Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik di rumah,
tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-
macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan kimia, aliran listrik dan lain-lain.

Luka bakar yang terjadi , akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam
dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang.

Dua puluh tahun yang lalu, orang dewasa yang mengalami 50% luka bakar mempunyai
kesempatan untuk bertahan hidup kurang dari 50%. Pada saat ini orang dewasa dengan luka
bakar seluas 75% mempunyai kesempatan untuk hidup 50% dan ini bukan hal yang luar biasa
jika pasien mendapatkan perawatan yang serius di unit perawatan khusus luka bakar (Feller &
Jones,1987).

Pendapat di atas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang cepat dan tepat serta
kerjasama yang baik antara anggota tim kesehatan yang terkait. Penderita luka bakar
memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti
luka tusuk, tembak, sayatan dan lain-lain). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat
keadaan seperti :

1. Ditempati kuman dengan patogenesis tinggi


2. Terdapat banyak jaringan yang mati.
3. Mengeluarkan banyak air,serum dan darah
4. Terbuka untuk waktu yanglama (mudah terinfeksi dan terkena trauma)
5. Memerlukan jaringan untuk menutup

Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang berbeda.
Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh luka bakar dan bagian tubuh yang terkena.
Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan/intervensi lebih intensif
dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar yang disebabkan karena terkena zat kimia atau radiasi atau
listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar
yang mengenai genetalia nfeksi dibandingkan dengan luka bakar yang ukuran/luasnya sama
pada tubuh yang lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas
fungsi pasien(produktifitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik penanganan yang
berbeda dengan bagian tubuh yang lain (Sherif & Sato, 1989).
Di Indonesia dan mungkin juga banyak Negara lain, luka bakar masih merupakan problem
berat. Perawatan dan rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang
mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya maslah dan komplikasi yang dialami
pasien , maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius secara tim yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu seperti dokter, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan bahkan psikiater serta
pekerja sosial.

EffendiChristantie. 1999. Perawatan pasien luka bakar. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

 Luka bakar adalah sutau keadaan integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api,
air panas, uap metal, panas, zat kimia, dan listrik, atau radiasi (Wahit, 2015)
 Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
bahkan kimia,dan radiasi, serta sebab kontak dengan suhu rendah (frostbite) (Mansjoer,
2000 dalam Wahit, 2015)
 Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-
bendayang menghasilkan panas ( api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat). ( Paula, 2009)
 Luka bakar adalah trauma pada bagian/ seluruh bagian tubuh larena paparan suhu, zat
kimia, listrik atau radiasi yang mendadak dan ekstrim yang menciderai secara langsung
atau tidak langsung. (Hardisman, 2014)
2.2.1 Jenis Luka Bakar

 Luka bakar langsung atau luka bakar kontak langsung dengan penyebab luka bakar,
contoh: api
 Luka bakar tidak langsung, penghantaran melalui media lain, contoh: uap panas, air
panas, dan lain-lain
 Luka bakar ledakan
 Luka bakar suhu dingin ( Hardisman, 2014)
 Luka Bakar Listrik
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik
dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh sebab adanya loncatan arus listrik
atau ledakan tegangan tinggi misalnya petir. Arus listrik menimbulkan gangguan
karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan
jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energy
panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan
menimbulkan luka bakar yang dalam karena suhu bunga api listrik dapat mencapai
2.500 derajat celcius, arus bolakbalik menimbulkan rangsangan otot yang hebat
berupa kejang-kejang. ( Wahit, 2015)
 Luka Bakar Kimia
Disebabkan oleh zat asam, zat basa, dan zat produksi petroleum. Luka bakar alkali
lebih berbahaya daripada oleh asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga
kerusakan yang ditimbulkan lebih berat, sedangkan asam umunya berefek pada
permukaan saja. Zat kimia dapat bersifat oksidator seperti kaporit, kalium,
permanganate, dan asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga
larutan basa seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan
denaturasi protein. Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam
formiat, acetat, tanat, flourad dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat
cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam
florida dan okslat dapat meyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat, pikrat, serta
fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan
methemoglobinemia. ( Wahit, 2015)

2.2 Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat
menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
kontak dengan sumber pana (misal, suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
memnbakar, sumber panas antara lain api, air panas dan minyak panas) listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran, dan ruangan yang tertutup. Faktor yang
menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain keluasan luka bakar, kedalaman luka bakar,
umur pasien, agen penyebab, frkatur atau luka-luka lain yang menyertai penyakit yang
dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, obesitas, dan adanya trauma inhalasi (
Wahit, 2015)
Sedangkan menurut Hardisman ( 2014), penyebab dan faktor resiko dari luka bakar adalah
sebai berikut:
 Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan kebanyakan
penyebab luka bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60 derajat celcius menyebabkan
luka bakar parsial atau dalam, hanya dengan waktu 3 detik. Pada suhu 69 drajat
celcius luka bakar yang sama terjadi dalam waktu 1 detik
 Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injury termal. Meskipun
kejadian injury disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detector asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yanag mudah terbakar, tabarakan kendaraan bermotor an kain
terbakar oleh kompor atau pemanas ruanagan juga bertanggung jawab terhadap luka
bakar
 Flash Burns
Flash burns adalah luka bakar yang disebabkan oleh ledakan gas alam, propane,
butane, minyak destilasi, alcohol dan cairan mudal terbakar lain. Flash burns
memiliki distribusi di semua kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi
yang terkena.
 Contact burns
Luka bakar kontakberasal dari kontak dengan logam panas, plastic, gelas atau bara
panas. Kejaian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang alam pada
telapak tangan
 Chemical burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat atau
basa kuat . kejadian ini sering pada karyawan industry yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang salah
dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0,9%) atau
aquades atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik
 Electrical burns
Sel yang dialiri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari arus masuk
sampai bagian tubub tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik
memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus ari tubuh menuju bumi/
ground.

2.3 Patofisiologi dan Gejala Klinis

akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat menjadi anemia. Permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula
dengan serta elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravascular.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena
penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bula yang terbentuk pada luka bakarderajat III,
dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Akibat luka bakar, fungsi kulit
yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi , di antaranya adalah sebagai berikut

1. Hilang daya lindung terhadap infeksi


2. Cairan tubuh terbuang
3. Hilang kemampuan mengendalikan suhu
4. Kelenjar keringat dan uap
5. Banyak kehilangan reseptor sensoris
Luka bakar mengakibatkan penigkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium,
klorida, dan protein akan keluar dari sel dan menyebabkan terjadinya edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Donna (1991) menyatakan bahwa
kehilangan cairan tubuh pada pasien luka bakar dapat desebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain peningkatan mineralo kortikoid (retensi air, natrium dan klorida, serta ekskresi kalium),
peningkatan ermeabilitas pembuluh darah, keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh
darah, serta perbedaan tekan osmotic intrasel dan ekstrasel. Kehilangan volume cairan akan
mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat dari
hasil laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerudakan kulit tetati juga
mempengaruhi sistem tubuh pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukanperubahan reaksi
fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi, seperti burn
shock ( syok hipovolemik). Burn shock (syok hipovolemik) merupakan komplikasi yang
sering terjadi. Manifestasi sistemik tubuh terhada kondisi ini adalah sebagai berikut.

1. Respon kardiovaskular
Perpindahan cairan dari intravascular ke ekstravaskular melalui kebocoran kailer yang
mengakibatkan kehilanagn Na, iar, dan protein plasma, serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
pada organ mayor, dan edema menyeluruh.
2. Respon renalis
Dengan menurunnya volume inttravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR (Laju
Filtrat Glomelural) mengakibatkan keluaran urin akan menurun dan bisa berakibat gagal
ginjal.
3. Respon gastrointestinal
Respon umum yang biasa terjadi padad pasien luka bakar >20% adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik
dan neurologic serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan luas.
4. Respon imunologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari luar.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke
dalam luka (moenadjat, 2003 dalam Wahit, 2015)
5. Respon pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon local. Cedera pulmonel
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi
akibat panas langsung, cedera inhalasi dibawah glotis terjadi akibat menghirup produk
pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbononoksida, sulfur
oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, ammonia, klorin, fosgen, benzene dan
halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup
kegagalan akut respirasi dan ARDS ( Adult Respiratory Distress Syndrome)
Luka bakar

Pembuluh kapiler Rusaknya kulit

Permeabilitas Hilangnya fungsi kulit


sebagai barrier dan penahan
penguapan
Kebocoran cairan intrakapiler

Ke interstitial
infeksi

Sel darah rusak Udem dan bula

anemia

Luas luka bakar < 20% Luas luka bakar> 20%

Tubuh masih bisa Syok hipovolemik


mengkompensasi

Dalam ruangan tertutup


atau luka pada wajah

Sumbatan jalan napas Keracunan gas CO


Perjalanan penyakit pada luka bakar terbagi dalam tiga fase, yaitu:
1. fase awal ( fase akut/ fase syok)
pada fase ini permasalahan utama berkisarpada gangguan yang terjadi pada saluran
napas ( misalnya cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernapas oleh karena adanya
ekskar melingkar dada atau trauma multiple di rongga thorak dan gangguan sirkulasi (
keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia). Selain itu dapat juga terjadi
nekrosis ekstremitas yang mengalami compartment syndrome
2. fase setelah syok berakhir
masalah utama fase ini adalah SIRS ( Systemic Inflamatory Respone Syndrome) dan
MODS ( Multy-system Organ Disfunction Syndrome) dan sepsis. Ketiganya
merupakan dampak dan perkembanagn massalah yang timbul pada fase pertama (
cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan.
3. Fase lanjut atau fase penyembuhan
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi jarinagn.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari maturasi jaringan dan penyulit dari luka
bakar, berupa parut hipertropik, kontraktur, dan deformitas lain yang terjadi karena
kerapuhan jarinagn atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar

2.4.1 Derajat Luka Bakar


1. Derajat I
Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering,
sangat nyeri, dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya
epidermis, sehingga lama sembuh kurang lebih 5 hari dan hasil kulit kembali
normal.
2. Derajat II
 Derajat IIa, yakni jaringan yang rusak sebagian epidermis, yang folikel rambut
dan kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning,
lepuh, luka basah, lama sembuh kurang lebih 7-14 hari dan hasil kulit kembali
normal ata pucat
 Derajat IIb, yakni jaringan yang rusak sampai epidermis, yang hanya kelenjar
keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat IIa, serta lama
sembuh kurang lebih 14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengilap, kadang ada
cikatrik atau hipertrofi.
3. Derajat III
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat,a bu-abu
gelap atau hitam, tampak retak-retak atau kulit tampak terkelupas, avascular,
sering dengan bayangan thrombosis vena, dan tidak disertai rasa nyeri. Lam
sembuh > 21 hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik atau hipertropi.

Klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis
adalah jenis “superfisial thickness), dan “full thickness”, yang pembagian tersebut
didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan pada epidermis,
dermis, ataukah lapisan subkutan dari kulit. Pengklasifikasian luka tersebut
digunakan untuk panduan pengobatan dan memprediksi prognosis.

Klasifikasi baru Klasifikasi Kedalaman luka Bentuk klinis


tradisional bakar

Superficial Derajat I Lapisan epidermis Eritem (


thickness kemerahan), rasa
sakit seperti
tersengat,
gelembung cairan
(blisters)

Partial thickness- Derajat II Epidermis Gelembung cairan


superficial superfisial (blisters), cairan
(lapisan papillary) bening ketika
dermis gelembung
dipecah, dan rasa
sakit nyeri.

Partial thickness- Dermis dalam Sampai pada


deep (reticular) lapisan berwarna
putih, tidak terlalu
sakit seperti
superfisial derajat
2, sulit dibedakan
dari full thickness

Full thickness Derajat 3 atau 4 Dermis dan Berat, adanya


struktur tubuh di eskar seperti kulit
bawah dermis yang meleleh,
fasia, tulang atau cairan berwarna,
tidak didapatkan
otot sensasi rasa sakit.

Luka bakar juga harus diklasifikasikan sesuai dengan TBSA ( Total Body
Surface Area) dengan mempertimbangkan daerah dengan luka bakar jenis Prtial
thickness atau full thickness luka bakar jenis superficial thickness tidak nayak
digunakan).

2.4.2 Kedalaman Luka Bakar


Kedalaman luka bakar dapat dibagi kedalam empat kategori
1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sebagai berikut
a. Hanya mengenai lapisan epidermis
b. Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat)
c. Kulit memucat bila ditekan
d. Edema minimal
e. Tidak ada blister
f. Kulit hangat/ kering
g. Nyeri/ hyperethetic
h. Nyeri berkurang dengan pendinginan
i. Tidak nyaman berakhir kira-kiran dalam waktu 48 jam
j. Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari
2. Partial thickness ( derajat II) dengan ciri sebagai berikut
a. Partial thickness dikelompokkan menjadi dua, yaitu superficial partial
thickness dan deep partial thickness
b. Mengenai epidermis dan dermis
c. Luka tampak merah sampai pink
d. Terbentuk blister
e. Edema
f. Nyeri
g. Senditif terhadap udara dingin
h. Penyembuhan luka, yaitu superfacial partial thickness selama 14-21 hari,
sedangkan deep partial thickness selama 21-28 hari. Namun demikian,
penyembuhannya bervariasi bergantung pada kedalaman dan ada tidaknya
infeksi.
3. Full Thickness ( derajat III)
a. Mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan, dan dapat juga mengenai
permukaan otot, serta persarafan dan pembuluh darah
b. Luka tampak bervariasi dari berwarna puthih, merah sampai dengan coklat
atau hitam
c. Tanpa ada blister
d. Permukaan luka kering dengan tekstur kasar/ keras
e. Edema
f. Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri
g. Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan
h. Memerlukan skin graft
i. Dapat terjadi secara hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif
4. Fourth Degree ( derajat IV)
Mengenai semua lapisan otot, kulit, dan tulang
2.4.3 Berdasarkan berat ringannya luka
1. Luka bakar ringan
Luka bakar yang tergolong luka bakar ringan ( mild nurn) adalah:
a. Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas <2% pada segala usia ( tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum)
2. Luka bakar sedang
Luka bakar yang tergolong luka bakar sedang ( moderate burn) adalah:
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat iii
kurang dari 10%
b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >40
tahun, dengan luka bakar derajat III <10%
c. Luka bakar dengan derajat III<10% pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3. Luka bakar berat
Luka bakar yang tergolong luka bakar berat (major burn) adalah:
a. Derajat II-III>20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia 50
tahun
b. Derajat II-III>25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan napas ( cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
E. Tatalaksana Pra Rumah sakit

Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah menjamin dan menjaga airway, perfusi darah tetap
normal, keseimbangan cairan dan elektrolit, suhu tubuh normal.

Pertolongan pertama (penanganan darurat di tempat kejadian):

1. Tidak panik, untuk memudahkan tindakan selanjutnya pertolongan di berikan untuk


mengurangi akibat yang terjadi kemudian.
2. Mengurangi berat luka bakar
a. Jauhkan benda panas: api dipadamkan (pakaian penderita ditanggalkan)
b. Dinginkan tubuh
Panas akan menetap pada kulit selama 15 menit dan akan menjalar kebagian yang
lebih dalam, menyiram dengan air dingin 20-30 derajat celcius dan bersih sanngat
menolong, karena:
1) Menurunkan suhu, sehingga mengurangi dalamnya luka
2) Mengurangi nyeri
3) Mengurangi udema
4) Mengurangi kehilangan protein
3. Mengurangi rasa nyeri
Analgetik dapat di berikan secara oral atau suntikan (morfin/petidin) dan meletakkan bagian
yang terbakar pada posisi yang lebih tinggi.
4. Jalan nafas
Jalan napas di periksa, bila dijumpai obstruksi jalan napas, lakukan pembersihan dan pemberian
02.
5. Mencegah syok
Pemasangan infuse dilakukan untuk mencegah syok. Luka bakar kurang dari 30% diberikan 500
ml RL/jam, luka bakar lebih dari 30% diberikan 100 ml RL/jam, pada luka bakar >30% biasanya
fungsi usus menjadi tidak baik sehingga cairan tidak diserap dan mengakibatkan perut menjadi
kembung.
6. Mencegah infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air seperti
mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih.
Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan pelindung sementara sebelum dilakukan
perawatan luka di rumah sakit.
7. Pengiriman penderita ke rumah sakit segera mungkin.

F. Rujukan
Tujuan rujukan adalah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit, yang tidak
dapat diberikan di lapangan atau layanan kesehatan yang minim. Umumnya rujukan dibutuhkan
untuk luka bakar berat dan sedang.

Penatalaksanaan yang di lakukan di rumah sakit adalah:


1) Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, yaitu:
a. Periksa jalan napas
b. Bila dijumpai obstruksi , jalan napas dibuka dengan pembersihan, bila perlu
tracheostomi atau intubasi.
c. Berikan oksigen 100%
d. Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.
e. Pasang kateter bulili untuk memantau dieresis.
f. Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
g. Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah.
2) Resusitasi cairan
Pemberian cairan dengan melakukan pemeriksaan secara sistematis dan komprehensif.
Pemberian cairan diawali dengan pemeriksaan cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara
sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan
demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
Terapi cairan dilakukan pada luka bakar derajat II atau III dengan luas >25%, atau bila
pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat mengganti
parenteral. Tiga cara yang lazim digunakan untuk menghitung lebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu : metode evans, metode brook dan metode baxter.
Metoda Elektrolit Koloid Dextrose

Evans 1 cc x kgBB x %(NaCl 1 cc x kgBB x % 2000 cc dws


0,9%) 1000 cc anak

Boork 1,5 cc kgBB x % (RL) 0,5 cc x kgBB x % 2000 cc dws


1000 cc anak

Baxter 4 cc x kgBB x % (RL)

Cara pemberian cairan:


a. 24 jam pertama
a) Separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam pertama diberikan dalam 8
jam pertama (dihitung mulai saat kejadian luka bakar)
b) Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
b. 24 jam ketiga
a) Diberikan cairan sebanyak separuh kebutuhan jumlah cairan 24 jam
pertama.
b) Pada hari ketiga diberikan separuh jumlah cairan hari kedua.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari dieresis normal yaitu
sekurang-kurangnya 1 ml/kgBB/jam.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intra vena. Hati-
hati dengan pemberian intra muskular(akibat sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di
dalam otot).

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencarian luka dilakukan dengan melakukan
debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung
larutan antiseptik (lokal) Betadine atau nitras argenti 0,5%

5. Pemberian antibiotik pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi
yang terjadi pada luka. Silver nitrate 0,5%, mafinide asetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin
sulfat.

6. Balut luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril.

7. Anti tetanus : diberikan pada LB derajat II dan III.

a) Serum ATS : 1500 iv dewasa – 750 iv anak-anak


b) Toxoid : 1 cc dewasa – 0,5 cc anak-anak
Tidak sadar Periksa ABC Sadar

Kontrol ABC

Pertolongan pertama Tentukan derajat


luka bakar

Matikan api

Ringan Sedang Berat

Dinginkan tubuh Resusitasi cairan


Rendam dan
Kompres

Kurangi rasa nyeri Rujuk ke RS


30 mnt – 5 jam

Cegah syok
Biarkan sampai
sembuh
Cegah infeksi

Rujuk ke RS
Konsep Askep pada Luka Bakar

1. Pengkajian:
Data yang harus dikumpulkn antara lain:

 Bagaimana luka bakar terjadi


 Kapan terjadinya luka bakar
 Bagaimana kontak dengan bahan yang membakar
 Lokasi yang menyebabkan terjadinya luka bakar (misalnya ruang tertutup)
 Tingkat kegawatan/derajat luka bakar
 Luas dan kedalaman luka bakar (% luas yang terbakar)
 Umur pasien
 Bb pasien
 Bagian tubuh mana yang terkena luka bakar
 Bahan yang menyebabkan luka bakar
 Riwayat kesehatan yang lalu

2. sebelum masuk rumah sakit

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik dan akan berlari untuk mencari air. Hal ini akan
sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah
hentikan(stop), jatuhkan(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
sarung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sementara untuk
kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau
benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan
selimut basah didaerah luka bakar . jangan membawa orang dengan luka bakar dengan keadaaan terbuka
karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terpapar udara luar dan menyebabkan dehidrasi.
Orang dengan luka bakar biasannya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgensik, seperti
antalgin, aspirin, asam mefenamat sampai penggunaan mofrin oleh tenaga medis.

3. Rumah Sakit

Setiap klien luka bakar harus dianggap sebagai klien trauma, karenannya haru di cek jalan
nafas(airway), bernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) terlebih dahulu.

a. Airway, apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang endotracheal
tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung ysng terbakar dan sputum yang hitam.

B. Breathing. Eskar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernafas,
segera lakukan ekarotomi. Periksa juga adanya trauma –trauma lain yang dapat menghambat
gerakan pernafasan, misalnya pheneumothoraks, hematotoraks, dan fraktur costae.
c. Circulation. Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. Pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolemik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada klien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter. Formula
baxter adalah total cairan= 4cc x berat badab x luas luka bakar. Berikan 50% dari total cairan
dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16 jam berikutnya.

Data Subjektif

1. Nyeri pada luka

2. Wajah menyeringai

Data Objektif

1. terdapat luka bakar (lepuhan)

2. tanda-tanda vital meningkat

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

Fase Emergrnsi (E)

Deficit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan
cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial.

Tujuan dan Kriteria Hasil

Klien akan memperlihatkan perbaikan keseimbangan cairan, yang ditandai oleh hal berikut:

1. Tidak kehausan
2. Mukosa mulut/bibir lembab
3. Output urine: 30-50 cc/jam
4. Sensori baik
5. Denyut nadi normal
Intervensi

1. Kaji terjadinya hypovolemia tiap 1 jam selama 36 jam.


2. Ukur/ timbang berat badan setiap hari
3. Monitor dan dokumentasikan intake dan output setiap jam.
4. Berikan pengganti cairan elektrolit melalui intravena sesuai program.
5. Monitor serum elektrolit dan hematokrit
6. Perpindahan cairan dapat menyebabkan hypovolemia.
7. Berat badan merupakan indeks yang akurat keseimbangan cairan.
8. Output urine merupakan pengukuran yang efektif terhadap keberhasilan resusitasi cairan
9. Cairan intravena dipergunakan untuk memperbaiki volume cairan.
10. Hiperkalemia dan peningkatan hematokrit merupakan hal yang sering terjadi.
Masalah Kolaborasi

Fase emergensi

1. Potensial ileus paralitik berhubungan dengan stress akibat cidera


a. Tujuan dan kriteria hasil
Perawat akan memonitor bunyi usus normal aktif, adanya distensi abdomen, produksi
flatus, dan gerakan usus normal.
b. Intervensi
1. Kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. Kaji fungsi usus: auskultasi bunyi usus tiap 4 jam, observasi distensi abdomen.
3. Monitor output gaster, jumlah, warna, dan adanya darah serta pH.
2. Potensial gagal ginjal berhubungan dengan adanya hemokromagen dalam urine karena luka
bakar yang dalam.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Perawat akan memonitor adanya hemokromagen dalam urine dan output urine adekuat:
75-100 cc/hari.
b. Intervensi
1. Monitor dan dokumentasikan output urine setiap jam dan warna urine.
2. Pastikan aliran kateter urine dalam keadaan baik
3. Berikan cairan intravena sesuai program
4. Siapkan sampel urine untuk pemeriksaan kadar mioglobin/hemoglobin sesuai
program.
c. Rasionalisasi
1. Urine akan berwarna merah/cokelat gelap jika terdapat hemokromogen
2. Kateter dapat tersumbat oleh hemokromogen
3. Pengeluaran cairan melalui gaster memerlukan penggantian cairan. Ulkus pada gaster
sering terjadi pada luka bakar berat.
4. Memberikan informasi tentang gagal ginjal

Fase akut dan Emergensi

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbon monoksida dan kerusakan paru.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Klien akan menunjukkan perbaikan pertukaran gas, yng ditandai oleh hal sebagai berikut.
1. Respirasi 16-24 kali/menit tanpa upaya
2. PaO2 >90 mmHg
3. PaCO2: 35-45 mmHg
4. SaO2 > 95%
5. Suara napas kedua paru bersih
b. Intervensi
1. Kaji tanda-tanda distress respiratory yang di tandai dengan gelisah, bingung, terdapat
upaya napas, takipnea, dispnea, takikardia, kadar PaO2 dan SaO2 menurun, serta
sianosis.
2. Monitor kadar gas darah arteri dan COHb sesuai permintaan dokter
3. Monitor kadar SaO2 secara kontinu
4. Berikan oksigen sesuai program
5. Ajarkan pasien penggunaan spirometri
6. Tinggikan bagian tempat tidur bagian kepala
7. Monitor kebutuhan untuk pemasangan intubasi endotrakeal
c. Rasionalisasi
1. Gangguan pertukaran gas dapat mengakibatkan distress respiratory karena hipoksemia
2. Memberikan data tentang efektifitas respirasi/oksigenasi
3. Memberikan data oksigenasi noninvasif
4. Menurunkan hipoksemia
5. Mendorong untuk bernapas dalam
6. Intubasi mungkin diperlukan untuk memelihara oksigenasi

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan edema trakea, serta menurunnya fungsi
siliar paru akibat cedera inhalasi.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Bersihan jalan nafas klien akan efektif, yang di tandai oleh hal berikut.
1. Suara napas bersih
2. Sekresi pulmoner bersih sampai putih
3. Mobilisasi sekresi pulmoner efektif
4. Respirasi tanpa upaya
5. Tingkat respirasi 16-24 kali/menit
6. Tidak ada ronki, wheezing, stridor
7. Tidak ada dipsnea
8. Tidak ada sianosis

3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kontriksi akibat luka bakar.
a. Tujuan dan kriteria hasil
1. Denyut nadi dapat diraba melalui palpasi/dopler
2. Capillary refil pada kulit yang tidak terbakar
3. Tidak ada kebal
4. Tidak terjadi peningkatan rasa nyeri pada waktu melakukan latihan ROM
b. Intervensi
1. Ajarkan klien untuk batuk dan bernapas dalam setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian
2-4 jam, saat terjaga
2. Letakkan peralatan suction oral dalam jankauan klien untuk digunakan sendiri oleh klien
3. Lakukan endotracheal suction jika diperlukan, serta monitor dan dokumentasikan
karakteristik sputumnya
4. Lepaskan semua perhiasan dan pakaian yang kencang/sempit
5. Batasi penggunaan cuff tekanan darah yang dapat menyebabkan konstriksi pada
ekstremitas
6. Monitor denyut arteri melalui palpasi atau dengan dopler setiap jam selama 27 jam
7. Kaji capillary refil pada kulit yang tak terbakar pada bagian ekstremitas yang terkena
c. Rasionalisasi
1. Mempermudah dalam membersihkan saluran napas bagian atas.
2. Mendorong klien untuk membersihkan sendiri sekresi oral dan sputum.
3. Menghilangkan sekresi dan saluran nafas bagian atas. Warna,konsintesi, bau da
banyaknya dapat mengindikasikan adanya infeksi.
4. Dapat membahayakan sirkulasi sebagai akibat terjadinya edema.
5. Dapat menurunkan aliran arteri dan venous rturn
6. Menurunkan /menghilangkan hipoksemia
7. Capillary refil menjadi memanjang dan gangguan sirkulasi
4. Hipotermia berhubungan dengan kehilangan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Klien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal, yang ditandai oleh suhu inti tubuh
(core body temperature) anatra 99,6-101,0 F
b. Intervensi
1. Kaji tingkatan nyeri dengan latihan ROM aktif.
2. Tinggikan ekstremitas yang terkena diatas permukaan jantung
3. Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif
4. Antisipasi dan siapkan klien untuk eskarotomi.
5. Perawatan pascaeskarotomi, yaitu kaji keadekuatan sirkulasi, seperti cek nadi serta cacat
warna, pergerakan, dan sensasi ekstremitas yang terkena.
6. Atasi perdarahan pascaoprasi ekarotomi dengan penekanan, elektrokauter, dan menjahit
pembuluh yang mengalami pendarahan.
7. Monitor sushu rektal sesuai indikasi (setiap jam) selama fase emergensi da setelah
dilakukan pembedahan.
c. Rasionalisasi
1. Iskemia jaringan menyebabkan timbulnya rasa nyeri
2. Menurunkan pembentukan edema dependen.
3. Meningkatkan venous return dan menurunkan atrofi otot.
4. Ekarotomi dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi dan jaringan
5. Data-data tersebut mengindikasikan perfusi yang adekuat.
5. Risiko tinggi terjadi stress ulser berhubungan dengan respons stress neurohormonal akibat luka
bakar.
a. Tujuan dan kriteria hasil
Perawat akan memonitor perdarahan gastrointestinal dan akan mempertahankan pH gaster >
5.
b. Intervensi
1. Batasi bagian tubuh yang terpapar selama melakukan perawatan luka
2. Batasi lama pengobatan hidroterapi sampai dengan 30 menit atau kurang dengan suhu air
antara 98-102,0 derajat farenhet
3. Gunakan pemanas luar/radiasi lampu pemanas
4. Pertahankan/pelihara ruangan prosedur tetap hangat
5. Monitor dan dokumentasikan nilai pH gaster dan adanya darah setiap 2 jam pada saat
NGT terpsang
6. Berikan antasida dan/H2 reseptor antagonis sesuai program dokter
7. Monitor feses akan adanya darah.

Anda mungkin juga menyukai