Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman ini semua telah berkembang sedemikian pesatnya, perkembangan
tersebut menyelimuti semua aspek. Kecanggihan teknologi serba digital pun membuat
semua pemenuhan kebutuhan manusia serba dipermudah. Begitu pula implikasinya di
bidang kesehatan, penyakit pun mengalami perkembangan yang sangat cepat dan dapat
menyerang tanpa memandang usia. Hal tersebut pula dipengaruhi oleh pola hidup dan
gaya masyarakat yang mengalami pergeseran life style. Munculnya iklan-iklan serta jenis
makanan junk food kini sangat marak, fenomenanya anak-anak kini tidak lagi
menjadikan air putih sebagai sumber cairan tubuh, melainkan menjadikan teh dalam
kemasan sebagai minuman pokok.
Hal tersebut memicu kearah gangguan fungsi ginjal sebagaimana fungsinya yaitu
sebagai filtrasi dan pembuat urine yang mekanismenya sangat membutuhkan air putih.
Akibatnya kasus penyakit ginjal kronis meningkat serta dimulai dari usia yang masih
sangat produktif. Oleh karena mempertahankan Usia Harapan Hidup dari seseorang di
Indonesia sangatlah penting sebagai indicator Indonesia sehat sehingga penatalaksaan
pasien CKD di usia muda dapat dipertahankan lebih lama lagi, salah satunya dengan
metode transpalntasi ginjal yang dapat dilakukan pada pasien yang masih produktif,
sehat serta mempertahankan/meningkatkan UHH lebih panjang lagi.
Pada umumnya seseorang dapat hidup normal dengan satu ginjal. Bila kedua ginjal
tidak berfungsi dengan normal, dialisis dilakukan dimana darah disaring diluar tubuh.
Transplantassi pertama kali berhasil diumumkan pada 4 Maret 1945 di Rumah Sakit
Peter Bent Brigham di Boston, Massachusetts. Operasi ini dilakukan oleh Dr. Joseph E.
Murray, yang pada tahun 1990 menerima nobel dalam fisiologi atau kedokteran.
Terapi pengganti pada pasien gagal ginjal terminal ( Renal Replacement Therapy )
bisa dilakukan dengan dialisis ( hemodialisis, dialisis peritoneal ) atau dengan
transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal merupakan terapi yang ideal karena
menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik dibanding dialisis kronik dan akan
menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Ada beberapa keuntungan untuk
transplantasi dari donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor
daapat dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut cenderung
mempunyai jangka hidup lebih panjang.
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan transplantasi ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dari ginjal
b. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari transplantasi ginjal
c. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana etiologi terjadinya transplantasi ginjal
d. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam transplantasi ginjal
e. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat dilakukannya transplantasi ginjal
f. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana cara dilakukannya transplantasi ginjal
g. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja persiapan sebelum dilakukannya transplantasi
ginjal
h. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan
transplantasi ginjal
i. Mahasiswa mampu mejelaskan apa saja komplikasi dari transplantasi ginjal
j. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana persiapan pembedahan pada transplantasi
ginjal
k. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja obat-obat imunosupresi
l. Mahasiswa mampu menjelasakan keuntungan dan kekurangan transplantasi ginjal
m. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan transplantasi ginjal

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN TRANSPLANTASI GINJAL

2.1 Anatomi Ginjal


Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari
darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
1. Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang
melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam goncangan.
Potongan membujur ginjal:

3
2. Struktur detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan
yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.
3. Organisasi
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut
medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia
dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang
disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri
dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula atau badan Malphigi yang
dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan
kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui
dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena
adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan
akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi
cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga lapisan:
1) kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2) lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3) selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
4
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus
konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga
gradienosmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang
melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam
amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke
dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir
dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
1) tubulus penghubung
2) tubulus kolektivus kortikal
3) tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin cairan menjadi
makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang
kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

2.2 Definisi Transplantasi Ginjal


Transplantasi ginjal melibatkan menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver
menusia resipien yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir (Smeltzer, 2002).
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang yang telah
meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya anggota keluarga).
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang

5
fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah
metabolisme dari dalam tubuh.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang
fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah
metabolisme dari dalam tubuh.
2.3 Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)
2.4 Beberapa Terminologi Dalam Transplantasi
1. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
individu yang sama.
2. Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
saudara kembar.
3. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
individu lain dalam spesies yang sama.
4. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari
spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada
manusia.
2.5 Syarat-Syarat Transplantasi Ginjal
1. Recipient:
1) Usia 13-60 tahun.
2) Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, jantung.
3) Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus
patuh minum obat.
4) Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya.
5) Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
2. Donor:
1) Usia 18-50 tahun.
2) Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan.
3) Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi.
4) Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan
komplikasi setelah operasi.
5) Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.

6
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari
mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh organisasi
dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiayai secara federal yang
mengkoordinasi pertukaran organ, dan dengan sistim komputer akan mencocokkan donor
mayat dengan calon penerima.
2.6 Cara Transplantasi Ginjal
1. Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri dan vena
renal diikat.
2. Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka.
3. Arteri renal dari ginjal donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit kevena
iliaka.
4. Ureter ginjal donor dijahit kekandung kemih atau ke ureter pasien
2.7 Persiapan Transplantasi Ginjal
1. Persiapan resipient dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa semua
upaya dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan
pendonoran dan perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara
psikologis, terutama saat mereka mencoba menerima donor dari mayat, serta sebagai
koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk memberikan surat persetujuan. Setelah ada persetujuan dari
keluarga, tim akan menjelaskan mengenai operasi dan perawatannya:
1) Lokasi dan letak ginjal baru.
2) Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama
perawatan.
3) Pengambilan darah yang sering dilakukan.
4) Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkanditempat khusus, dimana anggota
keluarga tidak diperbolehkan masuk.
5) Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi.
6) Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara
nafas efektif.
Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan dapat
bekerja sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.

7
2. Persiapan donor dan keluarga
Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya
2 jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada
daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk kedalam ruangan
khusus dan steril.
3. Persiapan ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan dipakai operasi minimal 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,
semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari
ultraviolet selama 24 jam. Resipient transplantasi biasanya dirawat dalam area
lengkap yang dirancang secara khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase
pemulihan, hal ini untuk menghindari pemindahan pasien, menurunkan resiko
terhadap infeksi bagi pasien yang mengalami imunosupresan.
4. Persiapan pasien sebelum operasi
Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang
lalu (mis: HT, DM, kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan
keluarga tentang prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk
pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,
CT scan ginjal, IVP), pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah
tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan
elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini dilakukan untuk
menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki perubahan
agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi bila
donor mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.
5. Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal
1) Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah
disediakan peralatan dan obat-obatan.
2) Memonitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri.
3) Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis cairan
dan kecepatan tetesan.
4) Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain.
5) Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter.

8
6) Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau
stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi
denyutan disebut desiran (bruit).
7) Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai.
8) Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang
digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran
uretra, limfosel atau perdarahan).
9) Pada pasien anak dipantaunya lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat
dinamik dari cairan anak dan status kardiovaskuler seperti tekanan darah, BB.
10) Rungan harus ditutup dan hanya anggota tim transplantasi ginjal yang
diperkenankan masuk.
11) Setiap petugas yang memasuki ruangan harus memakai masker dan baju serta
alas kaki yang khusus.
12) Keluarga pasien tidak diperkenankan masuk ruangan tersebut, hanya
diperbolehkan melihat melalui kaca, semua itu dilakukan untuk mencegah
infeksi.
6. Persiapan petugas transplantasi
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan
kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur
untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau
menolak ginjal baru tersebut.
1) Golongan darah.
Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah
donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling
penting.
2) Human leukocyte antigens (HLAs).
Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama
anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat
menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal
golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan
kesesuaian.
3) Uji silang antigen.
Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah
kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi
9
reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam.
Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah
sakit, resipien masih harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-
up hasil pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan
hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk
mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi lebih pendek,
mungkin 2 sampai 3 hari.
2.8 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Keberhasilan Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak dilakukan
dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lama hidup paling panjang. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan transplantasi ginjal terdiri faktor yang
bersangkut paut dengan donor, resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara
lain penanganan pra-operatif dan pasca operasi.
1. Donor ginjal
Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai di seluruh
dunia. Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor jenasah (cadaveric
donor). Sedangkan negara-negara di Asia masih banyak mempergunakan donor
hidup (living donor). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai
hubungan keluarga (living related donor) atau tidak ada hubungan keluarga (living
non related donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup bukan keluarga
berkembang menjadi suatu masalah yang peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.
1) Donor hidup
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan keluarga
harus memnuhi beberapa syarat :
a. Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun
b. Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
c. Kedua ginjal normal.
d. Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal dalam waktu jangka yang lama.
e. Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross match).
f. Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
g. Sehat mental.
h. Toleransi operasi baik.
10
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis lengkap;
termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan darah dan sistem HLA,
petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis C, CMV, HIV), foto dada,
ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
1) Donor jenazah
Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang otak akibat
kerusakan otak yang fatal, usia 10-60 tahun, tidak mempunyai penyakit yang
dapat ditularkan seperti hepatitis, HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor
otak primer). Fungsi ginjal harus baik sampai pada saat akhir menjelang
kematian. Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenasah yang meninggal
karena strok, iskemia, tidak sebaik meninggal karena perdarahan subaracnoid.
2. Resipien ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus
dinilai oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk
transplantasi. Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk
mencapai keadaan seoptimal mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi,
penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan
keadaan saluran kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk
pertanda infeksi virus (hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi,
pemeriksaan gigi geligi dan THT. Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal:
1) Usia 13-60 tahun.
2) Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.
3) Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi terlebih dahulu
4) Dapat mnejalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama dan kepatuhan
berobat tinggi.
5) Kontra indikasi:
a. Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
b. Infeksi kronik, bronkietaksis.
c. Aterotema yang berat.
d. Ulkus peptikum yang aktif.
e. Penyakit keganasan.
f. Mal nutrisi

11
3. Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien
agar transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan
syarat yang utama. Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan
memeriksa pola HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi
rejeksi. Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak
benda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal
pada transplantasi ginjal, yaitu :
1) Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh
darah dilepas. Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem
HLA yang tidak cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan
nefrektomi ginjal cangkok. Rejeksi hiperakut saat ini jarang terjadi oleh karena
dapat dihindarkan dengan pemeriksaan reaksi silang.
2) Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh
penghentian atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis:
demam, mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat
badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat, histopatologi.
Terapi rejeksi akut :
a. Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya
setelah didapatkan 3 hari.
b.ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau
antibodi monoklonsl (OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
3) Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada
rejeksi kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan
yang spesifik untuk mengobati rejeksi kronik.
Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis:
1. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara donor
dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun, HLA yang
sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah 7 tahun.
12
Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk daripada non
diabetes.
2. Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka
panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik dibanding
donor jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih banyak obat
imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi lebih dari
satu tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada donor
hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes militus
akan menurunkan lama hidup pasien.
2.9 Komplikasi
1. Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal
oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari
kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut,
akut, dan kronis.
2. Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling
serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi
sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.
3. Komplikasi sistem urinaria
Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain adalah
bocornya urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan terjadinya urinoma
yang dapat memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.
4. Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada
50%-60% penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan
akut, hidronefrosis.
5. Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang
sering terjadi.

13
6. Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-
obatan hepatotoksik.
7. Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama
karena status nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.
8. Komplikasi-komplikasi yang lain
Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes militus
yang disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap
muskuluskeletal yang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang aseptik
adalah utamanya disebabkan oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi yang
digambarkan dalam frekuensi CRF muncul setelah transplantasi.
9. Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal ini
menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade
yang lalu, sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata
kematian yang menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah
dua tahun pencangkokkan telah terjadi.
2.10 Persiapan Pembedahan
1. Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk:
1) Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
2) Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang lama.
3) Menilai status vaskular tempat anastomosis.
4) Menilai traktus urinarius bagian bawah.
5) Menghilangkan semua sumber infeksi.
6) Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
2. Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;
1) Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli).
2) Menilai kemampuan untuk nefrektomi.
3) Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal.
4) Menilai kemungkinan anastomosis.
5) Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

14
2.11 Obat-Obat Imunosupresi
Untuk mencegah terjadinya rejeksi, kepada pasien yang mengalami transplantasi
ginjal diberikan obat-obat imunosupresi. Pilihan obat, kombinasi obat serta dosis obat
tergantung kepada respons dan kecocokan antara antigen donor dengan resepien
disamping faktor lain. Ada berbagai macam obat imunosupresi yang tersedia, pada
umumnya dikelompokkan menjadi:
1. Obat imunosupresi konvensional:
1) Siklosporin- A
2) Kortikosteroid
3) Azatioprin
4) Antibodi monoklonal: OKT-3
5) Antibodi poliklonal : ALG (antilyphocyte globulin), ATG (anti thympocyte
globulin)
2. Obat imunosupresi baru
Ada lebih dari 12 obat imunosupresif baru yang diteliti, namun sampai saat ini yang
dianggap memenuhi syarat dari hasil percobaan klinis dan sudah dipakai luas
hanyalah tacrolimus dan mycophenolate mofetil (MMF).
Catatan :
1) Efek samping tacrolimus hampir sama dengan siklosporin.
2) Infeksi yang timbul biasanya CMV (cytomegalo virus).
3) ATG (anti thympocyte globulin).
4) ALG (anti limpocyte globulin).
5) MMF (micophenolate mofetil).
Obat imunosupresan berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana
sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus
diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi
penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal
ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi
dengan ginjal lain. Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga
dapat mempermudah timbulnya infeksi.
Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan
tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi
tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat

15
menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan
penyakit tulang.
2.12 Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal
1. Keuntungan Transplantasi Ginjal:
1) Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
2) Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
3) Penderita tidak perlu melakukan dialysis
4) Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
2. Kekurangan Transplantasi Ginjal:
1) Butuh proses pembedahan besar.
2) Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
3) Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
4) Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak
efek samping.

2.13 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Transplantasi Ginjal


1. Pengkajian
1) Anamnesa
a. Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no register, Tanggal MRS, Tanggal
Pengkajian, Diagnosa medis
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya datang dengankeluhan
nyeri pada pinggang, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung,
sesak, urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering,
rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran
kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.
16
Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau
tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
g. Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan
peran pada keluarga.
h. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan
tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
a) Keadaan umum: Klien lemah dan terlihat sakit berat
b) Tingkat Kesadaran: Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
c) TTV: Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
b. Sistem pernafasan
Klien bernafas dengan bau ureum (fetor uremik), respon uremia didapatkan
adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk
melakukan pembuangan karbondioksida yang menumpuk di sirkulasi.

17
c. Sistem hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction
rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala
gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi,
nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan
perfusiperifer sekunder dari penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan
gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat
dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia
sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan
proses berfikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya
neuropati perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan
nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktivitas
system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat
perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang
timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
f. Sistem endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada laki-laki akibat
produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga
dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penurunan
klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang.
Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan glukosa darah akan
berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D
g. Sistem perkemihan
Penurunan urine output <400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido
berat.
18
h. Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau
mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga
sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
i. Sistem muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk
saat malam hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis,
dehidrasi ), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat
kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
3) Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
a) Status nutrisi: kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alcohol.
b) Status pernafasan: pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman.
c) Status kardiovaskuler: fungsi system kardiovaskuler.
d) Fungsi hepatic : fungsi hepar.
e) Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah.
f) Fungsi imonologi: reaksi alergi sebelumnya, medikasi, transfuse darah.
g) Terapi medikasi sebelumnya: segala medikasi sebelumnya, termasuk obat –
obatan yang dijual bebas dan frekwensi penggunaanya.
h) Pertimbangan gerontology: lansia dianggap memiliki resiko pembedahan
yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda.
b. Pasca operatif
a) Status pernafasan: frekwensi kedalaman, pola pernafasan.
b) Status sirkulasi dan kehilangan darah: tanda-tanda vital, tekanan darah arteri
dan vena sentral, warna dan suhu kulit, keluaran urin, keadaan luka insisi,
dan selang drainase.
c) Nyeri: lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preparat
analgesi, adanya distensi abdomen.
d) Drainase; keluaran urin dan drainase (jumlah, warna, tipenya) dari selang
yang di pasang pada saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya drainase
urine.

19
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau
adanya distensi abdomen/kandung kemih.
2) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ; resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan drainase urine.
3) Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan
intravena.
4) Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
5) Risiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun
transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan
hemodialisa lanjut.
6) Risiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.

20
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Dx 1 Tujuan: menurunkan a. Kaji ketakutan a. Memberi data
anxietas dan cemas dan kecemasan dasar untuk
praoperatif pasien sebelum pengkajian
Kriteria hasil : dilakukan praoperatif
 Rasa cemas pembedahan
berkurang
 Pasien dapat b. Kaji pengetahuan b. Memberiakn dasar
menyebutkan pasien mengenai yang lebih lanjut
proses prosedur
transplantasi ginjal pembedahan dan
 Wajah rileks. kemungkinan
hasil akhir
pembedahan.

c. Evaluasi c. Memudahakan
perubahan makna pemahan akan
bagi pasien dan reaksi atau respon
anggota keluarga pasien terhadap
atau pasangannya kemungkinan
. hasil akhir
pembedahan

d. Dorong pasien d. Verbalisasi respon


untuk sering diperlukan
mengutarakan untuk mengkaji
dengan kata-kata pemahan pasien
reaksi , perasaan terhadap hal-hal
dan tersebut dan
ketakutannya. pemecahannya.

e. Dorong pasien e. Memudahkan


untuk membagi pasien dan
perasaanya pasangannya
denagn untuk menerima
pasangannya. dukungan
bersama dan
mengurangi
perasaan terisolasi
satu sama lain.

21
Post Operasi
No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Dx 1 Tujuan: a. Kaji tingkat nyeri a. Memberikan data
pengurangan rasa pasien dasar untuk
nyeri dan gangguan mengevaluasi
rasa nyaman keberhasilan
Kriteria Hasil : strategi dalam
 Pasien dapat meredakan rasa
toleransi terhadap nyeri
rasa nyeri
 Ungkapan rasa b. Berikan preparat b. Meningkatkan
nyeri analgesic yang pengurangan rasa
berkurang/hilang diresepkan nyeri
 Ekpresi wajah
tenang. c. Lakukan kompres c. Meningkatkan
hangat dan relaksasi dan
masase pada peredaan nyeri otot
daerah yang serta gangguan
terasa pegal serta rasa nyaman
mengalami
gangguan rasa
nyaman
d. Meminimalkan
d. Fiksasi luka tarikan atau
insisi dengan tegangan pada luka
kedua belah insisi dan
tangan atau memberikan
bantal pada saat dukungan pada
melakukan pasien
gerakan atau
melakukan
latihan batuk
e. Dimudahkan
e. Bantu dan dorong dilanjutkannya
ambulasi dini kembali latihan
aktivitas otot
2 Dx 2 Tujuan : a. Kaji system a. memberikan dasar
mempertahankan drainase urin bagi pengkajian
eliminasi urin; saluran dengan segera dan tindakan
kemih yang bebas dari selanjutnya
infeksi.
Kriteria Hasil: b. memberikan data
Pasien akan b. kaji keadekuatan dasar
mempertahankan keluaran urin dan
keluaran urine yang potensi system
adekuat. drainase

c. mengurangi

22
c. pertahankan resiko kontaminasi
sistem drainase bakteri dan infeksi
urin yang tertutup
d. memberikan
informasi
mengenai
d. observasi warna, kecukupan
volume, bau dan keluaran urin,
konstituen urin kondisi dan patensi
system drainase,
serta debris dalam
urin

e. meningkatkan
keluaran urin yang
adekuat dan
mencegah stasis
e. pertahankan urinarius.
asupan cairan
yang adekuat
3 Dx 3 Tujuan : a. Timbang berat a. Penimbangan
mempertahankan badan pasien berat setiap hari
keseimbanagn cairan setiap hari merupakan
yang normal indicator yang
Kriteria Hasil : sensitive untuk
Pasien mengeluarkan menunjukkan
urine yang adekuat kehilangan atau
dan tidak menahan penambahan cairan
cairan.
b.mendeteksi retensi
b. Ukur asupan dan urin akibat curah
keluaran cairan jantung atau
yang akurat keluaran ginjal
yang buruk

c. memastikan agar
cairan infuse tidak
c. berikan semua kelebihan atau
terapi parenteral kekurangan tanpa
dengan pompa disengaja
infuse
d.membantu
mendeteksi secara
dini komplikasi
d. pantau jumlah dari pembedahan
dan karakteristik atau pemasangan
urin selang yang
mungkin terjadi

e. apabila volume

23
cairan atau curah
jantung mengalami
perubahan, tanda-
tanda vital akan
e. pantau tanda- terpengaruh
tanda vital : suhu
tubuh , denyut f. apabila volume
nadi , pernafasan cairan meningkat
dan tekanan akibat curah
darah jantung atau
keluaran renal
yang buruk, cairan
akan
f. lakukan tertumpuk. Demiki
auskultasi an pula suara
jantung dan paru jantung akan
setiap pergantian berubah ketika
shift terjadi gagal
jantung
kongestif. Auskult
asi yang sering
dilakukan akan
menjamin deteksi
dini.
4 Dx 4 Tujuan: a. Lakukan cuci a.Mencegah
Risiko infeksi dapat tangan dengan terjadinya
dicegah bersih sebelum, kontaminasi
Kriteria Hasil: selama, dan melalui tangan
 Pasien akan setelah merawat
mengalami pasien.
penyembuhan b. Gunakan tehnik b. Mencegah
jaringan normal aseptik dengan terjadinya infeksi
 Pasien tidak saksama dalam dari prosedur
demam, insisi merawat semua
kering, urine kateter, selang c. Mengetahui
jernih/kuning infus sentral, pipa adanya perubahan
tanpa sediment, endoktrakheal, suhu
paru-paru bersih. dan selang infuse
perifer. d. Menjaga
kenyamanan
c. Periksa suhu pasien
tubuh setiap 4
jam. e. Mengetahui
kenormalan miksi
d. Pertahankan pasien
lingkungan yang
bersih.
f. Mencegah infeksi
e. Lepaskan kateter
secepat mungkin g. Meningkatkan

24
sesuai program. nutrisi,
mengembalikan
f. Ganti segera nutrisi tubuh
balutan yang
basah untuk h. Mempertahankan
membatasi media kenyamanan
bagi organisme. pasien

g. Berikan nutrisi i. Mengetahui


yang adekuat. kenormalan nilai-
nilai laboratorium
h. Larang
pengunjung dan
perawat dengan j. Mencegah infeksi
infeksi saluran
pernapasan aktif
untuk kontak k. Memantau bunyi
dengan pasien. paru

i. Pantau nilai-nilai l. Mencegah


laboraturium, komplikasi
khususnya SDP
(sel darah putih) m. Mengetahui
dan periksa ketidak normalan
spicemen dari urine
drainase yang
dicurigai untuk
dikultur dan
sensitivitas. n. Untuk
mengetahui
j. Inspeksi daerah penanganan
insisi tiap hari selanjutnya
terhadap semua
tanda-tanda
inflamasi; nyeri,
kemerahan, o. Mempercepat
bengkak, panas, penyembuhan
dan drainase.

k. Auskultasi paru
terhadap bunyi
nafas setiap 4
jam.

l. Anjurkan dan
bantu ambulasi
dini.

m. Perhatikan
karakter urine

25
dan laporkan bila
keruh dan bau
busuk.

n. Beritahu dokter
setiap adanya
indikasi infeksi.

o. Berikan
antimicrobical,
sesuai program.
5 Dx 5 Tujuan : a. Pantau dan a. Untuk mengetahui
cidera berkurang, dan laporkan tanda adanya alergi
mencegah resiko dari dan gejala reaksi terhadap reaksi
transplantasi dan efek imun(kemerahan, imun
samping bengkak,nyeri
Kriteria Hasil : tekan diatas sisi
 Pasien akan transplantasi,
mempertahankan peningkatan
fungsi ginjal. suhu,
 Tidak ada tanda peningkatan sel
dan gejala reaksi darah putih,
imun penurunan
 Immunosupresan haluaran urine,
sesuai toleransi peningkatan
tanpa adanya efek proteinuria,
samping peningkatan BB
tiba-tiba,
peningkatan
BUN dan
kreatinin,
edema).

b. Periksa tanda- b. Mengetahui


tanda vital setiap keadaan pasien
2-4 jam.

c. Monitor masukan c. Mempertahankan


dan haluaran integritas kulit
cairan setiap jam
selanjutnya setiap
3 jam.

d. Pantau dan d. Mencegah


laporkan efek terjadinya alergi
samping dari terhadap obat
obat-obatan tersebut
immunosupresif

26
e. Siapkan pasien e. Mencegah
untuk operasi terjadinya reaksi
mengangkat imun yang
ginjal yang berlebihan
ditolak jika
terjadi reaksi
hiperakut

f. Berikan f. Memotivasi pasien


dukungan kepada
pasien dan
keluarga.
6 Dx 6 Tujuan : agar pasien a. Kembangkan a. Meningkatkan
dapat merawat dirinya rencana pengetahuan
sendiri dirumah penyuluhan pasien
Kriteria Hasil bekerja sama
: mengerti tentang dengan
instruksi pulang. koordinator
transplantasi.
Pastikan pasien
dan anggota
keluarga
mengetahui:
- Nama,
frekuensi,
indikai, dosis,
dan efek samping
dari semua obat
yang di berikan.
- Tanda dan
gejala infeksi
untuk di
laporkan.
- Tanda dan
gejala reaksi
imun untuk di
laporkan.
- Diet – biasanya
pembatasan
natrium; atur
untuk konsul
tentang diet.
- Bagaimana
mengumpulkan
specimen yang di
perlukan, seperti
pengumpulan
urine 24 jam dan
urine bersih.
- Nilai normal

27
laboraturium
untuk kreatinin
dan BUN.
- Kaji berat badan
dan suhu tubuh
setiap hari.
Pastikan pasien
mempunyai
catatan berat
badan dan suhu
tubuh setiap hari.

b. Tinjau ulang b. Mencegah


jadwal untuk terjadinya
kunjungan lanjut komplikasi
ke kantor atau
klinik
transplantasi.
Pastikan pasien
mengetahui
dimana dan
seberapa sering
darah perlu di
periksa. Pastikan
semua instruksi
perawatan
mandiri dan
perjanjian
evaluasi di tulis.

c. Anjurkan pasien c. Menambah


untuk wawasan dan
berpartisipasi pengetahuan
penuh dalam pasien dalam
kegiatan perawatan diri
perawatan diri
sejak di rumah
sakit (meminum
obat sendiri,
mengukur berat
badan sendiri,
mengukur suhu,
memonitor nilai-
niali
laboraturium).

d. Anjurkan pasien d. Melatih mobilisasi


untuk fisik
meningkatkan
kegiatan ketika di

28
rumah sakit. Jika
di ijinkan,
mungkin pasien
dapat melihat
fasilitas lain
seperti kafetaria
dan toko
souvenir.

e. Ingatkan pasien : e. Mepercepah


- Bahwa agen penyembuhan dan
imunosupresif mengurangi efek
harus di berikan samping
untuk
mempertahankan
cangkokan ginjal.
- Memakai
gelang waspada-
medik untuk
identifikasi diri
sebagai seorang
dengan cangkok
ginjal dan
pengguna agen
imunosupresif.
- Menghindari
diri dari kegiatan
olahraga kontak.

f. Rujuk pasien f. Membiasakan


pada bimbingan pasien untuk
pekerjaan untuk melakukan
bantuan rencana aktivitasnya
kerja bila pasien kembali
merasa siap.

g. Libatkan g. Memberikan
anggota keluarga informasi kepada
dalam semua keluaraga pasein
penyuluhan jika agar bisa
memungkinkan. membantu pasien
dalam perawatan
diri dirumah

h. Tekankan h. Mempercepat
kembali perlunya penanganan awal
melaporkan lebih apabila terlihat
awal tanda-tanda. tanda dan gejala
yang muncul.

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan"
sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur
pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau
yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan
mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya
sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari
dalam tubuh. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada
posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi
atau tekanan darah tinggi.

3.2 Saran
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien
sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-
rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat
imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko
terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap
harinya antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja dalam
ginjal tetap terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau membawa dari
ginjal orang lain.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna maka dari itu penulis minta kritik dan saran yang membangun untuk
kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penulis khususnya dan untuk pembaca umumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1. Jakarta : EGC


Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Green H.J. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara Publisher : Tangerang
Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. EGC :
Jakarta
Reeves Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta
Tierniy M Lawrence, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam.Salemba
Medika : Jakarta
http://www.wartamedika.com/2008/04/transplantasi-ginjal.html

31

Anda mungkin juga menyukai