Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fery Apriadi

NIM : 1706364
Mata Kuliah : Dasar – Dasar Pembiayaan Pendidikan
Nama Jurnal : Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. Vol.01, No.04, April –
Juni 2014, ISSN: 2338-4603
Judul Artikel : Analisis Anggaran Pendidikan Provinsi Jambi
Azwan, M. Surya Hidayat, Syamsudin
Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi

A. Pendahuluan dan Resume

Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia karena
pendidikan menjadikan sumber daya manusia menjadi lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi
perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, bila negara memiliki penduduk dengan tingkat Pendidikan
yang tinggi makan akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat. Pendidikan tidak cukup
hanya dikelola oleh pemerintah saja namun perlu juga kemitraan dengan masyarakat, keluarga dan sekolah
dengan menggunakan konsep kemitraan yang dapat digambarkan dalam segitiga symbiosis mutualisme.
Begitu pula dengan pembiayaan tidak hanya bersumber dari pemerintah saja namun juga dapat bersumber
dari individu, lembaga swasta, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau bahkan berasal
dari luar negeri. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat biasanya akan semakin tinggi pula tingkat
kesadarannya terhadap pentingnya Pendidikan. Namun permasalahannya adalah di Indonesia tingkat
kemiskinan di Indonesia masih relatif tinggi dan berdampak juga dengan proses Pendidikan. Menyikapi hal
tersebut diperlukannya kebijakan yang jelas dan realistis agar Pendidikan dapat dinikmati oleh semua
peserta didik pada semua kelas ekonomi.

Anggaran dan pembiayaan yang rendah di bidang Pendidikan dikhawatirkan akan semakin
meningkatkan kesenjangan siswa berdasarkan status social ekonomi. Siswa – siswi yang berasal dari
keluarga miskin (yang mendapat subsidi) tidak akan dapat menanggung kekurangan biaya sehingga mereka
terpaksa masuk ke sekolah yang belum atau tidak standar nasional ataupun mereka tidak melanjutkan
bersekolah. Sementara siswa-siswi dari kelas menengah-atas akan dengan mudah memilih sekolah yang
sarana dan prasarana madani. Padahal Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menjamin semua anak memperoleh Pendidikan dengan; Pertama, “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang bermutu”. Kedua, “setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti Pendidikan dasar’. Ketiga, “pemerintah
dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta jaminan terselenggaranya
Pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi’. Keempat, “pemerintah dan

1
pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya Pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun”.

Berdasarkan permasalahan tersebut beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
(1) Manganalisis proporsi anggaran Pendidikan Provinsi Jambi; (2) Menganalisis proporsi dan
perkembangan dana dekonsentrasi terhadap pembiayaan sector Pendidikan di Provinsi Jambi selama
periode 2005-2012; (3) Menganalisis hubungan antara peningkatan anggaran Pendidikan dengan APM dan
APK; (4) Menganalisis kebutuhan anggaran bidang Pendidikan selama 8 tahun yang akan datang, tahun
2013-2020.

Pemerintah provinsi Jambi menyadari bahwa salah satu indicator keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah administrasi adalah tingkat Pendidikan dari penduduknya. Semakin tinggi Pendidikan penduduk
yang ada maka semakin berhasil pembangunan yang dilaksanakan. Selain itu Pendidikan juga menjadi kunci
utama dalam menggerakkan pembangunan karena Pendidikan merupakan pondasi utama dalam proses
pengembangan sumberdaya yang beruntun menuju pengembangan pembangunan yang ada. Maka
pemerintah Provinsi Jambi mengambil kebijakan, diantaranya dengan mengembangkan tempat-tempat
Pendidikan, membuka sekolah-sekolah kejuruan baru, dan memberikan pelatihan-pelatihan yang
direalisasikan dengan menambah dan meningkatkan anggaran pembiayaan Pendidikan yang ada. Namun,
sejak tahun 2000-2012 proporsi anggaran Pendidikan Provinsi Jambi masih di bawah 20% seperti yang
diamatkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional namun
menunjukan peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1. Proporsi Anggaran Pendidikan Propinsi Jambi Periode 2000-2012 (Rp Juta)

Tahun APBD Prov. Jambi APBD Pendidikan Proporsi


(Rp Juta) (RP Juta) (%)
2000 163.267 8.005 4,9
2001 238.790 8.435 3,5
2002 374.520 9.329 2,5
2003 563.976 10.47 1,9
2004 592.722 12.248 2,1
2005 642.833 34.990 5,4
2006 1.156.840 82.998 7,2
2007 1.291.600 158.396 12,3
2008 1.429.180 136.730 9,6
2009 1.620.590 175.300 10,8
2010 1.504.930 186.741 12,4
2011 1.920.556 241.488 12,6
2012 2.283.531 299.368 13,1

2
Rata-rata 7,6
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jambi

Begitu pula dengan alokasi anggaran Pendidikan melalui dana APBN selama 8 tahun terakhir
cenderung menunjukan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya akan tetapi proporsinya dilihat dari
APBD Pendidikan provinsi Jambi sangat fluktuatif yang diperlihatkan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Proporsi Pembiayaan Pendidikan di Provinsi Jambi Terhadap Dana Dekon periode
2005-2012 (Rp Juta)

Tahun APBN APBD Proporsi Dana APBD


(Dekon) Pendidikan (%)
2005 75.728 34.990 46,2
2006 294.970 82.998 28,1
2007 213.312 158.396 74,3
2008 231.241 136.730 59,1
2009 531.044 175.300 33,0
2010 876.409 186.741 21,3
2011 221.727 211.488 95,4
2012 109.561 299.368 228,5
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jambi (data diolah)

Peningkatan anggaran Pendidikan setiap tahunnya untuk mencapai standar yang telah ditetapkan Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sebesar 20% diyakini akan menaikan
Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan. Kenaikan anggaran
Pendidikan melalui APBD Pendidikan maupun APBN Dekon ternyata dapat menaikan APM dan APK
seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 3. Pertumbuhan APM SD, APK SMP dan APK SMA Tahun 2005-2011

APM SD (%) APK SMP (%) APK SMA (%)


Tahun
Nilai Pertmb Nilai Pertmb Nilai Pertmb
2005 83,20 - 72,20 - 41,68 -
2006 86,95 4,31 79,45 9,13 56,89 26,74
2007 92,02 5,51 89,36 11,09 60,73 6,32
2008 93,24 1,31 95,97 6,89 61,13 0,65
2009 98,71 5,54 95,25 -0,76 64,72 5,55
2010 98,72 0,01 96,17 0.96 69,82 7,31
2011 99,81 1,0 98,80 2.67 70,09 3,85
Sumber : Dinas Pendidikan Jambi

3
Dan melalui analisis korelasi tabel 4 menunjukan hubungan antara APBD Pendidikan dengan APM SD, APK
SMP dan APK SMA sangat kuat.

Tabel 4. Korelasi APBD dan APBN terhadap APM SD, APK SMP dan APK SMA

Korelasi antar
APBD/APBN Sig
Variable
APM-SD .564 .072
APK-SMP .480 .114
APK-SMA .579 .066
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jambi

Kebutuhan dan estimasi anggaran Pendidikan selama delapan tahun mendatang dapat dikalkulasikan
menggunakan pendekatan metode trend eksponensial yang berpedoman pada distribusi APBD dan APBN
selama 8 tahun terakhir yang digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 5. Estimasi Kebutuhan Anggaran Pendidikan Melalui Dana APBN dan APBD Periode 2013-
2020 (RP Juta)

Estimasi Anggaran Estimasi Anggaran Pertumbuhan Pertumbuhan


Tahun Pendidikan Pendidikan dalam APBN APBD
melalui APBN APBD (%) (%)
2013 6.203.128 593.189 - -
2014 11.910.006 871.988 92,0 47,0
2015 22.867.213 1.281.823 92,0 47,0
2016 24.493.237 1.429.933 7,1 11,6
2017 29.598.060 1.678.242 20,8 17,4
2018 34.702.882 1.926.550 17,3 14,8
2019 39.807.705 2.174.859 14,7 12,9
2020 44.912.527 2.423.167 12,8 11,4
Rata-rata 36,7 23,2
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jambi

Rata-rata pertumbuhan estimasi anggaran Pendidikan pada APBN selama 7 tahun adalaha sebesar
36,7% dan APBD Pendidikan sebesar 23,2%. Berdasarkan Analisa di atas maka anggaran pendanaan
Pendidikan dalam APBD Provinsi Jambi belum pernah mencapai 20% disebabkan masih tingginya
ketergantungan terhadap APBD dan rendahnya sumberdaya manusia di bidang Pendidikan.

Proporsi APBD Pendidikan Provinsi Jambi terhadap APBN Dekon cukup besar dikarenakan adanya
pengembalian uang gaji sertifikasi guru dari APBN Dekon kepada APBD kabupaten/kota, adanya
penguruangan pembangunan Ruangan Kelas Baru (RKB) dan Unit Sekolah Baru (USB) semua jenjang,

4
pengurangan jumlah penerima beasiswa serta terjadinya reformasi birokrasi pada kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Estimasi penggunaan anggaran Pendidikan melalui dana APBD setiap tahun selama 8 tahun
terbesar adalah untuk kegiatan dan program belanja langsung dan untuk siswa/murid SD, SMP dan SMA.

Beberapa saran yang diberikan sebagai hasil dari penelitian ini adalah: (1) Perlunya pengelolaan
anggaran Pendidikan secara efektif dan efisien dengan prinsip good and clean governance yang dikelola oleh
tenaga professional. (2) Alokasi anggaran disesuaikan dengan kewenangan pemerintah Provinsi Jambi yaitu
pada peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, Pendidikan khusus dan layanan khusus, Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) serta muatan lokal. (3) Anggaran Pendidikan lebih difokuskan pada
Pendidikan vokasional dengan perbandingan 30% SMA dan 70% SMK. (4) Penetapan kebijakan anggaran
sudah saatnya berbasiskan hasil penelitian dan pengembangan Pendidikan (LITBANGDIK).

B. Analisa

Menurut UU No. 33 tahun 2003 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Sementara APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Selain itu pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Biaya dalam Pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (Indirect cost).
Biaya langsung ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik
yang dikelurkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya untuk tidak langsung
(indirect cost) berupa keuntungan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama
belajar. UUD 1945 Amandemen IV Pasal 31 ayat 2 menegaskan bahwa kewajiban pemerintah membiayai
pendidikan dasar bagi setiap warga negara. Begitu pula pada ayat 4 menyebutkan bahwa negara
memprioritaskan anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan Pendidikan nasional. Begitu pula dengan UU No 20/2003 Pasal 34 ayat 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pun menggariskan bahwa Pemerintah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa pemungutan biaya.

5
Jika kita lihat dalam anggaran APBD Pendidikan di Provinsi Jambi masih belum mencapai 20% walaupun
setiap tahun persentasenya semakin meningkat dan ketergantungan yang besar pada APBN Dekon masih
cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah provinsi (eksekutif) dan DPR (legislatif) masih belum
memahami tentang pentingnya Pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun amanat
yang ada dalam UUD 1945 Amandemen IV. Hal ini disebabkan hasil dari Pendidikan tidak dapat dinikmati
seketika dan penempatan anggota DPR yang tidak sesuai dengan bidangnya keahliannya (Pendidikan).
Namun hal inilah yang harus di ingat bahwa Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan
kualitas kemampuan manusia dalam beradaptasi pada perkembangan zaman.

Sebelum adanya program wajib belajar 9 tahun dicanangkan, upaya peningkatan kualitas pendidikan
dasar didahului dengan keluarnya Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan
Pembangunan Gedung SD. Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperluas kesempatan belajar, terutama di
pedesaan dan bagi daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah. Pemerintah saat itu
menargetkan pembangunan 10.000 bangunan sekolah dan sudah tentu juga menambah jumlah tenaga
pengajar di seluruh Indonesia.

September 2000 pemerintah Indonesia tergabung bersama 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) menyepakati sebuah paradigma pembangunan global yaitu Millennium Development Goals
(MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, di New
York berlaku sejak tahun 2000 – 2015. Tujuan di bidang Pendidikan adalah mencapai Pendidikan dasar
untuk semua dengan target memastikan pada 2015 semua anak-anak dimana pun, laki-laki maupun
perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

Pada tahun 2005 pemerintah menggulirkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai salah
satu bentuk upaya untuk memenuhi amanat dalam UUD 1945 Amandemen IV. Program BOS ini sering di
sebut oleh masyarakat atau pemerintah (kepentingan politis terutama ketika pilkada) sebagai Pendidikan
gratis. Namun, sejak digulirkannya program BOS (Bantuan Operasional Sekolah) pada tahun 2005, World
Bank1 menemukan beberapa hal menarik salah satunya adalah sebagai berikut:
• Setelah program BOS diperkenalkan pada tahun 2005, keluarga yang memiliki anak di sekolah
dasar dan menengah tingkat pertama mengeluarkan biaya 6% lebih sedikit pada tahun pertama
BOS berjalan.
• Penghematan semakin terlihat pada tingkat sekolah menengah pertama, dimana pengeluaran
keluarga termiskin turun sebanyak 30%, dibandingkan 5% untuk tingkat sekolah dasar.

1
Memperbaiki Pendidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Indonesia, Word Bank 2015

6
• Angka partisipasi pada sekolah menengah tingkat pertama, khususnya siswa termiskin, naik secara
signifikan setelah adanya program BOS. Antara tahun 2000 hingga 2005 sebelum adanya BOS,
tingkat partisipasi siswa miskin pada sekolah menengah tingkat pertama menjadi stagnan. Sejak
program BOS berjalan, angka partisipasi siswa miskin naik sebesar 26%.

Pembiayaan untuk operasional semua sekolah sudah tentu membutuhkan anggaran yang sangat besar
dan sungguh sangat disayangkan pengelolaan dana BOS tidak professional yang lebih mengedepankan pada
operasional saja dan melupakan peningkatan mutu dan kualitas tenaga pendidik sehingga berdampak pada
buruknya kualitas layanan Pendidikan bagi masyarakat dan menimbulkan asumsi bahwa dana BOS menjadi
penyebabkan orang tua murid/masyarakat menjadi tidak peduli dengan Pendidikan. Demi meningkatkan
kualitas Pendidikan pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, dan Peraturan Mendiknas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
bagi Guru dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, maka ketika akses terhadap sekolah telah dibuka lebar-
lebar melalui pembentukan SD inpres sejak tahun 1975 (Inpres nomor 6 tahun 1975), pembiayaan
operasional sekolah dan peningkatan kualitas tenaga pendidik melalui sertifikasi guru maka diharapkan
kualitas layanan Pendidikan semakin membaik. Namun yang terjadi malah sebaliknya, ketika semakin banyak
dukungan yang diberikan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak terkoordinasi dengan baik. Tidak
adanya komunikasi dan koordinasi yang baik terkait dengan pembagian peran dan wewenang pusat dan
daerah.
Hal ini terlihat besarnya ketergantungan anggaran Pendidikan provinsi Jambi pada APBD Dekon dan
proporsi anggaran APBD Pendidikan provinsi Jambi masih rendah karena terlalu fokus pada program
pembangunan pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana. Hal ini dapat dipahami bahwa tidak semua
anggota TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) tidak memahami makna dan isi dari UUD 1945
Amandemen IV Pasal 31 ayat 2, hal ini dapat disebabkan karena masing-masing anggota merupakan posisi
politis yang dapat saja berpindah-pindah posisi sesuai dengan perkembangan politik lokal. Sementara
program yang terkait dengan peningkatan kualitas SDM adalah berupa beasiswa yang ditujukan kepada PNS,
honorer, dosen, mahasiswa (reguler yang kuliah di dalam maupun luar negeri) dan Program SAMISAKE
yang memberikan beasiswa kepada anak usia sekolah SD, SMP dan SMA yang tidak mampu. Namun sayang
belum terdapat program khusus yang fokus pada peningkatan kompetensi tenaga Pendidikan dalam
menjalankan tugas pelayanannya seperti pelatihan/bintek.
Dalam artikel ini peneliti (Azwan, M. Surya Hidayat, Syamsuddin) menyimpulkan bahwa; Pertama,
proporsi pendanaan pendidikan dalam APBD Provinsi Jambi belum pernah mencapai 20 persen. Hal ini
terjadi karena ketergantungan anggaran yang masih tinggi terhadap APBN, komponen gaji guru dan
pelatihan kedinasan tidak dimasukkan serta masih relatif rendahnya sumber daya manusia bidang

7
pendidikan. Kedua, proporsi APBD pendidikan Provinsi Jambi terhadap APBN Dekon sudah cukup besar,
hal ini terjadi karena adanya pengembalian uang gaji sertifikasi guru dari APBN Dekon kepada APBD
kabupaten/kota, adanya pengurangan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dan Unit Sekolah Baru (USB)
semua jenjang, pengurangan jumlah penerima beasiswa serta terjadinya reformasi birokrasi pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ketiga, tingkat signifikansi hasil korelasi antara APBN/APBD
dengan APK-SMP tidak signifikan, sedangkan tingkat korelasi/hubungan antara APBN/APBD dengan APM-
SD dan APK-SMA signifikan. Empat. estimasi penggunaan anggaran pendidikan melalui dana APBD setiap
tahun selama 8 tahun terbesar adalah untuk kegiatan dan program belanja langsung dan untuk siswa/murid
SD, SMP dan SMA.

C. Saran
Seperti yang telah dijelaskan oleh peneliti bahwa anggaran Pendidikan di Provinsi Jambi masih
tergantung dengan APBN dekon dan belum mencapai 20% dan rendahnya sumber daya bidang Pendidikan
yang dimiliki oleh pemerintah menjadi permasalahan dalam upaya peningkatan mutu Pendidikan. Ada
beberapa upaya yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah provinsi Jambi berkaitan dengan perkembangan
Pendidikan terkini yaitu;
1. Peningkatan anggaran Pendidikan khusus untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidik
berupa pelatihan/bintek yang mendukung pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran dan
pembuatan sekolah-sekolah rujukan yang sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing.
2. Penambahan jumlah anggaran juga diikuti dengan munculnya kebijakan pendukung, seperti
contohnya;
a. Munculnya pergub yang mengatur bahwa tenaga Pendidikan harus mengikuti pelatihan minimal
satu kali dalam satu tahun. Dengan begitu tenaga Pendidikan dapat di dorong untuk terus
meningkatkan kapasitasnya.
b. Merumuskan kebijakan daerah terkait dengan peningkatan literasi masyarakat.
3. Alokasi anggaran pendidikan disesuaikan dengan kewenangan pemerintah Provinsi Jambi yaitu pada
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan khusus/inklusif bagi masyarakat
adat yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Selain itu fokus anggaran pembangunan ruang kelas
baru (RKB) dan Unit Sekolah Baru (USB) cukup diserahkan kepada pemerintah pusat.
4. Konsistensi terhadap penyusunan perencanaan sejak mulai dari perencanaan sampai pada tahapan
penganggaran dan pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai