Desa Mekarsari dapat diketahui 5,7% mengonsumsi sayur
asem; 12,2% mengonsumsi sayur lodeh; 7,3% mengonsumsi tahu tempe; 26,8%
mengonsumsi sayur sop; 6,5% mengonsumsi daging ayam; 4,9% mengonsumsi
sayur bening; 6,5% mengonsumsi sayur bayem; 3,3% mengonsumsi orek
tempe; 4,1% mengonsumsi tempe bacem; 2,4% mengonsumsi oseng buncis;
4,1% mengonsumsi capcay; 5,7% mengonsumsi tumis kangkung; 0,8%
mengonsumsi nasi; 0,8% mengonsumsi asin peda; 0,8% mengonsumsi oseng

69
lember; 1,6% mengonsumsi tumis kacang; 1,6% mengonsumsi urab; 0,8%
mengonsumsi nasi tahu; 1,6% mengonsumsi sayur kacang; 0,8% mengonsumsi
tahu oseng; 0,8% mengonsumsi pepes ayam; 0,8% mengonsumsi tumis lejet.

4.3 Penetapan Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa Mekarsari


Dari data hasil pengukuran dan observasi yang telah dilakukan, didapat bahwa
masalah kesehatan lingkungan di RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakartta adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas timbulan sampah di RW 01 Desa Mekarsari selama 7 hari adalah
2626 kg/minggu terdiri dari 61,66% sampah organik dan 38,38% sampah
anorganik.
2. Kualitas fisik air bersih di RW 01 Desa Mekarsari 2,44% tidak memenuhi
syarat karena keruh.
3. Angka Bebas Jentik (ABJ) di RW 01 Desa Mekarsari pada bulan Februari
sampai Maret 2018 adalah sebesar 100%
4. Kepadatan lalat di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 82,22% termasuk rendah;
13,33% termasuk sedang; 4,44% termasuk cukup tinggi dan 0% termasuk
tinggi.
5. Kualitas air limbah di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 100% tidak air limbah
tidak memenuhi syarat karena berwarna.
6. Luas bukaan jendela di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 100% tidak memenuhi
syarat karena luas bukaan jendela < 10% luas lantai.
7. Kualitas fisik makanan dan minuman di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 100%
memenuhi syarat karena tidak berlendir, berbau dan berjamur.

4.4 Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa Mekarsari


Setelah adanya penetapan masalah kesehatan lingkungan maka perlu dilakukan
penetapan prioritas masalah kesehatan lingkungan untuk menentukan masalah
mana yang harus ditanggulangi lebih dahulu, pentapan prioritas masalah
kesehatan lingkungan dilakukan dengan metode Bryant:

Tabel 4.4 Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa Mekarsari


Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta 26 Februari-24 Maret 2018
No Nilai Kriteria/ Indikator Hasil Penilaian

70
Masalah Kesehatan Community Concern Prevalence Seriousness Manageability
Lingkungan
1 Timbulan Sampah 5 4 3 4 240
2 Kualitas Fisik Air Bersih 4 4 3 3 144
3 Kepadatan Vektor 4 3 3 3 108
4 Pengelolaan Limbah Cair 3 4 3 2 72
5 Kualitas Fisik Udara 3 3 2 3 54
6 Kualitas Fisik Makanan 2 3 2 2 24

Dari hasil perkalian masing-masing kriteria/ indikator yang di nilai pada


setiap masalah kesehatan lingkungan, hasil perkalian yang tertinggi merupakan
prioritas utama masalah kesehatan lingkungan yang harus segera diselesaikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah kesehatan lingkungan di RW 01
Desa Mekarsari adalah dengan nilai, yaitu 100% rumah di RW 01 Desa Mekarsari
pada bulan Februari sampai Maret 2018 tidak melakukan pemilahan sampah
organik dan anorganik dan 100% warga di Desa Mekarsari RW 01 mengelola
sampah dengan cara dibakar.

4.5 Pentapan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa


Mekarsari
Setelah adanya penetapan penyebab masalah kesehatan lingkungan maka perlu
dilakukan penetapan prioritas penyebab masalah kesehatan lingkungan untuk
menentukan penyebab masalah mana yang harus ditanggulangi lebih dahulu,
penetapan prioritas penyebab masalah kesehatan lingkungan dilakukan dengan
metode Bryant:

Tabel 4.5 Penetapan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01 Desa


Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta 26 Februari – 24 Maret 2018
No Penyebab Masalah Nilai Kriteria/ Indikator Hasil Penilaian
Kesehatan Community Concern Prevalence Seriousness Manageability
Lingkungan
1 Perilaku Memilah 5 4 3 3 180

71
dan Mengelola
Sampah
2 Pengetahuan 3 3 2 2 36
Memilah dan
Mengelola Sampah
3 Penyediaan Sarana 2 2 3 2 24
Tempat Sampah

Dari hasil perkalian nilai masing-masing kriteria/ indikator yang dinilai pada
setipa penyebab masalah kesehatan lingkungan, hasil perkalian yang tertinggi
merupakan prioritas utama penyebab masalah kesehatan lingkungan yang harus
segera diselesaikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa prioritas penyebab masalah
kesehatan lingkungan di RW 01 Desa Mekarsari adalah dengan nilai, yaitu
perilaku dalam memilah dan mengelola sampah.

4.6 Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan


4.6.1 Penetapan Persentase Capaian Masalah Kesehatan Lingkungan RW 01
Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta.

K =

Keterangan:
K = Koefisien Confidence Level
= 95% (Tabel: 1,96)
P1 = Besar masalah kesehatan lingkungan
= Tidak dilakukan pemilahan sampah dan pengelolaan sampah
Q1 = 100% - P1
= 100% - 100%
= 0%
P2 = Besarnya target yang ingin dicapai
Q2 = 100% - P2
N1 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program
= 123 rumah
N2 = Jumlah populasi sebelum dilaksanakan program
= 123 rumah

72
K =

1.96 =

1.962 =

3.8416 (

=(

= 123 (
1230000
1229616 + 24984,16 P2 – 126,8416 =0
1229616 – 24984,16 P2 +126,8416 =0

= 0,010% ± 0,003%

Jadi rumusan penyelesaian masalah adalah menurunya jumlah keluarga atau


rumah Di RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta,
yaitu menurunya jumlah orang yang melakukan pemilahan sampah dan
pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dari 0,010% menjadi 0,003%
di pada Bulan Februari-Maret 2018

4.7 Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Penyebab Masalah Kesehatan


Lingkungan RW 01 Desa Mekarsari

73
Setelah adanya penetapan alternatif pemecahan penyebab masalah kesehatan
lingkungan maka perlu dilakukan penetapan prioritas alternatif pemecahan
penyebab masalah kesehatan lingkungan untuk menentukan alternatif pemecahan
penyebab masalah mana yang harus dilakukan, penetapan prioritas alternative
pemecahan penyebab masalah kesehatan lingkungan dengan metode REINKE:
Tabel 4.6 Penetapan Prioritas Alternatif Pemecahan Penyebab Masalah Kesehatan
Lingkungan RW 3 Desa Mekarsari RW 01 Dusun Cileutik

Nilai Kriteria
Alternatif Pemecahan Total
No Efektifitas Efisiensi
Penyebab Masalah Nilai
Magnitude Importancy Vulnarability Cost
1 Pemberdayaan Masyarakat 4 4 4 4 16
2 Pemicuan 4 3 4 4 12
3 Penyuluhan 3 3 3 3 9
4 Sarana Percontohan 3 2 2 2 6

Berdasarkan hasil penetapan prioritas alternative pemecahan penyebab


masalah kesehatan lingkungan menggunakan rumus REINKE adalah alternatif
nomor 1 yaitu pemberdayaan masyarakat membuat BUKUCI (Bambu Kura
Cileutik), maka selanjutnya perlu dipersiapkan rencana operastional oleh
masyarakat dan mahasiswa. Proses pelaksanakan prioritas cara penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan ini dapat digambarkan sebagai suatu siklus
kegiatan yang disebut dengan PDCA (Plan, Do, Check, Action) agar tujuan dapat
tercapai secara optimal. Pengertian rangkaian kegiatan dalam siklus PDCA adalah
di mulai sejak Plan (Penyusunan Rencana Kerja), Do (Pelanksanaan Rencana
Kerja), Check (Pemeriksaan Terhadap Pelaksanaan Rencana Kerja) dan Action
(Perbaikan secara terus-menerus yang merupakan sarana tindakan lanjut terhadap
Rencana Kerja.

4.8 Judul Rencana Kerja


“Rencana Penurunan Timbulan Sampah Organik dengan Pembuatan Alat
BUKUCI” Di RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta.”
4.8.1 Rumusan Masalah Kesehatan Lingkungan

74
“ Hasil pengukuran timbunan sampah pada Bulan Maret-April 2018
menujukan bahwa timbunan sampah organik adalah sebesar 2.626 Kg dalam
satu minggu hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan perilaku masyarakat
mengenai pemilihan sampah dan pengelolaan sampah.
4.8.2 Rumusan Tujuan Penyelesaian Masalah Kesehatan Lingkungan
“Menurunya jumlah timbunan sampah Di RW 01 Kecamatan Darangdan
Kabupaten Purwakarta Pada Bulan Maret-April 2018 menurun sebesar 0,013%
4.8.3 Rencana Pemberdayaan dan Penyuluhan Di RW 01 Desa Mekarsari
A. Planning
Pemberdayaan masyarakat dengan membuat TTG “BUKUCI” secara
sederhana dan penyuluhan mengenai pemilahan sampah dan pengelolaan
sampah
B. Implementasi
Memfasilitasi masyarakat untuk membuat alat TTG “BUKUCI” secara
sederhana dan penjelasan mengenai pemilahan sampah dan pengelolaan
sampah
C. Evaluasi
1. Jangka Pendek
Masyarakat mempunyai keinginan dalam membuat “BUKUCI” secara
sederhana di rumah masing-masing.
2. Jangka Menengah
Masyarakat terbiasa dengan membuat “BUKUCI” secara sederhana di
rumah masing-masing.
3. Jangka Panjang
Timbulan sampah organik di RW 01 Desa Mekarsari menurun.

75
4.8.4 Masalah dan Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan
Tabel 4.7 RW 01 Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta 26 Februari- 24 Maret 2018
Prioritas Masalah Penyebab Masalah Tujuan Penyelesaian Prioritas Penyelesaian Masalah
100% rumah di RW 01 Desa 1. Perilaku Menurunya jumlah orang yang Membuat bukuci (Bambukura
Mekarsari pada bulan Februari 100% warga di RW 01 Desa melakukan pemilahan sampah Cileutik).
s.d Maret 2018 tidak melakukan Mekarsari pada bulan Februari s.d dan pengelolaan sampah yang
pemilahan dan pengolahan Maret 2018 tidak melakukan tidak memenuhi syarat dari
sampah. pemilahan dan pengolahan 0,010% menjadi 0,003% di pada
sampah. Bulan Februari-Maret 2018
2. Pengetahuan
82,1% warga di RW 01 Desa
Mekarsari pada bulan Februari s.d
Maret 2018 berpengetahuan
rendah dalam pemilahan dan
pengolahan sampah.

4.8.5 Plan Of Action

76
Tabel 4.8 Plan Of Action MMD 1
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
Pelaksanaan
1 Pertemuan Menyampaikan Tokoh Tokoh Rp. 0 Senin, 12 Ade K Rumah Diskusi Didapatnya Ade
dengan tokoh hasil kegiatan Masyarakat masyarakat Maret 2018 Akhnadia Ketua RT dan kesepakatan
masyarakat (observasi) yang (ketua RW mengetahui pukul 10.30 Fanny 01, RT 02 Tanya masalah
telah dilakukan dan ketua hasil WIB dan RW jawab kesehatan
(Ketua RW dan
selama 1 minggu RT) observasi 01 lingkungan
Ketua RT) mengenai kesehatan yang akan
keadaan lingkungan di diselesaikan
kesehatan RW 01 Desa bersama-sama
lingkungan di Mekarsari
RW 01 Desa
Mekarsari

2 Pembentukan Menentukan Anggota Terbentuknya Rp. 0 Senin, 12 Ade Basecamp Diskusi Terbentuknya Rikha
panitia kegiatan penanggung kelompok 1 kepanitian, Maret 2018 Akhnadia kepanitian,
MMD 1 jawab kegiatan, susunan pukul 13.30 susunan acara
penentuan acara serta WIB Rikha dan target
peserta kegiatan banyaknya Fanny pesert
dan peserta yang Faiqatul
pembentukan berpartisipasi
susunan acara

3 Persiapan Menyiapkan alat Panitia Tersedianya Rp. 0 Selasa, 13 Panitia Basecamp Gotong Faiqatul
kegiatan dan bahan yang kegiatan, alat dan Maret 2018 kegiatan, royong
akan digunakan Ketua RT bahan yang pukul 10.00 Ketua RT
untuk kegiatan dan Kader akan WIB dan Kader
MMD 1 digunakan
untuk
kegiatan
MMD 1
4 Pelaksanaan Kegiatan MMD Masyarakat Berjalannya Rp. Rabu, 14 Ade Gedung Diskusi Adanya Fanny

77
kegiatan MMD 1 untuk RW 01, kegiatan 150.000 Maret 2018 Akhnadia KBNU dan kesepakatan
1 menentukan Ketua RW, MMD 1 pukul 13.00 Rikha Tanya untuk
prioritas masalah Ketua RT, WIB Jawab menyelesaikan
kesehatan Fanny prioritas
Kadus,
lingkungan yang Karang Faiqatul masalah
akan Taruna, kesehatan
diselesaikan oleh Tokoh lingkungan
masyarakat RW Masyarakat yang dihadapi
01 , Kader RW 01 Desa
Mekarsari dan
penentuan
dilakukannya
kegiatan MMD
2

Tabel 4.9 Plan of Action MMD 2

78
N Kegiatan Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
o Pelaksanaan
1 Persiapan Menyiapkan alat Panitia kegiatan, Tersedianya Rp. 0 Jumat, 16 Ade K Gedung Gotong Tersedianya alat Ade
kegiatan dan bahan yang Kader alat dan bahan Maret 2018 Akhnadia KBNU royong dan bahan yang
akan digunakan yang akan pukul 10.00 Fanny akan disediakan
untuk kegiatan digunakan WIB
MMD 2 untuk kegiatan
MMD 2
2 Pelaksanaan Kegiatan MMD 2 Masyarakat RW Berjalannya Rp. 0 Jumat, 16 Ade Gedung Diskusi Adanya Rikha
kegiatan untuk 01, Ketua RW, kegiatan MMD Maret 2018 Akhnadia KBNU dan Tanya kesepakatan
MMD 2 menentukan Ketua RT, Kader, 2 pukul 13.00 jawab untuk
prioritas masalah Karang Taruna, WIB Rikha menentukan
kesehatan Tokoh Fanny alternatif
lingkungan yang Masyarakat Faiqatul penyelesaian
akan diselesaikan masalah
oleh masyarakat kesehatan
RW 01 lingkungan
yang dihadapi
RW 01 Desa
Mekarsari

Tabel 4.10 Plan of Action Pengenalan Alat dan Sosialisasi

79
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu Pelaksanaan Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
1 Persiapan Menyiapkan Panitia Tersedianya alat Rp. 0 Sabtu, 17 Maret Ade K Gedung Gotong Tersedianya Ade
kegiatan alat dan kegiatan dan bahan yang 2018 pukul 10.00 Akhnadia KBNU royong alat dan
bahan yang akan digunakan WIB Fanny bahan yang
akan untuk kegiatan akan
digunakan pengenalan alat disediakan
untuk dan sosialisasi
kegiatan
pengenalan
alat dan
sosialisasi
2 Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Berjalannya Rp. 0 Sabtu, 17 Maret Ade Gedung Diskusi Rikha
kegiatan pengenalan RW 01, Ketua kegiatan 2018 pukul 13.00 Akhnadia KBNU dan
pengenalan alat bukuci RW, Ketua RT, pengenalan alat WIB Tanya
alat dan (bambukura Kader, Karang bukuci Rikha jawab
sosialisasi cikeutik) dan Taruna, Tokoh (bambukura Fanny
cara kerja sosilasasi Masyarakat cileutik) dan Faiqatul
alat cara kerja alat sosialisasi cara
bukuci kerja alat bukuci

80
Tabel 4.11 Plan of Action Pemberdayaan Masyarakat
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
Pelaksanaan
1 Persiapan Menyiapkan Panitia Tersedianya Rp. 0 Senin, 19 Maret Ade K Gedung Gotong Tersedianya Ade
kegiatan alat dan bahan kegiatan, alat dan bahan 2018 pukul Akhnadia KBNU royong alat dan bahan
pemberdayaan yang akan Kader yang akan 10.00 WIB Fanny yang akan
digunakan digunakan disediakan
untuk kegiatan untuk
pemberdayaan kegiatan
pemberdayaan
2 Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Berjalannya Rp. Senin, 19 Maret Ade Gedung Diskusi, Terlaksananya Rikha
kegiatan pemberdayaan RW 01, kegiatan 502.000 2018 pukul Akhnadia KBNU Tanya kegiatan
pemberdayaan masyarakat Ketua RW, pemberdayaan 13.00 WIB jawab, pemberdayaan
untuk Ketua RT, Rikha peragaan dan
membuat alat Kader, Fanny dan pembuatan
bukuci Karang Faiqatul pembuatan alat bukuci
(bambukura Taruna, alat (bambukura
cileutik) yang Tokoh cileutik) oleh
akan dibuat Masyarakat warga RW 01
oleh Desa
masyarakat Mekarsari
RW 01

Tabel 4.12 Plan of Action Penyuluhan

81
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Biaya Waktu Pelaksana Tempat Metode Evaluasi PJ
Pelaksanaan
1 Pembagian Menyiapkan Anggota Tersedianya Rp. 0 Minggu, 18 Maret Ade Basecamp Diskusi Tersedianya Ade
materi materi kelompok materi 2018 pukul 10.00 Akhnadia materi
penyuluhan penyuluhan 1 penyuluhan WIB penyuluhan
dan penentuan Rikha dan penyuluh
orang yang Fanny
akan Faiqatul
menyampaikan
materi
2 Persiapan Menyiapkan Anggota Tersedianya Rp. Minggu, 18 Maret Ade Basecamp Diskusi Tersedianya Rikha
kegiatan alat dan bahan kelompok alat dan 50.000 2018 pukul 12.00 Akhnadia alat dan bahan
penyuluhan yang akan 1 bahan yang WIB yang akan
digunakan akan Rikha disediakan
untuk kegiatan digunakan Fanny
penyuluhan untuk Faiqatul
kegiatan
penyuluhan
3. Pelaksanaan Kegiatan Masyaraka Berjalannya Rp. 0 Minggu, 18 Maret Ade Gedung Penyampaian Terlaksananya Fanny
kegiatan penyuluhan t RW 01, kegiatan 2018 pukul 13.00 Akhnadia KBNU materi, kegiatan
penyuluhan kepada Ketua RW, penyuluhan WIB diskusi dan penyuluhan
masyarakat Ketua RT, Rikha Tanya jawab
RW 01 Desa Kader, Fanny
Mekarsari Karang Faiqatul
tentang Taruna,
Pengelolaan Tokoh
Sampah Masyaraka
t

82
4.9 Deskripsi Alat Pengomposan
4.9.1 Nama Alat
BUKUCI (Bambukura Kampung Cileutik)
4.9.2 Prinsip Kerja Alat
1. Sampah organik yang dimasukkan kedalam keranjang yang terbuat dari
bamboo mengalami pembusukan dikarenakan terjadi proses biokimia
akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh
mikroorganisme dengan dukungan faktor lain yang terdapat
dilingkungan.
2. Dua bantalam sekam yang terdiri dari bantalan sekam putih dan hitam
yang berfungsi sebagai berikut:
a. Bantalan sekam berwarna hitam berfungsi untuk mengatur atau
menyerap suhu,
b. Bantalan putih berfungsi untuk memantulkan suhu
4.9.3 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gergaji.
b. Gunting.
c. Jarum.
d. Kardus Tebal
2. Bahan
a. Bambu.
b. Bantalan Sekam.
c. Kardus Tebal.
d. Kain Penutup (hitam dan putih).
e. Kompos Jadi.
f. Cat kayu
g. Tiner
h. Kuas

4.9.4 Fungsi Alat dan Bahan

83
1. Agar proses aerob berlangsung dengan baik, pilihlah keranjang yang
berlubang, dan lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah:
a. membatasi gangguan serangga.
b. mengatur kelembaban, dan
c. berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara dan air
d. Letakkan bantal sekam dibawah dan diatas keranjang. Fungsi bantal
sekam adalah:
1. Sebagai tempat mikrobakteri yang akan mempercepat
pembusukan sampah organik,
2. Karena berongga besar, maka bantal sekam dapat segera
menyerap air dan bau sampah, dan
3. Sifat sekam yang kering akan memudahkan pengontrolan
kelembaban sampah yang akan menjadi kompos.
e. Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan
½ sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang
berfungsi sebagai activator/ragi bagi sampah baru
f. Pilih kain penutup yang serat atau berpori besar. Tutupkan kain
diatas bantal sekam, agar lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang,
serta mencegah metamorphosis (perubahan) dari belatung menjadi
lalat, karena lalat tidak dapat keluar dan mati didalam keranjang
g. Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu
oleh predator (kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara
dapat keluar masuk.
4.9.5 Cara Pembuatan Alat
1. Pembuatan Keranjang
a. Potonglah bambu dari pohon bambu dengan menggunakan gergaji
b. Setelah itu bersihkan bambu dari dari daun-daun yang berada pada
bamboo
c. Potong bambu sesuai dengan ukuran yang diinginkan
d. Serutlah bambu menggunakan pisau
e. Anyamlah bambu membentuk keranjang

84
2. Pembuatan Bantalan Sekam
a. Potong lah kain hitam dan putih sesuai dengan yang bentuk
keranjang bambu menggunakan gunting.
b. Jahitlah kain menggunakan benang dan kain (kain yang dijahit
disisakan sebagian dan tidak dijahit keselurugan)
c. Masukan sekam kedalam kain yang telah dijahit
d. Jahitlah kembali bantalan sekam
3. Keranjang Bambu untuk Pengomposan
a. Keranjang jadi yang telah dianyam dilapisi bagian dalam
menggunakan kardus yaitu:
1. Potonglah kardus sesuai dengan ukuran keranjang menggunakan
gunting.
2. Lapisi bagian dalam keranjang bambu menggunakan kardus
keseluruh bagian dalam keranjang bambu (jangan sampai ada
bagian yang tidak tertutup)
4. Cara Membuat Kompos
a. Cacah sampah sisa sayur sebelum dimasukkan kedalam keranjang
bambu.

b. Masukkan sisa makanan yang akan dikomposkan kedalam keranjang


bambu, usahakan sampah yang akan dimasukkan adalah sampah
baru.

85
c. Tekan-tekan atau masukkan sampah kedalam materi kompos dalam
keranjang bamboo atau aduk-aduk sehingga materi sampah tertutup
oleh kompos dalam keranjang bambu.

d. Tutup dengan bantal sekam hingga rapat untuk mecegah lalat dan
binatang lain masuk .

e. Tutup dengan kain hitam

86
4.9.6 Cara Pemeliharan Alat
1. Hindarkan keranjang dari hujan (taruh ditempat teduh).
2. Cuci kain penutup satu minggu sekali.
3. Bila kompos kering, cipratkan air bersih, sambil diaduk.
4. Bila lapuk, kardus harus diganti agar tidak robek dan menyebabkan
lalat/serangga masuk.
4.9.7 Anggaran Biaya Pembuatan Alat
Tabel 4.13 Anggaran Biaya Pembuatan Alat
No Nama Barang Jumlah Barang Harga Satuan Jumlah Harga
1. Gergaji 1 Rp.50.000 Rp. 50.000
2. Gunting 1 Rp. 10.000 Rp. 10.000
3. Jarum jait 1 set Rp. 10.000 Rp. 10.000
4. Benang 2 Buah Rp. 2.000 Rp. 2.000
4. Bambu 5 batang Rp. 10.000 Rp. 10.000
5. Sekam 5 sak Rp. 10.000 Rp. 50.000
6. Kardus Tebal 10 Rp. 2.000 Rp. 2000
7. Kain penutup (warna hitam) (2m x 2m) 2 buah Rp. 15.000 Rp 30.000
8. Kain penutup (warna putih) (2m x 2m) 2 buah Rp. 15.000 Rp. 30.000
9. Kompos Jadi 5 pak Rp. 15.000 Rp. 75.000
10. Cat Kayu 1 Kaleng Rp. 47.000 Rp. 47.000
11. Tiner 2 Buah Rp. 6.000 Rp. 12.000
12. Kuas 3 Buah Rp. 6.000 Rp 18.000
13. Paku Kecil ¼ Kg Rp. 10.000 Rp. 10.000
Jumlah Rp. 356.000

4.9.8 Desain Rancangan Alat


Gambar 3.1 Rancangan Alat

87
4.9.9 Efektivitas Alat
4.9.9.1 Deskripsi Alat
A. Keranjang Pertama (RT 01)
Keranjang pertama merupakan keranjang yang berisi campuran
kompos dan sampah sayuran dengan komposisi daun pisang, daun
pepaya, daun singkong, sawi dan kulit sukun dengan total berat
sampah adalah 10 Kg. Volume keranjang pertama ini dapat
menampung sekitar 30 Kg sampah organik jika sampah tidak
dipadatkan, namun jika sampah dipadatkan maka keranjang pertama
ini dapat menampung 60 Kg sampah.
B. Keranjang Kedua (RT 02)
Keranjang pertama merupakan keranjang yang berisi campuran
kompos dan sampah sayuran dengan komposisi daun pisang, daun
pepaya, daun singkong, sawi dan kulit sukun dengan total berat
sampah adalah 5 Kg. Volume keranjang pertama ini dapat menampung
sekitar 30 Kg sampah organik jika sampah tidak dipadatkan, namun
jika sampah dipadatkan maka keranjang pertama ini dapat menampung
60 Kg sampah.

88
C. Keranjang Ketiga (RT 02)
Keranjang pertama merupakan keranjang yang berisi campuran
kompos dan sampah sayuran dengan komposisi daun pisang, daun
pepaya, daun singkong, sawi dan kulit sukun dengan total berat
sampah adalah 6 Kg. Volume keranjang pertama ini dapat menampung
sekitar 25 Kg sampah organik jika sampah tidak dipadatkan, namun
jika sampah dipadatkan maka keranjang pertama ini dapat menampung
50 Kg sampah.
D. Keranjang Keempat (RT 03)
Keranjang pertama merupakan keranjang yang berisi campuran
kompos dan sampah sayuran dengan komposisi daun pisang, daun
pepaya, daun singkong, sawi dan kulit sukun dengan total berat
sampah adalah 5 Kg. Volume keranjang pertama ini dapat menampung
sekitar 35 Kg sampah organik jika sampah tidak dipadatkan, namun
jika sampah dipadatkan maka keranjang pertama ini dapat menampung
70 Kg sampah.
E. Keranjang Kelima (RT 03)
Keranjang pertama merupakan keranjang yang berisi campuran
ragi dan sampah sayuran dengan komposisi daun pisang, daun pepaya,
daun singkong, sawi dan kulit sukun dengan total berat sampah adalah
3 Kg. Volume keranjang pertama ini dapat menampung sekitar 31 Kg
sampah organik jika sampah tidak dipadatkan, namun jika sampah
dipadatkan maka keranjang pertama ini dapat menampung 62 Kg
sampah.

4.9.9.2 Evaluasi Pemantauan Suhu, Tekstur, dan Bau


A. Keranjang Pertama (RT 01)
Hasil pengukuran suhu, baud an tekstur pada keranjang pertama adalah
sebagai berikut:
1. Hari Pertama (Selasa)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
2. Hari Pertama (Rabu)
Bau = Tidak berbau busuk

89
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
3. Hari Pertama (Kamis)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
4. Hari Pertama (Jumat)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
B. Keranjang Kedua (RT 02)
Hasil pengukuran suhu, baud an tekstur pada keranjang pertama adalah
sebagai berikut:
1. Hari Pertama (Selasa)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
2. Hari Pertama (Rabu)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
3. Hari Pertama (Kamis)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
4. Hari Pertama (Jumat)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
C. Keranjang Ketiga (RT 02)
Hasil pengukuran suhu, baud an tekstur pada keranjang pertama adalah
sebagai berikut:
1. Hari Pertama (Selasa)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
2. Hari Pertama (Rabu)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
3. Hari Pertama (Kamis)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
4. Hari Pertama (Jumat)

90
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
D. Keranjang Keempat (RT 03)
Hasil pengukuran suhu, baud an tekstur pada keranjang pertama adalah
sebagai berikut:
1. Hari Pertama (Selasa)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
2. Hari Pertama (Rabu)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
3. Hari Pertama (Kamis)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
4. Hari Pertama (Jumat)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
E. Keranjang Kelima (RT 03)
Hasil pengukuran suhu, baud an tekstur pada keranjang pertama adalah
sebagai berikut:
1. Hari Pertama (Selasa)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
2. Hari Pertama (Rabu)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran
3. Hari Pertama (Kamis)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
4. Hari Pertama (Jumat)
Bau = Tidak berbau busuk
Suhu = Suhu dalam keadaan dingin
Tekstur= sayuran menghitam
4.9.9.3 Penurunan Berat Sampah
Tabel 4.14 Penurunan Berat Sampah yang Diukur Perhari
Hari
No Keranjang Berat Sampah
Selasa Rabu Kamis Jumat

91
1 Keranjang RT 01 10 Kg 10 10 10 10
2 Keranjang RT 02 5 Kg 5 5 5 5
3 Keranjang RT 03 6 Kg 6 6 6 6
4 Keranjang RT 03 5 Kg 5 5 5 5
5 Keranjang RT 03 3 Kg 3 3 3 2,5

Berdasarkan tabel 4.19 penurunan berat sampah organik yang


dilakukan selama 4 hari didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Keranjang pertama belum terjadi penurunan yang sangat tidak
signifikan.
2. Keranjang pertama belum terjadi penurunan yang sangat tidak
signifikan.
3. Keranjang pertama belum terjadi penurunan yang sangat tidak
signifikan.
4. Keranjang pertama belum terjadi penurunan sebesar 0,5 kg yaitu dari 3
Kg menjadi 2,5 Kg .

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pengukuran kesehatan lingkungan RW 01
Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan dan Kabupaten Purwakarta Bulan
Februari-Maret 2018, didapatkan data bahwa dari 123 Rumah (KK) terdapat
enam masalah kesehatan lingkungan diantaranya adalah:
1. Kuantitas timbulan sampah di RW 01 Desa Mekarsari selama 7 hari adalah
2626 kg/minggu terdiri dari 61,66% sampah organik dan 38,38% sampah
anorganik.
2. Kualitas fisik air bersih di RW 01 Desa Mekarsari 2,44% tidak memenuhi
syarat karena keruh.

92
3. Angka Bebas Jentik (ABJ) di RW 01 Desa Mekarsari pada bulan Februari
sampai Maret 2018 adalah sebesar 100%
4. Kepadatan lalat di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 82,22% termasuk
rendah; 13,33% termasuk sedang; 4,44% termasuk cukup tinggi dan 0%
termasuk tinggi.
5. Kualitas air limbah di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 100% tidak air
limbah tidak memenuhi syarat karena berwarna.
6. Luas bukaan jendela di RW 01 Desa Mekarsari sebesar 100% tidak
memenuhi syarat karena luas bukaan jendela < 10% luas lantai.
7. Kualitas fisik makanan dan minuman di RW 01 Desa Mekarsari sebesar
100% memenuhi syarat karena tidak berlendir, berbau dan berjamur.
Hasil analisis data tersebut kemudian dibuat penetapan prioritas masalah
dengan menggunakan metode Bryant, dan masalah adalah timbunan sampah
yang dipengaruhi oleh perilaku memilah dan mengolah sampah, masalah
tersebut adalah masalah yang harus segera diselesaikan. Timbunan sampah
mendapatkan nilai 240, yaitu 100% rumah di RW 01 Desa Mekarsari pada
Bulan Februari-Maret 2018 tidak melakukan pemilahan sampah organic dan
anorganik dan 100% mengelola sampah yaitu dengan cara dibakar. Penetapan
prioritas masalah tersebut dibuat berdasarkan beberapa aspek diantaranya
adalah kepedulian masyarakat tersebut.
Timbunan sampah sebesar 2.626 Kg/KK/hari disebabkan diantaranya
adalah oleh diketahui bahwa pengetahuan masyarakat RW 01 Kampung
Cileutik Desa Mekarsari mengenai pengelolaan sampah adalah 2,4% tinggi;
15,4% sedang; dan 82,1% rendah. perilaku dalam pemilahan sampah 100%
tidak memenuhi syarat karena tidak melakukan pemilahan sampah dan
perilaku dalam pengolahan sampah dengan cara dibakar 100% tidak
memenuhi syarat karena masyarakat melakukan pembakaran sampah.
Penyebab masalah tersebut kemudian diprioritaskan dengan menggunkan
metode Bryant.
Hasil analisis metode Bryant tersebut didapat bahwa penyebab tertinggi
masalah timbunan sampah adalah perilaku orang dalam memilah sampah dan
mengelola sampah organik, untuk mengurangi hal tersebut dibuatlah beberapa
alternatif penyelesaian masalah tersebut diprioritaskan pada satu alternatif

93
dalam prioritas alternatif penyelesaian masalah tersebut tidak terlepas dari
hasil musyawarah bersama masayarakat. Penetapan prioritas alternative
peneyelesaian masalah tersebut dianalisa dengan menggunkan metode Reinke
dan mendapatkan nilai tertinggi pada alternatif penyelesaian dengan
menggunakan teknik pengomposan menggunakan alat yang bernama
BUKUCI (Bambukura Kampung Cileutik).
Alternatif penyelesaian masalah yang telah diprioritasakan kemudian
dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat dalam hal ini, masyarakat
mampu mengurangi timbunan sampah dengan membuat alat BUKUCI
(Bambukura Kampung Cileutik).

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat Desa Mekarsari khususnya
kepada masyarakat RW 01, yakni:
1. Kepala Desa
Kepada pemerintahan Desa Mekarsari diharapkan untuk
mendukung masyarakat RW 01 dalam melakukan kegiatan pemilahan dan
pengelolaan sampah yang baik agar tidak mencemari lingkungan,
dikarenakan sampah dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia,
walaupun sampah tidak menjadi faktor risiko dalam penyebaran penyakit,
selain itu sebaiknya Pemerintahan Desa Mekarsari mulai memulai dengan
konsep Indonesia baru dalam melakukan pengelolaan samoah diantaranya
adalah memililah sampah dari sumbernya dan meninggalkan konsep
Indonesia lama dalam mengelolaa sampah yaitu tidak melakukan
pemilihan dari sumbernya.
Perbaikan dan pengeadaan sarana, prasarana sampah yang baik dan
mencukupi, misalnya:
a. Membuat TPS didaerah Desa Mekarsari

94
b. Membuat organisasi dalam pengelolaan sampah di Desa Mekarsari
c. Mengadakan sarana prasarana percontohan tempat sampah organic dan
anorganik
d. Menunjuk Tenaga pengumpul sampah dan membuat jadwal
penangkutan sampah
e. Mengadakan alat pengumpul sampah seperti gerobak dan lain-lain
2. Ketua RW 01 Desa Mekarsari
Kepada Ketua RW 01 Desa Mekarsari diharapkan selalu melakukan
kegiatan pemantauan, peningkatan dan penerapan teknik Komposting
BUKUCI yang telah bersama-sama dibuat oleh masyarakat Desa Mekar
Sari khususnya RW 01 yang dapat menurunkan timbunan sampah organik.
Sebaiknya peran ketua RW 01 lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
ada di wilayah kerja RW 01 dan dapat mengajak seluruh warganya untuk
aktif.
3. Ketua RT 01,02, dan 03 Desa Mekarsari
Kepada Ketua RT 01,02, dan 03 Desa Mekarsari diharapkan selalu
melakukan kegiatan pemantauan, peningkatan dan penerapan teknik
Komposting BUKUCI yang telah bersama-sama dibuat oleh masyarakat
Desa Mekar Sari khususnya RW 01 yang dapat menurunkan timbunan
sampah organik. Sebaiknya peran ketua RT 01 dan 03 lebih aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang ada di wilayah kerja RW 01 dan dapat merangkul
seluruh warganya untuk aktif dalam kegiatan mmasyarakat
4. Masyarakat RW 01 Desa Mekarsari
Kepada Masyarakat RW 01 Desa Mekarsari, diharapkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan dalam pemilihan sampah dan mengelola
sampah yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik.
2. Tidak mengolah sampah dengan cara dibakar.
3. Membersihkan sampah yang berada dipekarangan rumah dan selalu
menjaga kebersihan rumahnya.

95
4. Melakukan composting dengan alat yang telah dibuat oleh mahasiswa
dan warga RW 01 Desa Mekarsari

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri dan Padmi. 2010. Diktat Kuliah TL-3104 Pengelolaan Sampah.


Bandung: Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung.

Environmental Services Program. Comparative Assessment on Community Based


Solid Waste Management (CBSWM) – Medan, Bandung, Subang, and
Surabaya. November 2006. Development Alternatives, Inc. for USAID

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang


Pengelolaan Limbah Cair Domestik.

Maulana, Syarif. Tanpa tahun. Modul Pembelajaran: Dasar-dasar Pemecahan


Masalah Kesehatan Lingkungan. Bandung: Politeknik Kesehatan
Bandung.

Munif. 2017. Syarat Sarana Penyediaan Air Bersih. Diakses pada:


http://helpingpeopleideas.com/ 9 Februari 2017.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:


416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.

96
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/Menkes/Per/III/2010 Tentang Pengedalian Vektor.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No


1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah.

Standar Nasional Indonesia 19-3964-1995 tentang Metode Pengambilan dan


Pengukuran contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah.

Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan


Kawasan Pemukiman.

97

Anda mungkin juga menyukai