Abstrak: Perkembangan pendidikan islam al-Azhar tak luput dari pengaruh
sejarah sosial yang terkait pada masa itu. Adapun sejarah sosial pendidikan Islam era reformasi dan modern di al-Azhar dapat disimpulkan dalam beberapa hal. Pertama, latar belakang sosial al-Azhar. Dinasti Fatimiyah menjadikan Mesir sebagai pusat pemerintahan. Kemudian berdiri pula Dinasti Ayyubiyah di Mesir yang berpaham Sunni berdampak bagi perkembangan Al-Azhar. Di samping itu muncul pula Napoleon Bonaparte yang kemudian menguasai Mesir yang turut berdampak bagi perkembangan Al-Azhar. Kedua, latar belakang terjadinya pembaruan di Al-Azhar karena; bergesernya paham rasional Syi’ah pada ortodoksi ideologi Sunni; invasi Napoleon Bonaparte dari Prancis yang mengalahkan Kerajaan Turki Usmani di Mesir dalam waktu yang cepat; dan persentuhan peradaban Prancis yang dibawa Napoleon pada pendidikan di Al- Azhar. Ketiga, tokoh dan ide pembaruan di Al-Azhar di Mesir dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha yang berusaha melukakan reformasi dan modernisasi di Al-Azhar dengan mamasukkan kurikulum-kurikulum dari Barat. Umat Islam dalam pandangan mereka harus keluar dari ketertinggalan melalui pembukaan kembali pemikiran rasional dan membuka diri terhadap peradaban modern yang ada di Barat seperti yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis.
Kata kunci: Sejarah sosial, pengaruh sejarah sosial, pendidikan Islam al-Azhar
PENDAHULUAN Pada masa Daulah Fatimiyah di Mesir
Pada dasarnya pendidikan Islam (Sihbudi, 1993: 81-82), pendidikan merupakan sarana terpenting untuk Islam berkembang dengan pesat dan membawa manusia mencapai tujuan maju. Al-Azhar pada masa Dinasti hidupnya. Melalui pendidikan, Fatimiyah merupakan lembaga kehidupan individu dapat menjadi pendidikan Islam yang memberikan suatu pribadi yang mampu berdiri kontribusi nyata pada dunia pendidikan sendiri dan berinteraksi dalam Islam pada masa itu. Pada masa itu al- kebersamaan dengan orang lain secara Azhar mampu melahirkan tokoh-tokoh konstruktif. Pendidikan mampu pendidikan Islam yang menjadi membentuk dan membangun sebuah pemegang tampuk kepemimpinan di al- peradaban yang agung pada zamannya. Azhar serta dunia dan memberikan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 115
konstruksi pemikiran hingga kini dapat zaman Rasulullah SAW Khulafa al- dijadikan referensi (Amaliyah, 2013: Rasyidin sampai terbentuknya Daulah 101-111). Umayyah dan Daulah Abbasiyah hingga Islam memiliki sifat universal dan sekarang telah memberikan konstribusi kosmopolit yang dapat merambah ke nyata bagi perkembangan dunia, ranah kehidupan apa pun, termasuk khususnya umat Islam itu sendiri. dalam ranah pendidikan (Razak, 1989: Afrika Utara sampai tahun 850 M 56-57). Ketika Islam dijadikan sebagai dikuasai oleh Bani Aghlab, meliputi paradigma ilmu pendidikan, paling wilayah Ifriqiyah (Tunisia) dan tidak berpijak pada tiga alasan. sebagian Pulau Sisilia, merupakan Pertama, ilmu pendidikan sebagai ilmu negara bagian Daulah Abbasiyah. humaniora tergolong ilmu normatif, Wilayah sebelah baratnya berkuasa karena ia terkait oleh norma-norma Bani Rustamiyah di Aljazair dan Bani tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam Idris di Maroko, sedangkan Spanyol sangat berkompoten untuk dijadikan berada di bawah kekuasaan Bani norma dalam ilmu pendidikan. Kedua, Umayyah. Namun sesudah tahun 909 dalam menganalisis masalah muncul sebuah dinamika baru, pendidikan, para ahli selama ini terbentuknya sebuah negara Fatimiyah cenderung mengambil teori dan di Tunisia (Sunanto, 2007: 141). falsafah pendidikan Barat. Falsafah Dinasti Fatimiyah adalah Dinasti pendidikan Barat lebih bercorak Syi’ah yang berkuasa dari 909 M (296 sekuler yang memisahkan berbagai H) sampai dengan 1171 M (569 H) atas dimensi kehidupan, sedangkan dasar legitimasi klaim keturunan Nabi masyarakat Muslim lebih bersifat SAW lewat Fatimah dan Hadzrat Ali dari religius. Atas dasar ini, nilai-nilai ideal Ismail anak Jafar Sidik, keturunan Islam sangat memungkinkan untuk keenam dari Ali. Dinasti ini didirikan dijadikan acuan dalam mengkaji sebagai tandingan bagi penguasa dunia fenomena kependidikan. Ketiga, dengan muslim saat itu yang terpusat di menjadikan Islam sebagai paradigma, Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah (Hitti, keberadaan ilmu pendidikan memiliki 2008: 787). Wilayah kekuasaan Dinasti ruh yang dapat menggerakkan Fatimiyah meliputi Afrika Utara, Mesir, kehidupan spiritual dan kehidupan dan Suriah. Berdirinya Dinasti yang hakiki (Mujib & Mudzakkir, 2008: Fatimiyah dilatarbelakangi oleh 1-2). melemahnya Dinasti Abbasiyah. Konsep pendidikan Islam pada Ubaidillah al-Mahdi mendirikan Dinasti hakikatnya berupaya menjadikan Fatimiyah yang lepas dari kekuasaan manusia mencapai keseimbangan Abbasiyah (Amin, 2009: 254). kepribadiannya secara menyeluruh, dan Masa kegemilangan Dinasti dilakukan melalui tahapan tertentu. Fatimiyah ditandai dengan Rumusan pendidikan Islam harus berpindahnya pusat pemerintahan ke dikaitkan dengan pemikiran filosofis Kairo. Setelah Kairo berdiri dan dan sejarah sosial pendidikan Islam. dilengkapi dengan berbagai sarana Pendidikan Islam dibangun di atas termasuk masjid al-Azhar yang konstruksi wahyu al-Quran dan Sunnah kemudian dijadikan pusat Perguruan sebagai sumber utamanya. Pendidikan Tinggi Islam oleh Khalifah Fatimiyah al- Islam juga memiliki asas dan landasan Aziz (975 M- 996 M). Jauhar juga hukum yang tetap terbangun dari kedua mendirikan Dar al-Hik-mah di tahun sumber utama tersebut. Pendidikan 1005 M. Kemudian Dinasti Fatimiyah Islam dari masa ke masa, mulai dari yang ditopang dengan wilayah
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 116
pengaruhnya yang luas mampu KONSEP TEORI membangkitkan berbagai kegiatan Sejarah Sosial Lembaga Pendidikan ilmiah, perdagangan, dan keagamaan. al-Azhar Semenjak abad ke-10 pada masa Dinasti Fatimiyah Menjadikan Mesir Dinasti Fatimiyah yang membangun sebagai Pusat Pemerintahan institusi pendidikan yang sekarang Sejarah berdirinya Universitas Al- dikenal dengan nama Universitas Al- Azhar tidak terlepas dari berdirinya Azhar, Mesir menjadi pusat peradaban suatu Dinasti Fatimiyah yang dan pengembangan ilmu-ilmu merupakan satu-satunya Dinasti Syiah keislaman. Ribuan tahun Sebelum dalam Islam. Dinasti Fatimiyah Masehi, negara para Pharao ini telah didirikan di Tunisia pada tahun 909 M menjadi pusat peradaban dunia, di sebagai tandingan dari Daulah Bani samping peradaban lain seperti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad Mesopotamia dan Bizantium. Tiap dengan khalifah pertama Said bin peradaban yang maju, pasti disokong Husain yang bergelar Ubaidillah al- oleh luhurnya ilmu pengetahuan dari Mahdi (Thohir, 2009: 113). manusia yang memiliki peradaban Ketika Dinasti Abbasiyah tersebut. Artinya hanya bangsa dengan mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan yang tinggi akan berbagai hal, di Afrika Utara berdiri mampu sampai pada peradaban yang sebuah dinasti yang bernama Dinasti mulia (Nata, 2004: 87). Fatimiyah. Dinasti ini didirikan atas Kemajuan ilmu pengetahuan dan idealisme orang-orang Syi’ah, karena teknologi modern memasuki dunia mereka beranggapan bahwa yang Islam, terutama sesudah pembukaan berhak menjadi pemimpin (imamah) abad ke-19 M, yang dalam sejarah Islam sebagai pengganti Rasulullah SAW ialah dipandang sebagai permulaan periode keturunan Fathimah putri Rasulullah modern. Kontak dengan dunia Barat SAW (Zulkarnaini, 2011: 1). Sebenarnya selanjutnya membawa ide-ide baru ke dari golongan Syi'ah sudah lama ingin dunia Islam seperti rasionalisme, menjadi penguasa yaitu ketika Khalifah nasionalisme, demokrasi dan Ali bin Abi Thalib jatuh dari sebagainya. Semua ini menimbulkan kepemimpinan akan tetapi pada masa persoalan-persoalan baru, dan Daulah Umayyah dan Abbasyiah pemimpin-pemimpin Islam pun mulai mereka tidak berhasil untuk memangku memikirkan cara mengatasi persoalan jabatan pemimpin karena selalu itu. mendapat tekanan politik. Akan tetapi Tulisan singkat ini secara spesifik Syi'ah ini adalah bukan kelompok yang mengetengahkan ulasan tentang; mudah menyerah begitu saja, mereka Sejarah sosial lembaga pendidikan Al- selalu mengadakan gerakan-gerakan Azhar; Latar belakang terjadinya akan tetapi gerakan mereka bersifat pembaruan di Al-Azhar; dan tokoh serta taqiyah, pura-pura patuh terhadap ide pembaruan pada lembaga penguasa akan tetapi mereka secara pendidikan al-Azhar. Kajian terhadap diam-diam menyusun kekuatan. tiga persoalan ini diharapkan dapat Dinasti ini berdiri diantara dua memberikan sekelumit kontribusi bagi kekuatan besar yaitu Dinasti Abbasiyah pemahamahan tentang sejarah sosial di Damaskus dan Dinasti Umayyah di pendidikan Islam tentang lembaga Spanyol. pendidikan al-Azhar era modernisasi di Invansi yang dilakukan oleh dunia Islam. Dinasti Fatimiyah berhasil menaklukkan Mesir dibawah pimpinan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 117
panglima perang Jawhar al-Shaqoly. menjadi sebuah Universitas Al-Azhar Dinasti Fatimiyah berdiri tahun 297- ternama hingga kini (Jamal, 1988: 11). 567/909-1171 semula di Afrika Utara, Masjid al-Azhar terletak di kemudian di Mesir. Dinasti ini beraliran Tenggara Kota Kairo, ini mengalami Syi’ah Ismailiyah dan pendirinya pengembangan sebagai tempat Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari melakukan propaganda ajaran Syi'ah Syiria ke Afrika Utara menisbahkan dan lambang kepemimpinan spiritual nasabnya pada Fathimah binti umat Islam. Masjid ini dikembangkan Rasullulah SAW istri Ali bin Abi Thalib. fungsinya akibat banyaknya para Ketika Bani Fatimiyah yang pelajar yang ingin mendalami ilmu berkuasa di Afrika Utara sekitar 60 agama dan berdiskusi, maka timbul tahun, sebelum kemudian pindah ke inisiatif untuk mengembangkan masjid Mesir tahun 973 M, juga telah ini menjadi sebuah universitas yang memberikan sumbangan yang tidak merupakan dasar yang sangat kecil terhadap perkembangan fundamental dalam membangun peradaban di daerah itu. Salah satu paradigma pemikiran keislaman (Hitti, peninggalan terbesar bagi peradaban 2005: 790). Islam yang dicapai adalah Perguruan Pada masa-masa awal, proses Tinggi (masjid) al-Zaitun. Universitas pendidikan Islam berlangsung di yang berada di Tunisia itu merupakan tempat-tempat yang merupakan pusat universitas tertua di dunia Islam berdiri ibadah, yaitu masjid (Antonio, 2009: tahun 976 M, akan tetapi pembangunan 196). Namun karena banyaknya umat universitas itu sesungguhnya dilaksana- Islam yang berminat untuk belajar kan setelah pusat pemerintahan sedangkan kapasitas masjid tidak lagi Fatimiyah pindah ke Mesir. Peninggalan mencukupi, juga mengganggu kegiatan peradaban Kota Kairo dibangun pada orang-orang yang beribadah, institusi tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh pendidikan mulai mengadakan panglima perang Dinasti Fatimiyah pembenahan-pembenahan (Nata, 2004: yang beraliran Syi’ah, Jawhar al- 87). Shaqoly, atas perintah Khalifah Ibnu Killis adalah salah seorang Fatimiyah, al-Mu’iz Lidinillah (953-975 tokoh dan pelopor perkembangan M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti pendidikan pada kekhalifahan tersebut, bentuk kota ini hampir Fatimiyah di Mesir, ia mendirikan merupakan segi empat (Yatim, 1995: sebuah universitas dan menghabiskan 35-37). ribuan dinar perbulan untuk Pada 24 Jumadil Ula tahun 359 H / membiayainya. Di bawah April 970 M, Jawhar mendirikan sebuah kekuasaannya, tersebutlah seorang Masjid Agung al-Azhar dan dokter yang sangat terkenal bernama peresmiannya ditandai dengan shalat Muhammad al-Tamim, yang lahir di Jum’at pertama pada tanggal 6 Yerussalem dan pindah ke Mesir sekitar Ramadhan 361 H dan yang bertindak tahun 970 M. Salah satu fondasi sebagai khatib adalah Abu Hasan al- terpenting yang dibangun pada masa Khairawan seorang qodhi terkenal pada Fatimiyah adalah pembangunan Dar al- masa pemerintahan al-Mansur (‘Auf, Hikmah (rumah kebijaksanaan) atau 1970: 19). Pembangunan masjid ini Dar al-‘Ilm (rumah ilmu) yang didirikan diselesaikan pada 17 Ramadhan 361 oleh al-Hakim pada tahun 1005 sebagai H/22 Juni 972 M yang mana pusat pembelajaran dan penyebaran pembangunannya memakan waktu 2 ajaran Syi’ah ekstrim (Hitti, 2005: 788). tahun, yang kemudian berkembang
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 118
Perpustakaan Dar al-Hikmah di Muqlah dan ahli-ahli kaligrafi lainnya. Kairo ini didirikan oleh al-Hakim Di perpustakaan ini pula al-‘Aziz Biamrillah. Perpustakaan ini dibuka menyimpan salinan tulisan tangan pada tanggal 10 Jumadil Akhir tahun untuk buku sejarah karya al-Thabari. 395 H, setelah dilengkapi perabotan Pengganti al-Mustanshir membangun dan hiasan. Pada semua pintu dan kembali sebuah perpustakaan. Ketika lorongnya dipasangi tirai. Di satu abad kemudian Shalahuddin perpustakaan tersebut ditempatkan menguasai istana kerajaan, para penanggung jawab, karyawan, dan perpustakaan istana itu masih petugas. Dihimpun pula buku-buku menyimpan sekitar 100.000 jilid buku, yang belum pernah dihimpun oleh sebagian dari buku-buku itu disertai seorang raja pun. Perpustakaan itu harta rampasan lainnya dibagikan mempunyai 40 lemari. Salah satu lemari kepada bawahannya. memuat 18.000 buku tentang ilmu-ilmu Masjid al-Azhar adalah pusat ilmu kuno. Semua orang boleh masuk ke pengetahuan, tempat diskusi bahasa perpustakaan tersebut. Di antara dan juga mendengarkan kisah dari mereka ada yang datang untuk orang yang ahli bercerita. Masjid ini membaca buku, menyalin, atau belajar. sebenarnya diperuntukkan bagi Dinasti Di tempat tersebut terdapat segala Fatimiyah yang sedang bersaing dengan sesuatu yang diperlukan oleh kekhalifahan di Baghdad. Usaha yang pengunjung (tinta, pena, kertas, dan dilakukannya ialah dengan tempat tinta) (Nata, 2004: 88). mengajarkan Mazhab Syi’ah kepada Untuk mengembangkan institusi kader-kader mubaligh yang bertugas ini, al-Hakim mengeluarkan dana meyakinkan masyarakat akan sebesar 257 dinar di antaranya kebenaran mazhab yang dianutnya. Ia digunakan untuk menyalin berbagai merupakan lembaga Fatimiyah sebagai naskah, memperbaiki buku, dan pusat latihan kader penyebar ideologi pemeliharaan umum lainnya. Gedung Syi’ah yang mengancam otoritas ini dibangun berdekatan dengan istana Abbasiyah Sunni. Maka Dinasti Saljuk kerajaan yang di dalamnya terdapat Abbasiyah mendirikan lembaga- sebuah perpustakaan dan ruang-ruang lembaga pendidikan teologi ortodoks pertemuan. Kurikulumnya meliputi sebagai upaya mengimbangi upaya al- kajian tentang ilmu-ilmu keislaman, Azhar (Mughni, 1997: 13-14). Sebagai astronomi, dan kedokteran (Nata, 2004: sebuah gerakan politik dan keagamaan, 88). Khalifah Fatimiyah menaruh perhatian Pada masa al-Mustanshir, khusus atas penyebaran doktrin- kegagalan atau kemunduran kerajaan doktrin tertentu (dakwah Fatimiyah) yang meng-akibatkan berkurangnya melalui para “kader” (da’i). Program harta kekayaan, pada gilirannya yang dilontarkan kaum Fathimiyyin menyebabkan kemunduran lebih besar meliputi dua tahap: tahap pertama, dengan banyaknya buku-buku yang pelaksanaan pengajaran serta hilang dari perpustakaan kerajaan. pembentukan undang-undang; tahap Perpustakaan itu sendiri mulai kedua, dakwah secara rahasia (Nata, didirikan pada masa al-Aziz, ketika itu 2004: 92). memiliki kurang lebih 200.000 buku Untuk memenuhi kebutuhan dan 2.400 eksemplar al-Quran yang terhadap tenaga para da’i inilah al- dihiasi ornamen-ornamen indah. Salah Azhar kemudian ditingkatkan satu koleksi langka perpustakaan ini peranannya bukan hanya sebagai adalah naskah-naskah hasil karya Ibn masjid melainkan juga sebagai lembaga
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 119
pendidikan yang terorganisir di bawah Bani Fatimiyah sebagai basis pengawasan khalifah. Al-Azhar pada pendidikan dan penyebaran doktrin- masa Dinasti Fatimiyah merupakan doktrin Syi’ah, al-Azhar diambil alih lembaga pendidikan yang menjadi Salahuddin Yusuf al-Ayyubi untuk corong dan alat untuk propaganda dijadikan madrasah-masjid yang kekuasaan kekhalifahan, sekaligus berorientasi Sunni. Berlainan dengan sebagai alat penyebaran doktrin ajaran Bani Fatimiyah yang menekankan Syi’ah. Al-Azhar tampak berbeda pengajaran filosofis dan teologis, dengan madrasah sebelumnya. Pada Dinasti Ayyubiyah (Ash-Shayim, 2003: lembaga ini sudah dilengkapi dengan 30), sebagaimana penguasa dan asrama untuk guru-guru dan para pemuka Sunni yang lain, lebih mahasiswa, juga aula besar (iwan) yang mementingkan pengajaran fikih dalam dipergunakan untuk kuliah umum. Iwan madrasah yang mereka kelola, merupakan bagian yang sangat penting termasuk al-Azhar. Pengambil-alihan bagi al-Azhar. Pelaksanaan proses ini, sebenarnya telah mereduksi posisi belajar mengajar di al-Azhar mengacu al-Azhar yang berorientasi supralokal kepada aturan-aturan yang ditetapkan menjadi lembaga yang berwawasan oleh pengelola madrasah. sempit dikarenakan lingkup politik Al-Azhar pada masa Dinasti Dinasti Ayyubiyah yang bercorak lokal. Fatimiyah merupakan lembaga Hanya karena peranan Kairo yang pendidikan yang menjadi corong dan strategis dalam perjalanan sejarah alat untuk propaganda kekuasaan Islam akhirnya bisa diperoleh kembali kekhalifahan, sekaligus sebagai alat dan dipertahankan, khususnya pada penyebaran doktrin ajaran Syi’ah. Pada zaman modern. masa itu, sistem pengajaran terbagi Setelah al-Ayyub menaklukkan menjadi empat kelas, yaitu: Pertama, Mesir tahun 1171 M selama hampir kelas umum diperuntukkan bagi orang satu abad dari tahun 1171-1267 M, al- yang datang ke al-Azhar untuk Azhar dikosongkan. Pada abad mempelajari al-Quran dan kekosongan itu salat Jumat di masjid al- penafsirannya; Kedua, kelas para Azhar pun dilarang dan pindah ke mahasiswa Universitas al-Azhar kuliah masjid al-Hakim, karena mereka dengan para dosen yang ditandai berpemahaman tidak boleh ada dua dengan mengajukan pertanyaan dan khutbah di dalam satu kota. Semenjak mengkaji jawabannya; Ketiga, kelas itulah Dinasti Fatimiyah berakhir Darul Hikam, kuliah formal ini sehingga al-Azhar berubah menjadi diberikan oleh para mubaligh seminggu universitas Sunni. sekali pada hari Senin yang dibuka Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah untuk umum dan pada hari Kamis Salahudin Yusuf al-Ayyubi. Dinasti ini dibuka khusus untuk mahasiswa berdiri menggantikan kekuasaan pilihan. Keempat, kelas nonformal, yaitu Dinasti Fatimiyah. Dinasti Fatimiyah kelas untuk pelajar wanita (Nata, 2004: runtuh ketika kekhalifahan Nur al-Din 92). atau Adid. Ketika khalifah Nur al-Din meninggal, kekhalifahan digantikan Dinasti Ayyubiyah dengan Paham oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Sunni Dengan pergantian khalifah tersebut, Perubahan orientasi al-Azhar berganti pula kekhalifahannya, dari terjadi menyusul ambruknya kekhalifahan Dinasti Fatimiyah menjadi kekhalifahan Fatimiyah di Kairo. kekhalifahan Dinasti Ayyubiyah. Setelah hampir 200 tahun digunakan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 120
Berdirinya kekhalifahan Ayyubi- menduduki jabatan perdana menteri di yah disebut juga sebagai periode kedua Mesir, ia diperintahkan Nuruddin Zangi atau periode orang-orang Syiria. Pada untuk menghilangkan nama Khalifah al- periode ini Salahuddin menjadi Adid dari khotbah Jum’at, yang berarti penguasa Arab terpenting dan the berakhirnya masa kekuasaan Dinasti Champion of Islam (Ibrahim, 1989: 285). Fatimiyah. Meskipun tampak enggan Salahuddin berhasil mempersatukan dan berat, akhirnya ia melakukan juga Mesir dan Syria, Mesopotamia, dan tugas ini. Sebagai gantinya, disebut Yaman. Salahuddin juga berhasil dalam nama khalifah Abbasiyah dan sejak itu beberapa perang melawan orang-orang bendera Abbasiyah mulai berkibar di Salib. Pemimpin Dinasti Ayyubiyah tanah Mesir. Khalifah al-Mustadi secara urut, yaitu Salahuddin Yusuf al- kemudian memberinya gelar al-Mu’iz li Ayyubi (1169-1193 M), al-‘Aziz (1193- Amirul Mu’minin. Sebagai imbalannya 1198 M), al-Manshur Muhammad pada tahun 566 H/1175 M khalifah (1198-1199 M), al- ‘Adil I (1199-1218 menyerahkan Mesir, an-Naubah, M), Al-Kamil (1218-1238 M), Al-‘Adil II Yaman, Tripoli, Palestina, Suriah bagian (1238-1240 M), Al-Shalih Najm al- Tengah, dan Maghribi (Negara Islam di Din/Salih Ayyub (1240-1249 M), Turan Afrika Utara) di bawah kekuasaan Syah (1250), Al-Asyraf Musa (1250- Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Sejak itulah 1252 M). Di antara para Khalifah dia dianggap sebagai Sultanul Islam wal tersebut, hanya ada empat Khalifah Muslimin (Armando, 2005: 119). yang terkenal, yaitu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi, Al-‘Adil I, Al-Kamil, dan Salih Ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Ayyub. Mesir Masa kejayaan Dinasti Ayyubiyah Setelah selesainya Revolusi 1789 adalah di masa kekhalifahan Salahudin Prancis mulai menjadi negara besar Yusuf al-Ayyubi. Salahuddin adalah yang mendapat sainga dan tantangan pendiri sekaligus khalifah pertama dari Inggris. Inggris di waktu itu telah Dinasti Ayyubiyah. Ketika pertama kali meningkat kepentingan-kepentingan- ke Mesir dan melihat kepemerintahan nya di India dan untuk memutuskan di Mesir, ia memiliki dua ambisi besar, komunikasi antara Inggris di Barat dan yaitu pertama menggantikan Syiah di India di Timur, Napoleon melihat Mesir dengan Sunni, kedua ia ingin bahwa Mesir perlu di letakkan di bawah memerangi orang Franka dalam Perang kekuasaan Prancis. Di samping itu Suci (Armando, 2005: 120). Sebelum Prancis perlu pada pasaran baru untuk pengangkatannya menjadi khalifah oleh hasil perindustriannya. Napoleon Dinasti Abbasiyah, ia telah menjabat sendiri kelihatannya mempunyai tujuan sebagai menteri di pemerintahan sampingan lain. Aleksander Macedonia Dinasti Fatimiyah. Namun setelah pernah menguasai Eropa dan Asia khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, sampai ke India, dan Napoleon ingin yaitu Nur Al-Din wafat, Salahuddin mengikuti jejak Aleksander ini. Tempat secara pribadi meminta kepada strategis untuk menguasai kerajaan Khalifah Abbasiyah untuk melantiknya besar seperti yang dicita-citakannya itu, sebagai penguasa atas wilayah Mesir, adalah Kairo dan bukan Roma atau Maroko, Nubia, Arab Barat, Palestina Paris. Inilah beberapa hal yang dan Syuriah Tengah (Hitti, 2005: 825). mendorong Prancis dan Napoleon Salahuddin Yusuf al-Ayyubi untuk menduduki Mesir. dianggap sebagai panglima tentara Mesir pada waktu itu berada di Suriah. Pada awalnya, setelah bawah kekuasaan kaum Mamluk,
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 121
sungguhpun sejak ditaklukkan Sultan Juli tentara Napoleon sampai di daerah Salim di tahun 1517, daerah ini pada pyramid di dekat Kairo. Pertempuran hakikatnya merupakan bagian dari terjadi di daerah itu dan kaum Mamluk kerajaan Usmani (Nasution, 1992: 132). karena tak sanggup melawan senjata- Tetapi setelah bertambah lemahnya senjata meriam Napoleon, lari ke Kairo. kekuasaan sultan-sultan di abad ke-17, Tetapi di sini mereka tidak mendapat Mesir mulai melepaskan diri kekuasaan simpati dan sokongan dari rakyat Mesir. Istanbul dan akhirnya menjadi daerah Akhirnya mereka terpaksa lari dari otonom. Sultan-sultan Usmani tetap daerah Mesir sebelah selatan. Pada mengirim seorang Pasya Turki ke Kairo tanggal 22 Juli, tidak sampai tiga untuk bertindak sebagai wakil mereka minggu setelah mendarat di Alexandria, dalam memerintah daerah ini. Tetapi Napoleon telah dapat menguasai Mesir karena kekuasaan sebenarnya terletak (Nasution, 1992: 134). di tangan Kaum Mamluk, kedudukannya Nasution (1992: 134) menggam- di Kairo tidak lebih dari kedudukan barkan ketika Napoleon datang ke seorang duta besar. Mesir tidak hanya membawa tentara, Kaum Mamluk berasal dari budak- akan tetapi terdapat 500 orang sipil 500 budak yang dibeli di Kaukasus, suatu orang wanita. Diantara jumlah tersebut daerah pegunungan yang terletak di terdapat 167 orang ahli dalam berbagai daerah perbatasan antara Rusia dan cabang ilmu pengetahuan dan Turki. Mereka dibawa ke Istanbul atau membawa 2 unit percetakan dengan ke Kairo untuk diberi didikan militer, huruf Latin, Arab dan Yunani. dan dalam dinas kemiliteran kedudukan Tujuannya untuk kepentingan ilmiah mereka meningkat dan di antaranya ada yang pada akhirnya dibentuk sebuah yang dapat mencapai jabatan militer lembaga ilmiah dinamai Institut tertinggi. Setelah jatuhnya prestise d’Egypte terdiri dari ilmu pasti, ilmu sultan-sultan Usmani, mereka tidak alam, ekonomi politik, dan sastera seni. mau lagi tunduk kepada Istanbul Lembaga ini boleh dikunjungi terutama bahkan menolak pengiriman hasil pajak oleh para ulama dengan harapan akan yang mereka pungut dengan secara menambah pengetahuan tentang Mesir kekerasan dari rakyat Mesir ke Istanbul. dan mulailah terjadi kontak langsung Kepala mereka disebut Syeikh al-Balad dengan peradaban Eropa yang baru lagi dan syeikh ini yang sebenarnya menjadi asing bagi mereka. raja di Mesir pada waktu itu. Karena Alat percetakan yang dibawa mereka bertabiat kasar dan biasanya Napoleon tersebut menjadi hanya tahu bahasa Turki dan tak pandai perusahaan percetakan Balaq, berbahasa Arab, hubungan mereka perusahaan tersebut berkembang dengan rakyat Mesir tidak begitu baik sampai sekarang. Sedangkan peralatan (Armando, 2005: 259). modern pada Institut ini seperti Bagaimana lemahnya pertahanan mikroskop, teleskop, atau alat-alat kerajaan Usmani dan kaum Mamluk di percobaan lainnya serta kesungguhan ketika itu, dapat digambarkan dari kerja orang Prancis merupakan hal perjalanan perang di Mesir. Napoleon yang asing dan menakjubkan bagi mendarat di Alexandria pada tanggal 2 orang Mesir pada saat itu. juni 1798 dan keesokan harinya kota Usaha Napoleon untuk menguasai pelabuhan yang penting ini jatuh. daerah-daerah lainnya di Timur tidak Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu berhasil dan sementara itu kota yang terletak di sebelah timur perkembangan politik di Prancis Alexandria, jatuh pula. Pada tanggal 21 menghendaki kehadirannya di Paris.
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 122
Pada tanggal 18 Agustus 1799, ia dijadikan sebagai simbol bagi meninggalkan Mesir dan kembali ke penguatan ideologi penguasa. tanah airnya. Ekspedisi yang dibawanya Setelah mengalami masa ia tinggalkan di bawah pimpinan kebekuan pemikiran di al-Azhar Mesir, Jenderal Kleber. Dalam pertempuran para pemikir Islam berusaha keras yang terjadi tahun 1801 dengan armada untuk membangkitkan Islam kembali, Inggris, kekuatan Prancis di Mesir termasuk di dalamnya gagasan mengalami kekalahan. Ekspedisi yang pendidikan. Kebangkitan kembali ini dibawa Napoleon itu meninggalkan timbul sebagai reaksi terhadap sikap Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801. taqlid dan jumud, yang ditengarai akibat Namun bila dianalisis dari aspek dari mundurnya aktivitas ijtihad sejarah sosial dapat ditegaskan di sini bahkan pintu ijtihad telah tertutup, bahwa walaupun Napoleon menguasai membawa kemunduran dunia Islam Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga secara keseluruhan. Maka kemudian tahun, namun pengaruh yang muncullah gerakan-gerakan baru yang ditinggalkannya sangat besar dalam memelopori perubahan mendesak di kehidupan bangsa Mesir. Napoleon kalangan umat Islam, sebagai wujud Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun kesadaran dari kebangkitan kembali 1798 M, merupakan momentum baru pendidikan Islam (Armando, 2005: bagi sejarah umat Islam, khususnya di 137). Bagi mayoritas pengamat, sejarah Mesir yang menyebabkan bangkitnya kebangkitan dunia Islam pada kesadaran akan kelemahan dan umumnya dan pendidikan Islam keterbelakangan mereka. Kehadiran khususnya, terjadi karena dampak Napoleon Bonaparte di samping Barat. Mereka memandang Islam membawa pasukan yang kuat, juga sebagai suatu massa yang semi mati membawa para ilmuwan dengan yang menerima pukulan-pukulan yang seperangkat peralatan ilmiah untuk destruktif atau pengaruh-pengaruh mengadakan penelitian. Keberadaan ini yang formatif dari Barat. Terjadinya memberi kontak baru bagi tumbuhnya modernisasi pendidikan yang mendesak dinamika pengetahuan di kalangan dilaksanakan di al-Azhar Mesir saat itu, intelektual Muslim untuk menggali ilmu paling tidak dapat dilihat dari beberapa pengetahuan dengan cara-cara yang hal yang melatarbelakangi. ilmiah yaitu penelitian. Pertama, bergesernya paham rasional Syi’ah pada ortodoksi Latar Belakang Munculnya ideologi Sunni. Persoalan krusial yang Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar menjadi perhatian tentang sejarah Mesir sosial modernisasi di Al-Azhar adalah Akibat dari keterbelakangan umat adanya perpindahan pemikiran dari Islam di Mesir, maka hal itu membawa teologi Syi’ah yang berpaham rasionalis sebuah spririt untuk keluar dan maju kepada teologi Sunni yang berpaham sejajar dengan Eropa dan Barat. ortodoks (Armando, 2005: 258-261). Modernisasi di al-Azhar bukanlah Tampaknya persolan penting di sini di muncul begitu saja, akan tetapi mana teologi masing-masing paham dilatarbelakangi oleh sejarah sosial di dipergunakan untuk menguasai sebuah mana terjadinya beberapa hal negara secara keseluruhan. Penguasa melingkupinya (Wijaya, 1992: 6). yang berkuasa di masa itu selalu Keberadaan al-Azhar di Mesir bagi memiliki ideologi yang harus diikuti penguasa saat itu, sangat krusial untuk oleh semua masyarakat dan melanggengkan kekuasaannya karena menjadikannya paham resmi negara.
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 123
Dan penguasa berusaha untuk menjaga terjadi menyusul ambruknya paham itu dengan memberikan kekhalifahan Fatimiyah di Kairo. berbagai aturan untuk melanggengkan Setelah hampir 200 tahun digunakan ideologinya. Pergeseran ini Bani Fatimiyah sebagai basis memberikan dampak besar bagi posisi pendidikan dan penyebaran doktrin- al-Azhar dalam proses perkembangan- doktrin Syi’ah, al-Azhar diambil alih nya termasuk juga bagi kemajuan dunia Salahuddin al-Ayyubi untuk dijadikan Islam masa itu. Sebab keberadaan Al- madrasah-masjid yang berorientasi Azahar menjadi pusat perebutan Sunni. Berlainan dengan Bani Fatimiyah kekuasaan sebagai alat untuk yang menekankan pengajaran filosofis menyebarkan ideologi masing-masing dan teologis, Dinasti Ayyubiyah, penguasa dalam rangka mensukseskan sebagaimana penguasa dan pemuka kepemimpinan. Sunni yang lain, lebih mementingkan Hal ini tampak jelas, di mana dua pengajaran fikih dalam madrasah yang paham penguasa besar di Mesir yaitu mereka kelola, termasuk al-Azhar. Dinasti Fatimiyah dan Dinasti Pengambilalihan ini, sebenarnya telah Ayyubiyah memiliki ideologi masing- mereduksi posisi al-Azhar yang masing yang berbeda dan berorientasi supralokal menjadi menjadikannya paham resmi negara lembaga yang berwawasan sempit yang harus diikuti oleh masyarakat dan dikarenakan lingkup politik Dinasti sifanya mengikat. Di mana Dinasti Ayyubiyah yang bercorak lokal. Fatimiyah yang berideologi Syi’ah yang Akibatnya, umat Islam tergiring lahir dari orang-orang Persia adalah pada pemikiran ortodoks yang hanya masyarakat memiliki kultur rasionalis. memikirkan kehidupan akhirat yang yang sejak dari awalnya memang sudah bersifat fiqhiyah. Pemikiran rasional, terbiasa dengan berpikir rasional seperti filsafat, tidak boleh lagi (Armando, 2005: 313). Maka tidak berkembang di Al-Azhar karena akan heran jika Dinasti Fatimiyah sungguh membuat orang menjadi kafir, berganti banyak melahirkan tokoh dan pemikir- dengan pemikiran ortodoks yang hanya pemikir Islam yang melahirkan ilmu menerima hidup ini apa adanya yaitu pengetahuan bagi kemajuan Islam, jabariah. Berkembangnya pemikiran karena tradisi rasional telah mengakar Sunni ini, ternyata berdampak bagi dalam pola berpikir masyarakatnya. Di tertutupnya pintu ijtihad, yang pada sini dapat ditegaskan bahwa Dinasti akhirnya membuat ilmu pengetahuan Fatimiyah sangat dekat dan konsen stagnan dan tidak berkembang. Sebuah dengan ilmu pengetahuan. Maka al- realita di mana kelak ditengarai hal ini Azhar pun dijadikan sebagai lembaga menjadi awal kemunduran pendidikan penting untuk mendidik paham Syi’ah- sekaligus dunia Islam itu secara rasionalis pada masyarakat melalui keseluruhan. proses pendidikan. Umat Islam pada Sejarah membuktikan bahwa masa ini mengalami kemajuan pesat kelengahan umat Islam dalam dan menguasai ilmu pengetahuan dunia memahami pergeseran “agama yang secara universal. benar” kepada “ortodoksi ideologi”, Runtuhnya Dinasti Fatimiah yang akibatnya ketika agama telah berubah bermazhab Syi’ah oleh Dinasti menjadi dogma-dogma fiqih teologi Ayyubiyah yang bermazhab Sunni di Asy’ari, umat Islam kehilangan Mesir memberi pengaruh besar kesempatan menatap sisi-sisi negatif terhadap pemikiran dan orientasi Al- dikotomi itu. Ditambah lagi kehadiran Azhar. Perubahan orientasi al-Azhar berbagai mazhab yang berseteru, partai
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 124
yang bersaing, kelompok-kelompok Antipati terhadap Mu’tazilah juga muslim yang berselisih dan organisasi- telah mengakibatkan pengawasan yang organisasi sosial keagamaan yang tidak ketat terhadap penerapan kurikulum di akur adalah manifestasi dominasi fiqih madrasah. Jatuhnya paham Mu’tazilah yang menggerus akar kekuatan umat. talah mengangkat kaum konservatif Di sini dapat dianalisis bahwa menjadi kuat. Dalam rangka karakter ideologi Sunni yang dianut mengembalikan paham sunni sekaligus oleh Dinasti Ayyubiyah adalah untuk memperkokoh basis kemasyarakatan, memperkuat ideologi Islam secara para ulama sering melakukan kontrol simbolis. Islam yang dianut hanyalah terhadap kurikulum di lembaga- mengedepankan aspek-aspek ritualis lembaga pendidikan (Fauzan, 2005: yang simbolis dan kurang 164). Pada masa ini, materi pelajaran mengedepankan aspek rasionalitas. sangat minim, hanya terbatas pada Tampaknya ideologi Sunni ini juga ilmu-ilmu agama, bahkan pendidikan adalah untuk memperkuat identitas Islam lebih identik dengan pengajaran Islam melalui teologi bahwa Islam tidak tasawuf dan fikih. Kondisi demikian sama dengan Barat. Hal penting dari terus diperburuk seiring dengan paham ini juga adalah bahwa teologi runtuhnya kota Baghdad, akibat yang dikembangkan bersifat fikih dan serangan tentara Mongol pada tahun tasawuf, sementara pemikiran rasional 1258 M, yang berakibat pada yang mengedepankan akal untuk kehancuran kebudayaan dan pusat berpikir rasional tidak lagi menjadi pendidikan Islam. Hal ini kemudian budaya. berdampak pada situasi politik dan Akibatnya, pendidikan Islam di Al- membuat lemahnya sektor pendikan, Azhar mengalami kemunduran yang baik institusi, metodologi, bahkan berdampak juga bagi kemunduran umat tujuan pendidikan Islam. Islam. Bekembangnya paham sunni, Kedua, invasi Napoleon ternyata berdampak bagi kemunduran Bonaparte dari Prancis yang ilmu pengetahuan. Kondisi tersebut mengalahkan Kerajaan Turki Usmani berlanjut hingga umat Islam merasa di Mesir dalam waktu yang cepat. antipati terhadap golongan Mu’tazilah, Begitu cepatnya Napoleon menguasai golongan yang gencar menyebarkan Mesir—dalam kurun waktu tiga ajaran rasionalis. Sejak itu masyarakat minggu—menggambarkan betapa tidak mau lagi mendalami ilmu-ilmu lemahnya pertahanan perang yang sains dan filsafat (Asrohah, 1999: 123). dimiliki oleh kerajaan Usmani. Pemikiran rasional dan ilmiah tidak lagi Pertahanan Kerajaan Usmani dan kaum menjadi budaya berpikir masyarakat Mamluk yang lemah pada waktu itu, Muslim sampai akhirnya pola pikir dapat digambarkan dari perjalanan rasional berubah menjadi cara berpikir perang di Mesir. Napoleon mendarat di tradisional yang dipengaruhi oleh Alexandria pada tanggal 2 Juni 1798 ajaran spiritualitas, tahayyul, dan dan keesokan harinya kota Pelabuhan kejumudan (Asrohah, 1999: 123). Gejala yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemunduran pendidikan Islam, kemudian, Rasyid, suatu kota yang menurut Zuhairini mulai tampak terletak di sebalah Timur Alexandria, setelah abad ke-13 M, yang ditandai jatuh pula. Pada tanggal 21 Juli tentara dengan terus melemahnya pemikiran Napoleon sampai di daerah Piramid di umat Islam sampai abad ke-18 M dekat Kairo. Pertempuran terjadi di (Zuhairini, 1995: 110). tempat itu dan Kaum Mamluk yang tak mampu membendung kekuatan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 125
Napoleon, lari ke Kairo. Tetapi di sini posisi Mesir, datanglah tentara mereka tidak mendapatkan sokongan Napoleon yang melebarkan sayap dari rakyat Mesir, akhirnya mereka lari imperialnya ke wilayah-wilayah lain lagi ke Mesir sebelah selatan. yang mempunyai potensi kekayaan Dalam jangka waktu tidak sampai alam, peradaban dan warisan-warisan tiga minggu, tepatnya tanggal 22 Juli, historis yang memungkinkan untuk Napoleon telah dapat menguasai Mesir. dijadikan batu pijakan bagi kejayaan Begitu mudahnya pasukan Napoleon mereka dalam membangun impian menguasai Mesir yang melukiskan menguasai dunia (Nasution, 1992: 59). betapa kuatnya pasukan yang dibawa Mesir adalah sebuah negara yang Napoleon dan juga ditambah kekuatan masyarakatnya memiliki nilai religius Mesir yang tidak begitu maju jika tinggi. Mereka memandang agama di dibandingkan Perancis. Hal ini atas segala-galanya, sebagai bagian memberikan sentakan bagi umat Islam integral dari budaya, adat istiadat, dan di Mesir, betapa lemahnya kondisi masyarakat itu sendiri. Kelompok- penguasa kala itu. Kondisi ini kemudian kelompok Islam selalu bersikukuh menggiring opini masyarakat kala itu untuk tidak terpengaruh dengan Barat. untuk bangkit dari keterlenaan panjang Karena menurut mereka Islam akan kekuasaan yang dimiliki, ternyata sebenarnya lebih unggul dibanding sudah lemah. Persentuhan ini orang-orang Barat. Mereka membawa gerakan dan aksi untuk mengidealisasikan periode awal Islam bangkit dari keterpukuran dan dan menurut ajaran mereka hanya menyadari kelemahan serta berusaha kembali ke zaman keemasan inilah melalui pendidikan, ekonomi, militer Mesir modern bisa sembuh dari segala dan lainnya. penyakit. Dengan berdalih bahwa Ketika Napoleon Bonaparte pengaruh Barat yang dimulai dari invasi menginjakkan kakinya di Mesir pada Napoleon sebagai akar segala tahun 1798, Mesir berada dalam kebobrokan, mereka mendukung kondisi yang sangat memprihatinkan. tulisan-tulisan dan deklarasi-deklarasi Secara politik, negeri ini terbelah oleh mereka dengan tafsir Al-Qur’an dari dua kekuatan yang saling Ibnu Hanbal dan Ibnu Taimiyah yang menghancurkan, yakni, kekuatan keduanya menyeru untuk membaca Al- Mamluk yang berkuasa secara turun- Qur’an secara tekstual, sembari temurun sejak abad ke-13 dan kekuatan menolak semua penafsiran, filsafat, dan yang didukung oleh pemerintahan teks-teks yang menyertai. Utsmani di Istanbul (Nasution, 1992: Ketiga, persentuhan peradaban 59). Prancis yang dibawa Napoleon pada Situasi kekuasaan dan pendidikan di Al-Azhar. Pembaharuan pemerintahan di Mesir pada waktu itu dan modernisasi pendidikan di Mesir sudah tidak dapat lagi dikatakan stabil. berawal dari datangnya Napoleon Kekacauan, kemerosotan sosial Bonaparte di Alexandria, Mesir pada kemasyarakatan sebagai wilayah yang tanggal 2 Juli 1798 M. Tujuan utamanya selalu diperebutkan dan diincar oleh adalah menguasai daerah Timur, negara-negara Islam kuat sungguh- terutama India. Napolen Bonaparte sungguh membuat rakyat Mesir diliputi menjadikan Mesir, hanya sebagai batu rasa ketakutan. Perhatian untuk loncatan saja untuk menguasai India, membangun pun sangat lemah, sebab yang pada waktu itu dibawah pengaruh setiap saat selalu dihantui oleh perang. kekuasaan kolonial Inggris. Kedatangan Dengan keadaan sedemikian lemah Napolen ke Mesir tidak hanya dengan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 126
pasukan perang, tetapi juga dengan dan pemikiran modern kepada Mesir membawa seratus enam puluh orang serta menggali Sumber Daya Manusia diantaranya pakar ilmu pengetahuan, (SDM) Mesir dengan cara mengalihkan dua set percetakan dengan huruf latin, budaya tinggi Perancis kepada Arab, Yunani, peralatan eksperimen masyarakat setempat. Sehingga dalam (seperti: teleskop, mikroskop, kamera, waktu yang tidak lama, banyak diantara dan lain sebagainya), serta seribu orang cendekiawan Mesir belajar tentang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan perpajakan, pertanian, kesehatan, lembaga riset bernama Institut di administrasi, dan arkeologi. Egypte, pembangunan yang Institut d’Egypte boleh dikunjungi mengenalkan ilmu pengetahuan orang Mesir, terutama para ulamanya, modern terhadap Mesir dan yang diharapkan oleh ilmuwan- mengenalkan sejarah Mesir pada Eropa ilmuwan Praancis yang bekerja di modern melalui karya yang mereka lembaga itu, akan menambah tulis. Ilmu-ilmu yang terdiri dari empat pengetahuan mereka tentang Mesir, element, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti, adat istiadatnya, bahasa dan agamanya. ekonomi dan politik, serta ilmu sastra Di sinilah orang-orang Mesir dan umat dan kesenian. Lembaga ini bertugas Islam buat pertama kali mempunyai memberikan masukan bagi Napoleon kontak langsung dengan peradaban dalam memerintah Mesir. Lembaga ini Eropa yang baru lagi asing bagi mereka terbuka untuk umum terutama itu. ilmuwan (ulama) Islam. Abd al-Rahman al-Jabarti, seorang Walaupun Napoleon menguasai ulama dari al-Azhar dan penulis sejarah, Mesir hanya dalam waktu sekitar tiga pernah mengunjungi lembaga itu di tahun, namun pengaruh yang tahun 1799. Hal menarik yang menjadi ditinggalkannya sangat besar dalam perhatiannya ialah perpustakaan besar kehidupan bangsa Mesir. Napoleon yang mengandung buku-buku, bukan Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun hanya dalam bahasa Arab, Persia dan 1798 M. Ini merupakan momentum Turki. Di antara ahli-ahli yang dibawa baru bagi sejarah umat Islam, Napoleon memang terdapat kamum khususnya di Mesir yang menyebabkan orientalis yang pandai dan mahir bangkitnya kesadaran akan kelemahan berbahasa Arab. Merekalah yang dan keterbelakangan mereka. menerjemahkan perintah dan Kehadiran Napoleon Bonaparte di maklumat-maklumat Napoleon ke samping membawa pasukan yang kuat, dalam bahasa Arab. juga membawa para ilmuwan dengan Demikianlah kesan seorang seperangkat peralatan ilmiah untuk cendikiawan Islam waktu itu terhadap mengadakan penelitian (Mubarok, kemajuan kebudayaan Barat. Ini 2008: 227). menggambarkan betapa mundurnya Ini adalah momen pertama kali umat Islam ketika itu. Keadaan menjadi ilmuwan Islam kontak langsung dengan berbalik 180 derajat. Kalau di Periode peradaban Eropa, termasuk Abd al- Klasik orang Barat yang kagum melihat Rahman al-Jabarti. Baginya kebudayaan dan peradaban Islam, di perpustakaan yang dibangun oleh Periode Modern kaum Islam yang heran Napoleon sangat menakjubkan karena melihat kebudayaan dan kemajuan Islam diungkapkan dalam berbagai Barat. Di samping kemajuan materi ini, bahasa dunia. Untuk memenuhi menurut Jaih Mubarak, Napoleon juga kebutuhan ekspedisinya, Napoleon membawa ide-ide baru yang dihasillkan berusaha keras mengenalkan teknologi Revolusi Prancis, yaitu:
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 127
Pertama, sistem pemerintahan satu dari masing-masing golongan republik yang di dalamnya kepala petani, kepala desa dan kepala suku negara adi pilih untuk waktu tertentu, bangsa Arab. Diwan ini mempunyai 180 tunduk kepada Undang-undang Dasar anggota dan sidang pertama diadakan dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. dari tanggal 5 sampai 20 Oktober 1798. Sistem ini berlain sama sekali dengan Putusan yang diambil ialah sistem pemerintahan absolut raja-raja menganjurkan perubahan peraturan Islam, yang tetap menjadi raja selama ia pajak yang ditetapkan Kerajaan Usmani. masih hidup dan kemudian digantikan Sistem pemilihan ketua lembaga juga oleh anaknya, tidak tunduk kepada merupakan hal baru bagi rakyat Mesir. konstitusi atau parlemen, karena Ketika dari para anggota Diwan diminta konstitusi dan parlemen memang tidak memilih ketua, anggota-anggota ada dalam sistem kerajaan itu. Ide yang menunjuk dan menyebut nama ulama terkandung dalam kata republik masih yang mereka hormati, yaitu Syaikh Al- sulit ditangkap, dan dengan demikian Syarqawi. Penunjukan serupa ini mencari terjemahannya ke dalam ditolak oleh penguasa Prancis sambil bahasa Arab sulit pula. Dalam menjelaskan cara pengadaan pemilihan. maklumat-maklumat Napoleon, Ketiga, ide kebangsaan yang Republik Prancis diterjemahkan terkandung dalam maklumat Napoleon menjadi Al-Jumhur al-Faransawi. bahwa orang Prancis merupakan suatu Jumhur sebenarnya berarti orang bangsa (nation) dan bahwa kaum banyak. Jadi yang tertangkap dari kata Mamluk adalah orang asing dan datang republik ialah publik, orang banyak. Di ke Mesir dari Kaukasus. Jadi, permulaan abad ke-20 inilah sungguhpun orang Islam tetapi kelihatannya baru muncul terjemahan berlainan bangsa dengan orang Mesir. yang lebih tepat, yaitu jumhuriah. Juga maklumat itu mengandung kata- Kedua, ide persamaan (egaliter) kata umat Mesir. Bagi orang Islam di dalam arti samanya kedudukan dan waktu itu yang ada hanyalah umat turut sertanya rakyat dalam soal Islam, dan tiap orang Islam itu adalah pemerintahan. Kalau sebelum ini, saudaranya dan ia tak begitu sadar akan rakyat Mesir tak turut serta dalam perbedaan suku dan bangsa. Hal yang pemerintahan negara mereka, Napoleon disadarinya ialah perbedaan agama. mendirikan suatu badan kenegaraan Oleh karena itu untuk menerjemahkan yang terdiri dari ulama-ulama Al-Azhar kata nation ke dalam bahasa Arab juga dan pemuka-pemuka dalam dunia sulit. Kata Arab yang dipakai ialah dagang dari Kairo ke daerah-daerah. millah, umpamanya dalam al-Millah al- Tugas badan ini ialah membuat undang- Faransiah untuk itu adalah la nation undang, memelihara ketertiban umum Francaise. Millah berarti agama. Kata dan menjadi pengantara antara Arab yang kemudian dipakai untuk penguasa-penguasa Prancis dan rakyat nation ialah qaum, sya’b, dan ummah. Mesir. Di samping itu didirikan pula Ekspedisi Napoleon tersebut suatu badan bernama Diwan al-Ummah membawa perubahan signifikan bagi yang dalam waktu-waktu tertentu perkembangan bangsa Mesir, terutama mengadakan sidang untuk yang menyangkut pembaharuan dan membicarakan hal-hal bersangkutan modernisasi pendidikan Islam di sana dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap (Stanton, 1998: 254). Kemajuan ilmu daerah mengirimkan Sembilan wakil ke pengetahuan dan teknologi Perancis Sidang Diwan itu, tiga dari golongan banyak memberikan inspirasi bagi ulama, tiga dari golongan pedagang, dan tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 128
perubahan secara mendasar, pola mati yang menerima pukulan-pukulan sistem dan kurikulum pendidikan yang yang destruktif atau pengaruh- sebelumnya dilakukan secara pengaruh yang formatif dari Barat. konvesional. Namun, efek pembaharuan Periode kebangkitan ini berlangsung pada al-Azhar baru dirasakan dalam mulai sejak abad ke 19, yang lapangan reorganisasi, sistem ujian, dan merupakan kebangkitan kembali umat pengenalan pokok-pokok kajian baru, Islam, terhadap periode sebelumnya dan tidak dalam kandungan ilmu-ilmu yang dinamakan dengan fase Islam seperti teologi dan filsafat. pembaruan (Madjid, 1997: 172-173). Sebagai contoh di Mesir terdapat tokoh Dapat digambarkan bahwa tokoh semacam Rifa'ah al-Tahtawi, pembaru kala itu menginginkan sebuah Muhammad Abduh dalam posisi sebagai kebangkitan di kalangan umat Islam anggota Majelis Tinggi Al-Azhar pernah terutama di al-Azhar dan Mesir karena menggagas pembaharuan Al-Azhar telah lama mengalami kebekuan dan dengan memasukkan mata kuliah kemunduran dibanding Eropa dan matematika, aljabar, ilmu ukur dan ilmu Barat. Umat Islam harus bangkit bumi ke dalam kurikulum. kembali dan itu dimulai dari pengelolaan sistem pendidikan di al- Azhar Mesir. Kebangkitan Islam Tokoh dan Ide Pembaruan serta merupakan upaya aktif untuk Pengaruhnya terhadap Kemajuan membangun keseluruhan tatanan sosial Pendidikan di Al-Azhar Mesir sesuai dengan visi ideoligis yang Akibat dari berbagai hal yang diilhami secara kanonik mengenai membuat Mesir mengalami pergeseran realitas. Dengan kata lain, menurut kekuasaan yang berdampak pada Kuntowijoyo, kebangkitan Islam bukan kemunduran umat, maka dibutuhkan hanya sekedar reaksi lain terhadap adanya perubahan signifikan pada modernisasi, akan tetapi ia merupakan masyarakat. Setelah mengalami masa upaya untuk penegasan diri dan kebekuan pemikiran selama beberapa aktualisasi terhadap suatu keyakinan abad, para pemikir Islam di Mesir universal di dunia temporal. berusaha keras untuk membangkitkan Secara sosial historis, Islam kembali melalui pendidikan. karakteristik kebangkitan peradaban Kebangkitan kembali ini timbul sebagai yang dilakukan oleh para tokoh reaksi terhadap sikap taqlid dan jumud, pembaru di al-Azhar bagi penguatan yang ditengarai akibat dari mundurnya dan kemajuan Mesir sebagai sebuah aktivitas ijtihad bahkan pintu ijtihad negara mengarah pada tiga hal, yaitu telah tertutup (Armando, 2005: 137), proses mengeluarkan umat Islam dari membawa kemunduran dunia Islam fatalisme dan fanatisme, ideologi dan secara keseluruhan. Maka kemudian aksi, dan ideologi ilmu pengetahuan dan muncullah gerakan-gerakan baru yang aplikasi (Yatim, 2006: 1). Gerakan memelopori perubahan mendesak di fatalisme dan fanatisme adalah kalangan umat Islam, sebagai wujud mengeluarkan umat Islam dari sikap kesadaran dari kebangkitan kembali jumud dan fanatik mazhab kepada sikap pendidikan Islam. Bagi mayoritas ijtihad dan berpikir rasional. Gerakan pengamat, sejarah kebangkitan dunia ideologi dan aksi adalah adanya usaha Islam pada umumnya dan pendidikan dan keinginan untuk melawan penjajah Islam khususnya, terjadi karena dengan melakukan aksi dan perlawanan dampak Barat. Mereka memandang sehingga umat Islam dapat berdiri Islam sebagai suatu massa yang semi sendiri untuk maju. Gerakan ideologi
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 129
ilmu pengetahuan dan aplikasi adalah mengadakan pembaruan termasuk di adanya pengembangan ilmu al-Azhar. Pembaruan pertama pengetahuan yang dilakukan oleh dilakukannya di bidang militer, karena masyarakat Islam yang diaplikasikan dengan kekuatan militer ia dapat melalui lembaga pendidikan. Para tokoh mempertahankan kekuasaannya. Akan pembaru berusaha mengeluarkan umat tetapi, kemajuan dalam bidang militer Islam dari sikap fatalisme yang Katiga tidak akan mungkin dicapai tanpa hal ini menyatu dalam usaha para tokoh dukungan ilmu pengetahuan dan pembaru di al-Azhar Mesir. teknologi modern yang berkembang. Berikut ini akan diketengahkan Untuk mendukung pembiayaan sejarah sosial tiga tokoh pembaru di al- pembaruan angkatan bersenjata, Azhar dengan masing-masng idenya pembaruan di bidang ekonomi juga serta pengaruhnya bagi kemajuan al- mendapat perhatiannya yang serius dan Azhar di Mesir dan umat Islam secara untuk itu juga diperlukan ilmu keseluruhan. Keempat tokoh itu pengetahuan modern (Armando, 2005: memiliki karakteristik yang berbeda, 151). Di sini tergambar bahwa kedua tapi memiliki keinginan yang sama pembangunan bidang militer dan untuk kemajuan al-Azhar dan Mesir ekonomi yang dilakukan Muhammad serta umat Islam. Mereka adalah Ali Pasya sangat membutuhkan ilmu Muhammad Ali Pasya, Muhammad pengetahuan modern dan ini menjadi Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha. cikal munculnya pembaruan atau modernisasi di bidang pendidikan Muhammad Ali Pasya Memasukkan (Armando, 2005: 39). Corak dan Model Pendidikan Barat di Muhammad Ali Pasya sangat Al-Azhar menyadari pentingnya arti pendidikan Sama halnya di Turki, pembaruan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan pendidikan Islam selanjutnya dapat suatu bangsa. Maka, Muhammad Ali dilihat di Mesir yang juga diawali oleh Pasya mencurahkan perhatiannya bagi penguasa pembaharuan Islam setelah pendidikan termasuk di al-Azhar. mengadakan kontak dengan peradaban Namun, dalam proses perjalannya, al- modern Barat. Invasi Napoleon yang Azhar sebagai lembaga yang memiliki membawa kemajuan teknologi dan ilmu otonomi karena didiami oleh banyak pengetahuan Barat telah membuka ulama dan seolah-olah milik ulama, mata rakyat Mesir bahwa umat Islam menolak modernisasi yang lakukan oleh telah tertinggal oleh kemajuan Barat, Muhammad Ali Pasya. Maka, selanjutnya mendorong umat Islam selanjutnya untuk memuluskan ide-ide untuk mengadakan modernisasi yang kebangkitan pembaruannya, dia dipelopori oleh Muhammad Ali mendirikan sekolah-sekolah baru. Maka Pasya(Armando, 2005: 150). untuk itu, ia mendirikan Kementerian Muhammad Ali Pasya disebut sebagai Pendidikan dan Lembaga Pendidikan. pelopor pembaruan dan Bapak Tahun 1815 ia mendirikan Sekolah Pembangunan Mesir Modern. Ia sangat Militer di Kairo dan Akademi Industri menyadari bahwa pembagunan dunia Bahari serta Sekolah Perwira Angkatan pendidikan sangat penting artinya bagi Laut di Iskandariyah. Itu semua kemajuan Mesir sebagai suatu bangsa dimaksudkan untuk membekali anggota yang beradab. angkatan bersenjata dengan ilmu Setelah ia naik tahta menjadi pengetahuan modern (Armando, 2005: penguasa Mesir, ia mengerahkan usaha 151). Secara berturut-turut ia membuka untuk memperkuat kekuasaannya dan Sekolah Teknik (1816), Sekolah
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 130
Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker Berbagai terobosan pembaruan (1829), Sekolah Pertambangan (1839), dan modernisasi yang dipelopori oleh Sekolah Pertanian (1836), dan Sekolah Muhamad Ali Pasya di Mesir ini besar Penerjemahan (1836) (Asrohah, 1999: sekali kontribusinya bagi perkem- 133). Di sekolah-sekolah tersebut bangan Mesir untuk menjadi negara digunakan metode modern dengan guru Modern. Gerakan pembaruannya telah yang didatangkan dari Eropa, di memperkenalkan ilmu pengetahuan samping tenaga dari Mesir sendiri. dan teknologi Barat kepada umat Islam. Untuk mempercepat pembaruan Sampai pada suatu waktu dapat dalam bidang pendidikan, penerjama- menyingkap awan hitam yang han buku Eropa digalakkan, terutama menyelimuti pola pikir dan sikap setelah berdirinya sekolah keagamaan sehingga lahirlah penerjemahan. Usaha penerjemahan ini intelegensia Muslim yang mulai membawa hasil baik. Bagian berpengetahuan agama yang luas, penerjemahan dibagi empat; ilmu pasti, berwawasan modern, dan tidak ilmu kedokteran, ilmu fisika dan sastra. berpandangan sempit. Mereka laksana Kegiatan tersebut, terutama sastra, mercusuar bagi umat Islam Mesir juga membawa masuknya ide-ide Barat ke dunia Islam lainnya, karena sinarnya Mesir. Mereka mulai mengenal Eropa yang mampu memberikan petunjuk dan semakin menyadari bahwa dunia umat Islam mendarat di pelabuhan yang digambarkan buku terjemahan itu yang menjanjikan kemajuan dan tidak sudah jauh berbeda dari buku klasik menyesatkan. Mereka seperti Rifa’ah yang sudah mereka ketahui (Armando, Badawi, Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad 2005: 151). Abduh, Rasyid Rida, dan Hasan al- Namun demikian, dengan Banna, yang berpikiran luas, kegigihan Muhammad Ali Pasya, dia berwawasan modern, dan tidak berusaha memasukkan pembaruan di berpandangan ekslusif. al-Azhar. Di sini tergambar bahwa corak Memang Muhammad Ali Pasya dan model pendidikan Barat yang telah melakukan pembaruan secara diterapkan oleh Muhammad Ali Pasya universal di Mesir melalui pendirian Mesir termasuk di al-Azhar dianggap sekolah baru yang mengakomodir jalan keluar untuk kemajuan umat pemikiran ilmu pengetahuan Prancis. Muslim Mesir. Khusus untuk al-Azhar, Namun ide pembaruan yang dibawanya dia memberikan kelonggaran dalam tidak diterima di lembaga pendidikan pengawasan terhadap ide al-Azhar. Para ulama yang ada di al- pembaruannya. Bagi sekolah-sekolah Azhar agak berat menerima ide rasional yang didirikannya, untuk mendukung yang dibawa Muhammad Ali Pasya percepatan pembaruannya ia karena mereka menganggap mempercayakan pengawasan sekolah bertentangan dengan ideologi mereka kepada orang Barat, bahkan guru- yang berpaham Sunni. Dampak yang gurunya juga didatangkan dari Barat begitu besar akan ideologi Sunni yang (Eropa). Selain mendatangkan tenaga dikembangkan oleh Dinasti Ayyubiyah ahli dari Eropa, Muhammad Ali Pasya telah mendarah daging dalam diri juga mengirimkan siswa-siswa untuk masyarakat Mesir. Ideologi Sunni belajar ke Italia, Perancis, Inggris, dan merupakan identitas Islam yang harus Austria. Menurut statistik, antara tahun dipertahankan dan itu bertetangan dan 1823 dan 1844, sekitar 311 orang tidak sama dengan pendidikan Barat. pelajar Mesir dikirim ke Eropa (Hitti, Teologi mereka hanya bersifat fikih dan 2005: 724). tasawuf dan sangat bertentangan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 131
dengan model Barat, sehingga semua modern (Nasution, 1992: 67). Dengan model Barat itu harus ditolak. memasukkan ilmu pengetahuan modern di al-Azhar sebagai lembaga Muhammad Abduh Memasukkan Ilmu pendidikan pemerintah, akan Modern di Al-Azhar melahirkan ilmuwan yang tidak kosong Upaya pembaruan pendidikan akan ilmu pengetahuan agama tapi juga yang telah dilakukan oleh Muhammad menguasai ilmu pengetahuan umum Ali Pasya, satu sisi memberikan yang dapat memberikan kontribusi bagi kontribusi positif bagi lahirnya suasana pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam yang dinamis. Bahkan kamajuan Islam. dari adanya pembaruan ini telah lahir Bagi Muhammad Abduh, isu pula intelektual Muslim yang penting yang harus menjadi perhatian berwawasan luas baik pengetahuan sepanjang hayat dan karirnya adalah agama maupun pengetahuan umum. pembaruan pendidikan Islam. Dalam Namun pada sisi lain, dengan adanya pandangannya, pendidikan itu penting pembaruan pendidikan Islam telah sekali, sedangkan ilmu pengetahuan itu membawa kondisi pendidikan Islam— wajib dipelajari. Sesuatu yang selalu dalam hal ini madrasah—hanya bisa Abduh pikirkan adalah bagaimana mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. mencari alternatif untuk keluar dari Akibatnya lulusan madrasah hanya stagnasi yang dihadapi sekolah agama paham akan ilmu keislaman saja, dan di Mesir, yakni pendidikan al-Azhar. hal ini berdampak pada pola pikir Abduh berpendapat bahwa pendidikan masyarakat yang sempit. Di sini tampak yang diamatinya cenderung muncul dualisme pendidikan dan menghasilkan lulusan dan masyarakat pengaruhnya pun terasa besar dalam yang jumud, tidak transparan, statis, sistem pendidikan serta juga dan tidak ada perubahan. Oleh karena masyakarat Muslim. Munculnya paham jumud ini, maka umat Islam dualisme pendidikan pada masa ini, tidak menghendaki perubahan, dan betul-betul telah menjadi kenyataan tidak mau menerima perubahan. Hanya yang memang perlu penanganan serius. dengan meningkatkan mutu pendidikan Sosok Muhammad Abduh adalah Islam dan mengemukakan kembali satu dari sekian banyak pembaru yang ajaran-ajaran dasar Islam dengan merasakan adanya dualisme tersebut bahasa yang tegas dan jelas, umat Islam (Armando, 2005: 12). Hal itu, apabila akan mengakhiri kemunduran dan akan dibiarkan akan membawa keberadaan menatap kemajuan masa depan (Gibb, pendidikan Islam pada satu situasi tidak 1992: 69). mendapat respon dan diminati oleh Bagi Muhammad Abduh yang masyarakat serta tidak bisa melahirkan harus diperjuangkan dalam satu sistem para lulusan yang handal. Oleh pendidikan adalah pendidikan yang karenanya, dalam merespon kondisi fungsional, yang meliputi pendidikan demikian, Muhammad Abduh mencoba universal bagi semua anak, laki-laki melakukan upaya pembaruan maupun perempuan. Semuanya harus pendidikan di al-Azhar (Nata, 2004: 91- punya dasar membaca, menulis, 98). Menurut pandangannya, al-Azhar berhitung, dan harus mendapatkan perlu dimasukkan ilmu-ilmu modern pendidikan agama. Isi dan lama agar ulama-ulama Islam mengerti pendidikan haruslah beragam, sesuai kebudayaan modern dan dengan dengan tujuan dan profesi yang demikian dapat mencari penyelesaian dikehendaki oleh pelajar (Rahmena, yang baik bagi persoalan dalam zaman 1996: 59). Muhammad Abduh percaya
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 132
bahwa anak petani dan tukang harus diperpendek (Armando, 2005: 14). mendapat pendidikan yang umum, agar mereka dapat berhasil menjadi Muhammad Rasyid Ridha ilmuwan masa depan. Memasukkan Pemikiran Rasional di Berikutnya, Muhammad Abduh al-Azhar berusaha mendirikan Komite Perbaikan Ide pembaruan di al-Azhar Mesir Administrasi al-Azhar pada tahun 1895 yang dilakukan oleh Muhammad Abduh dan berhasil melaksanakan pembaruan- kemudian diteruskan oleh Rasyid Ridha pembaruan administratif yang (Nasution, 1992: 69). Pada tahun 1898 bermanfaat. Namun usahanya Rasyid Ridha hijrah ke Kairo dengan menghadapi perlawanan dari para maksud berguru dan bergabung dengan ulama bahkan ia dituduh akan Muhammad Abduh. Langkah pertama menghidupkan kembali pemikiran- yang dilakukan Rasyid di Mesir adalah pemikiran Mu’tazilah. Dalam rangka mendesak Abduh untuk menerbitkan mengubah sistem pendidikan tersebut, sebuah majalah sebagai corong mereka. Muhammad Abduh mempunyai ide Menurut Rasyid, hal ini penting karena yang tidak bisa direalisir hanya karena cara yang tepat untuk menyembuhkan benturan dari kelompok konservatif penyakit umat ialah pendidikan serta yang belum memahami betul manfaat menyiarkan ide-ide yang pantas untuk dari adanya pembaruan. Oleh sebab itu, menentang kebodohan dan pikiran- ia merintis pendirian lembaga pikiran yang mengendap dalam diri pendidikan Majlis Pengajaran Tinggi umat seperti fatalistik dan khurafat. yang bisa mengajarkan ilmu agama dan Abduh menyetujui saran muridnya itu, ilmu umum sekaligus pada lembaga- kemudian terbitlah sebuah majalah lembaga pendidikan Islam (Suwito & yang diberi nama al-Manar. Nama yang Fauzan, 2005: 175). diusulkan Rasyid dan disetujui Abduh. Selain itu, pembaruan pendidikan Dalam terbitan perdananya dijelaskan Islam yang dilakukannya adalah bahwa tujuan al-Manar sama dengan al- menyebarkan secara luas ide-ide ‘Urwah al-Wusqa, yakni sebagai media pembaruannya ke seluruh wilayah pembaharuan dalam bidang agama, termasuk kepada para guru dan civitas sosial, ekonomi, menghilangkan paham- akademika al-Azhar. Usaha tersebut paham yang menyimpang dari agama membuahkan hasil dengan munculnya Islam, peningkatan mutu pendidikan, sedikit demi sedikit para pemimpin al- dan membela umat Islam dari Azhar bergerak dan terdorong untuk kebuasan politik Barat (Ilahi, 2002: 58). menata kembali metode-metode Erat kaitannya dengan konsep mengajar, serta mengajarkan sejarah, “jihad” yang dikemukakannya, Rasyid geografi, dan beberapa cabang ilmu menganjurkan umat Islam memiliki lainnya tentang alam. Dengan demikian satu kekuatan untuk menghadapi upaya pembaruan yang ditujukan ke al- beratnya tantangan dunia modern. Azhar meliputi; (1) membentuk Dewan Kekuatan itu hanya dapat dimiliki jika Pimpinan al-Azhar yang terdiri dari umat Islam bersedia menerima ulama-ulama besar dari empat mazhab; peradaban Barat. Jalan untuk (2) menertibkan administrasi al-Azhar memperoleh peradaban Barat itu ialah dengan menentukan honor bagi berusaha memperoleh ilmu pengajar, membangun ruang khusus pengetahuan dan teknologi Barat itu bagi rektor, dan mengangkat para sendiri. Ilmu pengetahuan dan pembantu rektor; dan (3) masa belajar teknologi tidak berlawanan dengan diperpanjang dan masa libur Islam (Nasution, 1992: 71), bahkan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 133
umat Islam wajib mempelajari dan dan wali. Rasyid Ridha menyoroti menerima ilmu pengetahuan dan paham fatalisme (jabari) yang berakar teknologi itu bila mereka ingin maju kuat di tengah masyarakat yang telah (Ilahi, 2002: 64). memperlemah ummat Islam. Kemudian Secara umum terdapat empat ia menggantikannya dengan paham pemikiran penting Rasyid Ridha yang dinamisme (progress, kemajuan) harus dilakukan oleh umat Islam agar supaya ummat Islam menyadari bahwa keluar dari keterkungkungan kemajuan hidup ditentukan oleh diri keterbelakangan dan kemunduran. mereka sendiri. Jalan untuk dinamika Semua itu harus dimulai dari lembaga aktif itu yakni melalui jihad. pendidikan al-Azhar, yaitu: Umat Islam, demikian menurut Pertama, menyingkarkan Rasyid Ridha, harus dibawa kembali paham bid’ah dan paham fatalisme kepada ajaran Islam yang sebenarnya, umat Islam. Hampir tidak jauh berbeda murni dari segala bid’ah. Islam murni pemikiran Rasyid Ridha mengenai itu sederhana sekali, sederhana dalam pembaruannya dengan para gurunya, ibadat dan sederhana dalam yaitu Muhammad ‘Abduh dan muamalatnya. Hal yang meruwetkan Jamaluddin al-Afghani. Ia juga ajaran Islam adalah justru sunah-sunah berpendapat bahwa umat Islam yang ditambahkan hingga mundur karena tidak menganut ajaran- mengkaburkan antara wajib dan ajaran Islam yang sebenarnya. sunnah. Dalam soal muamalah, hanya Pemahaman umat Islam tentang ajaran- dasar-dasar yang diberikan, seperti ajaran agama mengalami kesalahan dan keadilan, persamaan, pemerintahan perbuatan-perbuatan mereka dianggap syura. Perincian dan pelaksanaan dari telah menyeleweng dari ajaran Islam dasar-dasar ini diserahkan kepada umat yang hakiki. Ke dalam tubuh Islam telah untuk menentukannya. Hukum-hukum banyak masuk bid’ah yang merugikan fiqh mengenai hidup kemasyarakatan, bagi perkembangan dan kemajuan tidak boleh dianggap absolut dan tak umat. Maka Rasyid Rida berusaha dapat diubah. Hukum-hukum itu timbul merubah paham masyarakat dan pola sesuai dengan suasana tempat dan pembelajaran di al-Azhar dengan zamannya. menyingkirkan paham fatalisme di Terhadap sikap fanatik di kalangan mahasiswa dan dosen. zamannya ia menganjurkan supaya Pemikiran ini jelas mengarahkan umat toleransi bermazhab dihidupkan. Dalam Islam agar berpikir rasional dan hal-hal fundamentallah yang perlu mengedepankan akal untuk memberi dipertahankan, yaitu persatuan umat. solusi terhadap persoalan umat (Rais, Selanjutnya ia menganjurkan 1993: 93-94). pembaruan dalam bidang hukum dan Menurut Rasyid Ridha, di antara penyatuan mazhab hukum. Rasyid bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahwa Ridha mengakui terdapat faham dalam Islam terdapat ajaran kekuatan fatalisme di kalangan umat Islam. batin yang membuat pemiliknya dapat Menurutnya, bahwa salah satu dari memperoleh segala apa yang sebab-sebab yang membawa kepada dikehendakinya. Bid’ah lain yang kemunduran umat Islam ialah faham ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah fatalisme (‘aqidah al-jabr) itu. ajaran syekh-syekh tarekat tentang Selanjutnya salah satu sebab yang tidak pentignya hidup duniawi, tentang membawa masyarakat Eropa kepada tawakkal, dan tentang pujaan dan kemajuan ialah faham dinamis yang kepatuhan berlebih-lebihan pada syekh terdapat di kalangan mereka. Islam
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 134
sebenarnya mengandung ajaran memasukkan pemikiran modern di al- dinamis. Orang Islam disuruh bersikap Azhar dengan memandang bahwa aktif. Dinamis dan sikap aktif itu kamajuan umat Islam harus didasarkan terkandung dalam kata jihad; jihad penggaliannya dari al-Qur’an untuk dalam arti berusaha keras, dan sedia melahirkan sains dan teknologi modern. memberi pengorbanan, harta bahkan Rasyid Ridha memandang bahwa juga jiwa. Faham jihad inilah yang peradaban Barat modern didasarkan menyebabkan umat Islam di zaman atas kemajuan ilmu pengetahuan dan klasik dapat menguasai dunia. teknologi. Ilmu pengetahuan dan Kedua, mengembangkan teknologi tidak bertentangan dengan pemikiran ijtihad. Sebagaimana Islam. Untuk kemajuan, umat Islam Muhammad ‘Abduh, Rasyid Ridha harus mau menerima peradaban Barat sangat menghargai akal manusia, yang ada. Barat maju, demikian walaupun penghargaannya terhadap menurut Rasyid Ridha, karena mereka akal tidak setinggi penghargaan yang mau mengambil ilmu pengetahuan yang diberikan gurunya. Akal dapat dipakai dikembangkan umat Islam zaman dalam menafsirkan ajaran-ajaran klasik. Dengan demikian mengambil mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi ilmu pengetahuan barat modern tidak terhadap ibadah. Ijtihad dalam sebenarnya berarti mengambil kembali soal ibadah tidak lagi diperlukan. Ijtihad ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki (fungsi eksplorasi akal) dapat umat Islam (Sani, 1998: 66). dipergunakan terhadap ayat dan hadis Terkait hal ini, Rasyid Ridha yang tidak mengandung arti tegas dan menganggap perlunya diadakan tafsiran terhadap persoalan-persoalan yang modern dari al-Qur’an, yaitu tafsiran tidak disebutkan secara langsung dalam yang sesuai dengan ide-ide yang al-Qur’an dan al-Hadits. Di sinilah, dicetuskan gurunya. Ia selalu menurut Rasyid Ridha, terletak menganjurkan kepada Muhammad dinamika Islam. Rasyid Ridha Abduh untuk menulis tafsir modern menyoroti paham fatalisme (jabariah) namun gurunya tersebut tidak sefaham yang berakar kuat di tengah masyarakat dengannya, namun Karena desakan yang telah memperlemah umat Islam. Rayid Rida akhirnya Muhammad Abduh Kemudian ia menggantikannya dengan akhirnya setuju untuk memberikan paham dinamisme (progress, kuliah mengenai tafsir al-Qur’an di al- kemajuan) supaya umat Islam Azhar yang dimulai pada tahun 1899 menyadari bahwa kemajuan hidup sampai dengan meninggalnya ditentukan oleh diri mereka sendiri Muhammad Abduh yakni pada tahun (Armando, 2005: 44). Jalan untuk 1905. Dari keterangan-keterangan yang dinamika aktif itu yakni melalui jihad diberikan oleh guru, Rasyid Rida selalu (Armando, 2005: 44). mencatatnya dan untuk seterusnya Rasyid Ridha banyak menyoroti disusun dalam bentuk karangan yang masalah akidah Islam yang teratur selanjutnya diperiksa oleh guru hubungannya dengan praktik di tengah dan setelah mendapat persetujuan masyarakat.dan berusaha memberantas maka karangan tersebut ia siarkan taqlid di kalangan umat Islam. Paham dalam Al-Manar. Setelah guru yang dimunculkan Rasyid Ridha tidak meninggal, murid meneruskan jauh berrbeda dengan Abduh yang penulisan tafsir sesuai dengan jiwa dan berusaha mengembalikan sifat khas ide yang duicetuskan guru dan ajaran salaf kepada keasliannya. Oleh Muhammad Abduh sendiri sempat karena itu Rasyid Ridha berusaha memberikan tafsiran sampai dengan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 135
ayat 125 dari surat Al-Nisa’ (jilid III dari satu kekuasaan. Ia juga tidak setuju Tafsir Al-Manar) dan yang selanjutnya dengan gerakan nasionalisme Mustafa adalah tafsiran murid sendiri. Kemal di Mesir dan nasionalisme Rasyid Ridha menganggap bahwa bertentangan dengan persaudaraan penghargaan terhadap akal terbatas, ia Islam. Muhammad Rasyid Ridha tidak mengritik paham tasawuf dan tarekat menginginkan negara model barat yang ekstrem dan dianggap menjadi melainkan negara dalam bentuk virus umat, karena ajaran inilah telah khilafah seperti masa al-Khulafaur melemahkan semangat juang dan Rasyidin yang menjalankan adalah tanggung jawab mereka di dunia mujtahid dan dalam menjalankan roda ini. Oleh karena itu perlu dibuka pintu pemerintahnnya ia dibantu para ulama, ijtihad yang seluas-luasnya di kalangan dengan sistem khalifah ini, ukhuwah umat Islam, agar mencapai kemajuan. Islamiyah dapat di wujudkan (Armando, Ketiga, ukhuwah Islamiyyah. 2005: 46). Sebagaimana al-Afghani, Rasyid Ridha Rasyid Ridha tidak memberikan juga melihat perlunya dihidupkan format yang jelas bagi bentuk kesatuan kesatuan umat Islam. Menurutnya, yang dimaksud. Ia hanya menawarkan salah satu sebab lain bagi kemunduran kekhalifahan yang sekaligus umat ialah perpecahan yang terjadi di mengemban fungsi sebagai kepala kalangan mereka. Kesatuan yang negara (Parmono, 2004: 72-73). dimaksud oleh beliau bukanlah Khalifah, menurutnya, karena kesatuan yang didasarkan atas kesatuan mempunyai kekuasaan legislatif maka bahasa atau kesatuan bangsa, tetapi harus mempunyai sifat mujtahid. kesatuan atas dasar keyakinan yang Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat sama. Oleh karena itu ia tidak setuju absolut. Ulama merupakan pembantu- dengan gerakan nasionalisme yang pembantunya yang utama dalam soal dipelopori Mustafa Kemal at-Taturk di memerintah rakyat. Untuk mewujudkan Mesir dan gerakan nasionalisme Turki kesatuan umat itu, ia pada mulanya yang dipelopori Turki Muda. Ia meletakkan harapan pada kerajaan menganggap bahwa faham Usmani, tetapi harapan itu hilang nasionalisme bertentangan dengan setelah Mustafa Kamal berkuasa di ajaran persaudaraan seluruh umat Istanbul dan kemudian menghapuskan Islam. Persaudaraan dalam Islam tidak sistem pemerintahan kekhalifahan. kenal pada perbedaan bangsa dan Selanjutnya ia meletakkan harapan bahasa, bahkan tidak kenal perbedaan pada kerajaan Saudi Arabia setelah Raja tanah air. Abd al-Aziz dapat merebut kekuasaan di Ini jugalah yang menjadi Semenanjung Arabia. pandangan politik penting bagi Keempat, menambahkan perkembangan al-Azhar yang kurikulum modern di al-Azhar. Rasyid dimunculkan dalam pemikiran bagi Ridha memandang perlunya para mahasiswa yang dalam bahasa dilaksanakan pembaharuan dalam Arab ukhuwah Islamiyyah. Menurutnya, bidang pendidikan, ia melihat perlu salah satu penyebab kemunduran umat ditambahkan ke dalam kurikulum al- Islam adalah perpecahan yang terjadi di Azhar mata pelajaran seperti teologi, kalangan mereka sendiri, kemudian ia pendidikan moral, sosoiologi, ilmu menyeru kepada seluruh umat Islam bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, agar bersatu kembali di bawah satu ilmu kesehatan, bahasa-bahasa asing keyakinan, satu sistem moral dan satu dan ilmu mengatur rumah tangga yaitu sistem hukum yang dilaksanakan oleh disamping fikih, tafsir, hadits dan lain-
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 136
lain di al-Azhar. Sekaligus melakukan Azhar. Dinasti Fatimiyah menjadikan penguasaan terhadap iptek untuk Al-Azhar ini propaganda ajaran Syi'ah mengikuti kemajuan Barat (Rasjidi, dan lambang kepemimpinan spiritual 1977: 71-77). umat Islam. Masjid ini dikembangkan Dalam berbagai tulisannya, Rasyid fungsinya akibat banyaknya para mendorong umat Islam untuk pelajar yang ingin mendalami ilmu menggunakan kekayaannya dalam agama dan berdiskusi maka timbul pembangunan lembaga-lembaga inisiatif untuk mengembangkan masjid pendidikan. Menurut Rasyid, ini menjadi sebuah universitas yang membangun lembaga pendidikan lebih merupakan dasar yang sangat baik dari membangun masjid. Baginya fundamental dalam membangun masjid tidaklah besar nilainya apabila paradigma pemikiran keislaman. orang-orang yang shalat di dalamnya Berdiri pula Dinasti Ayyubiyah di Mesir hanyalah orang-orang bodoh. Dengan yang berpaham Sunni berdampak bagi membangun lembaga pendidikan, perkembangan Al-Azhar. Di samping itu kebodohan dapat dihapuskan dan muncul pula Napoleon Bonaparte dengan demikian pekerjaan duniawi menguasai Mesir yang membawa dan ukhrawi akan menjadi baik. Satu- peralatan perang canggih dan juga ilmu satunya jalan menuju kemakmuran pengetahuan pada umat Islam dan adalah perluasan pendidikan secara berdampak bagi perkembangan Al- umum. Azhar. Di bidang pendidikan ia Kedua, latar belakang terjadinya mendirikan sekolah sebagai misi Islam pembaruan di Al-Azhar karena; dengan nama Madrasah al-Dakwah wa bergesernya paham rasional Syi’ah al-Irsyad di Kairo pada tahun 1912 M. pada ortodoksi ideologi Sunni; invasi Para alumni madrasah ini disebarkan Napoleon Bonaparte dari Prancis yang keberbagai dunia Islam. Muhammad mengalahkan Kerajaan Turki Usmani di Rasyid Ridha sebagai penggerak Mesir dalam waktu yang cepat; dan pembaharuan Islam yang masih persentuhan peradaban Prancis yang condong pada ajaran-ajaran Ibnu dibawa Napoleon pada pendidikan di Taimiyah. Ia sebagai penyokong aliran Al-Azhar. Wahabi, karena dalam ajaran aliran Ketiga, tokoh dan ide pembaruan tersebut dikemukakan pengakuan di Al-Azhar di Mesir dipelopori oleh bermazhab salaf yang bertujuan Muhammad Ali Pasya, Muhammad mengembalikan ajaran Islam kepada al- Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha Qur’an dan al-Hadis (Sudarsono, 1994: yang berusaha melukakan reformasi 163). dan modernisasi di Al-Azhar dengan mamasukkan kurikulum-kurikulum dari Barat. Umat Islam dalam SIMPULAN pandangan mereka harus keluar dari Sejarah sosial pendidikan Islam ketertinggalan melalui pembukaan era reformasi dan modern di al-Azhar kembali pemikiran rasional dan dapat disimpulkan pada beberapa hal. membuka diri terhadap peradaban Pertama, latar belakang sosial al-Azhar. modern yang ada di Barat seperti yang Dinasti Fatimiyah menjadikan Mesir dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari sebagai pusat pemerintahan. Sebagai Prancis. Wallau a’lam bi al-shawab. pusat pemerintahan maka didirikanlah masjid Al-Azhar di Kairo, yang kelak menjadi lembaga pendidikan tinggi Al-
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 137
DAFTAR RUJUKAN Perkembangan Fakultas Usuluddin UIN SUSKA dan ‘Auf, Ahmad Muhammad. 1970. Al- Yayasan Pusaka Riau. Azhar fi Alfi ‘Aam. Kairo: Majma’ Jamal, Syauqi ‘Atha Allah. 1988. Al- Buhus al-Islamy. Azhar wa Daurahu as-Siyasi wa al- Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Hadhori fi Afriqiya. Kairo: an- Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. Nahdhah. Anshari, Endang Saifuddin. 1978. Kuliah Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam: al-Islam. Bandung: Pustaka Interpretasi untuk Aksi, cet. ke -3. Bandung. Bandung: Penerbit Mizan. Antonio, Muhammad Syafii. 2009. Madjid, Nurkholish. 1997. Islam Muhammad SAW: The Super Kemodernan dan Keindonesiaan. Leader Super Manager. Jakarta: Bandung: Mizan. Tazkia Publising. Mubarok, Jaih. 2008. Sejarah Perdaban Ash-Shayim, Muhammad. 2003. Islam, cet. ke -1. Jakarta: Pustaka Shalahuddin al-Ayyubi: Sang Islamika. Pejuang Islam. Jakarta: Gema Mughni, Syafiq A., 1997. Sejarah Insani Press. Kebudayaan Islam di Turki. Amaliyah, Asriati. 2013. Esksistensi Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Pendidikan Islam di Mesir Masa Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. Daulah Fatimiyah: Lahirnya Al- 2008. Ilmu Pendidikan Islam, cet. Azhar, Tokoh-Tokoh Pendidikan ke -2. Jakarta: Kencana Islam pada Masa Daulah Munir, Sudarsono A., 1994. Aliran Fatimiyah dan Pengaruhnya Modern dalam Islam, Jakarta: terhadap Dunia Islam. Jurnal Rineka Cipta. Lentera Pendidikan. Vol. 16, Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Nomor 1. dalam Islam: Pemikiran dan Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang. Pendidikan Islam, cet. ke -1. Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Pendidikan Islam pada Periode Djambulati, Ali. 1987. Perbandingan Klasik dan Pertengahan. Jakarta: Pendidikan Islam, terj. H. M. Arifin. Raja Grafindo Persada. Jakarta: Rineka Cipta. Nina M. Armando, et. al., (ed.,), Fazlurrahman. 1984. Islam. Bandung: Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta: Pustaka. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 Gibb, H.A.R., 1992. Aliran-Aliran Nina M. Armando, et. al., (ed.,), Modern dalam Islam. Jakarta: Ensiklopedi Islam Jilid 3, Jakarta: Rajawali Pers. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 Hitti, Philip K, 2005. History of The Nina M. Aramnado, et. al., (ed.), Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Ensiklopedi Islam Jilid 4, Jakarta: Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Nina M. Armando, et. al., (ed.,), Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah dan Ensiklopedi Islam Jilid 5, Jakarta: Kebudayaan Islam. terj. Djahdan Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 Humam. Yogyakarta: Kota Nina M. Armando, et. al. (ed.), Kembang. Ensiklopedi Islam Jilid 6, Jakarta: Ilahi, Kurnial. 2002. Perkembangan Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 Modern dalam Islam. Riau: Lembaga Penelitian dan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 138
Nurkholish Madjid, Islam Kemodernan Pengetahuan Islam. Jakarta: dan Keindonesiaan, Bandung: Kencana Prenada Media. Mizan, 1997, cet. ke -9 Suwito dan Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Parmono, Sjechrul Hadi. 2004. Islam Pendidikan Islam, cet. ke-1. dalam Lintasanm Sejarah Jakarta: Prenada Media. Perpolitikan. Surabaya: Aulia. Stanton, Charles Michael. 1998. Rahmena, Ali. 1996. Para Perintis Pendidikan Tinggi dalam Islam, Zaman Baru Islam. Bandung: terj. Ahmad Afandi dan Hasan Mizan. Asari. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Rais, Amin. 1993. Islam dan Thohir, Ajid. 2009. Perkembangan Pembaharuan. Jakarta: Rajawali Peradaban di Kawasan Dunia Press. Islam Melacak Akar-Akar Sejarah, Razak, Nasruddin. 1989. Dienul Islam, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Bandung: al-Ma’arif Bandung. Islam. Jakarta: RajaGrafindo Rasjidi. 1977. Koreksi terhadap DR. Persada. Harun Nasution tentang Islam Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. 2002 Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Jakarta: Djambatan. Rokhim, “Latar Belakang Berdirinya Wijaya, Cece et. al., 1992. Upaya Dinasti Ayyubiyah”, Pembaruan dalam Pendidikan dan www.rokhim.net. Pengajaran. Bandung: Remaja Sani, Abdul. 1998. Lintasan Sejarah Rosdakarya. Pemikiran Perkembangan Modern Yatim, Badri. 1995. Sejarah Peradaban dalam Islam. Jakarta: Raja Islam. Jakarta: Raja Grafindo Grafindo Persada. Persada. Sharon Siddique, “Conceptualizaing Yunus, Muhammad. 1990. Sejarah Contemporary Islam: religion or Pendidikan Islam. Jakarta: Ideology”, dalam, Ahmad Ibrahim, Hidakarya Agung. et. al., Reading on Islam in Southest Zuhairini. 1995. Sejarah Pendidikan Asia, (Singapura: Institute of Islam, , cet. ke -4. Jakarta: Bumi Southeast Asian Studies, 1986 Aksara. Sihbudi, M. Riza et. al., 1993. Konflik dan Zulkarnaini, 2011. Konsep Imamah Diplomasi di Timur Tengah. dalam Perspektif Syi’ah. Jurnal Bandung: Eresco. Tapis, Vol. 17, No. 13 Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu .
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 139