PENDAHULUAN
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik di rumah,
tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-
macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi , akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam
dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
Dua puluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar mempunyai
kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang dewasa dengan luka
bakar seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan ini bukan hal yang luar biasa
jika pasien mendapatkan perawatan yang serius di unit perawatan khusus luka bakar (Feller &
Jones,1987).
Pendapat di atas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang cepat dan tepat serta
kerjasama yang baik antara anggota tim kesehatan yang terkait. Penderita luka bakar
memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti
luka tusuk, tembak, sayatan dan lain-lain). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat
keadaan seperti :
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang berbeda.
Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh luka bakar dan bagian tubuh yang terkena.
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan/intervensi lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar yang disebabkan karena terkena zat kimia atau radiasi atau
listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar
yang mengenai genetalia nfeksi dibandingkan dengan luka bakar yang ukuran/luasnya sama
pada tubuh yang lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas
fungsi pasien(produktifitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik penanganan yang
berbeda dengan bagian tubuh yang lain (Sherif & Sato, 1989).
Di Indonesia dan mungkin juga banyak Negara lain, luka bakar masih merupakan problem
berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang
mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya maslah dan komplikasi yang dialami
pasien , maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius secara tim yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu seperti dokter, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan bahkan psikiater serta
pekerja sosial.
EffendiChristantie. 1999. Perawatan pasien luka bakar. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka bakar adalah sutau keadaan integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api,
air panas, uap metal, panas, zat kimia, dan listrik, atau radiasi (Wahit, 2015)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
bahkan kimia,dan radiasi, serta sebab kontak dengan suhu rendah (frostbite) (Mansjoer,
2000 dalam Wahit, 2015)
Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-
bendayang menghasilkan panas ( api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat). ( Paula, 2009)
Luka bakar adalah trauma pada bagian/ seluruh bagian tubuh larena paparan suhu, zat
kimia, listrik atau radiasi yang mendadak dan ekstrim yang menciderai secara langsung
atau tidak langsung. (Hardisman, 2014)
2.2.1 Jenis Luka Bakar
Luka bakar langsung atau luka bakar kontak langsung dengan penyebab luka bakar,
contoh: api
Luka bakar tidak langsung, penghantaran melalui media lain, contoh: uap panas, air
panas, dan lain-lain
Luka bakar ledakan
Luka bakar suhu dingin ( Hardisman, 2014)
Luka Bakar Listrik
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik
dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh sebab adanya loncatan arus listrik
atau ledakan tegangan tinggi misalnya petir. Arus listrik menimbulkan gangguan
karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan
jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energy
panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan
menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik dapat mencapai
2.500 derajat celcius, arus bolakbalik menimbulkan rangsangan otot yang hebat
berupa kejang-kejang. ( Wahit, 2015)
Luka Bakar Kimia
Disebabkan oleh zat asam, zat basa, dan zat produksi petroleum. Luka bakar alkali
lebih berbahaya daripada oleh asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga
kerusakan yang ditimbulkan lebih berat, sedangkan asam umunya berefek pada
permukaan saja. Zat kimia dapat bersifat oksidator seperti kaporit, kalium,
permanganate, dan asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga
larutan basa seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan
denaturasi protein. Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam
formiat, acetat, tanat, flourad dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat
cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam
florida dan okslat dapat meyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat, pikrat, serta
fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan
methemoglobinemia. ( Wahit, 2015)
2.2 Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat
menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
kontak dengan sumber pana (misal, suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
memnbakar, sumber panas antara lain api, air panas dan minyak panas) listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, dan ruangan yang tertutup. Faktor yang
menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain keluasan luka bakar, kedalaman luka bakar,
umur pasien, agen penyebab, frkatur atau luka-luka lain yang menyertai penyakit yang
dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, obesitas, dan adanya trauma inhalasi (
Wahit, 2015)
Sedangkan menurut Hardisman ( 2014), penyebab dan faktor resiko dari luka bakar adalah
sebai berikut:
Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan kebanyakan
penyebab luka bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60 derajat celcius menyebabkan
luka bakar parsial atau dalam, hanya dengan waktu 3 detik. Pada suhu 69 drajat
celcius luka bakar yang sama terjadi dalam waktu 1 detik
Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injury termal. Meskipun
kejadian injury disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detector asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yanag mudah terbakar, tabarakan kendaraan bermotor an kain
terbakar oleh kompor atau pemanas ruanagan juga bertanggung jawab terhadap luka
bakar
Flash Burns
Flash burns adalah luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propane,
butane, minyak destilasi, alcohol dan cairan mudal terbakar lain. Flash burns
memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi
yang terkena.
Contact burns
Luka bakar kontakberasal dari kontak dengan logam panas, plastic, gelas atau bara
panas. Kejaian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang alam pada
telapak tangan
Chemical burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat atau
basa kuat . kejadian ini sering pada karyawan industry yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang salah
dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0,9%) atau
aquades atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik
Electrical burns
Sel yang dialiri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari arus masuk
sampai bagian tubub tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik
memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus ari tubuh menuju bumi/
ground.
akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat menjadi anemia. Permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula
dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravascular.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena
penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bula yang terbentuk pada luka bakarderajat III,
dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi kulit
yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi , di antaranya adalah sebagai berikut
1. Respon kardiovaskular
Perpindahan cairan dari intravascular ke ekstravaskular melalui kebocoran kailer yang
mengakibatkan kehilanagn Na, iar, dan protein plasma, serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
pada organ mayor, dan edema menyeluruh.
2. Respon renalis
Dengan menurunnya volume inttravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR (Laju
Filtrat Glomelural) mengakibatkan keluaran urin akan menurun dan bisa berakibat gagal
ginjal.
3. Respon gastrointestinal
Respon umum yang biasa terjadi padad pasien luka bakar >20% adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologic serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
4. Respon imunologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari luar.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke
dalam luka (moenadjat, 2003 dalam Wahit, 2015)
5. Respon pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon local. Cedera pulmonel
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi
akibat panas langsung, cedera inhalasi dibawah glotis terjadi akibat menghirup produk
pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbononoksida, sulfur
oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, ammonia, klorin, fosgen, benzene dan
halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup
kegagalan akut respirasi dan ARDS ( Adult Respiratory Distress Syndrome)
Luka bakar
Ke interstitial
infeksi
anemia
Klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis
adalah jenis “superfisial thickness), dan “full thickness”, yang pembagian tersebut
didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan pada epidermis,
dermis, ataukah lapisan subkutan dari kulit. Pengklasifikasian luka tersebut
digunakan untuk panduan pengobatan dan memprediksi prognosis.
Luka bakar juga harus diklasifikasikan sesuai dengan TBSA ( Total Body
Surface Area) dengan mempertimbangkan daerah dengan luka bakar jenis Prtial
thickness atau full thickness luka bakar jenis superficial thickness tidak nayak
digunakan).
Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah menjamin dan menjaga airway, perfusi darah tetap
normal, keseimbangan cairan dan elektrolit, suhu tubuh normal.
F. Rujukan
Tujuan rujukan adalah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit, yang tidak
dapat diberikan di lapangan atau layanan kesehatan yang minim. Umumnya rujukan dibutuhkan
untuk luka bakar berat dan sedang.
3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intra vena. Hati-
hati dengan pemberian intra muskular(akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di
dalam otot).
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencarian luka dilakukan dengan melakukan
debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung
larutan antiseptik (lokal) Betadine atau nitras argenti 0,5%
5. Pemberian antibiotik pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi
yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin
sulfat.
Kontrol ABC
Matikan api
Cegah syok
Biarkan sampai
sembuh
Cegah infeksi
Rujuk ke RS
Konsep Askep pada Luka Bakar
1. Pengkajian:
Data yang harus dikumpulkn antara lain:
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik dan akan berlari untuk mencari air. Hal ini akan
sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah
hentikan(stop), jatuhkan(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
sarung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sementara untuk
kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau
benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan
selimut basah didaerah luka bakar . jangan membawa orang dengan luka bakar dengan keadaaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terpapar udara luar dan menyebabkan dehidrasi.
Orang dengan luka bakar biasannya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgensik, seperti
antalgin, aspirin, asam mefenamat sampai penggunaan mofrin oleh tenaga medis.
3. Rumah Sakit
Setiap klien luka bakar harus dianggap sebagai klien trauma, karenannya haru di cek jalan
nafas(airway), bernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) terlebih dahulu.
a. Airway, apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang endotracheal
tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung ysng terbakar dan sputum yang hitam.
B. Breathing. Eskar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernafas,
segera lakukan ekarotomi. Periksa juga adanya trauma –trauma lain yang dapat menghambat
gerakan pernafasan, misalnya pheneumothoraks, hematotoraks, dan fraktur costae.
c. Circulation. Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. Pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolemik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada klien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter. Formula
baxter adalah total cairan= 4cc x berat badab x luas luka bakar. Berikan 50% dari total cairan
dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16 jam berikutnya.
Data Subjektif
2. Wajah menyeringai
Data Objektif
Deficit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan
cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial.
Klien akan memperlihatkan perbaikan keseimbangan cairan, yang ditandai oleh hal berikut:
1. Tidak kehausan
2. Mukosa mulut/bibir lembab
3. Output urine: 30-50 cc/jam
4. Sensori baik
5. Denyut nadi normal
Intervensi
Fase emergensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida dan kerusakan paru.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Klien akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas, yng ditandai oleh hal sebagai berikut.
1. Respirasi 16-24 kali/menit tanpa upaya
2. PaO2 >90 mmHg
3. PaCO2: 35-45 mmHg
4. SaO2 > 95%
5. Suara napas kedua paru bersih
b. Intervensi
1. Kaji tanda-tanda distress respiratory yang di tandai dengan gelisah, bingung, terdapat
upaya napas, takipnea, dispnea, takikardia, kadar PaO2 dan SaO2 menurun, serta
sianosis.
2. Monitor kadar gas darah arteri dan COHb sesuai permintaan dokter
3. Monitor kadar SaO2 secara kontinu
4. Berikan oksigen sesuai program
5. Ajarkan pasien penggunaan spirometri
6. Tinggikan bagian tempat tidur bagian kepala
7. Monitor kebutuhan untuk pemasangan intubasi endotrakeal
c. Rasionalisasi
1. Gangguan pertukaran gas dapat mengakibatkan distress respiratory karena hipoksemia
2. Memberikan data tentang efektifitas respirasi/oksigenasi
3. Memberikan data oksigenasi noninvasif
4. Menurunkan hipoksemia
5. Mendorong untuk bernapas dalam
6. Intubasi mungkin diperlukan untuk memelihara oksigenasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema trakea, serta menurunnya fungsi
siliar paru akibat cedera inhalasi.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Bersihan jalan nafas klien akan efektif, yang di tandai oleh hal berikut.
1. Suara napas bersih
2. Sekresi pulmoner bersih sampai putih
3. Mobilisasi sekresi pulmoner efektif
4. Respirasi tanpa upaya
5. Tingkat respirasi 16-24 kali/menit
6. Tidak ada ronki, wheezing, stridor
7. Tidak ada dipsnea
8. Tidak ada sianosis
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kontriksi akibat luka bakar.
a. Tujuan dan kriteria hasil
1. Denyut nadi dapat diraba melalui palpasi/dopler
2. Capillary refil pada kulit yang tidak terbakar
3. Tidak ada kebal
4. Tidak terjadi peningkatan rasa nyeri pada waktu melakukan latihan ROM
b. Intervensi
1. Ajarkan klien untuk batuk dan bernapas dalam setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian
2-4 jam, saat terjaga
2. Letakkan peralatan suction oral dalam jankauan klien untuk digunakan sendiri oleh klien
3. Lakukan endotracheal suction jika diperlukan, serta monitor dan dokumentasikan
karakteristik sputumnya
4. Lepaskan semua perhiasan dan pakaian yang kencang/sempit
5. Batasi penggunaan cuff tekanan darah yang dapat menyebabkan konstriksi pada
ekstremitas
6. Monitor denyut arteri melalui palpasi atau dengan dopler setiap jam selama 27 jam
7. Kaji capillary refil pada kulit yang tak terbakar pada bagian ekstremitas yang terkena
c. Rasionalisasi
1. Mempermudah dalam membersihkan saluran napas bagian atas.
2. Mendorong klien untuk membersihkan sendiri sekresi oral dan sputum.
3. Menghilangkan sekresi dan saluran nafas bagian atas. Warna,konsintesi, bau da
banyaknya dapat mengindikasikan adanya infeksi.
4. Dapat membahayakan sirkulasi sebagai akibat terjadinya edema.
5. Dapat menurunkan aliran arteri dan venous rturn
6. Menurunkan /menghilangkan hipoksemia
7. Capillary refil menjadi memanjang dan gangguan sirkulasi
4. Hipotermia berhubungan dengan kehilangan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Klien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal, yang ditandai oleh suhu inti tubuh
(core body temperature) anatra 99,6-101,0 F
b. Intervensi
1. Kaji tingkatan nyeri dengan latihan ROM aktif.
2. Tinggikan ekstremitas yang terkena diatas permukaan jantung
3. Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif
4. Antisipasi dan siapkan klien untuk eskarotomi.
5. Perawatan pascaeskarotomi, yaitu kaji keadekuatan sirkulasi, seperti cek nadi serta cacat
warna, pergerakan, dan sensasi ekstremitas yang terkena.
6. Atasi perdarahan pascaoprasi ekarotomi dengan penekanan, elektrokauter, dan menjahit
pembuluh yang mengalami pendarahan.
7. Monitor sushu rektal sesuai indikasi (setiap jam) selama fase emergensi da setelah
dilakukan pembedahan.
c. Rasionalisasi
1. Iskemia jaringan menyebabkan timbulnya rasa nyeri
2. Menurunkan pembentukan edema dependen.
3. Meningkatkan venous return dan menurunkan atrofi otot.
4. Ekarotomi dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi dan jaringan
5. Data-data tersebut mengindikasikan perfusi yang adekuat.
5. Risiko tinggi terjadi stress ulser berhubungan dengan respons stress neurohormonal akibat luka
bakar.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Perawat akan memonitor perdarahan gastrointestinal dan akan mempertahankan pH gaster >
5.
b. Intervensi
1. Batasi bagian tubuh yang terpapar selama melakukan perawatan luka
2. Batasi lama pengobatan hidroterapi sampai dengan 30 menit atau kurang dengan suhu air
antara 98-102,0 derajat farenhet
3. Gunakan pemanas luar/radiasi lampu pemanas
4. Pertahankan/pelihara ruangan prosedur tetap hangat
5. Monitor dan dokumentasikan nilai pH gaster dan adanya darah setiap 2 jam pada saat
NGT terpsang
6. Berikan antasida dan/H2 reseptor antagonis sesuai program dokter
7. Monitor feses akan adanya darah.