Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulkarnain

NIM : 1507121180
Tugas : Kwalitas Daya Listrik

TRANSIENT OVERVOLTAGE

Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita menyalakan ataupun mematikan lampu, tentunya
jika diperhatikan ada jeda waktu antara saat saklar dinyalakan hingga lampu menyala dari
agak redup, kemudian menjadi terang atau yang lebih mudah diamati adalah saat menyalakan
atau mematikan kipas angin. Contoh, ketika kipas angin dimatikan, tentunya putaran baling-
baling pada kipas tidak serta-merta langsung berhenti seketika, tapi perlahan-lahan menjadi
pelan hingga akhirnya baling-baling berhenti. Mengapa begitu? Itulah yang disebut peralihan
atau bias disebut juga “Transient”.
Lalu jika kita mengamati dan membandingkan lampu rumah kita, yakni
membandingkanlampu kamar mandi dan lampu kamar tidur. Lampu mana yang lebih awet
menyala? Lampu kamar tidur atau kamar mandi? Pada umumnya pasti kalian menjawab
lampu kamar mandi. Mengapa begitu? Karena dibandingkan lampu kamar tidur yang hanya
di nyala-matikan saat malam hari, lampu kamar mandi lebih sering di nyala-matikan, yaitu
setiap kali sebelum-sesudah menggunakan kamar mandi. Ternyata hal tersebut terjadi karena
adanya pengaruh transient.
Memang pada kenyataannya transien hanya terjadi secara singkat, tetapi dengan
memahami transient pada suatu rangkaian atau alat, kita akan memahami efek gejala listrik
yang sangat mempengaruhi kekuatan suatu alat/rangkaian sehingga dapat meminimalisir efek
gejala listrik yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk memahami apa itu transien, dan gejala-
gejalayang terjadi ketika transien. Pada resume ini akan menjelaskan pengertian dasar
transien dan gejala-gejala yang terjadi pada rangkaian RL (Resistor-Induktor) pada arus
searah (DC) ketika transient.

Parameter Keadaan Peralihan (Transient)


Parameter keadaan peralihan diukur berdasarkan lamanya gangguan yang terjadi
(duration of disturbance), digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a) Tegangan lebih peralihan yang tajam dan bergetar : Tegangan paku (spike) positif atau
negatif 0,5 – 200 mikrodetik dan bergetar sampai sekitar 16,7 milidetik dengan
frekuensi 0,2 – 5 KHz atau lebih. Gangguan ini misalnya surge , spike, notch.
b) Tegangan lebih diatas 110 % nominal dan tegangan rendah kurang 80% , berlangsung
dalam waktu 80 milidetik ( 4 cycle ) sampai 1 detik. Gangguan ini misalnya sag, dips,
depression, interuption, flicker, fluctuation.
c) Tegangan rendah dibawah 80 – 85 % nominal selama 2 detik. Gangguan seperti ini
disebut outage, blackout, interuption.

Transient merupakan perubahan variabel (tegangan, arus) yang berlangsung saat


peralihan dari satu kondisi stabil ke kondisi yang lain. Penyebab terjadinya transient antara
lain :
1. Load switching (penyambungan dan pemutusan beban)
2. Capacitance switching
3. Transformer inrush current
4. Recovery voltage

Transient dapat muncul dalam dua kondisi yakni :


 Diferensial mode : antara live konduktor : phasa- phasa, phasa-netral
 Common mode : antara live konduktor dengan earth.

Sedangkan jika dilihat dari jenisnya, setidaknya terdapat 3 jenis transient :


 Temporary transient : disebabkan oleh insulation fault, ferro resonance, over
compensation reactive power dsb.
 Switching overvoltage transient : disebabkan oleh proses switching dari beban normal,
switching on-off low inductive current serta switching dari sirkuit kapasitif (kapasitor
bank)
 Lightning overvoltage transient : disebabkan oleh sambaran petir.

Akibat yang ditimbulkan dari munculnya transient adalah :


 Degradasi kemampuan electrical equipment
 Dielektrik breakedown
 Thermal stress

Selain potensi kerusakan, fenomena transient dapat membahayakan keselamatan kerja.


Menurut data statistik yang dihimpun oleh U.S. Bureau of Labor, tercatat sepanjang tahun
1992 hingga 1998, sebanyak 329 pekerja elektrik meninggal karena kecelakaan kerja yang
mana 68 orang diantaranya terjadi pada saat kontak dengan alat ukur listrik. Yang terjadi
pada saat itu adalah fenomena fault current dimana alat ukur tidak mampu menahan arus
yang besar pada saat terjadi transient tegangan.
Guna melindungi perangkat listrik dari bahaya transient, biasanya perangkat-perangkat
listrik harus memiliki proteksi yang baik. Jika dalam alat ukur standard, proteksi dititik
beratkan pada daya tahan probe dan fuse, maka untuk perangkat seperti modem dan sensitive
load, proteksi harus menggunakan perangkat tambahan. Perangkat ini dikenal dengan nama
TVSS (Transient Voltage Surge Supressor). Sama seperti proteksi alat ukur yang oleh IEC
61010 telah ditetapkan standarisasinya. ANSI/IEEE melalui release seri C62.41
mengumumkan sebuah standard baru untuk perangkat surge supressor.
Konsep nya mirip dengan pembagian CAT pada probe alat ukur. ANSI/IEEE C62.41
membagi kekuatan proteksi transient berdasarkan area. Area tersebut meliputi :
a. Area C (outdoor area)
Merupakan region yang teletak diluar dari bangunan gedung yang meliputi konduktor
ekstenal hingga main circuit breaker. Area ini merupakan area yang paling berbahaya karena
kecilnya impedansi kabel. Dipastikan area ini yang akan dialiri oleh energi paling besar
ketika terjadi sambaran petir.
b. Area B (Indoor Area)
Merupakan region yang biasanya memiliki jarak 10 meter dari perangkat main circuit
breaker. Berbeda dengan area A yang lebih didominasi oleh petir, transient pada Area B lebih
sering diakibatkan oleh adanya switching beban berat seperti motor AC. Sumber lain yang
ditengarai menjadi penyebab transient di Area B adalah perangkat High voltage dan High
frequency.
c. Area C (Indoor Area)
Adalah area yang paling jauh dari perangkat circuit breaker. Area ini berkisar pada
jarak lebih dari 20 meter dari main circuit breaker atau lebih dari 10 meter dari outlet area B.
Dengan pembagian 3 kategori area tersebut, maka kita dapat menentukan perangkat proteksi
transient manakah yang sesuai dengan lokasi beban yang akan di proteksi.

Anda mungkin juga menyukai