Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

“ Purin, Pirimidin, Sitokinin dan Klorofil”

Disusun Oleh :
KELOMPOK VIII

JURNIATI ( A 251 15 016 )

NINDYA PRATAMY (A 251 15 008)

YESKRIPEN JULIUS (A 251 15065)

DARNI (A 251 15 027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya lah
sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan dan ketenangan belajar hingga saat
ini. Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya
kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah yang berjudul “Purin,
Pirimidin, Sitokinin dan Klorofil”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri. Kepada pembaca
yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis
mohon maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para
pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar
bermanfaat.

Palu, 21 Februari 2018

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..... .............................................................. 2
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Purin dan Pirimdin .................................................................. 3
2.2 Sitokinin .................................................................................. 12
2.3 Klorofil .................................................................................... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 25
3.2 Saran ....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia bahan alam merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang membahas
tentang senyawa-senyawa ilmu kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari
tanaman ataupun hewan. Sedangkan senyawa bahan alam sendiri adalah hasil
metabolisme suatu organisme suatu organisasi hidup (tumbuhan, hewan, sel)
berupa metabolit primer dan sekunder.sebenarnya senyawa kimia yang biasa kita
jumpai seperti karbohidrat, lipid, vitamin dan asam nukleat termasuk dalam bahan
alam, namun ahli kimia memberikan arti yang lebih sempit tentang istilah bahan
alam yakni senyawa kimia yang berkaitan dengan metabolit sekunder saja misalnya
purin, pirimidin, sitokinin dan klorofi.l
Senyawa heterosiklik atau heterolingkar adalah sejenis senyawa kimia yang
mempunyai struktur cincin yang mengandung atom selain karbon, seperti belerang,
oksigen, ataupun nitrogen yang merupakan bagian dari cincin tersebut. Senyawa-
senyawa heterosiklik dapat berupa cincin aromtaik sederhana ataupun cincin
nonaromatic.
Perlu diperhatikan pula senyawa-senyawa seperti siklopropana dan
sikloheksana bukanlah senyawa heterosiklik. Senyawa tersebut hanyalah
sikloalkana. Prefix “siklik” merujuk pada struktur cincin selain karbon. Banyak
senyawa heterosiklik yang merupakan zat karsinogenik. Salah satu senyawa
aromatic adalah purin dan pirimidin yang akan dibahas dalam makalah ini.
Sitokinin adalah sekelompok hormone tumbuhan dan zat pengatur tumbuh
yang mendorong terjadinya pembelahan sel di jaringan marismatik. Mekanisme
kerja sitokinin beragam efek sitokinin menunjukkan bahwa senyawa tersebut
mungkin mempunyai beberapa macam mekanisme kerja dalam jaringan yang
berbeda. Namun, secara sederhana diduga bahwa satu efek utama yang umum
sering diikuti oleh sejumlah efek skunder, yang bergantung pada keadaan fisiologis
sel sasarannya. Adanya pemacuan oleh sitokinin pada pembentukan RNA dan
enzim sudah diduga sejak lama, antara lain karena efek sitokinin biasanya
terhambat oleh zat penghambat sintesis RNA atau protein.

1.2.Rumusan masalah
1.2.1. Apakah definisi dan perbedaan struktur dari purin dan pirimidin?
1.2.2. Apakah definisi, jenis, fungsi, dan mekanisme kerja sitokinin serta
mamfaat sitokinin?
1.2.3. Bagaimana definisi , macam, fungsi dan mamfaat klorofil ?

1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian serta perbedaan dari purin dan pirimidin
1.3.2. Untuk mengetahui definisi, jenis, fungsi, dan mekanisme kerja sitokinin
serta mamfaat sitokinin
1.3.3. Untuk mengetahui peranan klorofil pada tumbuuhan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Purin
Purin dan Pirimidin merupakan komponen utama DNA, RNA, koenzim
(NAD, NADP, ATP, UDPG). Inti purin dan pirimidin adalah inti dari senyawa
komponen molekul nukleotida asam nukleat RNA dan DNA. Adenin dan Guanin
merupakan contoh turunana purin yang terdapat dalam asam nukleat. Sedangkan
Sitosin, Urasil dan Timin merupakan contoh turunan pirimidin yang terdapat dalam
asam nukleat. Dalam asam nukleat, kelompok purin membuat ikatan hidrogen
dengan basa pirimidin komplementer. Misalnya adenin membuat ikatan hidrogen
dengan timin dan guanin membentuk ikatan hidrogen dengan sitosin.
Purin dan Pirimidin merupakan unsur yang nonesensial secara dietetik
artinya manusia dapat mensintesis nukleotida secara denovo (dari senyawa
intermediet anfibolik), meskipun tidak mengkonsumsi asam nukleat. Nukleosida
diberi nama sesuai nama basa pembentuknya: adenin nukleisida (adenosin), guanin
nukleisida (guanosin), urasil nukleosida (uridin), timin nukleisida (timidin), sitosin
nukleisida (sitidin).

2.1.1. Struktur Purin dan Pirimidin


Purin merupakan senyawa organik aromatik. Purin merupakan senyawa
heterosiklik yang mengandung nitrogen. Dalam purin terdapat cincin pirimidin dan
cincin imidazol yang menyatu. Pirimidin adalah senyawa aromatik heterosiklik.
Pirimidin mirip dengan benzena akan pirimidin memiliki dua atom nitrogen.
Purin

Pirimidin
2.1. Sitokinin
2.2.1. Pengertian Hormon Sitokinin
Sitokinin merupakan senyawa dengan struktur yang menyerupai adenine
(derivate adenine) yang mengawali (memacu) pembelahan sel dan memiliki fungsi
yang mirip dengan kinetin. Kinetin merupakan sitokinin yang pertama kali
ditemukan. Kinetin disebut juga sebagai sitokinin karena senyawa ini juga mampu
memacu sitokinesis (pembelahan sel). Namun merupakan senyawa alami, kinetin
ini tidak disintesis alami oleh tumbuhan oleh karena itu biasanya selalu
mengandung sitokinin sintesis (diartikan bahwa hormone ini disintesisnya di tempat
lain). Yang paling sering ditemukan dewasa ini dinamakan dengan zeatin yang
diisolasi dari tanaman jagung. Struktur dasar dari sitokinin (zeatin) adalah sebagai
berikut

Struktur sitokinin

2.2.2. Jenis-jenis Hormon Sitokinin


Sitokinin alami dihasilkan oleh jaringan yang masih tumbuh aktif terutama
pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang dihasilkan di akar diangkut ke bagian
atas tumbuhan yang masih muda melalui xilem. Sitokinin terbagi dua yaitu:
1. Tipe adenin. Tipe adenin ini diproduksi pada bagian perakaran, jaringan
kambium dan bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif membelah.
Misalnya kinetin, zeatin dan BAP (Benzyl Amino Purin)
2. Tipe fenilurea. Tipe ini biasanya tidak dibentuk oleh tumbuhan. Misalnya
difeniluera, tidiazuron (TDZ)
2.2.3. Fungsi Hormon Sitokinin
Kinerja sitokinin selalu dibantu dengan auksin. Jika hanya ada sitokinin
tanpa auksin maka tidak dapat terjadi perangsangan terhadap proses pembelahan
sel. Namun jika sitokinin bekerja bersama auksin maka akan merangsang terjadinya
pembelahan dan diferensiasi sel. Selain itu, fungsi hormon sitokinin juga
berpengaruh terhadap:
1. Pembelahan sel. Hormon sitokinin terdapat pada sel-sel yang sedang aktif
membelah dalam jumlah yang besar
2. Pada beberapa tumbuhan, sitokinin dapat meningkatkan pembukaan
stomata.
3. Menghambat proses penuaan pada daun
4. Pertumbuhan kuncup lateral sehingga menurunkan dominasi pucuk apikal
5. Memacu membukanya stomata pada beberapa jenis tumbuhan
6. Mempengaruhi morfogenesis pada teknik kultur jaringan
7. Mempengaruhi perkembangan kloroplas. Pemberian sitokinin dapat
memicu peningkatan kadar klorofil, mampu meningkatkan konversi
etioplast ke kloroplas melalui stimulasi sintesis klorofil.

2.2.4. Mekanisme Kerja Hormon Sitokinin


Beragamnya efek sitokinin menunjukan bahwa senyawa tersebut mungkin
mempunyai beberapa macam mekanisme kerja dalam jaringan berbeda.Namun
secara sederhana diduga bahwa satu efek utama yang umum sering diikuti oleh
sejumlah efek sekunder,yang bergantung pada keadaan fisiologis sel sasarannya.
Seperti hormone lain,penguatan efek utama harus terjadi,karena sitokinin terdapat
dalam konsentrasi sangat rendah (0,01 sampai 1 µM).Adanya efek pemacuan oleh
sitokinin pada pembentukan RNA dan enzim sudah diduga sejak lama,antara lain
karena efek sitokinin biasanya terhambat oleh zat penghambat sintesis RNA atau
protein.
Beberapa protein yang mengikat sitokinin secara agak khas telah ditemukan
di berbagai bagian tumbuhan,namun hampir semua protein tersebut tidak terikat
cukup khas atau tidak mempunyai afinitas yang cukup tinggi terhadap sitokinin
aktif.Terdapat kekecualian yang menarik yaitu protein – pengikat pada daun jelai,
yang mengikat zeatin dengan afinitas yang sangat tinggi dan mengikat sitokinin lain
yang berhubungan dekat dengan aktifitas biologis.
Pemacuan sitokinesis merupakan salah satu respons sitokinin yang
terpenting,sebab hal itu menyebabkan sitokinin dimanfaatkan secara komersial
dalam upaya perbanyakan mikro tanaman budidaya dari biakan jaringan.Aspek
biokimia dari respons yang sudah lama diketahui itu sedang diteliti. Sitokinin
mendorong pembelahan sel dalam biakan jaringan dengat cara meningkatkan
peralihan dari G2 ke mitosis dan bahwa hal tersebut terjadi karena sitokinin
menaikkan laju sintesis protein.Beberapa protein itu berupa protein pembangun
atau enzim yang dibutuhkan untuk mitosis.
Kasus khusus tentang sitokinin (misalnya, pemacuan pertumbuhan) juga
tampaknya berkenaan dengan efeknya pada translasi,seperti terbukti dengan
naiknya jumlah polisom, lebih cepatnya penggabungan asam amino radioaktif
dalam protein, dan terhambatnya respons fiologis oleh zat penghambat sintesis
protein.Temuan ini telah melahirkan konsep yang terkenal,bahwa auksin dan
giberelin terutama mempengarui transkipsi di inti,sedangkan sitokinin khusus
berpengaruh dalam sitosol.
Chen dkk memperlihatkan bahwa benziladenin mengubah jenis mRNA
yang terbentuk oleh irisan kotiledon labu kuning;sitokinin mendorong pembesaran
sel,pembelhan sel,dan sintesis klorofil.Jumlah beberapa jenis mRNA ditingkatkan
oleh benziladenin,sementara jenis lainnya diturunkan.Perubahan paling dini
terlacak satu jam setelah sitokinin ditambahkan,dan biasanya dibutuhkan waktu
yang lebih lama untuk mengamati munculnya kerja sitokinin dalam organdan
dibagian tumbuhan yang lain jauh lebih lama dibandingkan dengan munculnya efek
auksin atau giberelin dibagian tumbuhan yang memberikan respons terhadap
hormon ini.
Perubahan tingkat mRNA yang disebabkan oleh sitokinin karena transkipsi
beberapa gen terpacu dan transkipsi gen lainnya tertekan.Dalam sedikitnya tiga
kasus,sitokinin mempengaruhi jumlah molekul mRNA yang menyandikan
beberapa protein yang sudah dikenal.Dua jenis protein serta mRNAnya sangat
terpelihara ()terbentuk lebih cepat atau rusak lebih lambat).Jenis yang pertama
adalah protein pengikat klorofil a/b (yang menjadi bagian dari LHCII di
tilakoid)dan jenis yang kedua adalah subunit kecil protein rubisko.Jika daun yang
ditumbuhkan di tempat gelap atau diberi cahaya tanpa diberi sitokinin,jumlah kedua
protein tersebut serta mRNAnya menjadi jauh lebih banyak dari pada didaun yang
tidak diberi sitokinin.kedua mRNA tersebut disandikan oleh gen inti.Tetapi Flores
dan Tobin memperoleh bukti bahwa sitokininjustru bekerja dengan cara
meningkatkan kestabilan mRNA dank arena itu mempercepat translasi pesan
genetic mereka menjadi protein.
Contoh lain tentang pengendalian sitokinin atas protein yang sudah dikenal
serta mRNAnya menyangkut protein fitokrom.meruppakan kompleks protein
pigmen yang mengendalikan banyak proses perkembangan dalam kehidupan
tumbuhan.Pembentukan protein dan mRNAnya ini kurang terpelihara (terbentuk
lebih lambat atau ditimbun dalam jumlah lebih sedikit)akibat adanya sitokinin
zeatin dan sinar merah yang diserap oleh fitokrom itu sendiri.

2.3. Klorofil
2.3.1. Definisi Klorofil
Istilah “Klorofil” berasal dari bahasa Yunani yaitu “chloros” artinya hijau
dan “phyllos” artinya daun. Istilah ini pertama diperkenalkan tahun 1818, dimana
pigmen tersebut diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik.
Riset tersebut dilakukan oleh Hans Fischer peneliti klorofil yang memperoleh nobel
prize winner pada tahun 1915 berasal dari Technishe Hochschule, Munich
Germany.
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau yang terdapat pada kloroplas sel
tanaman. Sebagian besar klorofil terdistribusi dalam daun sehingga disebut zat hijau
daun. Tidak hanya pada daun, klorofil juga terdapat pada seluruh jaringan tanaman
yang berwarna hijau, misalnya pda batang, kar, buah, dan biji yang berwarna hijau
dalam jumlah yang terbatas. Klorofil juga merupakan molekul yang disebut
fotoreseptor. Struktur dasar dari molekul klorofil adalah adanya cincin porphyrin,
koordinasi terhadap atom pusat.
2.3.2. Macam-macam klorofil
1. Klorofil a
Klorofil a adalah suatu senyawa kompleks antara magnesium dengan
porfirin yang mengandung cincin siklopentanon (cincin V). Keempat atom
nitrogennya dihubungkan secara ikatan. Koordinasi dengan ion Mg2+ membentuk
senyawa kompleks planar yang mantap. Rantai sampingnya yang bersifat hidrofob
adalah suatu terpenoid alkohol dan fitol yang dihubungkan secara ikatan ester
dengan gugus propionat dari cincin IV. Klorofil a merupakan salah satu bentuk
klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Rumus kimia klorofil a
C55H72O5N4Mg
2. Klorofil b
Klorofil b adalah klorofil kedua yang terdapat pada tumbuhan hijau.
Klorofil b juga terikat pada protein di dalam sel. Klorofil B terdapat pada ganggang
hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Rumus kimianya C55 H70 O6 N4 Mg
3. Klorofil c
Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome
Bacillariophyta.
4. Klorofil d
Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya
klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya
matahari.

2.3.3. Letak Klorofil


Klorofil sangat penting bagi tumbuhan untuk melaksanakan fotosintesis dan
menghasilkan energi. Klorofil merupakan pigmen kloroplast yang terdapat dalam
plastid. Plastid merupakan struktur khusus, diselimuti oleh system membran
rangkap ditemui hanya pada tumbuhan dan beberapa protista. Plastid mengandung
ONA dan ribosom yang terbenam (bersama membrane) dalam cair yang disebut
stroma.
Sel penutup memiliki klorofil dalam selnya sehingga dengan bantuan
cahaya matahari dapat melakukan fotosintesis. Terlalu banyak sinar berpengaruh
beruk terhadap klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan pada sinar kuat akam
berkurang hijaunya dan daun yang kena sinar matahari langsung pada umumnya
berwarna hijau kekuningan.
Semua plastid tumbuh dari proplastida yaitu benda kecil yang ditemukan
pada tumbuhan baik didalam gelap maupun ditempat terang. Plastid membelah
sama seperti mitokondria (dan prokariotik). Plastid tidak berwarna biasa disebut
leukoplas. Leukoplas yang paling dikenal ialah amiloplas yang mengandung dua
atau lebih butir pati. Leukoplas lain berisi cadangan protein (proteinoplas). Ada dua
macam plastid berwarna, yaitu kloroplas yang mengandung klorofil dan berbagai
pigmen yang menyertainya dan kromoplast yang mengandung pigmen lain.
Klorofil terdapat didalam kloroplas yang merupakan pigmen yang aktif
didalam fotosintesis. Klorofi adalah molekul tetra-spiral yang dihubungkan aleh
atom Mg, yang berbentuk oval yang terkandung dalamnya. Penyerapan yang
esensial oleh kloroplas didalam menbran tilakoid. Tiap-tiap foton dapat
mengelurakan elektron kedalam klorofil, klorofil hijau akan menyerapa warna yang
panjang gelombangnya pendek, berenergi tinggi yang efektif dalam fotosintesis.
Penyerapan terhadap panjang gelombang relatif bervariasi dan dapat diukur denan
menggunakan spektrofotometer. Gambaran dari banyaknya penyerapan dari fungsi
panjang gelombang disebut dengan spectrum penyerapan

Kloroplas dikelilingi system daun atau selimut membran ganda yang


mengatur lalu lintas molekul keluar masuk dalam kloroplas. Didalam kloroplas
dijumpai bahan tanaman berbentuk amof, sel dan kaya enzim yang disebut stroma.
Stroma ini mengandung berbagai enzim yang merubah CO2 menjadi karbohidrat
khususnya pati. Didalam stroma ada tilakoid yang mengandung pigmen ,disinilah
energi dari cahaya matahari digunakan untuk mengoksidasi H2O dan menbentuk
ATP dan NADPH yang kaya energi yang diperlukan oleh stroma untuk mengubah
CO2 menjadi karbohidrat
Pada daun muda terjadi fotosintesis yang aktif sehingga menbutuhkan
klorofil yang banyak. Klorofil tersebut akan menyerap cahaya yang berenergi tinggi
sehingga fotosintesis terjadi lebih aktif. Daun muda juga mendapatkan transfer
klorofil melalui eksitasi dari daun tua

2.3.4. Fungsi dan Manfaat Klorofil


1. Fungsi Klorofil untuk Tumbuhan Selain Sebagai Pigmen
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat pada tumbuhan,
menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang
menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Klorofil terdapat dalam
kloroplas, dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-
reaksi cahaya dalam proses fotosintesis.
Dengan adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri
dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan substansi unik dalam
tumbuhan yang memberikan karakteristik warna hijau, dan sering disebut sebagai
darah tanaman.
Pigmen klorofil sangat berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan
mengubah energi cahaya yang diserap menjadi energi kimia, kemudian
menyimpannya sebagai nutrisi. Ribuan pigmen klorofil dalam kloroplas bereaksi
dengan sinar matahari dalam waktu yang sangat singkat, yaitu sekitar 171,000
detik, suatu ukuran waktu yang sangat singkat.
2. Fungsi Klorofil dalam Proses Fotosintesis
Pada proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu :
a. Memanfaatkan energi matahari.
b. Memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar
energetik bagi ekosistem secara keseluruhan.
c. Karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme
diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik
lainnya.

3. Fungsi Klorofil untuk Pewarna Makanan


Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Klorofil merupakan salah
satu jenis pewarna alami. Klorofil memberikan warna hijau, diperoleh dari daun
dan banyak digunakan untuk makanan.
4. Manfaat Klorofil Bagi Kesehatan
Klorofil mengandung antioksidan, anti radang, dan zat yang bersifat
menyembuhkan luka. Beberapa manfaat lain dari klorofil antara lain
a. Klorofil berfungsi membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
b. Klorofil membantu menetralkan polusi dari makanan yang dikonsumsi atau
udara yang dihirup.
c. Klorofil secara efisien melepaskan magnesium dan membantu darah membawa
oksigen yang dibutuhkan ke semua sel di jaringan-jaringan tubuh.
d. Klorofil berfungsi mengasimilasikan kalsium dan mineral-mineral berat
lainnya.
e. Klorofil potensial dalam menstimulus sel-sel darah merah untuk menyediakan
suplai oksigen.
f. Bersama dengan vitamin lain seperti vitamin A, C, dan E, klorofil terbukti bisa
membantu menetralkan radikal bebas yang merusak sel-sel yang sehat.
g. Klorofil juga berperan sebagai deodoran dalam mengurangi bau mulut, air seni,
sisa pembuangan, serta bau badan.
h. Klorofil juga mengurangi kemampuan zat-zat karsinogen untuk mengikatkan
diri pada DNA dalam organ-organ utama tubuh.
i. Klorofil bermanfaat dalam mengatasi gangguan akibat pembentukan batu
kalsium oksalat.
j. Klorofil juga bisa digunakan untuk mengatasi infeksi luka secara alami.
k. Klorofil juga mengandung zat antimutasi dan antikarsinogen yang berfungsi
melindungi tubuh melawan racun-racun serta mengurangi efek samping obat.
l.
2.3.5. Sumber Klorofil
Sumber klorofil alami adalah alfalfa. Menurut Astawan dan Kasih (2008),
alfalfa memiliki kandungan klorofil empat kali lebih tinggi dari sayuran biasa.
Alfalfa merupakan sumber klorofil tertinggi dibandingkan dengan sumber
klorofil lainnya seperti chlorella, barley, dan spirulina. Sumber makanan tersebut
sering disebut green food
Sumber klorofil buatan antara lain zat-zat pewarna sintetis yang dapat
memberikan warna hijau seperti Fast Green FCF. Fast green FCF, juga disebut
makanan hijau 3, FD & C hijau no. 3, Hijau 1724, padat Hijau FCF, dan CI 42053,
adalah pewarna makanan hijau laut triarylmethane. Kode untuk Fast Green FCF
adalah E143
2.3.6. Bahaya Penggunaan Klorofil
Pewarna alami klorofil tidak berbahaya atau lebih aman digunakan
dibandingkan pewarna sintesis, tetapi pewarna dari klorofil memiliki keterbatasan
atau kekurangan yaitu seringkali memberikan rasa khas yang tidak diinginkan,
konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang
baik, dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik.
Klorofil memiliki efek racun dalam dosis yang normal belum diketahui,
Namun jika hal tersebut diberikan secara oral dapat menyebabkan beberapa
perubahan warna lidah, urine atau feses. Klorofil juga dapat menyebabkan
pembakaran ringan atau sensasi gatal jika diaplikasikan secara topikal.
Mengkonsumsi klorofil secara berlebihan dapat menyebabkan diare, kram
perut dan gerakan longgar usus. Wanita hamil atau menyusui sebaiknya
menghentikan penggunaan komersial suplement yang mengandung klorofil
maupun klorofilin karena kurangnya bukti yang aman. Pasien yang sedang
menjalani tes guaiac untuk darah yang tersembunyi harus menghindari penggunaan
klorofilin karena akan mengakibatkan yang tidak diinginkan.

2.3.7. Aplikasi Klorofil pada Bidang Pangan


Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food
suplement yang dimanfaatkan untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik,
sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik) dan
menyeimbangkan sistem hormonal Klorofil juga merangsang pembentukan darah
karena menyediakan bahan dasar dari pembentuk haemoglobin. Peran ini
disebabkan karena struktur klorofik yang menyelupai hemoglobin darah dengan
perbedaan pada atom penyusun inti dari cincin porfirinnya.
Secara tradisional, tanaman suji telah dimanfaatkan baik untuk bidang
pangan. Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau
menawan. Di dalam penggunaanya, daun suji seringkali dicampur dengan daun
pandan agar aroma makanan, kue dan minuman yang dihasilkan lebih harum.
Seperti halnya daun pandan, daun suji juga mampu menghasilkan warna hijau
dengan karakter hijau yang lebih pekat dibanding hijaunya daun pandan.
Penggunaannya dilakukan dengan cara yang sama yaitu dengan menumbuk
daunnya kemudian diberi air untuk disaring dan diperas. Di bidang pangan, ekstrak
daun suji dalam medium air telah biasa digunakan sebagai pewarna berbagai
makanan tradisional (misalnya pada dadar gulung, kue bika, kue talam, kue lapis,
atau kue pisang), dapat pula dicampurkan ke dalam frosting aroma pandan untuk
cupcake. Daun suji banyak digunakan sebagai pewarna hijau pada makanan, kue-
kue tradisional dan minuman (sirup). Daun ini juga sering digunakan sebagai
pewarna alami pada pembuatan cendol dan dawet ayu. Selain memberikan warna
hijau, daun suji juga memberikan aroma harum yang khas walaupun tidak seharum
daun pandan.

2.3.8. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Klorofil


Terjadinya klorofil dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu factor pembawa
(gen), jika gen ini tidak ada, tanaman akan tampak putih (albino). Factor kedua
adalah cahaya. Jika cahaya terlalu kuat, klorofil akan berkurang hijaunya. Factor
yang ketiga adalah oksigen dan factor lainnya adalah karbohidrat, nitrogen,
magnesium, mangan, coprum, zink, air, dan temperature.
Klorofil dibentuk dari kondensasi suksinil Co-A dan asam amino glisin
menjadi senyawa yang tidak stabil yaitu asam amino glisin menjadi senyawa asam
amino ketoda di dapat, kemudian melalui dekarboksilasi dan diubah menjadi asam
amino lovalenat dikatalis oleh enzim amino lovalenat sintetase dengan adanya
pridoksal posfat dan cahaya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :

1. Purin dan pirimidin merupakan senyawa organik aromatic heterosiklik.


Dalam purin terdapat cincin pirimidin dan cincin imidazol yang menyatu.
Pirimidin mirip dengan benzena akan pirimidin memiliki dua atom
nitrogen.
Adenin dan Guanin merupakan contoh turunana purin yang terdapat dalam
asam nukleat. Sedangkan Sitosin, Urasil dan Timin merupakan contoh
turunan pirimidin yang terdapat dalam asam nukleat.
2. Sitokinin adalah senyawa dengan struktur menyerupai adenin yang
mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama. Sitokinin
terbagi menjadi 2 jenis yaitu adenin dan fenilurea.fungsi sitokinin adalah
merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar
dan batang dengan menghambat dominasi apical, mengatur pertumbuhan
daun pucuk, memperbesar daun muda, mengatur pembentukan bunga dan
buah. Sitokinin juga berperan dalam menghambat pertumbuhan akar
melalui peningkatan konsentrasi etilen
3. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau yang terdapat pada kloroplas
sel tanaman. Sebagian besar klorofil terdistribusi dalam daun sehingga
disebut zat hijau daun. Struktur dasar dari molekul klorofil adalah adanya
cincin porphyrin, koordinasi terhadap atom pusat. Klorofil dibedakan
menjadi klorofil a, b, c, dan d. klorofil dapat berfungsi sebagai pigmen,
dalam fotosintsis dan sebagai bahan makanan. Klorofil juga dapat
bermamfaat dalam bidang kesehatan misalnya mengatasi infeksi luka
secara alami. Selain itu, mengkonsumsi klorofil secara berlebihan dapat
menyebabkan kesehatan terganggu misalnya diare, kram perut dan gerakan
longgar usus

3.2 Saran
1. Diharapkan kepada seluruh mahasiswi untuk dapat memahami isi dari
materi ini.
2. Diharapkan setelah mempelajari materi ini mahasiswi bisa menambah
wawasannya mengenai materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arif. (2014). Sitokinin. (Online). [Tersedia]:


http://arif-parinduri.blogspot.co.id/2014/12/sitokinin_16.html. Diakses pada
21 Februari 20018 pukul 20:00.

Hardjanti, S. (2008). Enkapsulasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L)


Merr) sebagai Bentuk Sediaan Praktis bagi Ibu Menyusui dan Kinetika
Kerusakannya. Laporan Penelitian Dikti, Jakarta.

Kimball, J.W. (1990). Biologi Umum. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai