Disusun Oleh:
Preseptor :
dr. Getry Sukmawati, Sp.M (K)
dr. Havriza Vitresia, Sp.M (K)
Pada semua pasien glaukoma, perlu tidaknya terapi segera diberikan dan
efektifitasnya dinilai dengan melakukan pengukuran tekanan intraokular (tonometri), inspeksi
diskus optikus, dan pengukuran lapangan secara teratur. Oftalmoskopi (untuk mengtahui
kelainan saraf optikus) dan tonometri harus merupakan bagian dari pemeriksaan fisik rutin
pada pasien yang cukup kooperatif dan tentu saja pada pasien yang lebih dari 30 tahun. Hal
ini terutama penting pada pasien yang memeliki riwayat glakoma pada keluarga.3
Kebutaan akibat glaukoma dapat dicegah apabila diagnosis sudah dibuat sejak dini.
Glaukoma kronik dengan sudut bilik mata depan terbuka sebaiknya dikelola oleh seorang
dokter spesialis mata. Dokter umum dapat membantu dengan mengukur tekanan bola mata
secara rutin, kemudian jika perlu penderita dirujuk ke dokter spesialis mata. Glaukoma akut
sudah harus diobati ketika masih ditangani dokter umum, pertolongan pertama pada
glaukoma akut sering kali menentukan, apakah mata yang bersangkutan akan buta atau
tidak.2
1.3.Batasan Masalah
Penulisan Clinical Science Session (CSS) ini membahas tentang anatomi dan
fisiologi aqueous humor, definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis
glaukoma primer sudut terbuka.
Faktor Risiko1
1. Usia
Usia merupakan faktor risiko penting pada glaukoma primer sudut terbuka . Baltimore
Eye Survey menemukan prevalensi glaukoma meningkat seiringan peningkatan Usia. Ocular
hypertension treatment study (OHTS) menemukan risiko Usia dengan angka prevelensi
glaukoma primer sudut terbuka perdekade adalah 43 % secara univarian dan 22 % secara
multivarian. Pada Collaborative Initial Glaukoma Treatment Study (CIGTS), kerusakan
lapangan pandang berkembang 7 kali pada pasien 60 tahun atau lebih dibandingkan mereka
di bawah 40 tahun. Walaupun peningkatan tekanan intraocular dengan peningkatan usia telah
diobservasi pada banyak populasi dan dapat dihitung bagian dari hubungan antara usia dan
glaukoma, penelitian di Jepang menunjukkan hubungan antara glaukoma dan usia tanpa
kenaikan tekanan intraokular. Oleh sebab itu Usia bisa dinilai sebagai faktor risiko
independen untuk perkembangan glaukoma.
2. Ras
Prevalensi glaukoma primer sudut terbuka 3-4 kali lebih besar pada kulit hitam
daripada yang lain. Kebutaan akibat glaukoma paling kurang 4 kali lebih banyak pada ras
kulit hitam daripada kulit putih. Ini dikaitkan dengan ketebalan kornea pada kulit hitam lebih
tipis dibandingkan pada kulit putih.
3. Riwayat keluarga
Baltimore Eye Survey membuktikan risiko kejadian glaukoma primer sudut terbuka
meningkat pada seseorang yang memiliki saudara dengan glaukoma primer sudut terbuka
dengan mengambil populasi kembar dengan metode kohort.
1. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course Section 10:
Glaucoma. 2014-1015
2. Ilyas, Sidarta dkk.2015.Glaukoma dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 5. Jakarta :
Sagung Seto.Hal 222-229.
3. Vaughan,Daniel G dkk.2014.Glaukoma dalam Oftamologi Umum Edisi 17.Jakarta
:Widya Medika Hal 212-229.