Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai
dengan banyaknya bank-bank yang bermunculan, sangat diperlukan suatu pengawasan
terhadap bank-bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral
memerlukan suatu kontrol terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan
keuangan serta kegiatan usaha masing-masing bank.

Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanankan oleh Bank


Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan,
baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Kesehatan atau kondisi
keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik
pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia
selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Penilaian CAMELS
2. BMPK
3. Posisi Devisa Neto
4. Judgement

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk Mengetahui Definisi Tingkat Kesehatan Bank.
 Untuk Mengetahui Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

1.4 Manfaat Penulisan


 Menambah pengetahuan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank.
 Menambah pengetahuan tentang penilaian kesehatan bank dengan metode
CAMEL.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penilaian dengan Metode CAMELS


Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank.
Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS
yaitu Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to
Market Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan aspek tambahan dari metode
penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu CAMEL.

CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket


Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai
dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang
menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS
berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi
dan moneter.

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja


keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua


bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank.
Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan
dibedakan antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk
bank umum dan BPR ditetapkan sebagai berikut:
Bobot

No. Faktor CAMEL Bank Umum BPR

1 Permodalan 25% 30%

2 Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%

3 Kualitas Manajemen 25% 20%

4 Rentabilitas 10% 10%

5 Likuiditas 10% 10%

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia


mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan (Capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan dilakukan
melalui penilaian terhadap kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku. Melalui rasio ini akan diketahui
kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan
sejumlah modal bank

b. Kualitas Aset (Asset Quality)


Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor aset bank dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen aktiva produktif yang diklasifikasikan
dibandingkan dengan total aktiva produktif dan tingkat kecukupan pembentukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

c. Manajemen (Management)
Tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen dengan rasio Net Profit
Margin (NPM) melihat seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup
manajemen umum, manajemen risiko, dan kepatuhan bank yang pada akhirnya akan
mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. Net Profit Margin dihitung dengan
membagi Net Income atau laba bersih dengan Operating Income atau laba usaha.

d. Profitabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor profitabilitas bank antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) atau Net
Operating Margin (NOM), dan Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan
Operasional (BOPO).

e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas bank dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen Loan to Deposit Ratio (LDR).
LDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya.

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)


Penilaian rasio sensitivitas terhadap risiko pasar didasarkan pada Interest Rate
Risk Ratio (IRRR) yang proksi terhadap risiko pasar. IRRR menunjukkan kemampuan
bank dalam menutup biaya bunga yang harus dikeluarkan dengan pendapatan bunga
yang dihasilkan.

2.2 BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)


2.2.1 Arti Penting Batas Maksimum Pemberian Kredit
Diversifikasi investasi merupakan sebuah solusi untuk menurunkan risiko
berinvestasi. Yaitu hendaknya seseorang tidak hanya berinvestasi pada satu objek
investasi saja, tetapi berinvestasi kepada beberapa objek investasi.

Sama halnya dengan seseorang yang berinvestasi, bank juga harus


menggunakan prinsip kehati-hatian dalam menempatkan dana agar tak terjadi resiko
yang besar/fatal. Yakni dengan cara penyebaran dan diversifikasi portofolio penyediaan
dana terutama dengan pembatasan penyediaan dana sebesar persentase tertentu dari
modal bank yang disebut juga dengan BMPK.
Dalam hal ini bank diwajibkan melakukan larangan dan pembatasan
persentase tertentu, serta menerapkan manajemen risiko kredit yang lebih prudent kepada
pihak terkait maupun peminjam/kelompok peminjam yang memiliki eksposur besar.

Apabila terjadi penurunan modal bank, maka penyediaan dana bukanlah suatu
pelanggaran, walaupun melampaui batas maksimalnya. Dari bank wajib menyelesaikan
pelaggaran/pelampauan BMPK dengan menetapkan action plan dan melaksanakannya
secara konsisten dan efektif karena konsentrasi pada penyediaan dana sangat penting
untuk dikelola.

2.2.2 Pengertian Batas Maksimum Pemberian Pinjaman


Menurut peraturan BI no.7/3/PBI/2005, BMPK adalah persentase maksimal
penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank yang berupa modal inti atau
modal pelengkap bagi bank yang berkantor pusat di dalam negeri maupun dana bersih
kantor pusat dan kantor-kantor cabang di luar negeri (net head office fund).

2.2.3 BPMK dan Manajemen Resiko

BMPK perlu menerapkan penerapan manajemen resiko dengan wajar


(arm’s length basis), disesuaikan dengan kemampuan permodalan bank, dan tidak
terkonsentrasi kepada satu peminjam saja. Maka dari itu bank harus memiliki
pedoman kebijakan secara tertulis, antara lain mencakup:

1. Standar dan kriteria untuk melakukan seleksi dan penilaian kelayakan peminjam.
2. Standar dan kriteria untuk penetapan batas (limit) penyediaan dana ditetapkan
paling tinggi sesuai dengan batas yang diatur dalam peraturan Bank Indonesia.
3. System informasi manajemen penyediaan dana.
4. Penetapan langkah pengendalian untuk mengatasi konsentrasi penyediaan dana.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan
terhadap risiko dan kinerja Bank atau dalam pengertian lain tingkat kesehatan Bank
adalah suatu cerminan bahwa sebuah bank dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Penilaian tujuan kesehatan Bank adalah untuk menentukan apakah bank tersebut dalam
kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar
tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati
penyakitnya. Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena
kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang
berkepentingan dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.

Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan


pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank.
Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS
yaitu Capital, Asset quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market
Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian
kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu CAMEL. Analisis CAMELS digunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia.
REFERENSI

 https://cafe-library.blogspot.co.id/2015/11/penilaian-kesehatan.html
 http://nurfitriyani09.blogspot.co.id/2014/05/penilaian-kesehatan-bank.html

Anda mungkin juga menyukai