Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN BIOGAS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


ENERGI TERBARUKAN

Yang diampu oleh bapak Koko Joni, S.T., M.Eng.

Disusun oleh :

Alif Al Hamda 150431100011

Muhammad Farisal 150431100059

Aqil Fadhlurroman 150431100079

Faizal Agung Nugroho 150431100104

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2018
ABSTRAK

Biogas merupakan renewable energi yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas
alam. Akhir-akhir ini diversifikasi penggunaan energi menjadi isu yang sangat penting
karena berkurangnya sumber bahan baku minyak. Pemanfaatan limbah pertanian dan
kotoran sapi untuk memproduksi biogas dapat memperkecil konsumsi sumber energi
komersial. Biogas dihasilkan oleh proses pemecahan bahan limbah organik yang
melibatkan aktifitas bakteri anaerob dalam kondisi anaerobic dalam suatu digester. Pada
dasarnya proses pencernaan anaerob berlangsung melalui tiga tahap yaitu hidrolisis,
pengasaman, dan metagonik. Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio
C : N, temperature, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan
organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahan-bahan yang dapat
digunakan untuk produksi biogas adalah bahan organik berupa limbah sayur, limbah
buah, limbah rumah tangga, limbah rumah makan dan kotoran ternak. Salah satu inovasi
bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas adalah dari bahan limbah pasar (sayur
dan buah) di campur dengan kotoran ayam.

Dengan menumpuknya limbah pasar dan minimnya pemanfaatan limbah pasar


maka di adakan penanggulangan salah satunya memanfaatkan limbah pasar sebagai
pengahasil energi terbarukan. Menurut Sufyadi (2001), bahwa salah satu alternatif untuk
memecahkan masalah penumpukan limbah pasar adalah pemanfaatan sumberdaya yang
selama ini belum dikelola secara maksimum di dalam sistem pertanian. Ketersediaan
limbah pertanian (biomassa) di Indonesia merupakan suatu potensi sumberdaya untuk
memproduksi energi alternatif terbarukan misalnya biogas, dengan demikian
pemanfaatan limbah pasar yang dilakukan secara maksimal akan memberi dampak yang
lebih baik. Memberikan lingkungan yang lebih bersih, mengurangi bau yang tidak sedap
akibat menumpuknya sampah sehingga mendapatkan udara yang sehat.

Menurut Korompot (2012) pada tahun 2008 hingga saat ini di Indonesia sering
mengalami kirisis energi salah satunya barupa bahan bakar minyak (BBM). Kelangkaan
energi terjadi karena semakin meningkatnnya kebutuhan energi namun, bahan baku
pembuatannya sangat terbatas dan proses pembuatannya menggunakan waktu yang
sangat lama. Wahyuni (2011) menyatakan bahwa Pemanfaatan energi yang tidak dapat
diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu
gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak
(BBM), seperti minyak tanah, bensin, dan solar. Kelangkaan terjadi karena tingkat
kebutuhan BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap tahunnya, sementara itu
minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan BBM sangatlah terbatas dan membutuhkan
waktu berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.
Menurut penelitian David dkk., (2011) waktu yang di butuhkan fermentasi
biodigester yaitu 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari, dan 21 hari. Lamanya waktu fermentasi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan komposisi gas metana (CH4) terbesar terjadi pada
fermentasi selama 21 hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian produksi biogas
dengan bahan dasar kotoran ayam dan limbah pasar dengan penambahan konsentrasi
inokulum 10% dan 20% dan waktu fermentasi 10 hari, 20 hari, dan 30 hari.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian tentang “Produksi


Biogas Dari Kotoran Ayam Dan Limbah Pasar Dengan Perbedaan Konsentrasi
Inokulum”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaiaman proses pembuatan biogas?

Bagaimana hasil dari pembuatan biogas?

1.3 Tujuan

Mengetahui proses pembuatan biogas

Mengetahui hasil dari pembuatan biogas


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Biogas

Sejarah awal penemuan biogas pada awalnya muncul di benua Eropa. Biogas adalah hasil
dari proses anaerobik digestion Ditemukan seorang ilmuwan bernama Alessandro Volta
yang melakukan penelitian terhadap gas yang dikeluarkan rawa – rawa pada tahun 1770.
Gas dari rawa tersebut teridentifikasi sebagai gas methana. Pada perkembangannya tahun
1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion.
Selanjutnya, tahun 1884 seorang ilmuwan lainnya bernama Pasteor melakukan penelitian
tentang biogas menggunakan mediasi kotoran hewan. Perkembangan biogas mengalami
pasang surut, seperti pada akhir abad ke-19 tercatat jerman dan perancis memanfaatkan
limbah pertanian menjadi beberapa unit pembangkit yang berasal dari biogas. Selama
perang dunia kedua banyak petani di Inggris dan benua Eropa lainnya yang membuat
digister kecil untuk menghasilkan biogas, namun dalam perkembangannya karena harga
BBM semakin murah dan mudah diperoleh, pada tahun 1950-an pemakaian biogas di
Eropa mulai ditinggalkan, dan pada saat ini ditengah keterbasaan persediaan fosil, biogas
kembali dikembangkan. Selain itu disamping persediaan bahan baku yang cukup
melimpah, gas hasil dari pembakaran biogas sangat ramah lingkungan oleh karena itu
masyarakat mulai mengembangkan biogas sebagai bahan bakar alternatif (KESDM,
2014).

2.2 Proses Pembentukan Biogas Biogas dihasilkan dari proses pembusukan dari limbah
organik dengan bantuan bakteri dalam keadaan anaerob. Limbah organik dapat berupa
kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Proses bahan organik ini
dilakukan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi (Haryati, 2006). Ada tiga tahap
dalam proses kerja bakteri ini, yaitu:

Pemecahan polimer (hidrolisis)

Pada tahap hidrolisis ini terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana , perubahan struktur bentuk
primer menjadi bentuk monomer. Komponen organik sederhana yang larut dalam air
digunakan oleh bakteri pembentuk asam. Pada fase ini mengubah protein menjadi asam
amino, karbohidrat menjadi gula sederhana, dan lemak menjadi asam lemak rantai
panjang. Laju hidrolisis tergantung pada jumlah substrat yang tersedia dan konsentrasi
bakteri serta faktor lingkungan seperti suhu dan pH.

Pembentukan asam (asidogenesis) Pada tahap pengasaman ini komponen monomer


(gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi
bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan
dihasilkan asam asetat, propionat, format, laknat, alcohol, dan sedikit butirat, gas karbon
dioksida, hydrogen, dan ammonia.

Pembentukan metan (metanogenesis) Bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam


ketiga fase diatas terdiri dari: - Bakteri pembentuk asam (Acidogenic Bacteria) yang
merombak senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam
organik, CO2, H2, H2S. - Bakteri pembentuk asetat (Acetogenic Bacteria), yang merubah
asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari methanol menjadi asetat dan
hydrogen. - Bakteri penghasil metan (Metanogen), yang berperan dalam merubah asam-
asam lemak dan alcohol menjadi metan dan karbon dioksida. Bakteri pembentuk metan
antara lain methanococcus, methanobacterium, dan methanosarcina.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biogas

Banyak faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pembentukan biogas, diantaranya:

Temperatur

Gas metana diproduksi pada tiga tingkat temperatur sesuai dengan bakteri yang tumbuh.
Bakteri Psyhripilic dapat hidup pada suhu 0 - 7°C, Bakteri mesophilic dapat hidup pada
temperatur 13 - 40°C, sedangkan bakteri termophilik adalah bakteri ysng berkembang
pada suhu tinggi. Mampu hidup dan tumbuh pada tempratur 55 – 60°C. Suhu yang baik
pada proses fermentasi adalah 30°C sampai kira-kira 55°C. Menurut teori, pada suhu yang
lebih tinggi kecepatan produksi biogas akan lebih besar.

Waktu retensi

Faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu waktu retensi, faktor ini sangat dipengaruhi oleh
temperatur, pengenceran, laju pengadukan bahan dan lain sebagainya. Pada temperatur
yang tinggi laju fermentasi berlangsung dengan cepat, dan menurunkan waktu proses
yang diperlukan. Pada kondisi normal fermentasi kotoran berlangsung antara dua sampai
empat minggu.

Derajat keasaman (pH)

Peranan pH berhubungan dengan media untuk aktifitas mikroorganisme. Bakteri-bakteri


anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 – 7,5.
Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5 – 8,5. Batas
bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutannya sudah toxic, maksudnya bakteri
pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara ilmiah dilakukan oleh ion NH4.
Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH (Nur Hidayat, 2009).

Kandungan bahan kering

Bahan isian untuk pembuatan biogas harus berupa bubur. Bentuk bubur ini dapat
diperoleh bila bahan bakunya mempunyai kandungan air yang tinggi. Bahan baku dengan
kadar air yang rendah dapat dijadikan berkadar air tinggi dengan menambahkan air ke
dalamnya dengan perbandingan tertentu sesuai dengan kadar bahan kering bahan
tersebut. Bahan baku yang paling baik mengandung 7-9% bahan kering. Ternyata kotoran
masing-masing jenis ternak mempunyai kandungan bahan kering yang berbeda-beda.
Perbedaan bahan kering yang di kandung berbagai macam kotoran ternak akan membuat
penambahan air yang berlainan. Setiap kotoran atau bahan baku akan berbeda sifat
pengencerannya. Kotoran sapi segar misalnya, mempunyai kadar bahan kering 18%.
Agar diperoleh kandungan bahan isian sebesar 7-9% bahan kering, maka bahan baku
tersebut perlu diencerkan dengann air mencakup berbandingan 1:1 (bahan baku:air).
Adonan tersebut lalu diaduk sampai campuran rata.

Bahan isian

Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa
dapur dan sampah limbah kelapa muda. Bahan isian harus terhindar dari bahan anorganik
seperti pasir, batu, beling, dan plastik. Bahan baku dalam bentuk selulosa lebih mudah
dicerna oleh bakteri anaerobik. Sebaliknya, pencernaan akan lebih sukar dilakukan
bakteri anaerob jika bahan bakunya banyak mengandung kayu atau lignin.

Pengadukan
Proses pengadukan akan sangat menguntungkan karena apabila tidak diaduk solid akan
mengendap pada dasar tangki dan akan terbentuk busa pada permukaan yang akan
menyulitkan keluarnya gas. Masalah tersebut terjadi lebih besar pada proses yang
menggunakan bahan baku limbah sayuran dibandingkan yang menggunakan kotoran
ternak. Pada sistem kontinyu masalah ini lebih kecil karena pada saat bahan baku
dimasukkan akan memecahkan busa pada permukaan seolah-olah terjadi pengadukan.

Rasio Karbon Nitrogen

Unsur nitrogen adalah unsur yang paling penting, disamping adanya selulosa sebagai
sumber karbon. Bakteri penghasil metana menggunakan karbon 30 kali lebih cepat
daripada nitrogen. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen
akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1, C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau
karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada tingkat
yang optimal, bila kondisi yang lain juga mendukung.

Kandungan Air

Bentuk bubur hanya dapat diperoleh apabila bahan yang dihancurkan mempunyai
kandungan air yang tinggi. Apabila sampah tersebut memiliki kandungan air yang sedikit
maka bisa ditambahkan air supaya pembentukan biogas bisa optimal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk membuat biogas sebagai berikut:
a) Alat yang digunakan
1. Gergaji Besi
2. Solder
3. Lem pipa
4. Pisau
5. Ember besar Kayu bekas (untuk mengaduk kotoran sapi)
b) Bahan yang diperlukan
1. Jirigen 30 liter 1 Buah
2. Pipa PVC ukuran 1 dem dan 1,5 dem masing-masing 2 meter
3. T-dos pipa PVC 1 dem 1 buah
4. Kran pipa PVC 1 dem 2 buah
5. Selang ukuran ¼ sepanjang 2 meter
6. Ban dalam sepeda motor
7. Kotoran Sapi
8. Sandal bekas
3.2 Langkah Percobaan
Berikut langkah langkah percobaan:
1) Gambar atau buatlah design biogas untuk memudahkan tahap pengerjaan biogas.
2) Siapkan alat dan bahan yang sudah di dapat.
3) Potong pipa PVC ukuran 1,5 dem sepanjang ½ dari ukuran jirigen.
4) Setelah memotong pipa, langkah selanjutnya yaitu melubangi Jirigen di bagian
badan bawah sebanyak 1 buah sebesar 1,5 dem, dan lubang di bagian badan atas
sebanyak 1 buah sebesar 1 dem yang berlawanan arah dari lubang sebelumnya (jangan
terlalu keatas agar pembuangan ampas lebih efektif).
5) Lalu lem bagian pinggiran lubang dengan lem pipa sampai benar benar udara
tidak bocor.
7) Sambungkan kran pipa ukuran 1 dem dengan pipa PVC bagian depan tadi.
Rekatkan dengan Lem pipa.
8) Lubangi sambungan pipa bagian atas sebesar lubang selang ¼
9) Potong selang ¼ sepanjang 2 meter di bagi 3.
10) Sambungkan salah satu sisi ketiga selang dengan jerigen.
11) Sambungkan sisi kedua selang dengan ban sepeda motor
12) Sambungkan sisi ketiga selang dengan kran
13) Siapkan kotoran sapinya dan campurkan kotoran sapi dengan air dengan
perbandingan 1:1. Jangan terlalu encer dan jangan terlalu kental.
14) Setelah di campur, lalu masukkan kotoran sapi ke dalam Jirigen melewati pipa
PVC ukuran 1,5 dem tadi hingga melebihi lubang Jirigen pembuangan ampas.
15) Tunggu 1- 4 minggu dan setelah itu cek gas apakah berhasil atau tidak.
16) selesai
Progress

Anda mungkin juga menyukai