KELOMPOK 5
Erni Paremadjangga 1609010001
Maria S. Apong 1609010023
Elshada O. Here 1609010024
a. Furosemida
Furosemida atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat masih
tergolong derivat sulfonamit. Bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal (laju filtrasi glomerulus < 30ml/menit), atau penderita yang udemnya
menetap.Cara kerja dengan menghmbat reabsorbsi elektrolit di ansa henle asendens
bagian epotel teal. Pada peberian secara IV cenderung menigkatkan aliran darah
ginjaltnpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan bahan hemodinamik
ginjal ini mengakibatkan turunnnya reabsorbsi cairan dn eletrolit di tubuli proksimal
serta tingkatkanefekawal diuresis. Peingkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya
sebentar. Obat ini diserab melalui saluran cerna, dengan derajat yang berbeda-
beda.ini terikatpada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak dapat difiltrasi di
glomerulus tetapi epat sekali disekresi memallui transport asam organik di tubuli
proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi dicairan tubuli dan mungkin sekali
ditempat kerja di daerah yanglebih distal lagi. Efek samping dibedakan atas: Reaksi
toksisk berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi, dan
Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya yang jrang terjadi.
Furosemida dapat menyebabkan nefritis interstialis alergik yang sebabkan gagal
ginjal reversibel. Dan dapat juga terjadi penurunan toloransi karbohidrat, tetapi lebih
ringan. Pada penggunaan kronis dapat menurunkan bersihan litium.
- Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik
osmotik apabila memenuhi 4 syarat:
1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus,
2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal,
3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan
4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
a. Golongan tiazid
Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banayak digunakan. Obat-obat ini
merupakan derifat sulfonamide dan setrukturnya berhubungan dengan penghambat
karbonik anhidrase. Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih besar daripada
asotazolamid, da obat-obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-
beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal, dan semuanya memiliki efek
diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam potensi, dinyatakan dalam
per milligram basa. Adapun yang termasuk kedalam golongan tiazid diantaranya :
a) Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan
mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal
jantung kongestif dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki
kelompok tiazid walaupun derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau
klortalidon yang sekarang lebih sering digunakan.
Penggunanan dalam terapi :
Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam
pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi dengan
baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic
untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial
ringan dan sedang.
Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam
penurunan volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.
Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena
penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk pasien dengan
batu kalsium oksalat didalam salura kemih.
Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine
yang hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati
diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun dari
11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.
Farmakokinetik :
Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu
untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu paruh
biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi asam organik
ginjal.
Efek Samping: : kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia,
hiperglikemia, hipersensitifitas.
b) Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan
obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang
dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang
dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.
- Diuretik hemat kalium
a. Spironolakton
Sebagai diuretik obat ini menghambat aldosteron yang menstimulasi
penyerapan kembali Na dan pengeluaran K. Penggunaan obat ialah secara oral. Obat
ini digunakan untuk hipertensi esensial, keadaan edematosa termasuk gagal jantung
kongestif (CHF), sirosis hati (dengan atau tanpa asites/penggumpulan cairan dalan
rongga perut), sindroma nefrotik, hiperaldosteronisme (tubuh memproduksi terlalu
banyak aldosteron, hormon terjadi secara alami); kadar potasium yang rendah, dan
pada pasien dengan edema (retensi cairan) yang disebabkan oleh berbagai kondisi.
Obat tidak boleh diberikan pada penderita kerusakan ginjal, anuria (tidak
dibentuknya kemih oleh ginjal), dan hiperkalemia (kadar Kalium dalam darah di atas
normal).
Efek Samping antara lain kram, diare, mengantuk, letargi (keadaan kesadaran
yang menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur
kembali), urtikaria (biduran/kaligata), demam karena obat, ataksia (gangguan
koordinasi gerakan), sakit kepala
b. Amiloride
Amiloride tidak dimetabolisme oleh hati dan diekskresi oleh ginjal. Karena
amiloride tidak dimetabolisme oleh hati, maka akumulasi obat tidak terjadi pada
pasien dengan disfungsi hati. Efek samping yaitu berupa mual, anoreksia, nyeri perut,
flatulensi dan ruam kulit ringan.
c. Triamterene
Obat ini dapat diabsorpsi dengan cepat melalui pemberian obat secara oral.
Obat in diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan edema. Efek samping yang
umum ialah mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, kelelahan, dan mulut kering.
Triamterene juga dapat menyebabkan batu ginjal melalui kristalisasi langsung atau
karena penumpukan batu kalsium oksalat . Triamterene sebaiknya dihindari pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis karena kemungkinan hiperkalemia.
- Vasodilator
a. Hydralasin
Hidralazin yang diberikan secara oral merupakan tambahan yang berguna pada anti
hipertensi lain, namun jika digunakan secara tunggal dapat menyebabkan takikardia
dan retensi cairan. Kejadian efek samping dapat dikurangi jika dosis dipertahankan
dibawah 100 mg per hari, tetapi perlu di duga adanya lupus eritematosus sistemik jika
terjadi penurunan berat badan, arthritis atau penyakit lain yang tidak dapat dijelaskan.
Imdikasi obat ini dapat diperuntukkan bagipenderita hipertensi sedang hingga berat
(sebagai terapi tambahan); gagal jantung (dengan nitrat kerja panjang, tapi kombinasi
ini sering tidak dapat ditoleransi); krisis hipertensi (sebagai terapi alternatif pada
kehamilan).
Kontra indikasi lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia berat, gagal jantung
curah tinggi, insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanik, cor pulmonale, aneurism
aorta, porfiria
Efek samping yang dapat ditimbulkan takikardi, palpitasi, hipotensi, retensi cairan,
gangguan saluran cerna, kulit kemerahan, demam, neuritis perifer, polineuritis,
parestesia, artralgia, mialgia, lakrimasi yang meningkat, kongesti nasal, dispnea,
agitasi, ansietas, anoreksia; ada laporan gangguan darah (termasuk leukopenia,
trombositopenia, anemia hemolitik), abnormalitas fungsi hati, jaundice, kreatinin
plasma meningkat, proteinuria dan hematuria.
b. Prazosin
Indikasi:
hipertensi; sindrom Raynaud; gagal jantung kongestif; hiperplasia prostat jinak.
Peringatan:
dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi (karena itu harus diminum
sebelum tidur); usia lanjut; kurangi dosis awal pada gangguan ginjal; gangguan hati;
kehamilan dan menyusui
tidak disarankan untuk gagal jantung kongestif akibat obstruksi mekanik (misal
stenosis aortik).
Efek Samping:
hipotensi postural, mengantuk, lemah, pusing, sakit kepala, tidak bertenaga, mual,
palpitasi, sering kencing, inkontinesia dan priapismus.
c. Amlodipine
Indikasi: hipertensi, profilaksis angina.
Kontraindikasi: syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan,
menyusui
EfekSamping: nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur,
sakit kepala, pusing, letih;
KONTRA INDIKASI
Jangan menggunakan obat ini pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap
Enalapril atau obat-obat yang termasuk ACE inhibitor lain.
Jangan menggunakan Enalapril jika Anda sedang hamil karena obat ini bisa
membahayakan bayi yang belum lahir. Segera hentikan penggunaan obat ini jika Anda
sedang hamil.
Pengobatan dengan Enalapril tidak boleh dilakukan terhadap orang-orang yang memiliki
riwayat angioedema (herediter atau idiopatik).
Jangan menggunakan aliskiren dan enalapril secara bersamaan pada pasien
dengan diabetes melitus.
- Bloker reseptor β
a. Propranolol
Obat ini tersedia untuk oral dalam bentuk tablet dan kapsul sustained-release,
dan untuk pemakaian intravena. Penggunaan propranolol bermanffat dalam kasus
hipertensi, angina pektoris, aritmia, infark myocard, migrain, tachyarrhythmia ,
takikardia , dan hipertensi portal untuk menurunkan tekanan . Obat ini tidak boleh
digunakan untuk syok kardiogenik, bradikardi, penyakit hiperaktif pernafasan (asma),
hipotensi, dan kebuntingan (trimester 2 dan 3). Efek samping ialah hipotensi, nyeri
dada, kontraksi miokardial, halusinasi, insomia, vertigo, dan lemas.
b. Atenolol
Atenolol adalah antagonis reseptor β 1 selektif . Tidak seperti propranolol,
atenolol tidak mudah melewati penghalang darah-otak sehingga mengurangi kejadian
efek samping sistem saraf pusat. Atenolol digunakan untuk sejumlah kondisi
termasuk hipertensi , angina , infark miokard akut , takikardia supraventrikular , dan
takikardia ventrikel. Karena sifat hidrofilik, obat ini kurang cocok dalam profilaksis
migrain dibandingkan dengan propranolol, karena untuk indikasi ini, atenolol harus
mencapai otak dalam konsentrasi tinggi. Hal tersebut tidak terjadi karena atenolol
tidak melewati penghalang darah-otak . Overdosis menyebabkan bradikardia (detak
jantung lambat), hipotensi berat dengan syok , gagal jantung akut, hipoglikemia dan
reaksi bronkospastik.
c. Carvedilol
Efek samping yang paling umum meliputi pusing, kelelahan, tekanan darah
rendah , diare, dan lemah. Carvedilol tidak dianjurkan untuk penderita bronkospastik
yang tidak terkontrol (misalnya gejala asma) karena dapat memblokir reseptor yang
membantu membuka saluran udara. Penderita gangguan hati berat juga disarankan
untuk tidak menggunakan carvedilol..
c) Digoxin
Paling sering digunakan untuk fibrilasi atrium , atrial flutter , dan gagal
jantung . Pemberian digoxin secara oral dan intravena. Eliminasi digoxin terutama
oleh ekskresi ginjal. Efek samping berupa anoreksia, mual, gangguan penglihatan, dan
detak jantung yang tidak teratur
Digoxin bukan lagi pilihan pertama untuk gagal jantung , itu telah jatuh tidak
disukai pada orang dengan gagal jantung karena dapat meningkatkan risiko kematian.
Saat ini rekomendasi untuk gagal jantung adalah terapi triple ACE inhibitor , Beta-
blocker dan antagonis mineralokortikoid . Digoxin adalah terapi lini ketiga.
d) Modifikasi Diet
Penyakit jantung umumnya disebabkan oleh diet lemak atau yodium yang berlebihan.
Penurunan diet dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Penurunan diet dapat
dibantu oleh konsumsi obat, yaitu antara lain :
b. Ezetimibe
Ezetimibe bekerja dalam usus untuk mengurangi atau menghambat absoprsi
kolestrol sehingga kadar kolesterol yang berada dalam darah berkurang. Ezetimibe
memblok pengangkut-pengangkut kolestrol sehingga mengurangi absorpsi kolestrol.
Pemberian obat ini secara oral. Ezetimibe mengurangi kolestrol plasma sekitar 18%
dan level trigliserida 10 %. Kombinasi ezetimibe dengan statin dapat mengurangi
kolestrol plasma hingga 72%. Bila menggunakan obat ini dengan kombinasi statin,
harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat fungsi hati. Efek samping
yang ditimbulkan antara lain kelelahan, nyeri abdomen, dan diare.
2. Pengobatan Aritmia
A. Kelas I
Obat golongan I memblokir saluran Na+ dengan cepat , sehingga mengurangi tingkat fase 0
depolarisasi, memperpanjang periode refraktori efektif, meningkatkan ambang rangsangan,
dan mengurangi fase 4 depolarisasi. Obat-obatan ini juga memiliki sifat anestesi lokal.
- Kelas IA
a. Quinidine
Quinidine diberikan secara oral dan cepat diserap dari saluran pencernaan.
Quinidine dihidroksilasi di hati dan memiliki t 1/2 sekitar 5–12 jam, dapat menjadi
lama pada penyakit hati atau ginjal dan gagal jantung.
Quinidine digunakan untuk aritmia supraventricular dan ventricular,
mempertahankan irama sinus, dan mencegah akikardia ventrikel. Sebagai isomer
dextrorotary quinine, quinidine juga memiliki aksi antimalaria, antipiretik, dan
oxytocic.
Quinidine dapat menekan semua otot yang dapat menyebabkan kelemahan
otot rangka, menyebabkan hipotensi berat, cinchonism (dering telinga dan pusing) dan
gangguan GI termasuk nyeri perut, diare, mual, dan esofagitis .
c. Disopyramide (Norpace)
Disopiramid memiliki aksi serupa dengan quinidine, tetapi memiliki T ½ terpanjang di
kelas IA. Disopyramide digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel; umumnya
digunakan untuk kasus refraktori atau intoleran terhadap quinidine atau procainamide.
Disopyramide menghasilkan efek antikolinergik, termasuk mulut kering, penglihatan
kabur, konstipasi, dan retensi urin. Hal ini dapat memperburuk blok jantung dan
mempengaruhi fungsi nodus sinus.
- Kelas IB
a. Lidocaine (Xylocaine)
Lidocaine bekerja pada saluran natrium dan sangat selektif untuk jaringan
yang rusak. Lidocaine adalah pilihan kedua (setelah amiodarone) untuk pengobatan
aritmia ventrikel. Obat ini tidak memperlambat konduksi dan dengan demikian
memiliki sedikit efek pada fungsi atrium. Lidocaine mengalami efek first-pass yang
besar. Penggunannya melalui rute IV atau IM dan t 1/2- nya kira-kira 1,5-2 jam. Dosis
harus disesuaikan dengan CHF atau penyakit hati. Lidocaine memiliki tingkat
kardiotoksisitas yang rendah; efek samping yang paling umum adalah neurologis.
Berbeda dengan quinidine dan procainamide, lidokain memiliki sedikit efek pada
sistem saraf otonom.
b. Mexiletine (Mexitil)
Mexiletine memiliki aksi yang mirip dengan lidokain, tetapi dapat diberikan secara oral
dan digunakan terutama untuk pengobatan jangka panjang aritmia ventrikel.
- Kelas IC
a. Flecainide (Tambocor) dan encainide (Enkaid)
Flecainide aktif secara oral dan digunakan untuk takiaritmia ventrikel dan menjaga
irama sinus pada pasien dengan fibrilasi atrium paroksismal dan atrial flutter.
Penggunaan obat-obatan ini terbatas oleh kecenderungan menyebabkan tindakan
proaritmik; penggunana harus berhati-hati pada pasien dengan disfungsi sinus node,
pasca serangan jantung, dan CHF.
B. Kelas II
Obat Kelas II adalah antagonis b- adrenoceptor, termasuk propranolol, yang bertindak
dengan mengurangi stimulasi simpatik. Obat kelas II menghambat fase 4 depolarisasi,
menekan otomatisitas, memperpanjang konduksi AV, dan menurunkan denyut jantung
(kecuali untuk agen yang memiliki aktivitas simpatomimetik) dan kontraktilitas.
Obat kelas II digunakan untuk mengobati takiaritmia yang disebabkan oleh
peningkatan aktivitas simpatetik, atrial flutter dan atrial fibrilasi. Obat-obatan utama dalam
golongan ini ialah propranolol dan acebutolol
a. Propranolol merupakan nonselektif antagonis b- adrenoceptor dan antagonis b
adrenoseptor yang lebih selektifialah acebutolol dan esmolol digunakan untuk mengobati
aritmia ventrikel.
b. Propranolol digunakan untuk mencegah MI (miokardium infrak) berulang.
Efek samping obat kelas II antara lain vasokonstriksi arteriol dan bronkospasme.
Bradikardia, blok jantung, dan depresi miokard dapat terjadi.
C. Kelas III
Obat Kelas III memperpanjang durasi aksi potensial dan periode refraktori. Obat-obat ini
bekerja dengan memblok kanal K+.
1. Amiodarone (Cordarone)
a. Obat ini meningkatkan refractoriness dan juga menekan otomatisitas sinus nodus dan
memperlambat konduksi.
b. Waktu paruh panjang amiodaron (14-100 hari) sehingga meningkatkan risiko toksisitas.
c. Pemberian secara parenteral
d. Amiodarone digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel dan atrium dan / atau
ventrikel.Amiodarone adalah agen pertama untuk pasien yang tidak responsif terhadap
CPR (nafas buatan)
e. Memiliki efek antiangina dan vasodilator.
f. Amiodarone menghasilkan efek samping terutama pada saluran GI. Efek samping
nonkardiak serius termasuk fibrosis paru dan pneumonitis interstisial, fotosensitivitas dan
gangguan tiroid.
D. Obat Kelas IV
Obat kelas IV memblokir saluran kalsium. Obat-obatan ini memperpanjang
konduksi nodus dan memiliki aksi predominan dalam jaringan nodal.
1. Verapamil (Calan, Isoptin)
Verapamil memblokir channel kalsium. Jaringan yang bergantung pada
saluran kalsium tipe L adalah yang paling terpengaruh pada obat ini. Verapamil
diekskresikan terutama oleh ginjal, namun pengurangan dosis diperlukan dalam jika
adanya penyakit hati. Bioavailabilitas setelah pemberian oral sekitar 20%; dosis yang
lebih rendah diperlukan bila diberikan secara intravena.
Verapamil digunakan untuk penyembuhan takikardia supraventrikular dan
juga dapat mengurangi kecepatan ventrikel pada kasus atrial flutter dan fibrilasi. Pada
kerusakan hari, penggunaan verapamil dibatasi. Efek samping dari verapamil antara
lain bradikardia sinus. Verapamil tidak digunakan pada pasien dengan sindrom
Wolff-Parkinson-White.
DAFTAR PUSTAKA