Ari Setiani
Abstrak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk
kompleks atau senyawa koordinasi, dimana atom atau ion logam pusatnya mempunyai
dua atau lebih ligan terikat padanya oleh ikatan kovalen koordinat. Senyawaan demikian
mungkin berupa sebuah ion kompleks dengan ion-ion tergabung yang bermuatan
berlawanan dengannya, atau mungkin berupa sebuah kompleks yang netral. Suatu ligan
dengan lebih dari satu titik lekat kepada ion atau atom pusatnya, disebut zat penyepit
(Keenan, 1992).
Jumlah dan jenis aplikasi kimia koordinasi atau senyawa kompleks sangat luas
meliputi kehidupan rumah tangga, industri sampai kesehatan. Dalam tulisan ini akan
diuraikan mengenai KOMPLEKS KALSIUM DISOIDIUM EDTA (CaNa2EDTA)
SEBAGAI PENGIKAT LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM TUBUH MANUSIA.
Menurut Saeni (1997), Pb merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua
setelah Hg, karena racun Hg bersifat akut, sedang Pb bersifat akumulatif, akan tetapi
limbah pembuangan Pb paling banyak jika dibandingkan Hg yang paling sedikit
diantara logam berat. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
pemaparan maupun saluran pencernaan. sedikit diantara logam berat. Timbal dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, pemaparan maupun saluran
pencernaan. Lebih kurang 90 % partikel timbal dalam asap atau debu halus di udara
dihisap melalui saluran pernafasan. Penyerapan di usus mencapai 5 – 15 % pada orang
dewasa. Pada anak-anak lebih tinggi yaitu 40 % dan akan menjadi lebih tinggi lagi
apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya. Timbal yang
masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Hal
itu disebabkan karena senyawa timbal dapat memberikan efek racun terhadap banyak
fungsi organ yang terdapat dalam tubuh.
B. TUJUAN
1. Mengetahui aplikasi senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengetahui peranan kalsium disodium EDTA dalam mengikat logam Pb
dalam tubuh manusia.
2
C. MANFAAT
1. Bagi penulis :
Memberikan pembelajaran dan pengetahuan mengenai studi tentang
senyawa kompleks yang banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya aplikasi CaNa2EDTA dalam mengikat Pb di dalam tubuh .
2. Bagi pembaca :
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai senyawa kompleks pada
umumnya dan aplikasi CaNa2EDTA dalam mengikat Pb di dalam tubuh.
BAB II
ISI
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi dan
struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan
dengan struktur linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipiramidal dan
oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak
dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral. (Iis Siti Jahro)
3
manusia tercemar logam berat dari air melalui air yang diminum. Udara yang tercemar
dengan logam berat akan terakumulasi dalam tanaman baik melalui udara maupun dari
tanah yang terlarut logam berat yang kemudian terserap oleh tanaman. Ternak dan
manusia tercemar logam berat disamping dari air yang diminum juga dari tanaman
tercemar yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia serta dari udara melalui
pernafasannya. Dari sekian banyak logam berat, seperti yang diutarakan oleh Saeni
(1989) seperti: Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As, empat logam berat
diantaranya bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi manusia
diantaranya: As, Cd, Pb dan Hg, sehingga Pacyna (1987) dalam Darmono (1995)
meneliti kandungan keempat logam berat tersebut dalam pembuangan limbah
sehubungan dengan penggunaan energi batubara dan minyak bumi di Eropa tahun
1979 seperti tercantum dalam Tabel 1.
Menurut Saeni (1997), Pb merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua
setelah Hg, karena racun Hg bersifat akut, sedang Pb bersifat akumulatif, akan tetapi
limbah pembuangan Pb paling banyak jika dibandingkan Hg yang paling sedikit
diantara logam berat. Hal ini terlihat dari Tabel 1. merkuri merupakan limbah
pembuangan penggunaan energi batubara dan minyak bumi yang paling rendah, yaitu
sebesar 221 ton/tahun dibandingkan dengan As = 678 ton/tahun, Cd = 256 ton/tahun
dan Pb = 2.835 ton/tahun, sehingga Hg relatif kurang menjadi pusat perhatian bagi
manusia daripada Pb, mengingat kandungan Hg dari pencemaran yang relatif rendah.
Dengan demikian timbal menjadi pusat perhatian manusia tidak hanya karena
bahayanya, akan tetapi juga karena pencemarannya paling tinggi (Tabel 1).
Sumber As Cd Pb Hg
A. Pembakaran Batu Bara (Ton/Tahun)
1. Energy Listrik 205 6 733 86
2. Pabrik 240 77 870 -
3. Rumah tangga dan 1 5 73 135
komersial
B. Pembakaran minyak
1. Industri dan rumah 138 73 709 SR
tangga serta
Jumlah 67 256 2835 221
4
Timbal (Pb) bagi Manusia
Timbal (Pb) tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam cairan saluran
pencernaan. Timah yang diserap dalam saluran pencernaan, terutama disimpan dalam
hati dan ginjal. Bila konsumsi Pb meningkat, maka akan terakumulasi dalam hati,
ginjal, tulang dan rambut (Dinius et al., 1973) dalam Parakkasi (1999). Pada manusia,
Pb dapat terakumulasi dalam rambut sesuai pernyataan Saeni (1997) yang menyatakan
bahwa jumlah logam dalam rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang diabsorpsi
oleh tubuh, karena rambut banyak mengandung protein struktural yang tersusun dari
asam-asam amino sistein yang mengandung gugus sulfhidril (-SH) dan sistein
dengan ikatan disulfida (-S-S-). Gugus tersebut mampu mengikat logam berat yang
masuk kedalam tubuh dan terikat di dalam rambut. Mengingat senyawa sulfida mudah
terikat dengan logam berat, maka bila Pb masuk ke dalam tubuh, maka akan terikat oleh
senyawa sulfida dalam rambut (Huyser, 1984 dalam Saeni, 1997). Akumulasi Pb tidak
hanya di rambut akan tetapi lebih awal akan terakumulasi di darah seperti hasil
penelitian yang dinyatakan oleh Aminah (2006) yang meneliti kadar Pb karyawan Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL &
PPM) di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan BBTKL & PPM
yang mengambil sampling di lapangan mempunyai kadar Pb dalam darah yang lebih
tinggi daripada karyawan yang tidak melakukan sampling di lapangan. Begitu pula
Ardyanto (2005) yang mendeteksi pencemaran Pb dalam darah masyarakat yang banyak
menghirup Pb. Timbal (Pb) pada senyawa anorganiknya dalam sistem hematopoetik
menghambat reaksi enzimatik terakhir dalam sintesis heme, sehigga terjadi anemia.
5
Baik pada manusia maupun pada ternak, Pb bersifat akumulatif dalam tubuh dan
dapat merusak seluruh sistem organ dalam tubuh. Pada anak-anak, keracunan Pb
dapat menyebabkan kemunduran mental yang bersifat permanen. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa Pb yang terkandung dalam makanan orang dewasa rata-rata terserap
5 – 10% oleh tubuh, sedang pada bayi dan anak-anak hingga 40% atau lebih dan dapat
ditekan dengan adanya kalsium (Ca) dan fosfor (P), sehingga konsumsi kalsium (Ca)
yang tinggi akan menekan pengambilan Pb tubuh. Badan dunia WHO (1984) telah
menetapkan batas maksimum serapan Pb oleh manusia dewasa sebesar 400 – 450 µg
/hari.
Pengobatan utama untuk orang-orang yang memiliki kadar timbal dalam darah
cukup tinggi atau yang memiliki gejala keracunan yaitu dengan terapi khelasi.
Pengobatan kekurangan zat besi, kalsium, dan seng yang diiringi dengan meningkatnya
penyerapan timbal, adalah bagian dari pengobatan untuk keracunan timbal. Ketika
bahan makanan yang mengandung timbal masuk kedalam saluran pencernaan
(dibuktikan dengan sinar-X), seluruh proses dalam usus, cathartics, endoscopi, atau
bahkan mungkin pembedahan digunakan untuk menghilangkannya dari usus dan
pencegahan penyebaran lebih lanjut. Jika terdapat timbal dalam otak Anticonvultans
dapat diberikan untuk mengendalikan kekejangan dan pengobatan untuk mengendalikan
pembengkakan otak termasuk kortikosteroid dan manitol. Pengobatan keracunan timbal
organic meliputi proses menghilangkan timbal dari kulit, pencegahan penyebaran lebih
lanjut, mengobati kejang dan mungkin terapi khelasi untuk orang dengan konsentrasi
timbal dalam darahnya tinggi dengan kadar timbal darah di atas 25 ug / dL (Wikipedia,
2010).
Untuk mengeluarkan Pb dari dalam tubuh maka tingkat ekskresi harus dinaikkan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan khelat. Zat khelat yang dipakai untuk
membuang logam beracun (timbal) dari dalam tubuh harus membentuk senyawa yang
stabil dengan ion logam tersebut. Adapun khelat yang cocok untuk digunakan adalah
Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang merupakan senyawa kompleks. Zat
6
pengkhelat ini hanya cocok untuk orang dewasa, sedangkan pada anak-anak jarang
digunakan zat ini. Di dalam tubuh, kalsium (Ca) akan digantikan oleh timbal (Pb)
karena bisa membentuk senyawa yang lebih stabil dengan EDTA. Dalam senyawa
kompleks ini Ca yang berperan sebagai atom pusat sedangkan Na dan EDTA adalah
ligan-ligan. Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) ini dalam bentuk infus yang
diberikan kepada penderita keracunan timbal (Pb). Pengobatan keracunan plumbum
bertujuan mengurangi konsentrasi plumbum bebas dalam darah dan cairan tubuh yang
dilakukan dengan berbagai cara antara lain mencegah absorbs plumbum melalui usus
dan paru, memperlancar pengeluaran plumbum dalam urine dan empedu tanpa merusak
alat-alat ekskresi. Untuk mengobati keracunan plumbum akut dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
Faktor yang menentikan stabilitas kompleks adalah berdasarkan pada sifat-sifat baik
agen khelating dan logam khelat. Stabilitas konstan kompleks dapat secara kuantitatif
dinyatakan dalam nilai persamaan kesetimbangan, yang tergantung pada struktur atom
dari logam khelated. Sebagai contoh, konstanta stabilitas untuk logam berbeda dengan
EDTA berada pada skala yang ditunjukkan pada Tabel 1.
dimana logam dengan k konstan yang lebih tinggi bersaing untuk agen chelating dengan
logam nilai stabilitas lebih rendah dan akhirnya menghapus kedua
Pemberian kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang akan mengkhelat
timbal (Pb) dari tulang dan jaringan lunak, sehingga membentuk ion kompleks
PbNa2EDTA yang stabil dan secara cepat juga akan diekskresikan melaui
urin. CaNa2EDTA merupakan kompleks dan Pb merupakan ion logam. Berdasarkan
deret volta sifat reduktor Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca. Hal ini berarti
kemampuan oksidasi Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca sehingga posisi Ca di
EDTA akan digantikan oleh Pb. Sehingga Pb2+ akan berikatan dengan Na2EDTA dan
terbentuk kompleks PbNa2EDTA yang stabil . Akibatnya Pb akan keluar dalam bentuk
larutan berupa air seni. Sedangkan Ca2+ akan tertinggal dalam tubuh sebagai zat gizi.
Jadi kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai
pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang bersifat
7
racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut. Pertukaran tersebut terjadi sebab
[Pb Na2(EDTA)] (Kf = 1 x 1018) lebih mantap dibanding [Ca Na2(EDTA)]2- (Kf = 4 x
1010).
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion
logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks memiliki
peranan penting dalam kehidupan sehari – hari.
2. Pb bersifat akumulatif dalam tubuh dan dapat merusak seluruh sistem organ
dalam tubuh.
3. Kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai
pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang
bersifat racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut.
B. SARAN
1. Perlunya pengetahuan yang lebih mengenai bahaya Pb agar lebih waspada.
2. Mencari pengetahuan lebih mengenai manfaat senyawa kompleks dalam
megkhelat logam-logam berat.
3. Membagikan informasi yang diberikan untuk masyarakat luas mengenai
dampak logam Pb pada tubuh manusia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, N. 2006. Perbandingan Kadar Pb, Hb, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal Pada
Karyawan BBTKL dan PPM Surabaya Bagian Sampling dan Non Sampling.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2, No 2 (111-120)
Flora, J.s. and Pachauri, V., 2010. Chelation in Metal Intoxication. International
Journal of Enviromental Research and Public Health 7 : 2745-2788, 2010.
Iis Siti Jahro, Djulia Onggo, Ismunandar dan Susanto Imam Rahayu. Kajian Mekanisme
Reaksi Kompleks Multi Inti FeII-MnII-CrIII Dengan Ligan Ion Oksalat Dan
2,(2’-pyridyl)quinoline Dalam Pelarut Metanol dan Air. Departemen Kimia,
FMIPA Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10 Bandung, 40132e-mail
: jahrostiis@yahoo.com
Keenan, dkk., 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.
Saeni, M.S. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis
Rambut. Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan, Fakultas
Matematika dan IPA IPB. Bogor
Sjamsudin U., Suyatna F.D. 1998. Keracunan Pb. Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta
: Cermin Dunia Kedokteran.
10