Anda di halaman 1dari 7

SAHABAT SELAMANYA

Karya Monica Sucianto

Disana terlihat dua orang anak perempuan yang kelihatan bahagia. Mereka tertawa dan bercanda
berdua. Ternyata mereka berdua adalah sahabat. Mereka berdua mernama Adell dan Airin. Mereka
takkan terpisahkan. Adell dan airin sudah saling kenal sejak kecil. Mereka berdua tdk pernah terpisah.
Mereka sekelas bahkan satu bangku.

Pagi harinya di sekolah…


Rin……” sapa Adell. Tapi yang biasanya mereka sangat akrab, sekarang berubah terbalik. Airin tidak
menjawab sapaan Adell. Dia hanya pergi menjauh dari Adell sambil merintih seperti menangisi
sesuatu. Adell sangat bingung, airin adalah sahabat nya tapi mengapa dia berubah menjauhi Adell.

Dikelas mereka berdua hanya diam diaman. Airin hanya memandangi wajah Adel dengan mata yang
berkaca kaca. Saat Adell menyapanya, dia hanya meneteskan air mata. Dia gak mau bicara apa
masalah nya, padahan Adell itu sahabatnya. Hingga suatu hari bangku Airin kosong, dia pindah ke
bangku dipojok kelas yang jauh Dari Adell. Apa yang terjadi dengan nya?. Dia bukan Airin yang
seperti biasanya.
Apakah Airin marah pada Adel?. Tapi gak mungkin. Soalnya Adel itu sahabatnya. Adell gak mau
sahabat satu satunya pergi.
Adell takut Airin arah padanya. Adelpun meletakkan secarik surat kecil di depan rumah Airin. Surat
itu tertulis…….
Airin….. kamu marah ya sama aku. Kalo aku salah bilang aja aku bakal minta maaf sama kamu. Sorry
ya sebagai sahabat aku gak bias jadi seperti yang kamu inginkan. Kalo kamu udah gak mau jadi
sahabatku lagi aku gak bakal marah, tapi hati kecilku ini tetap sedih kalo kamu gak mau jadi sahabatku
lagi. Kuharap kamu cepat membalasnya

Dari Adell
Adell selalu memeriksa kotak surat di depan rumah nya, berharap ada surat balasan dari Airin. Tapi
hasilnya selalu nihil. Gak ada satu surat pun di kotak surat tua itu. Adell sudah tak sanggup menunggu
lagi. Dimalam yang dingin ini dia langsung berjalan cepat menuju rumah Airin. Adell tak bisa berhenti
sebelum sampai di rumah Airin. Tiba tiba langkah nya berhenti mendadak tepat di tujun nya, rumah
Airin. Adell melihat Airin sedang menangis di depan jendela sambil memegang surat dari Adell.
Disitu terlihat Adell kebingungan, kenapa Airin nangis baca surat dari Adell???.
“Airin……..”teriak Adell dari depan rumah Airin. Tapi disitu Airin malah pergi. Dan tak terlihat lagi
Airin di depan jendela. Adell pun pergi dengan langkah pelannya dan sekali kali menoleh ke belakang
mengharapkan Airin keluar dari rumah nya.
Keesokan harinya, di papan absen tertulis nama “Airin”. Adell pun menoleh kearah bangku Airin yang
jauh darinya. Ternyata benar, Airin gak masuk. Sekarang di hari hari Adell udah gak ada canda dan
tawa lagi bersama Airin. Mungkin Airin “udah punya sahabat yang lebih baik dari ku”pikir Adell.
Adell sangat tidak bersemangat melangkah pulang kerumah nya. Biasanya Adell pulang sama Airin.
Sekarang Adell hanya sendrian. Disitu terlihat Adell sudah hampir meneteskan air mata kesepian.
Sesampainya di rumah, Adell melihat ada surat di dalam kotak surat depam rumahnya. Adell pun
membuka kotak surat tua itu perlahan lahan, dan mengambil surat di dalam nya. Disitu Adell sangat
terkejut, itu surat dari Airin.

Surat itu tertulis……


Maaf ya Dell, Aku bukan gak mau jadi sahabat kamu lagi. Cuma setiap aku ngeliat kamu, rasanya
pengen nangis. Aku bakal pergi ke luar kota. Aku sedih setiap ngeliat kamu, soalnya kita bakal
berpisah lama. Mungkin kalo sudah satu tahun aku pergi kamu bias jemput sku di bandara, itu juga
kalo kamu gak lupa sama aku. Bentar lagi aku mau berangkat ke bandara, selamat tinggal

Dari Airin
Belum sempat Adell ganti baju, Adell langsung lari ke rumah Airin. Adell lihat, rumah Airin kosang.
Tiba tiba terdengat suara mobil. Suara mobil itu terdengar dari garasi Airin. Tiba tiba mobil Airin
keluar dari garasi dan didalam nya ada Airin yang melambaikan tangan pada Adell. “Selamat tinggal
Adell, semoga satu tahun kedepan kita masih bias bertemu” teriak Airin semakin mengecil.
Semejak itu Adell sering terlihat menyendiri. Adell terlihat kesepian tanpa Airin yang biasa menemani
nya. Adell tak sabar satu tahun berlalu. Hingga penantiannya pun tercapai. Sudah satu tahun berlalu.
Tidak lupa Adall segera menuju bandara. Adell terus menunggu tanpa ada kata lelah. Waktupun terus
berjalan, sudah dua puluh empat jam Adell menunggu, tapi gak ada tenda tanda dari Airin.
Keluarga Adell udah kebingungan mencari Adell. Semua tempat kesukaan Adell udah di cari, tapi
Adell tetap gak ketemu. Orang tua Adell gak berfikir mencari Adell ke bandara.

Tiga hari tiga malan Adell menunggu. Hingga Akhirnya Adell putus asa. “mungkin Airin udah gak
mau kembali lagi” pikir Adell. Dengan langkah kecilnya Adell pun mencoba berjalan pulang. Dengan
sedikit tenaga yang Adell miliki, akhirnya Adell bias pulang. Adell langsung disambut senang oleh
keluarganya.
“Sayang… kamu kemana aja? Kok gak pulang pulang?? Mama ambilin teh ya??” Tanya mama bertubi
tubi. Adell hanya bias menganggukkan kepala. Beberapa menit kemudian mama datang dengan
memegang secangkir teh. Tapi, tiba tiba teh itu terjatuh. Disitu Adell sudah tergeletak di lantai.
“sayang….sayang bangun kamu kenapa?”ucap mama kebingungan. Ternyata Adell udah gak ada.
“Adell jangan tinggalin mama, mama sayang Adell”teriak mama sambil menetaskan air mata.

Adell pun di makamkan di sebelah makam mewah. “selamat tinggal ya sayang, semoga kamu tetap
inget sama mama. Mama tetap doain kamu, mama bekal terus sayang kamu walau gak bias mama
ucapkan langsung di depan mu mama tetap selalu ada buat kamu sayang GOOD BYE FOREVER”
ucap mama di depan makan Adell. Ternyata makam meweh di sebelah makam Adell itu……….
Makam Airin. Airin sudah meninggal karena kecelakaan pesawat. Gak ada yang bisa ngabarin Adell
soalnya semua keluarga Airin tewas dalam kecelakaan pesawat itu. Walau begitu mereka tetap Abadi
menjadi sahabat walau gak dibumi lagi.
Kita Sahabat
Namaku Fasya, ini adalah cerita tentang cinta monyetku yang terus berlanjut. Ga akan pernah ada
habisnya untuk ngungkapin perasaan kita berdua, hubungan kita, dan semua yang udah kita lalui
bersama.

Sejak saat itu, sore itu, saat aku menerima pesan singkat, “hai fatia”. Dalam benakku bertanya-tanya
siapa dia?

Dan saat aku tau dari jawaban yang ia berikan, “aku temen deketnya rizki, suka liat kamu jalan kalo
pulang sekolah”. Ga salah lagi dia adalah cowo yang banyak diidamkan di sekolah smp waktu kami
masih duduk di bangku smp, dia adalah Regih. Ya, dia teman sekelasku saat kelas 2 smp. Tak
sedikitpun aku tertarik padanya, walaupun ya aku sadari dia memang cakep.
Namun, sejak sore itu. Aku merasakan ada hal yang berbeda tentang rasaku padanya. Ada perasaan
positive yang aku sendiri tidak tahu apa. Di kelas aku memang termasuk cewek yang pendiam,
begitupun dia yang agak malu jika harus mendekati teman ceweknya apalagi yang ia sukai. Selama itu
kami hanya berkomunikasi lewat pesan singkat, aku merasa nyaman saat bercerita tentang apapun
masalh yang aku hadapi, ya aku menyukainya.

Sampai saat ini kita sama-sama sudah berada di tingkat pendidikan tertinggi, kuliah. Sejak dia
menghubungi aku saat kita masih smp hingga sekarang, kita masih saja berhubungan walaupun kita
sama-sama punya pacar. Tapi, inilah kita. Akupun tak mengerti apa yang terjadi dengan kita, sejak
kelas 2 smp kita sama-sama tahu bahwa kita saling suka bahkan menyayangi. Namun, entah mengapa
kita tak pernah disatukan dengan hubungan yang jelas, selalu berhubungan tanpa status.

Aku merasa nyaman ada di dekatnya, merasa tenang jika menceritakan segala masalah yang aku
hadapi padanya. Sekarang kita udah ga lagi kikuk seperti waktu jaman smp, semua berawal sejak kami
ada di bangku sma. Mungkin karena kita terpisah sekolah jadi merasa lebih kangen, dan ini yang
menjadikan kita sering bertemu. Lagi-lagi dengan status kita yang sama-sama punya pacar. Inilah kita.

Suatu hari saat liburan kenaikan kelas 2 sma, alumni smp kita mengadakan reuni berupa foto angkatan
bareng. Setelah sehari sebelumnya aku dan regih pergi bareng ke acara reuni kelas 8, seperti biasa di
depan teman-teman kita bersikap seolah kita hanya hubungan teman biasa ga ada yang istimewa. Dan
beberapa hari sebelumnya regih datang ke rumahku untuk sekedar bercakap tentang masa sma yang
membuat kita terpisah. Hari itu, reuni angkatan. Aku pergi bersama teman smp kelas 3, sesampai di
studio foto betapa aku harus menahan hati melihat regih dengan pacarnya yang tentu saja aku kenal.
Namun, aku bersikap semuanya baik-baik saja. Acara selesai dan akupun pulang bersama Daus, di
teman sekelas kelas 3 juga.

Malamnya setelah acara selesai, ada yang mengirim obrolan di facebook. Dia mengaku teman smp
juga, namun aku tak mengenalnya atau mungkin lupa. Dan ternyata setahun yang lalu kita pernah
kenalan lewat facebook juga. Aku baru inget, dan ia juga salah satu teman baiknya Regih, dia adalah
Gavan. Entah bagaimana obrolan itu berlanjut beberapa hari setelahnya, dan dia menampakan sikap
bahwa dia mempunyai rasa padaku. Namun, saat itu juga masih memiliki pacar. Hingga suatu hari
gavan datang ke rumah ditemani Regih. Aku merasa biasanya saja, malah aku lebih senang karena
Regih datang lagi ke rumah. Dan akhirnya pun aku pacaran bersama Gavan dengan status aku masih
punya pacar. Namun semua takk berjalan lama, Gavan mengetahui status hubungan aku. Tapi aku
meyakinkannya bahwa aku lebih memilihnya dan akan memutuskan pacar pertamaku. Hubungan kami
baik-baik saja.

Namun saat menginjak 3 bulan hubungan kami renggang, karena entah mengapa aku merasa jenuh dan
pada saat yang sama ada teman sekelas yang mendekatiku. Dan lagi aku tergoda, aku memutuskan
hubungan dengan Gavan, dan pacaran dengan teman sekelasku. Itupun tak berlangsung lama hanya
satu bulan. Saat masa pendekatanku bersama teman sekelas dan saat dimana hubungan aku dan Gavan
merenggang, Regih datang menemaniku. Ia selalu bisa membuatku bahagia, dan ia selalu datang pada
saat yang tepat. Suatu malam saat hatiku bimbang, Regih menjemputku di Kosan untuk pergi keluar
saat itu hujan dan sepatuku basah. Saat itu aku ingat bahan sampai sekarang, ia berjannji akan
membelikan aku sepatu, tapi tak kunjung ia tepati.
Sejak pertemuan malam itu aku tersanjung saat ia berkata, “pokonya kalo dari kita ada yang lagi butuh,
kita harus saling mengisi”. Takkan pernah aku lupakan malam itu dan perkataannya. Hubunganku
dengan teman sekelaspun kandas, dan saat yang tepat Gavan kembali menghubungiku. Hal yang bisa
disebut kebetulan. Tak lama dari itu kami kembali dekat dan di saat itu, aku mendengar bahwa Regih
menjelekkan aku di depan Gavan. Saat itu aku marah, kesal dengan Regih, namun dalam hatiku lebih
percaya pada Regih, orang yang lebih dulu aku kenal dibandingkan Gavan.

Beberapa bulan kemudian aku dan Gavan kembali berpacaran, tak jarang aku dan Regih
berkomunikasi lewat apapun tanpa sepengetahuan pasang kita masing-masing. Hubunganku dan
Gavan kini menginjak 31 bulan, dan saat inilah aku sudah mengemban bangku kuliah begitupun
Regih.

Pada liburan semester pertamaku tak ada hari yang dilewati tanpa bersama Gavan, ia datang setiap hari
mengunjungiku di rumah kecuali saat salah satu diantara kita ada keperluan lain. Dan saat minggu
ketiga liburan semester, aku mangurusi kredit sks di kampus dan mengharuskan aku tak bertemu
Gavan 3 hari. Namun, Gavan tidak terima dengan sikapku, tapi ini lebih penting daripada aku harus
bertemu dengannya yang sudah hampir setiap hari kita bertemu. Saat itu juga ia selalu kesal padaku,
dan itu juga yang membuatku kesal bahkan jenuh dengannya. Hari terakhir aku mengurusi kredit sks,
tiba-tiba saat perjalanan pulang aku teringat dengan Regih. Aku merasa kangen dengannya, dan ingin
rasanya menghubungi ia lagi setelah sekian lama kita tak berkomunikasi, entah kapan terakhir kami
berkomuikasi atau bertemu.
Malam itu tepat saat aku memikirkannya dan saat itu akku mendapat kesempatan untuk
manghubunginya, aku mencoba untuk mengirim BM ke Regih.
“Regih”, ucapku di BM. Berharap ada balasan darinya.
“Ada apa?, tumben malem-malem ngechat.”, balasnya.
Aku menjawab, “ga apa-apa, udah lama aja ga ngobrol”.
“oh, semacam kangen ya?”, ia menggoda.
“Haha, iya”, aku mengakui.

Obrolan kami di BBM berlangsung lama hingga jam sudah menunjukkan jam 3 pagi. Banyak hal yang
kami obrolkan, mengenang masa lalu, saling jujur hal yang belum kita ceritakan saat dulu
kebersamaan kita, dan rasa rindu yang sama-sama kita rasakan saat itu. Dalam obrolan itu tak sadar
aku menangis. Mungkin karena saking kangennya, dan memang terasa menyakitkan dan sedih untuk
mengenang kebersamaan kita. Lucu saat mengingat bagaimana awal kita menjalin hubungan yang
dekat. Dan akhir obrolan kami, aku bilang ingin rasanya pergi berdua bersamanya ke suatu tempat.
Dan ia pun langsung menyetujui keinginanku. Hari sabtu rencananya kami berangkat.

Dari obrolan malam itu, aku tahu bagaimana kronologis pada saat Gavan menceritakan putusnya
hubungan kita pada Regih. Yang aku tu Regih menceritakan kejelekkanku pada Gavan yang membuat
aku tersinggung, namun ternyata Gavan pun menjelekkan aku. Sakit rasanya saat tau orang yang aku
sayangi sekarang pernah menjelekkan aku di depan teman baiknya dan teman terbaikku juga. Dan saat
aku terbangun setelah sampai jam 3 kita mengobrol di BM, entah mengapa aku merasa sangat sakit,
sedih, dan air matapun kemballi membanjiri pipiku.

Saat malam itu aku meminta pergi berkencan bersamanya, sekali aja untuk pertama dan terkakhir.
Sedih saat membaca pernyataan itu darinya. Namun aku sudah tak sabar menunggu hari esok, hari
dimana aku akan berkencan dengan lelaki yang aku sayangi sejak dulu hingga sekarang perasaan itu
tidak berubah. Hari itu, Gavan datang menemuiku di rumah. Tak seperti biasanya raut wajahnya
menampakan kekesalan, aku tak mengerti kenapa. Aku terus membujuknya hingga aku tahu ia kesal
karena tahu aku pernah chating dengan senior. Dan aku mencoba memberi pengertian padanya, dan
keadaan kembali normal. Jam 8 malam Gavanpun pulang. Dan tak lam aku ingin segera tidur tak sabar
menanti hari esok.

Keesokan harinya aku bangun dengan perasaan was-was berasa hari ini takkan pernah ada kencan
bersama Regih. Pagi begitu aku bangun, aku mengingatkannya akan hari ini. Jam 9 pagi ia baru
menjawab, dan setelah ada jawaban yang itu berarti membuatku lega, kencan hari ini akan segera
terjadi. Aku langsung bergegas bersiap-siap. Akupun memita papah mengantarkan aku ke depan
komplek karena kebetulan kami tinggal berada di komplek yang bertetanggaan. Aku meminta papah
mengantar karena aku tak mau ada kecurigaan dari siapapun tentang kepergianku hari ini untuk
berkencan dengan Regih. Aku menunggu Regih di tepi jalan, tak lama aku melihat mobil APV
berwarna putih menghampiriku, dan ini berarti kita akan berkencan dengan mengendarai mobil. Aku
segera memasuki mobil dan senyuman Regih menyambutkku di dalam mobil.

Kami banyak berbincang selama perjalanan, rencananya kami mau pergi ke pegunungan Lembang,
memang tempat itu akan meninggalkan kenangan yang mungkin akan membuatku sedih jika aku harus
mendatangi tempat itu lagi. Hari ini adalah seharian penuh kami menjadi sepasang kekasih hanya hari
ini, ya aku menyedari itu. Ia memegang tanganku dengan lembut, ingin rasanya genggaman ini takan
pernah terlepas tapi aku sadar semua takkan mungkin. Di perjalanan kami memikirkan akan kemana
kita pergi dan akhirnya memutuskan untuk ke Taman Wisata Tangkuban Perahu.

Sesampainya di puncak kawah gunung Tangkuban Perahu, Regih mamarkirkan mobilnya, tapi salah
kita parkir terlalu jauh sehingga harus berjalan lagi beberapa meter. Dan saat kita berjalan hujanpun
turun, dan artinya kita harus berteduh, setelah hujan mulai reda mengingat kami belum melaksanakan
solat dzuhur sedangkan saat itu jam menunjukan pukul 14.00, kamipun menuju musola untuk
melaksanakan solat. Setelah solat, cuaca agak cerah walaupun kabut tebal menyelimuti kawah yang
membuat udara semakin dingin. Kami berjalan menyusuri jalan di pinggir kawah menikmati embusan
angina saat itu. Aku ingin mengenang saat-saat ini walaupun tak ada foto yang mengabadikan momen
disaat kita bersama. Kita hanya tidak ingin kencan hari ini ada yang mengetahui.

Saat sudah puas menikmati pemandangan dan udara di sekitar kawah kamipun berjalan menuju
dimana mobil terparkir. Hujan cukup deras kembali mengguyur kami saat berjalan menuju mobil, dan
itu membuat baju kami basah. Sesampainya di mobil aku merapikan tali sepatu yang tadi terlepas saat
berjalan, serta membersihkan baju dari sisa-sisa air hujan. Aku baru sadar bahwa kepalaku basah saat
Regih memegang kepalaku, dengan penuh perhatian dia menanyakan keadaanku, takut aku sakit
karena kehujanan dan kepalaku basah.

Mobilpun langsung melaju menuju arah pulang, hujan lebat mengguyuri perjalanan kami. Kaca mobil
tampak berkabut hampi-hampir jalanan tak terlihat. Selama perjalanan Regih memegang tanganku
dengan lembut, bersandar dipundakku saat keadaan sedang macet. Dalam obrolan kami, ada terlintas
pertanyaan dari Regih, “kenapa kita ga pacaran aja ya dulu”.

Penyesalan kembali tersirat dibenakku, dan kenangan yang terus terlintas dalam benakku. pulang dari
Lembang kami mampir ke salah satu rumah makan sekedar menemani Regih makan karena
sebenarnya kau tak terlalu lapar. Disana kami cukup lama karena pesanan makanku lama sekali
datangnya. Jam 18 kita baru pulang, melihat pm nya teman Regih bahwa perjalanan keluar tol menuju
daerah kami tinggal mencapai 2 jam. Ia memutuskan untuk mencari jalan yang tidak akan terjadi
kemacaetan itu berarti kita menempuh perjalanan yang lebih jauh dan itu berarti kita lebih lama untuk
bersama. Jam 20 kami sampai tepat depan rumahku, tak mau ada orang rumah yang tau siapa yang
mengantarku pulang, kami tak berlam-lama berbincang untuk perpisahan kami itu. Mobil Regih pun
segera melaju.

Hari ini mungkin memang akan menjadi saat pertama sekaligus juga terkahir kita berkencan, bersama
merasakan kemesraan, saling merasakan aliran kasih sayang diantara kita yang aku pikir takan pernah
berubah dan akan seperti ini. Walaupun kami harus memendamnya dalam hati tanpa ada satu orang
pun yang tahu.

Regih akan selalu menjadi sahabat terbaikku, aku tahu itu. Ku harap hari ini bukan hari perpisahan
untuk kita, walaupun kenyataannya memang begitu. Aku sayang padamu Regih, selalu.

Cerpen Karangan: Fatia Asy Syaqrafieya

Anda mungkin juga menyukai