Anda di halaman 1dari 25

Eksistensi Pendidikan Islam Al-Azhar: Sejarah Sosial

Kelembagaan al-Azhar dan Pengaruhnya terhadap


Kemajuan Pendidikan Islam Era Modernisasi di Mesir

SYAHRAINI TAMBAK

Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru


Jl. Kaharuddin Nasution, No. 113, Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284
e-mail: syahraini_tambak@yahoo.co.id

Abstrak: Perkembangan pendidikan islam al-Azhar tak luput dari pengaruh


sejarah sosial yang terkait pada masa itu. Adapun sejarah sosial pendidikan
Islam era reformasi dan modern di al-Azhar dapat disimpulkan dalam beberapa
hal. Pertama, latar belakang sosial al-Azhar. Dinasti Fatimiyah menjadikan
Mesir sebagai pusat pemerintahan. Kemudian berdiri pula Dinasti Ayyubiyah di
Mesir yang berpaham Sunni berdampak bagi perkembangan Al-Azhar. Di
samping itu muncul pula Napoleon Bonaparte yang kemudian menguasai Mesir
yang turut berdampak bagi perkembangan Al-Azhar. Kedua, latar belakang
terjadinya pembaruan di Al-Azhar karena; bergesernya paham rasional Syi’ah
pada ortodoksi ideologi Sunni; invasi Napoleon Bonaparte dari Prancis yang
mengalahkan Kerajaan Turki Usmani di Mesir dalam waktu yang cepat; dan
persentuhan peradaban Prancis yang dibawa Napoleon pada pendidikan di Al-
Azhar. Ketiga, tokoh dan ide pembaruan di Al-Azhar di Mesir dipelopori oleh
Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha yang
berusaha melukakan reformasi dan modernisasi di Al-Azhar dengan
mamasukkan kurikulum-kurikulum dari Barat. Umat Islam dalam pandangan
mereka harus keluar dari ketertinggalan melalui pembukaan kembali
pemikiran rasional dan membuka diri terhadap peradaban modern yang ada di
Barat seperti yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis.

Kata kunci: Sejarah sosial, pengaruh sejarah sosial, pendidikan Islam al-Azhar

PENDAHULUAN Pada masa Daulah Fatimiyah di Mesir


Pada dasarnya pendidikan Islam (Sihbudi, 1993: 81-82), pendidikan
merupakan sarana terpenting untuk Islam berkembang dengan pesat dan
membawa manusia mencapai tujuan maju. Al-Azhar pada masa Dinasti
hidupnya. Melalui pendidikan, Fatimiyah merupakan lembaga
kehidupan individu dapat menjadi pendidikan Islam yang memberikan
suatu pribadi yang mampu berdiri kontribusi nyata pada dunia pendidikan
sendiri dan berinteraksi dalam Islam pada masa itu. Pada masa itu al-
kebersamaan dengan orang lain secara Azhar mampu melahirkan tokoh-tokoh
konstruktif. Pendidikan mampu pendidikan Islam yang menjadi
membentuk dan membangun sebuah pemegang tampuk kepemimpinan di al-
peradaban yang agung pada zamannya. Azhar serta dunia dan memberikan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 115


konstruksi pemikiran hingga kini dapat zaman Rasulullah SAW Khulafa al-
dijadikan referensi (Amaliyah, 2013: Rasyidin sampai terbentuknya Daulah
101-111). Umayyah dan Daulah Abbasiyah hingga
Islam memiliki sifat universal dan sekarang telah memberikan konstribusi
kosmopolit yang dapat merambah ke nyata bagi perkembangan dunia,
ranah kehidupan apa pun, termasuk khususnya umat Islam itu sendiri.
dalam ranah pendidikan (Razak, 1989: Afrika Utara sampai tahun 850 M
56-57). Ketika Islam dijadikan sebagai dikuasai oleh Bani Aghlab, meliputi
paradigma ilmu pendidikan, paling wilayah Ifriqiyah (Tunisia) dan
tidak berpijak pada tiga alasan. sebagian Pulau Sisilia, merupakan
Pertama, ilmu pendidikan sebagai ilmu negara bagian Daulah Abbasiyah.
humaniora tergolong ilmu normatif, Wilayah sebelah baratnya berkuasa
karena ia terkait oleh norma-norma Bani Rustamiyah di Aljazair dan Bani
tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam Idris di Maroko, sedangkan Spanyol
sangat berkompoten untuk dijadikan berada di bawah kekuasaan Bani
norma dalam ilmu pendidikan. Kedua, Umayyah. Namun sesudah tahun 909
dalam menganalisis masalah muncul sebuah dinamika baru,
pendidikan, para ahli selama ini terbentuknya sebuah negara Fatimiyah
cenderung mengambil teori dan di Tunisia (Sunanto, 2007: 141).
falsafah pendidikan Barat. Falsafah Dinasti Fatimiyah adalah Dinasti
pendidikan Barat lebih bercorak Syi’ah yang berkuasa dari 909 M (296
sekuler yang memisahkan berbagai H) sampai dengan 1171 M (569 H) atas
dimensi kehidupan, sedangkan dasar legitimasi klaim keturunan Nabi
masyarakat Muslim lebih bersifat SAW lewat Fatimah dan Hadzrat Ali dari
religius. Atas dasar ini, nilai-nilai ideal Ismail anak Jafar Sidik, keturunan
Islam sangat memungkinkan untuk keenam dari Ali. Dinasti ini didirikan
dijadikan acuan dalam mengkaji sebagai tandingan bagi penguasa dunia
fenomena kependidikan. Ketiga, dengan muslim saat itu yang terpusat di
menjadikan Islam sebagai paradigma, Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah (Hitti,
keberadaan ilmu pendidikan memiliki 2008: 787). Wilayah kekuasaan Dinasti
ruh yang dapat menggerakkan Fatimiyah meliputi Afrika Utara, Mesir,
kehidupan spiritual dan kehidupan dan Suriah. Berdirinya Dinasti
yang hakiki (Mujib & Mudzakkir, 2008: Fatimiyah dilatarbelakangi oleh
1-2). melemahnya Dinasti Abbasiyah.
Konsep pendidikan Islam pada Ubaidillah al-Mahdi mendirikan Dinasti
hakikatnya berupaya menjadikan Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan
manusia mencapai keseimbangan Abbasiyah (Amin, 2009: 254).
kepribadiannya secara menyeluruh, dan Masa kegemilangan Dinasti
dilakukan melalui tahapan tertentu. Fatimiyah ditandai dengan
Rumusan pendidikan Islam harus berpindahnya pusat pemerintahan ke
dikaitkan dengan pemikiran filosofis Kairo. Setelah Kairo berdiri dan
dan sejarah sosial pendidikan Islam. dilengkapi dengan berbagai sarana
Pendidikan Islam dibangun di atas termasuk masjid al-Azhar yang
konstruksi wahyu al-Quran dan Sunnah kemudian dijadikan pusat Perguruan
sebagai sumber utamanya. Pendidikan Tinggi Islam oleh Khalifah Fatimiyah al-
Islam juga memiliki asas dan landasan Aziz (975 M- 996 M). Jauhar juga
hukum yang tetap terbangun dari kedua mendirikan Dar al-Hik-mah di tahun
sumber utama tersebut. Pendidikan 1005 M. Kemudian Dinasti Fatimiyah
Islam dari masa ke masa, mulai dari yang ditopang dengan wilayah

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 116


pengaruhnya yang luas mampu KONSEP TEORI
membangkitkan berbagai kegiatan Sejarah Sosial Lembaga Pendidikan
ilmiah, perdagangan, dan keagamaan. al-Azhar
Semenjak abad ke-10 pada masa Dinasti Fatimiyah Menjadikan Mesir
Dinasti Fatimiyah yang membangun sebagai Pusat Pemerintahan
institusi pendidikan yang sekarang Sejarah berdirinya Universitas Al-
dikenal dengan nama Universitas Al- Azhar tidak terlepas dari berdirinya
Azhar, Mesir menjadi pusat peradaban suatu Dinasti Fatimiyah yang
dan pengembangan ilmu-ilmu merupakan satu-satunya Dinasti Syiah
keislaman. Ribuan tahun Sebelum dalam Islam. Dinasti Fatimiyah
Masehi, negara para Pharao ini telah didirikan di Tunisia pada tahun 909 M
menjadi pusat peradaban dunia, di sebagai tandingan dari Daulah Bani
samping peradaban lain seperti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad
Mesopotamia dan Bizantium. Tiap dengan khalifah pertama Said bin
peradaban yang maju, pasti disokong Husain yang bergelar Ubaidillah al-
oleh luhurnya ilmu pengetahuan dari Mahdi (Thohir, 2009: 113).
manusia yang memiliki peradaban Ketika Dinasti Abbasiyah
tersebut. Artinya hanya bangsa dengan mengalami kemunduran dalam
ilmu pengetahuan yang tinggi akan berbagai hal, di Afrika Utara berdiri
mampu sampai pada peradaban yang sebuah dinasti yang bernama Dinasti
mulia (Nata, 2004: 87). Fatimiyah. Dinasti ini didirikan atas
Kemajuan ilmu pengetahuan dan idealisme orang-orang Syi’ah, karena
teknologi modern memasuki dunia mereka beranggapan bahwa yang
Islam, terutama sesudah pembukaan berhak menjadi pemimpin (imamah)
abad ke-19 M, yang dalam sejarah Islam sebagai pengganti Rasulullah SAW ialah
dipandang sebagai permulaan periode keturunan Fathimah putri Rasulullah
modern. Kontak dengan dunia Barat SAW (Zulkarnaini, 2011: 1). Sebenarnya
selanjutnya membawa ide-ide baru ke dari golongan Syi'ah sudah lama ingin
dunia Islam seperti rasionalisme, menjadi penguasa yaitu ketika Khalifah
nasionalisme, demokrasi dan Ali bin Abi Thalib jatuh dari
sebagainya. Semua ini menimbulkan kepemimpinan akan tetapi pada masa
persoalan-persoalan baru, dan Daulah Umayyah dan Abbasyiah
pemimpin-pemimpin Islam pun mulai mereka tidak berhasil untuk memangku
memikirkan cara mengatasi persoalan jabatan pemimpin karena selalu
itu. mendapat tekanan politik. Akan tetapi
Tulisan singkat ini secara spesifik Syi'ah ini adalah bukan kelompok yang
mengetengahkan ulasan tentang; mudah menyerah begitu saja, mereka
Sejarah sosial lembaga pendidikan Al- selalu mengadakan gerakan-gerakan
Azhar; Latar belakang terjadinya akan tetapi gerakan mereka bersifat
pembaruan di Al-Azhar; dan tokoh serta taqiyah, pura-pura patuh terhadap
ide pembaruan pada lembaga penguasa akan tetapi mereka secara
pendidikan al-Azhar. Kajian terhadap diam-diam menyusun kekuatan.
tiga persoalan ini diharapkan dapat Dinasti ini berdiri diantara dua
memberikan sekelumit kontribusi bagi kekuatan besar yaitu Dinasti Abbasiyah
pemahamahan tentang sejarah sosial di Damaskus dan Dinasti Umayyah di
pendidikan Islam tentang lembaga Spanyol.
pendidikan al-Azhar era modernisasi di Invansi yang dilakukan oleh
dunia Islam. Dinasti Fatimiyah berhasil
menaklukkan Mesir dibawah pimpinan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 117


panglima perang Jawhar al-Shaqoly. menjadi sebuah Universitas Al-Azhar
Dinasti Fatimiyah berdiri tahun 297- ternama hingga kini (Jamal, 1988: 11).
567/909-1171 semula di Afrika Utara, Masjid al-Azhar terletak di
kemudian di Mesir. Dinasti ini beraliran Tenggara Kota Kairo, ini mengalami
Syi’ah Ismailiyah dan pendirinya pengembangan sebagai tempat
Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari melakukan propaganda ajaran Syi'ah
Syiria ke Afrika Utara menisbahkan dan lambang kepemimpinan spiritual
nasabnya pada Fathimah binti umat Islam. Masjid ini dikembangkan
Rasullulah SAW istri Ali bin Abi Thalib. fungsinya akibat banyaknya para
Ketika Bani Fatimiyah yang pelajar yang ingin mendalami ilmu
berkuasa di Afrika Utara sekitar 60 agama dan berdiskusi, maka timbul
tahun, sebelum kemudian pindah ke inisiatif untuk mengembangkan masjid
Mesir tahun 973 M, juga telah ini menjadi sebuah universitas yang
memberikan sumbangan yang tidak merupakan dasar yang sangat
kecil terhadap perkembangan fundamental dalam membangun
peradaban di daerah itu. Salah satu paradigma pemikiran keislaman (Hitti,
peninggalan terbesar bagi peradaban 2005: 790).
Islam yang dicapai adalah Perguruan Pada masa-masa awal, proses
Tinggi (masjid) al-Zaitun. Universitas pendidikan Islam berlangsung di
yang berada di Tunisia itu merupakan tempat-tempat yang merupakan pusat
universitas tertua di dunia Islam berdiri ibadah, yaitu masjid (Antonio, 2009:
tahun 976 M, akan tetapi pembangunan 196). Namun karena banyaknya umat
universitas itu sesungguhnya dilaksana- Islam yang berminat untuk belajar
kan setelah pusat pemerintahan sedangkan kapasitas masjid tidak lagi
Fatimiyah pindah ke Mesir. Peninggalan mencukupi, juga mengganggu kegiatan
peradaban Kota Kairo dibangun pada orang-orang yang beribadah, institusi
tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh pendidikan mulai mengadakan
panglima perang Dinasti Fatimiyah pembenahan-pembenahan (Nata, 2004:
yang beraliran Syi’ah, Jawhar al- 87).
Shaqoly, atas perintah Khalifah Ibnu Killis adalah salah seorang
Fatimiyah, al-Mu’iz Lidinillah (953-975 tokoh dan pelopor perkembangan
M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti pendidikan pada kekhalifahan
tersebut, bentuk kota ini hampir Fatimiyah di Mesir, ia mendirikan
merupakan segi empat (Yatim, 1995: sebuah universitas dan menghabiskan
35-37). ribuan dinar perbulan untuk
Pada 24 Jumadil Ula tahun 359 H / membiayainya. Di bawah
April 970 M, Jawhar mendirikan sebuah kekuasaannya, tersebutlah seorang
Masjid Agung al-Azhar dan dokter yang sangat terkenal bernama
peresmiannya ditandai dengan shalat Muhammad al-Tamim, yang lahir di
Jum’at pertama pada tanggal 6 Yerussalem dan pindah ke Mesir sekitar
Ramadhan 361 H dan yang bertindak tahun 970 M. Salah satu fondasi
sebagai khatib adalah Abu Hasan al- terpenting yang dibangun pada masa
Khairawan seorang qodhi terkenal pada Fatimiyah adalah pembangunan Dar al-
masa pemerintahan al-Mansur (‘Auf, Hikmah (rumah kebijaksanaan) atau
1970: 19). Pembangunan masjid ini Dar al-‘Ilm (rumah ilmu) yang didirikan
diselesaikan pada 17 Ramadhan 361 oleh al-Hakim pada tahun 1005 sebagai
H/22 Juni 972 M yang mana pusat pembelajaran dan penyebaran
pembangunannya memakan waktu 2 ajaran Syi’ah ekstrim (Hitti, 2005: 788).
tahun, yang kemudian berkembang

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 118


Perpustakaan Dar al-Hikmah di Muqlah dan ahli-ahli kaligrafi lainnya.
Kairo ini didirikan oleh al-Hakim Di perpustakaan ini pula al-‘Aziz
Biamrillah. Perpustakaan ini dibuka menyimpan salinan tulisan tangan
pada tanggal 10 Jumadil Akhir tahun untuk buku sejarah karya al-Thabari.
395 H, setelah dilengkapi perabotan Pengganti al-Mustanshir membangun
dan hiasan. Pada semua pintu dan kembali sebuah perpustakaan. Ketika
lorongnya dipasangi tirai. Di satu abad kemudian Shalahuddin
perpustakaan tersebut ditempatkan menguasai istana kerajaan,
para penanggung jawab, karyawan, dan perpustakaan istana itu masih
petugas. Dihimpun pula buku-buku menyimpan sekitar 100.000 jilid buku,
yang belum pernah dihimpun oleh sebagian dari buku-buku itu disertai
seorang raja pun. Perpustakaan itu harta rampasan lainnya dibagikan
mempunyai 40 lemari. Salah satu lemari kepada bawahannya.
memuat 18.000 buku tentang ilmu-ilmu Masjid al-Azhar adalah pusat ilmu
kuno. Semua orang boleh masuk ke pengetahuan, tempat diskusi bahasa
perpustakaan tersebut. Di antara dan juga mendengarkan kisah dari
mereka ada yang datang untuk orang yang ahli bercerita. Masjid ini
membaca buku, menyalin, atau belajar. sebenarnya diperuntukkan bagi Dinasti
Di tempat tersebut terdapat segala Fatimiyah yang sedang bersaing dengan
sesuatu yang diperlukan oleh kekhalifahan di Baghdad. Usaha yang
pengunjung (tinta, pena, kertas, dan dilakukannya ialah dengan
tempat tinta) (Nata, 2004: 88). mengajarkan Mazhab Syi’ah kepada
Untuk mengembangkan institusi kader-kader mubaligh yang bertugas
ini, al-Hakim mengeluarkan dana meyakinkan masyarakat akan
sebesar 257 dinar di antaranya kebenaran mazhab yang dianutnya. Ia
digunakan untuk menyalin berbagai merupakan lembaga Fatimiyah sebagai
naskah, memperbaiki buku, dan pusat latihan kader penyebar ideologi
pemeliharaan umum lainnya. Gedung Syi’ah yang mengancam otoritas
ini dibangun berdekatan dengan istana Abbasiyah Sunni. Maka Dinasti Saljuk
kerajaan yang di dalamnya terdapat Abbasiyah mendirikan lembaga-
sebuah perpustakaan dan ruang-ruang lembaga pendidikan teologi ortodoks
pertemuan. Kurikulumnya meliputi sebagai upaya mengimbangi upaya al-
kajian tentang ilmu-ilmu keislaman, Azhar (Mughni, 1997: 13-14). Sebagai
astronomi, dan kedokteran (Nata, 2004: sebuah gerakan politik dan keagamaan,
88). Khalifah Fatimiyah menaruh perhatian
Pada masa al-Mustanshir, khusus atas penyebaran doktrin-
kegagalan atau kemunduran kerajaan doktrin tertentu (dakwah Fatimiyah)
yang meng-akibatkan berkurangnya melalui para “kader” (da’i). Program
harta kekayaan, pada gilirannya yang dilontarkan kaum Fathimiyyin
menyebabkan kemunduran lebih besar meliputi dua tahap: tahap pertama,
dengan banyaknya buku-buku yang pelaksanaan pengajaran serta
hilang dari perpustakaan kerajaan. pembentukan undang-undang; tahap
Perpustakaan itu sendiri mulai kedua, dakwah secara rahasia (Nata,
didirikan pada masa al-Aziz, ketika itu 2004: 92).
memiliki kurang lebih 200.000 buku Untuk memenuhi kebutuhan
dan 2.400 eksemplar al-Quran yang terhadap tenaga para da’i inilah al-
dihiasi ornamen-ornamen indah. Salah Azhar kemudian ditingkatkan
satu koleksi langka perpustakaan ini peranannya bukan hanya sebagai
adalah naskah-naskah hasil karya Ibn masjid melainkan juga sebagai lembaga

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 119


pendidikan yang terorganisir di bawah Bani Fatimiyah sebagai basis
pengawasan khalifah. Al-Azhar pada pendidikan dan penyebaran doktrin-
masa Dinasti Fatimiyah merupakan doktrin Syi’ah, al-Azhar diambil alih
lembaga pendidikan yang menjadi Salahuddin Yusuf al-Ayyubi untuk
corong dan alat untuk propaganda dijadikan madrasah-masjid yang
kekuasaan kekhalifahan, sekaligus berorientasi Sunni. Berlainan dengan
sebagai alat penyebaran doktrin ajaran Bani Fatimiyah yang menekankan
Syi’ah. Al-Azhar tampak berbeda pengajaran filosofis dan teologis,
dengan madrasah sebelumnya. Pada Dinasti Ayyubiyah (Ash-Shayim, 2003:
lembaga ini sudah dilengkapi dengan 30), sebagaimana penguasa dan
asrama untuk guru-guru dan para pemuka Sunni yang lain, lebih
mahasiswa, juga aula besar (iwan) yang mementingkan pengajaran fikih dalam
dipergunakan untuk kuliah umum. Iwan madrasah yang mereka kelola,
merupakan bagian yang sangat penting termasuk al-Azhar. Pengambil-alihan
bagi al-Azhar. Pelaksanaan proses ini, sebenarnya telah mereduksi posisi
belajar mengajar di al-Azhar mengacu al-Azhar yang berorientasi supralokal
kepada aturan-aturan yang ditetapkan menjadi lembaga yang berwawasan
oleh pengelola madrasah. sempit dikarenakan lingkup politik
Al-Azhar pada masa Dinasti Dinasti Ayyubiyah yang bercorak lokal.
Fatimiyah merupakan lembaga Hanya karena peranan Kairo yang
pendidikan yang menjadi corong dan strategis dalam perjalanan sejarah
alat untuk propaganda kekuasaan Islam akhirnya bisa diperoleh kembali
kekhalifahan, sekaligus sebagai alat dan dipertahankan, khususnya pada
penyebaran doktrin ajaran Syi’ah. Pada zaman modern.
masa itu, sistem pengajaran terbagi Setelah al-Ayyub menaklukkan
menjadi empat kelas, yaitu: Pertama, Mesir tahun 1171 M selama hampir
kelas umum diperuntukkan bagi orang satu abad dari tahun 1171-1267 M, al-
yang datang ke al-Azhar untuk Azhar dikosongkan. Pada abad
mempelajari al-Quran dan kekosongan itu salat Jumat di masjid al-
penafsirannya; Kedua, kelas para Azhar pun dilarang dan pindah ke
mahasiswa Universitas al-Azhar kuliah masjid al-Hakim, karena mereka
dengan para dosen yang ditandai berpemahaman tidak boleh ada dua
dengan mengajukan pertanyaan dan khutbah di dalam satu kota. Semenjak
mengkaji jawabannya; Ketiga, kelas itulah Dinasti Fatimiyah berakhir
Darul Hikam, kuliah formal ini sehingga al-Azhar berubah menjadi
diberikan oleh para mubaligh seminggu universitas Sunni.
sekali pada hari Senin yang dibuka Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah
untuk umum dan pada hari Kamis Salahudin Yusuf al-Ayyubi. Dinasti ini
dibuka khusus untuk mahasiswa berdiri menggantikan kekuasaan
pilihan. Keempat, kelas nonformal, yaitu Dinasti Fatimiyah. Dinasti Fatimiyah
kelas untuk pelajar wanita (Nata, 2004: runtuh ketika kekhalifahan Nur al-Din
92). atau Adid. Ketika khalifah Nur al-Din
meninggal, kekhalifahan digantikan
Dinasti Ayyubiyah dengan Paham oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.
Sunni Dengan pergantian khalifah tersebut,
Perubahan orientasi al-Azhar berganti pula kekhalifahannya, dari
terjadi menyusul ambruknya kekhalifahan Dinasti Fatimiyah menjadi
kekhalifahan Fatimiyah di Kairo. kekhalifahan Dinasti Ayyubiyah.
Setelah hampir 200 tahun digunakan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 120


Berdirinya kekhalifahan Ayyubi- menduduki jabatan perdana menteri di
yah disebut juga sebagai periode kedua Mesir, ia diperintahkan Nuruddin Zangi
atau periode orang-orang Syiria. Pada untuk menghilangkan nama Khalifah al-
periode ini Salahuddin menjadi Adid dari khotbah Jum’at, yang berarti
penguasa Arab terpenting dan the berakhirnya masa kekuasaan Dinasti
Champion of Islam (Ibrahim, 1989: 285). Fatimiyah. Meskipun tampak enggan
Salahuddin berhasil mempersatukan dan berat, akhirnya ia melakukan juga
Mesir dan Syria, Mesopotamia, dan tugas ini. Sebagai gantinya, disebut
Yaman. Salahuddin juga berhasil dalam nama khalifah Abbasiyah dan sejak itu
beberapa perang melawan orang-orang bendera Abbasiyah mulai berkibar di
Salib. Pemimpin Dinasti Ayyubiyah tanah Mesir. Khalifah al-Mustadi
secara urut, yaitu Salahuddin Yusuf al- kemudian memberinya gelar al-Mu’iz li
Ayyubi (1169-1193 M), al-‘Aziz (1193- Amirul Mu’minin. Sebagai imbalannya
1198 M), al-Manshur Muhammad pada tahun 566 H/1175 M khalifah
(1198-1199 M), al- ‘Adil I (1199-1218 menyerahkan Mesir, an-Naubah,
M), Al-Kamil (1218-1238 M), Al-‘Adil II Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah bagian
(1238-1240 M), Al-Shalih Najm al- Tengah, dan Maghribi (Negara Islam di
Din/Salih Ayyub (1240-1249 M), Turan Afrika Utara) di bawah kekuasaan
Syah (1250), Al-Asyraf Musa (1250- Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Sejak itulah
1252 M). Di antara para Khalifah dia dianggap sebagai Sultanul Islam wal
tersebut, hanya ada empat Khalifah Muslimin (Armando, 2005: 119).
yang terkenal, yaitu Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi, Al-‘Adil I, Al-Kamil, dan Salih Ekspedisi Napoleon Bonaparte ke
Ayyub. Mesir
Masa kejayaan Dinasti Ayyubiyah Setelah selesainya Revolusi 1789
adalah di masa kekhalifahan Salahudin Prancis mulai menjadi negara besar
Yusuf al-Ayyubi. Salahuddin adalah yang mendapat sainga dan tantangan
pendiri sekaligus khalifah pertama dari Inggris. Inggris di waktu itu telah
Dinasti Ayyubiyah. Ketika pertama kali meningkat kepentingan-kepentingan-
ke Mesir dan melihat kepemerintahan nya di India dan untuk memutuskan
di Mesir, ia memiliki dua ambisi besar, komunikasi antara Inggris di Barat dan
yaitu pertama menggantikan Syiah di India di Timur, Napoleon melihat
Mesir dengan Sunni, kedua ia ingin bahwa Mesir perlu di letakkan di bawah
memerangi orang Franka dalam Perang kekuasaan Prancis. Di samping itu
Suci (Armando, 2005: 120). Sebelum Prancis perlu pada pasaran baru untuk
pengangkatannya menjadi khalifah oleh hasil perindustriannya. Napoleon
Dinasti Abbasiyah, ia telah menjabat sendiri kelihatannya mempunyai tujuan
sebagai menteri di pemerintahan sampingan lain. Aleksander Macedonia
Dinasti Fatimiyah. Namun setelah pernah menguasai Eropa dan Asia
khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, sampai ke India, dan Napoleon ingin
yaitu Nur Al-Din wafat, Salahuddin mengikuti jejak Aleksander ini. Tempat
secara pribadi meminta kepada strategis untuk menguasai kerajaan
Khalifah Abbasiyah untuk melantiknya besar seperti yang dicita-citakannya itu,
sebagai penguasa atas wilayah Mesir, adalah Kairo dan bukan Roma atau
Maroko, Nubia, Arab Barat, Palestina Paris. Inilah beberapa hal yang
dan Syuriah Tengah (Hitti, 2005: 825). mendorong Prancis dan Napoleon
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi untuk menduduki Mesir.
dianggap sebagai panglima tentara Mesir pada waktu itu berada di
Suriah. Pada awalnya, setelah bawah kekuasaan kaum Mamluk,

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 121


sungguhpun sejak ditaklukkan Sultan Juli tentara Napoleon sampai di daerah
Salim di tahun 1517, daerah ini pada pyramid di dekat Kairo. Pertempuran
hakikatnya merupakan bagian dari terjadi di daerah itu dan kaum Mamluk
kerajaan Usmani (Nasution, 1992: 132). karena tak sanggup melawan senjata-
Tetapi setelah bertambah lemahnya senjata meriam Napoleon, lari ke Kairo.
kekuasaan sultan-sultan di abad ke-17, Tetapi di sini mereka tidak mendapat
Mesir mulai melepaskan diri kekuasaan simpati dan sokongan dari rakyat Mesir.
Istanbul dan akhirnya menjadi daerah Akhirnya mereka terpaksa lari dari
otonom. Sultan-sultan Usmani tetap daerah Mesir sebelah selatan. Pada
mengirim seorang Pasya Turki ke Kairo tanggal 22 Juli, tidak sampai tiga
untuk bertindak sebagai wakil mereka minggu setelah mendarat di Alexandria,
dalam memerintah daerah ini. Tetapi Napoleon telah dapat menguasai Mesir
karena kekuasaan sebenarnya terletak (Nasution, 1992: 134).
di tangan Kaum Mamluk, kedudukannya Nasution (1992: 134) menggam-
di Kairo tidak lebih dari kedudukan barkan ketika Napoleon datang ke
seorang duta besar. Mesir tidak hanya membawa tentara,
Kaum Mamluk berasal dari budak- akan tetapi terdapat 500 orang sipil 500
budak yang dibeli di Kaukasus, suatu orang wanita. Diantara jumlah tersebut
daerah pegunungan yang terletak di terdapat 167 orang ahli dalam berbagai
daerah perbatasan antara Rusia dan cabang ilmu pengetahuan dan
Turki. Mereka dibawa ke Istanbul atau membawa 2 unit percetakan dengan
ke Kairo untuk diberi didikan militer, huruf Latin, Arab dan Yunani.
dan dalam dinas kemiliteran kedudukan Tujuannya untuk kepentingan ilmiah
mereka meningkat dan di antaranya ada yang pada akhirnya dibentuk sebuah
yang dapat mencapai jabatan militer lembaga ilmiah dinamai Institut
tertinggi. Setelah jatuhnya prestise d’Egypte terdiri dari ilmu pasti, ilmu
sultan-sultan Usmani, mereka tidak alam, ekonomi politik, dan sastera seni.
mau lagi tunduk kepada Istanbul Lembaga ini boleh dikunjungi terutama
bahkan menolak pengiriman hasil pajak oleh para ulama dengan harapan akan
yang mereka pungut dengan secara menambah pengetahuan tentang Mesir
kekerasan dari rakyat Mesir ke Istanbul. dan mulailah terjadi kontak langsung
Kepala mereka disebut Syeikh al-Balad dengan peradaban Eropa yang baru lagi
dan syeikh ini yang sebenarnya menjadi asing bagi mereka.
raja di Mesir pada waktu itu. Karena Alat percetakan yang dibawa
mereka bertabiat kasar dan biasanya Napoleon tersebut menjadi
hanya tahu bahasa Turki dan tak pandai perusahaan percetakan Balaq,
berbahasa Arab, hubungan mereka perusahaan tersebut berkembang
dengan rakyat Mesir tidak begitu baik sampai sekarang. Sedangkan peralatan
(Armando, 2005: 259). modern pada Institut ini seperti
Bagaimana lemahnya pertahanan mikroskop, teleskop, atau alat-alat
kerajaan Usmani dan kaum Mamluk di percobaan lainnya serta kesungguhan
ketika itu, dapat digambarkan dari kerja orang Prancis merupakan hal
perjalanan perang di Mesir. Napoleon yang asing dan menakjubkan bagi
mendarat di Alexandria pada tanggal 2 orang Mesir pada saat itu.
juni 1798 dan keesokan harinya kota Usaha Napoleon untuk menguasai
pelabuhan yang penting ini jatuh. daerah-daerah lainnya di Timur tidak
Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu berhasil dan sementara itu
kota yang terletak di sebelah timur perkembangan politik di Prancis
Alexandria, jatuh pula. Pada tanggal 21 menghendaki kehadirannya di Paris.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 122


Pada tanggal 18 Agustus 1799, ia dijadikan sebagai simbol bagi
meninggalkan Mesir dan kembali ke penguatan ideologi penguasa.
tanah airnya. Ekspedisi yang dibawanya Setelah mengalami masa
ia tinggalkan di bawah pimpinan kebekuan pemikiran di al-Azhar Mesir,
Jenderal Kleber. Dalam pertempuran para pemikir Islam berusaha keras
yang terjadi tahun 1801 dengan armada untuk membangkitkan Islam kembali,
Inggris, kekuatan Prancis di Mesir termasuk di dalamnya gagasan
mengalami kekalahan. Ekspedisi yang pendidikan. Kebangkitan kembali ini
dibawa Napoleon itu meninggalkan timbul sebagai reaksi terhadap sikap
Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801. taqlid dan jumud, yang ditengarai akibat
Namun bila dianalisis dari aspek dari mundurnya aktivitas ijtihad
sejarah sosial dapat ditegaskan di sini bahkan pintu ijtihad telah tertutup,
bahwa walaupun Napoleon menguasai membawa kemunduran dunia Islam
Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga secara keseluruhan. Maka kemudian
tahun, namun pengaruh yang muncullah gerakan-gerakan baru yang
ditinggalkannya sangat besar dalam memelopori perubahan mendesak di
kehidupan bangsa Mesir. Napoleon kalangan umat Islam, sebagai wujud
Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun kesadaran dari kebangkitan kembali
1798 M, merupakan momentum baru pendidikan Islam (Armando, 2005:
bagi sejarah umat Islam, khususnya di 137). Bagi mayoritas pengamat, sejarah
Mesir yang menyebabkan bangkitnya kebangkitan dunia Islam pada
kesadaran akan kelemahan dan umumnya dan pendidikan Islam
keterbelakangan mereka. Kehadiran khususnya, terjadi karena dampak
Napoleon Bonaparte di samping Barat. Mereka memandang Islam
membawa pasukan yang kuat, juga sebagai suatu massa yang semi mati
membawa para ilmuwan dengan yang menerima pukulan-pukulan yang
seperangkat peralatan ilmiah untuk destruktif atau pengaruh-pengaruh
mengadakan penelitian. Keberadaan ini yang formatif dari Barat. Terjadinya
memberi kontak baru bagi tumbuhnya modernisasi pendidikan yang mendesak
dinamika pengetahuan di kalangan dilaksanakan di al-Azhar Mesir saat itu,
intelektual Muslim untuk menggali ilmu paling tidak dapat dilihat dari beberapa
pengetahuan dengan cara-cara yang hal yang melatarbelakangi.
ilmiah yaitu penelitian. Pertama, bergesernya paham
rasional Syi’ah pada ortodoksi
Latar Belakang Munculnya ideologi Sunni. Persoalan krusial yang
Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar menjadi perhatian tentang sejarah
Mesir sosial modernisasi di Al-Azhar adalah
Akibat dari keterbelakangan umat adanya perpindahan pemikiran dari
Islam di Mesir, maka hal itu membawa teologi Syi’ah yang berpaham rasionalis
sebuah spririt untuk keluar dan maju kepada teologi Sunni yang berpaham
sejajar dengan Eropa dan Barat. ortodoks (Armando, 2005: 258-261).
Modernisasi di al-Azhar bukanlah Tampaknya persolan penting di sini di
muncul begitu saja, akan tetapi mana teologi masing-masing paham
dilatarbelakangi oleh sejarah sosial di dipergunakan untuk menguasai sebuah
mana terjadinya beberapa hal negara secara keseluruhan. Penguasa
melingkupinya (Wijaya, 1992: 6). yang berkuasa di masa itu selalu
Keberadaan al-Azhar di Mesir bagi memiliki ideologi yang harus diikuti
penguasa saat itu, sangat krusial untuk oleh semua masyarakat dan
melanggengkan kekuasaannya karena menjadikannya paham resmi negara.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 123


Dan penguasa berusaha untuk menjaga terjadi menyusul ambruknya
paham itu dengan memberikan kekhalifahan Fatimiyah di Kairo.
berbagai aturan untuk melanggengkan Setelah hampir 200 tahun digunakan
ideologinya. Pergeseran ini Bani Fatimiyah sebagai basis
memberikan dampak besar bagi posisi pendidikan dan penyebaran doktrin-
al-Azhar dalam proses perkembangan- doktrin Syi’ah, al-Azhar diambil alih
nya termasuk juga bagi kemajuan dunia Salahuddin al-Ayyubi untuk dijadikan
Islam masa itu. Sebab keberadaan Al- madrasah-masjid yang berorientasi
Azahar menjadi pusat perebutan Sunni. Berlainan dengan Bani Fatimiyah
kekuasaan sebagai alat untuk yang menekankan pengajaran filosofis
menyebarkan ideologi masing-masing dan teologis, Dinasti Ayyubiyah,
penguasa dalam rangka mensukseskan sebagaimana penguasa dan pemuka
kepemimpinan. Sunni yang lain, lebih mementingkan
Hal ini tampak jelas, di mana dua pengajaran fikih dalam madrasah yang
paham penguasa besar di Mesir yaitu mereka kelola, termasuk al-Azhar.
Dinasti Fatimiyah dan Dinasti Pengambilalihan ini, sebenarnya telah
Ayyubiyah memiliki ideologi masing- mereduksi posisi al-Azhar yang
masing yang berbeda dan berorientasi supralokal menjadi
menjadikannya paham resmi negara lembaga yang berwawasan sempit
yang harus diikuti oleh masyarakat dan dikarenakan lingkup politik Dinasti
sifanya mengikat. Di mana Dinasti Ayyubiyah yang bercorak lokal.
Fatimiyah yang berideologi Syi’ah yang Akibatnya, umat Islam tergiring
lahir dari orang-orang Persia adalah pada pemikiran ortodoks yang hanya
masyarakat memiliki kultur rasionalis. memikirkan kehidupan akhirat yang
yang sejak dari awalnya memang sudah bersifat fiqhiyah. Pemikiran rasional,
terbiasa dengan berpikir rasional seperti filsafat, tidak boleh lagi
(Armando, 2005: 313). Maka tidak berkembang di Al-Azhar karena akan
heran jika Dinasti Fatimiyah sungguh membuat orang menjadi kafir, berganti
banyak melahirkan tokoh dan pemikir- dengan pemikiran ortodoks yang hanya
pemikir Islam yang melahirkan ilmu menerima hidup ini apa adanya yaitu
pengetahuan bagi kemajuan Islam, jabariah. Berkembangnya pemikiran
karena tradisi rasional telah mengakar Sunni ini, ternyata berdampak bagi
dalam pola berpikir masyarakatnya. Di tertutupnya pintu ijtihad, yang pada
sini dapat ditegaskan bahwa Dinasti akhirnya membuat ilmu pengetahuan
Fatimiyah sangat dekat dan konsen stagnan dan tidak berkembang. Sebuah
dengan ilmu pengetahuan. Maka al- realita di mana kelak ditengarai hal ini
Azhar pun dijadikan sebagai lembaga menjadi awal kemunduran pendidikan
penting untuk mendidik paham Syi’ah- sekaligus dunia Islam itu secara
rasionalis pada masyarakat melalui keseluruhan.
proses pendidikan. Umat Islam pada Sejarah membuktikan bahwa
masa ini mengalami kemajuan pesat kelengahan umat Islam dalam
dan menguasai ilmu pengetahuan dunia memahami pergeseran “agama yang
secara universal. benar” kepada “ortodoksi ideologi”,
Runtuhnya Dinasti Fatimiah yang akibatnya ketika agama telah berubah
bermazhab Syi’ah oleh Dinasti menjadi dogma-dogma fiqih teologi
Ayyubiyah yang bermazhab Sunni di Asy’ari, umat Islam kehilangan
Mesir memberi pengaruh besar kesempatan menatap sisi-sisi negatif
terhadap pemikiran dan orientasi Al- dikotomi itu. Ditambah lagi kehadiran
Azhar. Perubahan orientasi al-Azhar berbagai mazhab yang berseteru, partai

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 124


yang bersaing, kelompok-kelompok Antipati terhadap Mu’tazilah juga
muslim yang berselisih dan organisasi- telah mengakibatkan pengawasan yang
organisasi sosial keagamaan yang tidak ketat terhadap penerapan kurikulum di
akur adalah manifestasi dominasi fiqih madrasah. Jatuhnya paham Mu’tazilah
yang menggerus akar kekuatan umat. talah mengangkat kaum konservatif
Di sini dapat dianalisis bahwa menjadi kuat. Dalam rangka
karakter ideologi Sunni yang dianut mengembalikan paham sunni sekaligus
oleh Dinasti Ayyubiyah adalah untuk memperkokoh basis kemasyarakatan,
memperkuat ideologi Islam secara para ulama sering melakukan kontrol
simbolis. Islam yang dianut hanyalah terhadap kurikulum di lembaga-
mengedepankan aspek-aspek ritualis lembaga pendidikan (Fauzan, 2005:
yang simbolis dan kurang 164). Pada masa ini, materi pelajaran
mengedepankan aspek rasionalitas. sangat minim, hanya terbatas pada
Tampaknya ideologi Sunni ini juga ilmu-ilmu agama, bahkan pendidikan
adalah untuk memperkuat identitas Islam lebih identik dengan pengajaran
Islam melalui teologi bahwa Islam tidak tasawuf dan fikih. Kondisi demikian
sama dengan Barat. Hal penting dari terus diperburuk seiring dengan
paham ini juga adalah bahwa teologi runtuhnya kota Baghdad, akibat
yang dikembangkan bersifat fikih dan serangan tentara Mongol pada tahun
tasawuf, sementara pemikiran rasional 1258 M, yang berakibat pada
yang mengedepankan akal untuk kehancuran kebudayaan dan pusat
berpikir rasional tidak lagi menjadi pendidikan Islam. Hal ini kemudian
budaya. berdampak pada situasi politik dan
Akibatnya, pendidikan Islam di Al- membuat lemahnya sektor pendikan,
Azhar mengalami kemunduran yang baik institusi, metodologi, bahkan
berdampak juga bagi kemunduran umat tujuan pendidikan Islam.
Islam. Bekembangnya paham sunni, Kedua, invasi Napoleon
ternyata berdampak bagi kemunduran Bonaparte dari Prancis yang
ilmu pengetahuan. Kondisi tersebut mengalahkan Kerajaan Turki Usmani
berlanjut hingga umat Islam merasa di Mesir dalam waktu yang cepat.
antipati terhadap golongan Mu’tazilah, Begitu cepatnya Napoleon menguasai
golongan yang gencar menyebarkan Mesir—dalam kurun waktu tiga
ajaran rasionalis. Sejak itu masyarakat minggu—menggambarkan betapa
tidak mau lagi mendalami ilmu-ilmu lemahnya pertahanan perang yang
sains dan filsafat (Asrohah, 1999: 123). dimiliki oleh kerajaan Usmani.
Pemikiran rasional dan ilmiah tidak lagi Pertahanan Kerajaan Usmani dan kaum
menjadi budaya berpikir masyarakat Mamluk yang lemah pada waktu itu,
Muslim sampai akhirnya pola pikir dapat digambarkan dari perjalanan
rasional berubah menjadi cara berpikir perang di Mesir. Napoleon mendarat di
tradisional yang dipengaruhi oleh Alexandria pada tanggal 2 Juni 1798
ajaran spiritualitas, tahayyul, dan dan keesokan harinya kota Pelabuhan
kejumudan (Asrohah, 1999: 123). Gejala yang penting ini jatuh. Sembilan hari
kemunduran pendidikan Islam, kemudian, Rasyid, suatu kota yang
menurut Zuhairini mulai tampak terletak di sebalah Timur Alexandria,
setelah abad ke-13 M, yang ditandai jatuh pula. Pada tanggal 21 Juli tentara
dengan terus melemahnya pemikiran Napoleon sampai di daerah Piramid di
umat Islam sampai abad ke-18 M dekat Kairo. Pertempuran terjadi di
(Zuhairini, 1995: 110). tempat itu dan Kaum Mamluk yang tak
mampu membendung kekuatan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 125


Napoleon, lari ke Kairo. Tetapi di sini posisi Mesir, datanglah tentara
mereka tidak mendapatkan sokongan Napoleon yang melebarkan sayap
dari rakyat Mesir, akhirnya mereka lari imperialnya ke wilayah-wilayah lain
lagi ke Mesir sebelah selatan. yang mempunyai potensi kekayaan
Dalam jangka waktu tidak sampai alam, peradaban dan warisan-warisan
tiga minggu, tepatnya tanggal 22 Juli, historis yang memungkinkan untuk
Napoleon telah dapat menguasai Mesir. dijadikan batu pijakan bagi kejayaan
Begitu mudahnya pasukan Napoleon mereka dalam membangun impian
menguasai Mesir yang melukiskan menguasai dunia (Nasution, 1992: 59).
betapa kuatnya pasukan yang dibawa Mesir adalah sebuah negara yang
Napoleon dan juga ditambah kekuatan masyarakatnya memiliki nilai religius
Mesir yang tidak begitu maju jika tinggi. Mereka memandang agama di
dibandingkan Perancis. Hal ini atas segala-galanya, sebagai bagian
memberikan sentakan bagi umat Islam integral dari budaya, adat istiadat, dan
di Mesir, betapa lemahnya kondisi masyarakat itu sendiri. Kelompok-
penguasa kala itu. Kondisi ini kemudian kelompok Islam selalu bersikukuh
menggiring opini masyarakat kala itu untuk tidak terpengaruh dengan Barat.
untuk bangkit dari keterlenaan panjang Karena menurut mereka Islam
akan kekuasaan yang dimiliki, ternyata sebenarnya lebih unggul dibanding
sudah lemah. Persentuhan ini orang-orang Barat. Mereka
membawa gerakan dan aksi untuk mengidealisasikan periode awal Islam
bangkit dari keterpukuran dan dan menurut ajaran mereka hanya
menyadari kelemahan serta berusaha kembali ke zaman keemasan inilah
melalui pendidikan, ekonomi, militer Mesir modern bisa sembuh dari segala
dan lainnya. penyakit. Dengan berdalih bahwa
Ketika Napoleon Bonaparte pengaruh Barat yang dimulai dari invasi
menginjakkan kakinya di Mesir pada Napoleon sebagai akar segala
tahun 1798, Mesir berada dalam kebobrokan, mereka mendukung
kondisi yang sangat memprihatinkan. tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi
Secara politik, negeri ini terbelah oleh mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari
dua kekuatan yang saling Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang
menghancurkan, yakni, kekuatan keduanya menyeru untuk membaca Al-
Mamluk yang berkuasa secara turun- Qur’an secara tekstual, sembari
temurun sejak abad ke-13 dan kekuatan menolak semua penafsiran, filsafat, dan
yang didukung oleh pemerintahan teks-teks yang menyertai.
Utsmani di Istanbul (Nasution, 1992: Ketiga, persentuhan peradaban
59). Prancis yang dibawa Napoleon pada
Situasi kekuasaan dan pendidikan di Al-Azhar. Pembaharuan
pemerintahan di Mesir pada waktu itu dan modernisasi pendidikan di Mesir
sudah tidak dapat lagi dikatakan stabil. berawal dari datangnya Napoleon
Kekacauan, kemerosotan sosial Bonaparte di Alexandria, Mesir pada
kemasyarakatan sebagai wilayah yang tanggal 2 Juli 1798 M. Tujuan utamanya
selalu diperebutkan dan diincar oleh adalah menguasai daerah Timur,
negara-negara Islam kuat sungguh- terutama India. Napolen Bonaparte
sungguh membuat rakyat Mesir diliputi menjadikan Mesir, hanya sebagai batu
rasa ketakutan. Perhatian untuk loncatan saja untuk menguasai India,
membangun pun sangat lemah, sebab yang pada waktu itu dibawah pengaruh
setiap saat selalu dihantui oleh perang. kekuasaan kolonial Inggris. Kedatangan
Dengan keadaan sedemikian lemah Napolen ke Mesir tidak hanya dengan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 126


pasukan perang, tetapi juga dengan dan pemikiran modern kepada Mesir
membawa seratus enam puluh orang serta menggali Sumber Daya Manusia
diantaranya pakar ilmu pengetahuan, (SDM) Mesir dengan cara mengalihkan
dua set percetakan dengan huruf latin, budaya tinggi Perancis kepada
Arab, Yunani, peralatan eksperimen masyarakat setempat. Sehingga dalam
(seperti: teleskop, mikroskop, kamera, waktu yang tidak lama, banyak diantara
dan lain sebagainya), serta seribu orang cendekiawan Mesir belajar tentang
sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan perpajakan, pertanian, kesehatan,
lembaga riset bernama Institut di administrasi, dan arkeologi.
Egypte, pembangunan yang Institut d’Egypte boleh dikunjungi
mengenalkan ilmu pengetahuan orang Mesir, terutama para ulamanya,
modern terhadap Mesir dan yang diharapkan oleh ilmuwan-
mengenalkan sejarah Mesir pada Eropa ilmuwan Praancis yang bekerja di
modern melalui karya yang mereka lembaga itu, akan menambah
tulis. Ilmu-ilmu yang terdiri dari empat pengetahuan mereka tentang Mesir,
element, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, adat istiadatnya, bahasa dan agamanya.
ekonomi dan politik, serta ilmu sastra Di sinilah orang-orang Mesir dan umat
dan kesenian. Lembaga ini bertugas Islam buat pertama kali mempunyai
memberikan masukan bagi Napoleon kontak langsung dengan peradaban
dalam memerintah Mesir. Lembaga ini Eropa yang baru lagi asing bagi mereka
terbuka untuk umum terutama itu.
ilmuwan (ulama) Islam. Abd al-Rahman al-Jabarti, seorang
Walaupun Napoleon menguasai ulama dari al-Azhar dan penulis sejarah,
Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga pernah mengunjungi lembaga itu di
tahun, namun pengaruh yang tahun 1799. Hal menarik yang menjadi
ditinggalkannya sangat besar dalam perhatiannya ialah perpustakaan besar
kehidupan bangsa Mesir. Napoleon yang mengandung buku-buku, bukan
Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun hanya dalam bahasa Arab, Persia dan
1798 M. Ini merupakan momentum Turki. Di antara ahli-ahli yang dibawa
baru bagi sejarah umat Islam, Napoleon memang terdapat kamum
khususnya di Mesir yang menyebabkan orientalis yang pandai dan mahir
bangkitnya kesadaran akan kelemahan berbahasa Arab. Merekalah yang
dan keterbelakangan mereka. menerjemahkan perintah dan
Kehadiran Napoleon Bonaparte di maklumat-maklumat Napoleon ke
samping membawa pasukan yang kuat, dalam bahasa Arab.
juga membawa para ilmuwan dengan Demikianlah kesan seorang
seperangkat peralatan ilmiah untuk cendikiawan Islam waktu itu terhadap
mengadakan penelitian (Mubarok, kemajuan kebudayaan Barat. Ini
2008: 227). menggambarkan betapa mundurnya
Ini adalah momen pertama kali umat Islam ketika itu. Keadaan menjadi
ilmuwan Islam kontak langsung dengan berbalik 180 derajat. Kalau di Periode
peradaban Eropa, termasuk Abd al- Klasik orang Barat yang kagum melihat
Rahman al-Jabarti. Baginya kebudayaan dan peradaban Islam, di
perpustakaan yang dibangun oleh Periode Modern kaum Islam yang heran
Napoleon sangat menakjubkan karena melihat kebudayaan dan kemajuan
Islam diungkapkan dalam berbagai Barat. Di samping kemajuan materi ini,
bahasa dunia. Untuk memenuhi menurut Jaih Mubarak, Napoleon juga
kebutuhan ekspedisinya, Napoleon membawa ide-ide baru yang dihasillkan
berusaha keras mengenalkan teknologi Revolusi Prancis, yaitu:

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 127


Pertama, sistem pemerintahan satu dari masing-masing golongan
republik yang di dalamnya kepala petani, kepala desa dan kepala suku
negara adi pilih untuk waktu tertentu, bangsa Arab. Diwan ini mempunyai 180
tunduk kepada Undang-undang Dasar anggota dan sidang pertama diadakan
dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. dari tanggal 5 sampai 20 Oktober 1798.
Sistem ini berlain sama sekali dengan Putusan yang diambil ialah
sistem pemerintahan absolut raja-raja menganjurkan perubahan peraturan
Islam, yang tetap menjadi raja selama ia pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani.
masih hidup dan kemudian digantikan Sistem pemilihan ketua lembaga juga
oleh anaknya, tidak tunduk kepada merupakan hal baru bagi rakyat Mesir.
konstitusi atau parlemen, karena Ketika dari para anggota Diwan diminta
konstitusi dan parlemen memang tidak memilih ketua, anggota-anggota
ada dalam sistem kerajaan itu. Ide yang menunjuk dan menyebut nama ulama
terkandung dalam kata republik masih yang mereka hormati, yaitu Syaikh Al-
sulit ditangkap, dan dengan demikian Syarqawi. Penunjukan serupa ini
mencari terjemahannya ke dalam ditolak oleh penguasa Prancis sambil
bahasa Arab sulit pula. Dalam menjelaskan cara pengadaan pemilihan.
maklumat-maklumat Napoleon, Ketiga, ide kebangsaan yang
Republik Prancis diterjemahkan terkandung dalam maklumat Napoleon
menjadi Al-Jumhur al-Faransawi. bahwa orang Prancis merupakan suatu
Jumhur sebenarnya berarti orang bangsa (nation) dan bahwa kaum
banyak. Jadi yang tertangkap dari kata Mamluk adalah orang asing dan datang
republik ialah publik, orang banyak. Di ke Mesir dari Kaukasus. Jadi,
permulaan abad ke-20 inilah sungguhpun orang Islam tetapi
kelihatannya baru muncul terjemahan berlainan bangsa dengan orang Mesir.
yang lebih tepat, yaitu jumhuriah. Juga maklumat itu mengandung kata-
Kedua, ide persamaan (egaliter) kata umat Mesir. Bagi orang Islam di
dalam arti samanya kedudukan dan waktu itu yang ada hanyalah umat
turut sertanya rakyat dalam soal Islam, dan tiap orang Islam itu adalah
pemerintahan. Kalau sebelum ini, saudaranya dan ia tak begitu sadar akan
rakyat Mesir tak turut serta dalam perbedaan suku dan bangsa. Hal yang
pemerintahan negara mereka, Napoleon disadarinya ialah perbedaan agama.
mendirikan suatu badan kenegaraan Oleh karena itu untuk menerjemahkan
yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar kata nation ke dalam bahasa Arab juga
dan pemuka-pemuka dalam dunia sulit. Kata Arab yang dipakai ialah
dagang dari Kairo ke daerah-daerah. millah, umpamanya dalam al-Millah al-
Tugas badan ini ialah membuat undang- Faransiah untuk itu adalah la nation
undang, memelihara ketertiban umum Francaise. Millah berarti agama. Kata
dan menjadi pengantara antara Arab yang kemudian dipakai untuk
penguasa-penguasa Prancis dan rakyat nation ialah qaum, sya’b, dan ummah.
Mesir. Di samping itu didirikan pula Ekspedisi Napoleon tersebut
suatu badan bernama Diwan al-Ummah membawa perubahan signifikan bagi
yang dalam waktu-waktu tertentu perkembangan bangsa Mesir, terutama
mengadakan sidang untuk yang menyangkut pembaharuan dan
membicarakan hal-hal bersangkutan modernisasi pendidikan Islam di sana
dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap (Stanton, 1998: 254). Kemajuan ilmu
daerah mengirimkan Sembilan wakil ke pengetahuan dan teknologi Perancis
Sidang Diwan itu, tiga dari golongan banyak memberikan inspirasi bagi
ulama, tiga dari golongan pedagang, dan tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 128


perubahan secara mendasar, pola mati yang menerima pukulan-pukulan
sistem dan kurikulum pendidikan yang yang destruktif atau pengaruh-
sebelumnya dilakukan secara pengaruh yang formatif dari Barat.
konvesional. Namun, efek pembaharuan Periode kebangkitan ini berlangsung
pada al-Azhar baru dirasakan dalam mulai sejak abad ke 19, yang
lapangan reorganisasi, sistem ujian, dan merupakan kebangkitan kembali umat
pengenalan pokok-pokok kajian baru, Islam, terhadap periode sebelumnya
dan tidak dalam kandungan ilmu-ilmu yang dinamakan dengan fase
Islam seperti teologi dan filsafat. pembaruan (Madjid, 1997: 172-173).
Sebagai contoh di Mesir terdapat tokoh Dapat digambarkan bahwa tokoh
semacam Rifa'ah al-Tahtawi, pembaru kala itu menginginkan sebuah
Muhammad Abduh dalam posisi sebagai kebangkitan di kalangan umat Islam
anggota Majelis Tinggi Al-Azhar pernah terutama di al-Azhar dan Mesir karena
menggagas pembaharuan Al-Azhar telah lama mengalami kebekuan dan
dengan memasukkan mata kuliah kemunduran dibanding Eropa dan
matematika, aljabar, ilmu ukur dan ilmu Barat. Umat Islam harus bangkit
bumi ke dalam kurikulum. kembali dan itu dimulai dari
pengelolaan sistem pendidikan di al-
Azhar Mesir. Kebangkitan Islam
Tokoh dan Ide Pembaruan serta merupakan upaya aktif untuk
Pengaruhnya terhadap Kemajuan membangun keseluruhan tatanan sosial
Pendidikan di Al-Azhar Mesir sesuai dengan visi ideoligis yang
Akibat dari berbagai hal yang diilhami secara kanonik mengenai
membuat Mesir mengalami pergeseran realitas. Dengan kata lain, menurut
kekuasaan yang berdampak pada Kuntowijoyo, kebangkitan Islam bukan
kemunduran umat, maka dibutuhkan hanya sekedar reaksi lain terhadap
adanya perubahan signifikan pada modernisasi, akan tetapi ia merupakan
masyarakat. Setelah mengalami masa upaya untuk penegasan diri dan
kebekuan pemikiran selama beberapa aktualisasi terhadap suatu keyakinan
abad, para pemikir Islam di Mesir universal di dunia temporal.
berusaha keras untuk membangkitkan Secara sosial historis,
Islam kembali melalui pendidikan. karakteristik kebangkitan peradaban
Kebangkitan kembali ini timbul sebagai yang dilakukan oleh para tokoh
reaksi terhadap sikap taqlid dan jumud, pembaru di al-Azhar bagi penguatan
yang ditengarai akibat dari mundurnya dan kemajuan Mesir sebagai sebuah
aktivitas ijtihad bahkan pintu ijtihad negara mengarah pada tiga hal, yaitu
telah tertutup (Armando, 2005: 137), proses mengeluarkan umat Islam dari
membawa kemunduran dunia Islam fatalisme dan fanatisme, ideologi dan
secara keseluruhan. Maka kemudian aksi, dan ideologi ilmu pengetahuan dan
muncullah gerakan-gerakan baru yang aplikasi (Yatim, 2006: 1). Gerakan
memelopori perubahan mendesak di fatalisme dan fanatisme adalah
kalangan umat Islam, sebagai wujud mengeluarkan umat Islam dari sikap
kesadaran dari kebangkitan kembali jumud dan fanatik mazhab kepada sikap
pendidikan Islam. Bagi mayoritas ijtihad dan berpikir rasional. Gerakan
pengamat, sejarah kebangkitan dunia ideologi dan aksi adalah adanya usaha
Islam pada umumnya dan pendidikan dan keinginan untuk melawan penjajah
Islam khususnya, terjadi karena dengan melakukan aksi dan perlawanan
dampak Barat. Mereka memandang sehingga umat Islam dapat berdiri
Islam sebagai suatu massa yang semi sendiri untuk maju. Gerakan ideologi

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 129


ilmu pengetahuan dan aplikasi adalah mengadakan pembaruan termasuk di
adanya pengembangan ilmu al-Azhar. Pembaruan pertama
pengetahuan yang dilakukan oleh dilakukannya di bidang militer, karena
masyarakat Islam yang diaplikasikan dengan kekuatan militer ia dapat
melalui lembaga pendidikan. Para tokoh mempertahankan kekuasaannya. Akan
pembaru berusaha mengeluarkan umat tetapi, kemajuan dalam bidang militer
Islam dari sikap fatalisme yang Katiga tidak akan mungkin dicapai tanpa
hal ini menyatu dalam usaha para tokoh dukungan ilmu pengetahuan dan
pembaru di al-Azhar Mesir. teknologi modern yang berkembang.
Berikut ini akan diketengahkan Untuk mendukung pembiayaan
sejarah sosial tiga tokoh pembaru di al- pembaruan angkatan bersenjata,
Azhar dengan masing-masng idenya pembaruan di bidang ekonomi juga
serta pengaruhnya bagi kemajuan al- mendapat perhatiannya yang serius dan
Azhar di Mesir dan umat Islam secara untuk itu juga diperlukan ilmu
keseluruhan. Keempat tokoh itu pengetahuan modern (Armando, 2005:
memiliki karakteristik yang berbeda, 151). Di sini tergambar bahwa kedua
tapi memiliki keinginan yang sama pembangunan bidang militer dan
untuk kemajuan al-Azhar dan Mesir ekonomi yang dilakukan Muhammad
serta umat Islam. Mereka adalah Ali Pasya sangat membutuhkan ilmu
Muhammad Ali Pasya, Muhammad pengetahuan modern dan ini menjadi
Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha. cikal munculnya pembaruan atau
modernisasi di bidang pendidikan
Muhammad Ali Pasya Memasukkan (Armando, 2005: 39).
Corak dan Model Pendidikan Barat di Muhammad Ali Pasya sangat
Al-Azhar menyadari pentingnya arti pendidikan
Sama halnya di Turki, pembaruan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan
pendidikan Islam selanjutnya dapat suatu bangsa. Maka, Muhammad Ali
dilihat di Mesir yang juga diawali oleh Pasya mencurahkan perhatiannya bagi
penguasa pembaharuan Islam setelah pendidikan termasuk di al-Azhar.
mengadakan kontak dengan peradaban Namun, dalam proses perjalannya, al-
modern Barat. Invasi Napoleon yang Azhar sebagai lembaga yang memiliki
membawa kemajuan teknologi dan ilmu otonomi karena didiami oleh banyak
pengetahuan Barat telah membuka ulama dan seolah-olah milik ulama,
mata rakyat Mesir bahwa umat Islam menolak modernisasi yang lakukan oleh
telah tertinggal oleh kemajuan Barat, Muhammad Ali Pasya. Maka,
selanjutnya mendorong umat Islam selanjutnya untuk memuluskan ide-ide
untuk mengadakan modernisasi yang kebangkitan pembaruannya, dia
dipelopori oleh Muhammad Ali mendirikan sekolah-sekolah baru. Maka
Pasya(Armando, 2005: 150). untuk itu, ia mendirikan Kementerian
Muhammad Ali Pasya disebut sebagai Pendidikan dan Lembaga Pendidikan.
pelopor pembaruan dan Bapak Tahun 1815 ia mendirikan Sekolah
Pembangunan Mesir Modern. Ia sangat Militer di Kairo dan Akademi Industri
menyadari bahwa pembagunan dunia Bahari serta Sekolah Perwira Angkatan
pendidikan sangat penting artinya bagi Laut di Iskandariyah. Itu semua
kemajuan Mesir sebagai suatu bangsa dimaksudkan untuk membekali anggota
yang beradab. angkatan bersenjata dengan ilmu
Setelah ia naik tahta menjadi pengetahuan modern (Armando, 2005:
penguasa Mesir, ia mengerahkan usaha 151). Secara berturut-turut ia membuka
untuk memperkuat kekuasaannya dan Sekolah Teknik (1816), Sekolah

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 130


Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker Berbagai terobosan pembaruan
(1829), Sekolah Pertambangan (1839), dan modernisasi yang dipelopori oleh
Sekolah Pertanian (1836), dan Sekolah Muhamad Ali Pasya di Mesir ini besar
Penerjemahan (1836) (Asrohah, 1999: sekali kontribusinya bagi perkem-
133). Di sekolah-sekolah tersebut bangan Mesir untuk menjadi negara
digunakan metode modern dengan guru Modern. Gerakan pembaruannya telah
yang didatangkan dari Eropa, di memperkenalkan ilmu pengetahuan
samping tenaga dari Mesir sendiri. dan teknologi Barat kepada umat Islam.
Untuk mempercepat pembaruan Sampai pada suatu waktu dapat
dalam bidang pendidikan, penerjama- menyingkap awan hitam yang
han buku Eropa digalakkan, terutama menyelimuti pola pikir dan sikap
setelah berdirinya sekolah keagamaan sehingga lahirlah
penerjemahan. Usaha penerjemahan ini intelegensia Muslim yang
mulai membawa hasil baik. Bagian berpengetahuan agama yang luas,
penerjemahan dibagi empat; ilmu pasti, berwawasan modern, dan tidak
ilmu kedokteran, ilmu fisika dan sastra. berpandangan sempit. Mereka laksana
Kegiatan tersebut, terutama sastra, mercusuar bagi umat Islam Mesir juga
membawa masuknya ide-ide Barat ke dunia Islam lainnya, karena sinarnya
Mesir. Mereka mulai mengenal Eropa yang mampu memberikan petunjuk
dan semakin menyadari bahwa dunia umat Islam mendarat di pelabuhan
yang digambarkan buku terjemahan itu yang menjanjikan kemajuan dan tidak
sudah jauh berbeda dari buku klasik menyesatkan. Mereka seperti Rifa’ah
yang sudah mereka ketahui (Armando, Badawi, Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad
2005: 151). Abduh, Rasyid Rida, dan Hasan al-
Namun demikian, dengan Banna, yang berpikiran luas,
kegigihan Muhammad Ali Pasya, dia berwawasan modern, dan tidak
berusaha memasukkan pembaruan di berpandangan ekslusif.
al-Azhar. Di sini tergambar bahwa corak Memang Muhammad Ali Pasya
dan model pendidikan Barat yang telah melakukan pembaruan secara
diterapkan oleh Muhammad Ali Pasya universal di Mesir melalui pendirian
Mesir termasuk di al-Azhar dianggap sekolah baru yang mengakomodir
jalan keluar untuk kemajuan umat pemikiran ilmu pengetahuan Prancis.
Muslim Mesir. Khusus untuk al-Azhar, Namun ide pembaruan yang dibawanya
dia memberikan kelonggaran dalam tidak diterima di lembaga pendidikan
pengawasan terhadap ide al-Azhar. Para ulama yang ada di al-
pembaruannya. Bagi sekolah-sekolah Azhar agak berat menerima ide rasional
yang didirikannya, untuk mendukung yang dibawa Muhammad Ali Pasya
percepatan pembaruannya ia karena mereka menganggap
mempercayakan pengawasan sekolah bertentangan dengan ideologi mereka
kepada orang Barat, bahkan guru- yang berpaham Sunni. Dampak yang
gurunya juga didatangkan dari Barat begitu besar akan ideologi Sunni yang
(Eropa). Selain mendatangkan tenaga dikembangkan oleh Dinasti Ayyubiyah
ahli dari Eropa, Muhammad Ali Pasya telah mendarah daging dalam diri
juga mengirimkan siswa-siswa untuk masyarakat Mesir. Ideologi Sunni
belajar ke Italia, Perancis, Inggris, dan merupakan identitas Islam yang harus
Austria. Menurut statistik, antara tahun dipertahankan dan itu bertetangan dan
1823 dan 1844, sekitar 311 orang tidak sama dengan pendidikan Barat.
pelajar Mesir dikirim ke Eropa (Hitti, Teologi mereka hanya bersifat fikih dan
2005: 724). tasawuf dan sangat bertentangan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 131


dengan model Barat, sehingga semua modern (Nasution, 1992: 67). Dengan
model Barat itu harus ditolak. memasukkan ilmu pengetahuan
modern di al-Azhar sebagai lembaga
Muhammad Abduh Memasukkan Ilmu pendidikan pemerintah, akan
Modern di Al-Azhar melahirkan ilmuwan yang tidak kosong
Upaya pembaruan pendidikan akan ilmu pengetahuan agama tapi juga
yang telah dilakukan oleh Muhammad menguasai ilmu pengetahuan umum
Ali Pasya, satu sisi memberikan yang dapat memberikan kontribusi bagi
kontribusi positif bagi lahirnya suasana pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan Islam yang dinamis. Bahkan kamajuan Islam.
dari adanya pembaruan ini telah lahir Bagi Muhammad Abduh, isu
pula intelektual Muslim yang penting yang harus menjadi perhatian
berwawasan luas baik pengetahuan sepanjang hayat dan karirnya adalah
agama maupun pengetahuan umum. pembaruan pendidikan Islam. Dalam
Namun pada sisi lain, dengan adanya pandangannya, pendidikan itu penting
pembaruan pendidikan Islam telah sekali, sedangkan ilmu pengetahuan itu
membawa kondisi pendidikan Islam— wajib dipelajari. Sesuatu yang selalu
dalam hal ini madrasah—hanya bisa Abduh pikirkan adalah bagaimana
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. mencari alternatif untuk keluar dari
Akibatnya lulusan madrasah hanya stagnasi yang dihadapi sekolah agama
paham akan ilmu keislaman saja, dan di Mesir, yakni pendidikan al-Azhar.
hal ini berdampak pada pola pikir Abduh berpendapat bahwa pendidikan
masyarakat yang sempit. Di sini tampak yang diamatinya cenderung
muncul dualisme pendidikan dan menghasilkan lulusan dan masyarakat
pengaruhnya pun terasa besar dalam yang jumud, tidak transparan, statis,
sistem pendidikan serta juga dan tidak ada perubahan. Oleh karena
masyakarat Muslim. Munculnya paham jumud ini, maka umat Islam
dualisme pendidikan pada masa ini, tidak menghendaki perubahan, dan
betul-betul telah menjadi kenyataan tidak mau menerima perubahan. Hanya
yang memang perlu penanganan serius. dengan meningkatkan mutu pendidikan
Sosok Muhammad Abduh adalah Islam dan mengemukakan kembali
satu dari sekian banyak pembaru yang ajaran-ajaran dasar Islam dengan
merasakan adanya dualisme tersebut bahasa yang tegas dan jelas, umat Islam
(Armando, 2005: 12). Hal itu, apabila akan mengakhiri kemunduran dan akan
dibiarkan akan membawa keberadaan menatap kemajuan masa depan (Gibb,
pendidikan Islam pada satu situasi tidak 1992: 69).
mendapat respon dan diminati oleh Bagi Muhammad Abduh yang
masyarakat serta tidak bisa melahirkan harus diperjuangkan dalam satu sistem
para lulusan yang handal. Oleh pendidikan adalah pendidikan yang
karenanya, dalam merespon kondisi fungsional, yang meliputi pendidikan
demikian, Muhammad Abduh mencoba universal bagi semua anak, laki-laki
melakukan upaya pembaruan maupun perempuan. Semuanya harus
pendidikan di al-Azhar (Nata, 2004: 91- punya dasar membaca, menulis,
98). Menurut pandangannya, al-Azhar berhitung, dan harus mendapatkan
perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern pendidikan agama. Isi dan lama
agar ulama-ulama Islam mengerti pendidikan haruslah beragam, sesuai
kebudayaan modern dan dengan dengan tujuan dan profesi yang
demikian dapat mencari penyelesaian dikehendaki oleh pelajar (Rahmena,
yang baik bagi persoalan dalam zaman 1996: 59). Muhammad Abduh percaya

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 132


bahwa anak petani dan tukang harus diperpendek (Armando, 2005: 14).
mendapat pendidikan yang umum, agar
mereka dapat berhasil menjadi Muhammad Rasyid Ridha
ilmuwan masa depan. Memasukkan Pemikiran Rasional di
Berikutnya, Muhammad Abduh al-Azhar
berusaha mendirikan Komite Perbaikan Ide pembaruan di al-Azhar Mesir
Administrasi al-Azhar pada tahun 1895 yang dilakukan oleh Muhammad Abduh
dan berhasil melaksanakan pembaruan- kemudian diteruskan oleh Rasyid Ridha
pembaruan administratif yang (Nasution, 1992: 69). Pada tahun 1898
bermanfaat. Namun usahanya Rasyid Ridha hijrah ke Kairo dengan
menghadapi perlawanan dari para maksud berguru dan bergabung dengan
ulama bahkan ia dituduh akan Muhammad Abduh. Langkah pertama
menghidupkan kembali pemikiran- yang dilakukan Rasyid di Mesir adalah
pemikiran Mu’tazilah. Dalam rangka mendesak Abduh untuk menerbitkan
mengubah sistem pendidikan tersebut, sebuah majalah sebagai corong mereka.
Muhammad Abduh mempunyai ide Menurut Rasyid, hal ini penting karena
yang tidak bisa direalisir hanya karena cara yang tepat untuk menyembuhkan
benturan dari kelompok konservatif penyakit umat ialah pendidikan serta
yang belum memahami betul manfaat menyiarkan ide-ide yang pantas untuk
dari adanya pembaruan. Oleh sebab itu, menentang kebodohan dan pikiran-
ia merintis pendirian lembaga pikiran yang mengendap dalam diri
pendidikan Majlis Pengajaran Tinggi umat seperti fatalistik dan khurafat.
yang bisa mengajarkan ilmu agama dan Abduh menyetujui saran muridnya itu,
ilmu umum sekaligus pada lembaga- kemudian terbitlah sebuah majalah
lembaga pendidikan Islam (Suwito & yang diberi nama al-Manar. Nama yang
Fauzan, 2005: 175). diusulkan Rasyid dan disetujui Abduh.
Selain itu, pembaruan pendidikan Dalam terbitan perdananya dijelaskan
Islam yang dilakukannya adalah bahwa tujuan al-Manar sama dengan al-
menyebarkan secara luas ide-ide ‘Urwah al-Wusqa, yakni sebagai media
pembaruannya ke seluruh wilayah pembaharuan dalam bidang agama,
termasuk kepada para guru dan civitas sosial, ekonomi, menghilangkan paham-
akademika al-Azhar. Usaha tersebut paham yang menyimpang dari agama
membuahkan hasil dengan munculnya Islam, peningkatan mutu pendidikan,
sedikit demi sedikit para pemimpin al- dan membela umat Islam dari
Azhar bergerak dan terdorong untuk kebuasan politik Barat (Ilahi, 2002: 58).
menata kembali metode-metode Erat kaitannya dengan konsep
mengajar, serta mengajarkan sejarah, “jihad” yang dikemukakannya, Rasyid
geografi, dan beberapa cabang ilmu menganjurkan umat Islam memiliki
lainnya tentang alam. Dengan demikian satu kekuatan untuk menghadapi
upaya pembaruan yang ditujukan ke al- beratnya tantangan dunia modern.
Azhar meliputi; (1) membentuk Dewan Kekuatan itu hanya dapat dimiliki jika
Pimpinan al-Azhar yang terdiri dari umat Islam bersedia menerima
ulama-ulama besar dari empat mazhab; peradaban Barat. Jalan untuk
(2) menertibkan administrasi al-Azhar memperoleh peradaban Barat itu ialah
dengan menentukan honor bagi berusaha memperoleh ilmu
pengajar, membangun ruang khusus pengetahuan dan teknologi Barat itu
bagi rektor, dan mengangkat para sendiri. Ilmu pengetahuan dan
pembantu rektor; dan (3) masa belajar teknologi tidak berlawanan dengan
diperpanjang dan masa libur Islam (Nasution, 1992: 71), bahkan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 133


umat Islam wajib mempelajari dan dan wali. Rasyid Ridha menyoroti
menerima ilmu pengetahuan dan paham fatalisme (jabari) yang berakar
teknologi itu bila mereka ingin maju kuat di tengah masyarakat yang telah
(Ilahi, 2002: 64). memperlemah ummat Islam. Kemudian
Secara umum terdapat empat ia menggantikannya dengan paham
pemikiran penting Rasyid Ridha yang dinamisme (progress, kemajuan)
harus dilakukan oleh umat Islam agar supaya ummat Islam menyadari bahwa
keluar dari keterkungkungan kemajuan hidup ditentukan oleh diri
keterbelakangan dan kemunduran. mereka sendiri. Jalan untuk dinamika
Semua itu harus dimulai dari lembaga aktif itu yakni melalui jihad.
pendidikan al-Azhar, yaitu: Umat Islam, demikian menurut
Pertama, menyingkarkan Rasyid Ridha, harus dibawa kembali
paham bid’ah dan paham fatalisme kepada ajaran Islam yang sebenarnya,
umat Islam. Hampir tidak jauh berbeda murni dari segala bid’ah. Islam murni
pemikiran Rasyid Ridha mengenai itu sederhana sekali, sederhana dalam
pembaruannya dengan para gurunya, ibadat dan sederhana dalam
yaitu Muhammad ‘Abduh dan muamalatnya. Hal yang meruwetkan
Jamaluddin al-Afghani. Ia juga ajaran Islam adalah justru sunah-sunah
berpendapat bahwa umat Islam yang ditambahkan hingga
mundur karena tidak menganut ajaran- mengkaburkan antara wajib dan
ajaran Islam yang sebenarnya. sunnah. Dalam soal muamalah, hanya
Pemahaman umat Islam tentang ajaran- dasar-dasar yang diberikan, seperti
ajaran agama mengalami kesalahan dan keadilan, persamaan, pemerintahan
perbuatan-perbuatan mereka dianggap syura. Perincian dan pelaksanaan dari
telah menyeleweng dari ajaran Islam dasar-dasar ini diserahkan kepada umat
yang hakiki. Ke dalam tubuh Islam telah untuk menentukannya. Hukum-hukum
banyak masuk bid’ah yang merugikan fiqh mengenai hidup kemasyarakatan,
bagi perkembangan dan kemajuan tidak boleh dianggap absolut dan tak
umat. Maka Rasyid Rida berusaha dapat diubah. Hukum-hukum itu timbul
merubah paham masyarakat dan pola sesuai dengan suasana tempat dan
pembelajaran di al-Azhar dengan zamannya.
menyingkirkan paham fatalisme di Terhadap sikap fanatik di
kalangan mahasiswa dan dosen. zamannya ia menganjurkan supaya
Pemikiran ini jelas mengarahkan umat toleransi bermazhab dihidupkan. Dalam
Islam agar berpikir rasional dan hal-hal fundamentallah yang perlu
mengedepankan akal untuk memberi dipertahankan, yaitu persatuan umat.
solusi terhadap persoalan umat (Rais, Selanjutnya ia menganjurkan
1993: 93-94). pembaruan dalam bidang hukum dan
Menurut Rasyid Ridha, di antara penyatuan mazhab hukum. Rasyid
bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahwa Ridha mengakui terdapat faham
dalam Islam terdapat ajaran kekuatan fatalisme di kalangan umat Islam.
batin yang membuat pemiliknya dapat Menurutnya, bahwa salah satu dari
memperoleh segala apa yang sebab-sebab yang membawa kepada
dikehendakinya. Bid’ah lain yang kemunduran umat Islam ialah faham
ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah fatalisme (‘aqidah al-jabr) itu.
ajaran syekh-syekh tarekat tentang Selanjutnya salah satu sebab yang
tidak pentignya hidup duniawi, tentang membawa masyarakat Eropa kepada
tawakkal, dan tentang pujaan dan kemajuan ialah faham dinamis yang
kepatuhan berlebih-lebihan pada syekh terdapat di kalangan mereka. Islam

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 134


sebenarnya mengandung ajaran memasukkan pemikiran modern di al-
dinamis. Orang Islam disuruh bersikap Azhar dengan memandang bahwa
aktif. Dinamis dan sikap aktif itu kamajuan umat Islam harus didasarkan
terkandung dalam kata jihad; jihad penggaliannya dari al-Qur’an untuk
dalam arti berusaha keras, dan sedia melahirkan sains dan teknologi modern.
memberi pengorbanan, harta bahkan Rasyid Ridha memandang bahwa
juga jiwa. Faham jihad inilah yang peradaban Barat modern didasarkan
menyebabkan umat Islam di zaman atas kemajuan ilmu pengetahuan dan
klasik dapat menguasai dunia. teknologi. Ilmu pengetahuan dan
Kedua, mengembangkan teknologi tidak bertentangan dengan
pemikiran ijtihad. Sebagaimana Islam. Untuk kemajuan, umat Islam
Muhammad ‘Abduh, Rasyid Ridha harus mau menerima peradaban Barat
sangat menghargai akal manusia, yang ada. Barat maju, demikian
walaupun penghargaannya terhadap menurut Rasyid Ridha, karena mereka
akal tidak setinggi penghargaan yang mau mengambil ilmu pengetahuan yang
diberikan gurunya. Akal dapat dipakai dikembangkan umat Islam zaman
dalam menafsirkan ajaran-ajaran klasik. Dengan demikian mengambil
mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi ilmu pengetahuan barat modern
tidak terhadap ibadah. Ijtihad dalam sebenarnya berarti mengambil kembali
soal ibadah tidak lagi diperlukan. Ijtihad ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki
(fungsi eksplorasi akal) dapat umat Islam (Sani, 1998: 66).
dipergunakan terhadap ayat dan hadis Terkait hal ini, Rasyid Ridha
yang tidak mengandung arti tegas dan menganggap perlunya diadakan tafsiran
terhadap persoalan-persoalan yang modern dari al-Qur’an, yaitu tafsiran
tidak disebutkan secara langsung dalam yang sesuai dengan ide-ide yang
al-Qur’an dan al-Hadits. Di sinilah, dicetuskan gurunya. Ia selalu
menurut Rasyid Ridha, terletak menganjurkan kepada Muhammad
dinamika Islam. Rasyid Ridha Abduh untuk menulis tafsir modern
menyoroti paham fatalisme (jabariah) namun gurunya tersebut tidak sefaham
yang berakar kuat di tengah masyarakat dengannya, namun Karena desakan
yang telah memperlemah umat Islam. Rayid Rida akhirnya Muhammad Abduh
Kemudian ia menggantikannya dengan akhirnya setuju untuk memberikan
paham dinamisme (progress, kuliah mengenai tafsir al-Qur’an di al-
kemajuan) supaya umat Islam Azhar yang dimulai pada tahun 1899
menyadari bahwa kemajuan hidup sampai dengan meninggalnya
ditentukan oleh diri mereka sendiri Muhammad Abduh yakni pada tahun
(Armando, 2005: 44). Jalan untuk 1905. Dari keterangan-keterangan yang
dinamika aktif itu yakni melalui jihad diberikan oleh guru, Rasyid Rida selalu
(Armando, 2005: 44). mencatatnya dan untuk seterusnya
Rasyid Ridha banyak menyoroti disusun dalam bentuk karangan yang
masalah akidah Islam yang teratur selanjutnya diperiksa oleh guru
hubungannya dengan praktik di tengah dan setelah mendapat persetujuan
masyarakat.dan berusaha memberantas maka karangan tersebut ia siarkan
taqlid di kalangan umat Islam. Paham dalam Al-Manar. Setelah guru
yang dimunculkan Rasyid Ridha tidak meninggal, murid meneruskan
jauh berrbeda dengan Abduh yang penulisan tafsir sesuai dengan jiwa dan
berusaha mengembalikan sifat khas ide yang duicetuskan guru dan
ajaran salaf kepada keasliannya. Oleh Muhammad Abduh sendiri sempat
karena itu Rasyid Ridha berusaha memberikan tafsiran sampai dengan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 135


ayat 125 dari surat Al-Nisa’ (jilid III dari satu kekuasaan. Ia juga tidak setuju
Tafsir Al-Manar) dan yang selanjutnya dengan gerakan nasionalisme Mustafa
adalah tafsiran murid sendiri. Kemal di Mesir dan nasionalisme
Rasyid Ridha menganggap bahwa bertentangan dengan persaudaraan
penghargaan terhadap akal terbatas, ia Islam. Muhammad Rasyid Ridha tidak
mengritik paham tasawuf dan tarekat menginginkan negara model barat
yang ekstrem dan dianggap menjadi melainkan negara dalam bentuk
virus umat, karena ajaran inilah telah khilafah seperti masa al-Khulafaur
melemahkan semangat juang dan Rasyidin yang menjalankan adalah
tanggung jawab mereka di dunia mujtahid dan dalam menjalankan roda
ini. Oleh karena itu perlu dibuka pintu pemerintahnnya ia dibantu para ulama,
ijtihad yang seluas-luasnya di kalangan dengan sistem khalifah ini, ukhuwah
umat Islam, agar mencapai kemajuan. Islamiyah dapat di wujudkan (Armando,
Ketiga, ukhuwah Islamiyyah. 2005: 46).
Sebagaimana al-Afghani, Rasyid Ridha Rasyid Ridha tidak memberikan
juga melihat perlunya dihidupkan format yang jelas bagi bentuk kesatuan
kesatuan umat Islam. Menurutnya, yang dimaksud. Ia hanya menawarkan
salah satu sebab lain bagi kemunduran kekhalifahan yang sekaligus
umat ialah perpecahan yang terjadi di mengemban fungsi sebagai kepala
kalangan mereka. Kesatuan yang negara (Parmono, 2004: 72-73).
dimaksud oleh beliau bukanlah Khalifah, menurutnya, karena
kesatuan yang didasarkan atas kesatuan mempunyai kekuasaan legislatif maka
bahasa atau kesatuan bangsa, tetapi harus mempunyai sifat mujtahid.
kesatuan atas dasar keyakinan yang Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat
sama. Oleh karena itu ia tidak setuju absolut. Ulama merupakan pembantu-
dengan gerakan nasionalisme yang pembantunya yang utama dalam soal
dipelopori Mustafa Kemal at-Taturk di memerintah rakyat. Untuk mewujudkan
Mesir dan gerakan nasionalisme Turki kesatuan umat itu, ia pada mulanya
yang dipelopori Turki Muda. Ia meletakkan harapan pada kerajaan
menganggap bahwa faham Usmani, tetapi harapan itu hilang
nasionalisme bertentangan dengan setelah Mustafa Kamal berkuasa di
ajaran persaudaraan seluruh umat Istanbul dan kemudian menghapuskan
Islam. Persaudaraan dalam Islam tidak sistem pemerintahan kekhalifahan.
kenal pada perbedaan bangsa dan Selanjutnya ia meletakkan harapan
bahasa, bahkan tidak kenal perbedaan pada kerajaan Saudi Arabia setelah Raja
tanah air. Abd al-Aziz dapat merebut kekuasaan di
Ini jugalah yang menjadi Semenanjung Arabia.
pandangan politik penting bagi Keempat, menambahkan
perkembangan al-Azhar yang kurikulum modern di al-Azhar. Rasyid
dimunculkan dalam pemikiran bagi Ridha memandang perlunya
para mahasiswa yang dalam bahasa dilaksanakan pembaharuan dalam
Arab ukhuwah Islamiyyah. Menurutnya, bidang pendidikan, ia melihat perlu
salah satu penyebab kemunduran umat ditambahkan ke dalam kurikulum al-
Islam adalah perpecahan yang terjadi di Azhar mata pelajaran seperti teologi,
kalangan mereka sendiri, kemudian ia pendidikan moral, sosoiologi, ilmu
menyeru kepada seluruh umat Islam bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung,
agar bersatu kembali di bawah satu ilmu kesehatan, bahasa-bahasa asing
keyakinan, satu sistem moral dan satu dan ilmu mengatur rumah tangga yaitu
sistem hukum yang dilaksanakan oleh disamping fikih, tafsir, hadits dan lain-

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 136


lain di al-Azhar. Sekaligus melakukan Azhar. Dinasti Fatimiyah menjadikan
penguasaan terhadap iptek untuk Al-Azhar ini propaganda ajaran Syi'ah
mengikuti kemajuan Barat (Rasjidi, dan lambang kepemimpinan spiritual
1977: 71-77). umat Islam. Masjid ini dikembangkan
Dalam berbagai tulisannya, Rasyid fungsinya akibat banyaknya para
mendorong umat Islam untuk pelajar yang ingin mendalami ilmu
menggunakan kekayaannya dalam agama dan berdiskusi maka timbul
pembangunan lembaga-lembaga inisiatif untuk mengembangkan masjid
pendidikan. Menurut Rasyid, ini menjadi sebuah universitas yang
membangun lembaga pendidikan lebih merupakan dasar yang sangat
baik dari membangun masjid. Baginya fundamental dalam membangun
masjid tidaklah besar nilainya apabila paradigma pemikiran keislaman.
orang-orang yang shalat di dalamnya Berdiri pula Dinasti Ayyubiyah di Mesir
hanyalah orang-orang bodoh. Dengan yang berpaham Sunni berdampak bagi
membangun lembaga pendidikan, perkembangan Al-Azhar. Di samping itu
kebodohan dapat dihapuskan dan muncul pula Napoleon Bonaparte
dengan demikian pekerjaan duniawi menguasai Mesir yang membawa
dan ukhrawi akan menjadi baik. Satu- peralatan perang canggih dan juga ilmu
satunya jalan menuju kemakmuran pengetahuan pada umat Islam dan
adalah perluasan pendidikan secara berdampak bagi perkembangan Al-
umum. Azhar.
Di bidang pendidikan ia Kedua, latar belakang terjadinya
mendirikan sekolah sebagai misi Islam pembaruan di Al-Azhar karena;
dengan nama Madrasah al-Dakwah wa bergesernya paham rasional Syi’ah
al-Irsyad di Kairo pada tahun 1912 M. pada ortodoksi ideologi Sunni; invasi
Para alumni madrasah ini disebarkan Napoleon Bonaparte dari Prancis yang
keberbagai dunia Islam. Muhammad mengalahkan Kerajaan Turki Usmani di
Rasyid Ridha sebagai penggerak Mesir dalam waktu yang cepat; dan
pembaharuan Islam yang masih persentuhan peradaban Prancis yang
condong pada ajaran-ajaran Ibnu dibawa Napoleon pada pendidikan di
Taimiyah. Ia sebagai penyokong aliran Al-Azhar.
Wahabi, karena dalam ajaran aliran Ketiga, tokoh dan ide pembaruan
tersebut dikemukakan pengakuan di Al-Azhar di Mesir dipelopori oleh
bermazhab salaf yang bertujuan Muhammad Ali Pasya, Muhammad
mengembalikan ajaran Islam kepada al- Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha
Qur’an dan al-Hadis (Sudarsono, 1994: yang berusaha melukakan reformasi
163). dan modernisasi di Al-Azhar dengan
mamasukkan kurikulum-kurikulum
dari Barat. Umat Islam dalam
SIMPULAN pandangan mereka harus keluar dari
Sejarah sosial pendidikan Islam ketertinggalan melalui pembukaan
era reformasi dan modern di al-Azhar kembali pemikiran rasional dan
dapat disimpulkan pada beberapa hal. membuka diri terhadap peradaban
Pertama, latar belakang sosial al-Azhar. modern yang ada di Barat seperti yang
Dinasti Fatimiyah menjadikan Mesir dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari
sebagai pusat pemerintahan. Sebagai Prancis. Wallau a’lam bi al-shawab.
pusat pemerintahan maka didirikanlah
masjid Al-Azhar di Kairo, yang kelak
menjadi lembaga pendidikan tinggi Al-

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 137


DAFTAR RUJUKAN Perkembangan Fakultas
Usuluddin UIN SUSKA dan
‘Auf, Ahmad Muhammad. 1970. Al- Yayasan Pusaka Riau.
Azhar fi Alfi ‘Aam. Kairo: Majma’ Jamal, Syauqi ‘Atha Allah. 1988. Al-
Buhus al-Islamy. Azhar wa Daurahu as-Siyasi wa al-
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Hadhori fi Afriqiya. Kairo: an-
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. Nahdhah.
Anshari, Endang Saifuddin. 1978. Kuliah Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam:
al-Islam. Bandung: Pustaka Interpretasi untuk Aksi, cet. ke -3.
Bandung. Bandung: Penerbit Mizan.
Antonio, Muhammad Syafii. 2009. Madjid, Nurkholish. 1997. Islam
Muhammad SAW: The Super Kemodernan dan Keindonesiaan.
Leader Super Manager. Jakarta: Bandung: Mizan.
Tazkia Publising. Mubarok, Jaih. 2008. Sejarah Perdaban
Ash-Shayim, Muhammad. 2003. Islam, cet. ke -1. Jakarta: Pustaka
Shalahuddin al-Ayyubi: Sang Islamika.
Pejuang Islam. Jakarta: Gema Mughni, Syafiq A., 1997. Sejarah
Insani Press. Kebudayaan Islam di Turki.
Amaliyah, Asriati. 2013. Esksistensi Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Pendidikan Islam di Mesir Masa Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf.
Daulah Fatimiyah: Lahirnya Al- 2008. Ilmu Pendidikan Islam, cet.
Azhar, Tokoh-Tokoh Pendidikan ke -2. Jakarta: Kencana
Islam pada Masa Daulah Munir, Sudarsono A., 1994. Aliran
Fatimiyah dan Pengaruhnya Modern dalam Islam, Jakarta:
terhadap Dunia Islam. Jurnal Rineka Cipta.
Lentera Pendidikan. Vol. 16, Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan
Nomor 1. dalam Islam: Pemikiran dan
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
Pendidikan Islam, cet. ke -1. Nata, Abuddin. 2004. Sejarah
Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Pendidikan Islam pada Periode
Djambulati, Ali. 1987. Perbandingan Klasik dan Pertengahan. Jakarta:
Pendidikan Islam, terj. H. M. Arifin. Raja Grafindo Persada.
Jakarta: Rineka Cipta. Nina M. Armando, et. al., (ed.,),
Fazlurrahman. 1984. Islam. Bandung: Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta:
Pustaka. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005
Gibb, H.A.R., 1992. Aliran-Aliran Nina M. Armando, et. al., (ed.,),
Modern dalam Islam. Jakarta: Ensiklopedi Islam Jilid 3, Jakarta:
Rajawali Pers. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005
Hitti, Philip K, 2005. History of The Nina M. Aramnado, et. al., (ed.),
Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Ensiklopedi Islam Jilid 4, Jakarta:
Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Nina M. Armando, et. al., (ed.,),
Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah dan Ensiklopedi Islam Jilid 5, Jakarta:
Kebudayaan Islam. terj. Djahdan Ichtiar Baru van Hoeve, 2005
Humam. Yogyakarta: Kota Nina M. Armando, et. al. (ed.),
Kembang. Ensiklopedi Islam Jilid 6, Jakarta:
Ilahi, Kurnial. 2002. Perkembangan Ichtiar Baru van Hoeve, 2005
Modern dalam Islam. Riau:
Lembaga Penelitian dan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 138


Nurkholish Madjid, Islam Kemodernan Pengetahuan Islam. Jakarta:
dan Keindonesiaan, Bandung: Kencana Prenada Media.
Mizan, 1997, cet. ke -9 Suwito dan Fauzan. 2005. Sejarah Sosial
Parmono, Sjechrul Hadi. 2004. Islam Pendidikan Islam, cet. ke-1.
dalam Lintasanm Sejarah Jakarta: Prenada Media.
Perpolitikan. Surabaya: Aulia. Stanton, Charles Michael. 1998.
Rahmena, Ali. 1996. Para Perintis Pendidikan Tinggi dalam Islam,
Zaman Baru Islam. Bandung: terj. Ahmad Afandi dan Hasan
Mizan. Asari. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Rais, Amin. 1993. Islam dan Thohir, Ajid. 2009. Perkembangan
Pembaharuan. Jakarta: Rajawali Peradaban di Kawasan Dunia
Press. Islam Melacak Akar-Akar Sejarah,
Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islam, Sosial, Politik, dan Budaya Umat
Bandung: al-Ma’arif Bandung. Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Rasjidi. 1977. Koreksi terhadap DR. Persada.
Harun Nasution tentang Islam Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah.
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. 2002 Ensiklopedi Islam Indonesia.
Jakarta: Bulan Bintang. Jakarta: Djambatan.
Rokhim, “Latar Belakang Berdirinya Wijaya, Cece et. al., 1992. Upaya
Dinasti Ayyubiyah”, Pembaruan dalam Pendidikan dan
www.rokhim.net. Pengajaran. Bandung: Remaja
Sani, Abdul. 1998. Lintasan Sejarah Rosdakarya.
Pemikiran Perkembangan Modern Yatim, Badri. 1995. Sejarah Peradaban
dalam Islam. Jakarta: Raja Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Grafindo Persada. Persada.
Sharon Siddique, “Conceptualizaing Yunus, Muhammad. 1990. Sejarah
Contemporary Islam: religion or Pendidikan Islam. Jakarta:
Ideology”, dalam, Ahmad Ibrahim, Hidakarya Agung.
et. al., Reading on Islam in Southest Zuhairini. 1995. Sejarah Pendidikan
Asia, (Singapura: Institute of Islam, , cet. ke -4. Jakarta: Bumi
Southeast Asian Studies, 1986 Aksara.
Sihbudi, M. Riza et. al., 1993. Konflik dan Zulkarnaini, 2011. Konsep Imamah
Diplomasi di Timur Tengah. dalam Perspektif Syi’ah. Jurnal
Bandung: Eresco. Tapis, Vol. 17, No. 13
Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam
Klasik Perkembangan Ilmu
.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 139

Anda mungkin juga menyukai