PENDAHULUAN
Beton sebagai material bangunan paling populer, tersusun dari komposisi utama
agregat kasar, agregat halus, air, dan semen portland menjadi material yang sangat
penting dan banyak digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur seperti gedung,
jembatan, jalan raya, di bawah tanah seperti pondasi. Dengan adanya pembangunan
infrastruktur yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan produksi semen yang
meningkat pula. Dengan demikian pada tahu 2018 kapasitas produksi semen Indonesia
diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar 53,6 juta ton per tahun (Wasis Sriyadi,
2011).
Pada saat proses produksi semen terjadi pelepasan gas karbondioksida (CO₂) ke
udara yang besarnya sebanding dengan jumlah semen yang diproduksi, yang dapat
merusak lingkungan hidup kita diantaranya pemanasan global. Maka diperlukan bahan
alternatif lain yang bisa menggantikan semen dalam campuran beton untuk mendapatkan
beton yang ramah lingkungan. Diantaranya ialah melalui pengembangan beton dengan
dengan geopolymer yang merupakan sintesa dari material geologi yang terdapat pada
alam yang kaya akan kandungan silika dan alumina (Davidovits, 1999).
Material fly ash dalam pembuatan beton dapat bereaksi secara kimia dengan cairan
alkalin pada temperatur tertentu untuk membentuk material campuran yang memiliki
sifat seperti semen. Material geopolymer ini digabungkan dengan agregat batuan
1
Sejalan dengan perkembangan dunia konstruksi bangunan di Indonesia, berbagai
penelitian dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan beton tersebut. Banyak
hal yang memungkinkan agar beton lebih kuat. Salah satu cara dengan menambahkan
campuran serat-serat pada campuran beton. Hal ini dimaksudkan agar serat-serat tersebut
dapat berfungsi sebagai tulangan mikro yang tersebar secara acak dalam beton. Serat baja
memiliki sifat yang baik dalam hal kuat lenturnya. Namun di Indonesia, konsep
pemakaian serat baja pada adukan beton geopolimer untuk struktur bangunan belum
banyak dikenal dan belum dipakai dalam praktik. Dengan ini peneliti mencoba untuk
memanfaatkan (kawat bendrat) sebagai bahan tambahan dalam adukan beton geopolimer.
Kawat bendrat dipilih karena mudah didapatkan di pasaran dan harganya cukup murah.
Dengan keinginan mempelajari lebih lanjut tentang beton geopolimer maka dalam
penelitian ini akan diuji kuat lentur beton geopolimer dengan menggunakan tambahan
serat kawat bendrat. Peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh serat kawat bendrat
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mendapatkan nilai kuat lentur
dari beton geopolimer yang menggunakan penambahan kawat bendrat pada beton
geopolimer.
2
1.4 Pembatasan Masalah
penelitian yang dimaksud di atas, maka dalam penelitian ini diperlukan adanya
a. Penelitian difokuskan pada analisa pengaruh penambahan serat kawat bendrat terhadap
c. Bahan yang digunakan berupa limbah abu terbang (fly ash) kelas F hasil pembakaran batu
d. Agregat kasar yang digunakan berupa kerikil/sirtu berasal dari kota Palangka Raya.
e. Agregat halus yang digunakan berupa pasir halus yang berasal dari kota Palangka Raya.
f. Alcaline activator (larutan pengikat) berupa Natrium Silikat dan Natrium Hidroksida.
g. Benda uji berbentuk balok dengan ukuran 10𝑥10 cm dan panjang 40 cm.
h. Pengujian benda uji dilakukan pada umur 14 dan 28 hari untuk kuat lentur beton
geopolimer.
3
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis
geopolimer.
2. Memberikan pengetahuan yang baru dan pemahaman yang lebih mendalam kepada
b. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan hasil yang nyata terhadap pengembangan
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
terbang (fly ash), abu kulit padi (rice husk ash) dan lain-lain yang banyak mengandung
silika dan alumina membentuk sebuah senyawa silikat alumina anorganik (Lloyd dan
mengandung banyak silika dan alumina tinggi yang direaksikan dengan alcaline
bahan yang mengandung silikat dan alumina tinggi yang direaksikan dengan
Dengan ikatan polimer ini maka akan terbentuk padatan berupa amorf sampai semi kristal.
Menurut Djedjen Achmad (2012), beton geopolimer memiliki kuat tekan lebih
besar dari 90 MPa pada umur 28 hari, memiliki kuat tarik sebesar 10-15 MPa pada umur
28 hari, dan memiliki penyerapan air kurang dari 3 %. Beton geopolimer memiliki
ketahanan terhadap api, lingkungan korosif dan tahan terhadap reaksi alkali silika. Karena
tidak menggunakan semen sebagai bahan perekat, beton geopolimer hanya memiliki
rangkak susut yang kecil. Kekurangan dari beton geopolimer sendiri yaitu rancangan
campuran untuk pembuatannya masih belum pasti dan rumit, karena membutuhkan
5
2.2 Material Penyusun Beton Geopolimer
Abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran
batu bara atau bubuk batu bara. Ukuran butirannya yang sangat halus, sangat baik untuk
mengisi rongga yang terdapat di dalam beton. Fly ash bersifat pozzolan, yaitu bahan yang
mengandung silica reaktif, dapat bereaksi dengan kapur membentuk calcium silikat
hidrat, yang bersifat keras dan tidak mudah larut dalam air. Komposisi dari fly ash
sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2), Alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan
kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah
yang kecil. Komposisi fly ash tersebut tergantung dari jenis batu bara (ASTM C618
(ASTM, 1995:304)).
Menurut SNI 06-6867-2002, persyaratan mutu pada abu terbang sebagai berikut:
Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi 3 kelas yaitu fly ash kelas F, fly ash kelas
C dan fly ash kelas N. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut adalah banyaknya
a. Fly ash kelas F merupakan fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batu bara
antrachite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat
6
cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly Ash
b. Fly ash kelas C merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batu bara lignite
atau subbituminous yang mempunyai sifat pozolanic serta self cementing (kemampuan
untuk mengeras dan menambah kekuatan apabila bereaksi dengan air tanpa
penambahan kapur). Fly ash kelas C biasanya memiliki kadar kapur (CaO) > 10%.
c. Fly ash kelas N adalah hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah
diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa diproses
melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai
(Hardjito Djuwantoro, dkk, 2004). Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi
dan Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang
kuat.
direaksikan dengan air. Natrium hidroksida berbentuk padat seperti serbuk. Fungsi dari
polimerisasi yang kuat. Campuran antara fly ash dan natrium hidroksida membentuk
ikatan yang sangat kuat tetapi menghasilkan ikatan yang lebih padat dan tidak ada retakan
(Septia, 2011).
Menurut Djedjen Achmad (2012), natrium silikat terdapat dalam dua bentuk,
yaitu berupa padat dan larutan. Untuk campuran beton lebih banyak digunakan dalam
7
bentuk larutan. Natrium Silikat atau yang lebih dikenal dengan nama waterglass, pada
2.2.3 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar dan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton sangat
tinggi, yaitu berkisar 60% - 70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya
sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar agregat ini menjadi sangat
a. Agregat kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak tanur tiup atau
beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat
kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm.
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) yang akan dipakai untuk membuat campuran beton
1. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta
mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik
matahari atau hujan). Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai
apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat
seluruhnya.
2. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat kasar digunakan
untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang
akan berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh untuk
membuat beton dengan semen yang kadar alkalinya dihitung setara Natrium Oksida tidak
8
lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya
3. Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
a. Jika dipakai natrium sulfat (Na2SO4), bagian yang hancur maksimum 12% berat
agregat
b. Jika dipakai magnesium sulfat (MgSO4), bagian yang hancur maksimum 12% berat
agregat.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton seperti
bahan-bahan yang reaktif sekali dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan
laruta NaOH.
5. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat kering) dan
apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut harus dicuci.
6. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
a. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.
b. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
7. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat sebagai berikut.
8. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil
antarabidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari dari jarak bersih
b. Agregat halus
9
Menurut Tjokrodimuljo (2007), agregat halus (pasir) adalah batuan yang mempunyai
ukuran butir antara 0,15 mm – 5 mm. Agregat halus dapat diperoleh dari dalam tanah,
dasar sungai atau dari tepi laut. Oleh karena itu, pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam,
yaitu: pasir galian, pasir sungai dan pasir laut. Syarat agregat halus menurut SNI 03-6821-
c. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
d. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium
sulfat bagian yang hancur maksimum 10% berat, sedangkan jika dipakai magnesium
e. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering).
Standar campuran beton geopolimer belum ada sampai saat ini, sehingga dibutuhkan
10
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan
untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang diberikan padanya,
3.𝑃.𝐿
flt = 2.𝑏.𝑑² ............................................................................................1)
Keterangan:
1. Penelitian (Andre Kusuma Putra, 2014), yaitu “Kuat Tarik Belah Beton Geopolimer
berbasis Abu terbang (Fly Ash)”. Pada penelitian tersebut kuat tarik beton pada umur
tujuh hari diuji melalui tes kuat tarik belah. Material yang digunakan adalah abu
terbang (fly ash) asal PLTU Amurang, sodium silikat, sodium hidroksida dengan
konsentrasi 8M, dan Superplastisizer Viscocrete-10. Benda uji yang digunakan adalah
silinder ukuran 10/20 cm, dengan metode curing menggunakan oven dengan variasi
curing time 4, 8, 12, dan 24 jam masing-masing 6 sampel. Nilai maksimum rata-rata
kuat tarik belah beton geopolymer berbasis fly ash dalam penelitian ini sebesar 1,685
MPa didapatkan pada variasi curing time 24 jam menggunakan oven dengan umur
saat tes 7 hari. Dan jika dibandingkan dengan kuat tekannya menghasilkan nilai ft =
0,322 √ f’c.
11
Komposisi Campuran
2. Penelitian (Roger Manuahe, 2014), yaitu “Kuat Tekan Beton Geopolimer berbahan
dasar Abu Terbang (Fly Ash)”. Pada Penelitian tersebut dilakukan pengujian kuat
tekan beton terhadap sejumlah benda uji berbentuk kubus 15x15x15 cm3 dengan
variasi curing time: 4 jam, 8 jam, 12 jam dan 24 jam menggunakan oven. Berdasarkan
hasil penelitian dapat diperoleh grafik hubungan antara kuat tekan beton terhadap
curing time. Trend menunjukkan bahwa semakin lama curing time maka semakin
besar kuat tekan yang dihasilkan. Terlihat juga bahwa kuat tekan optimum dihasilkan
12
3. Penelitian (PATRIA, Agustinus Sungsang Nana, 2014) yang berjudul Pengaruh
Penambahan Serat Kawat Benrat Terhadap Kuat Lentur Balok menggunakan tulangan
yaitu penambahan baja tulangan pada struktur beton pun belum memberikan hasil
yang memuaskan. Retak-retak halus masih sering dijumpai di daerah tarik beton.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengatasi kelemahan beton tersebut. Salah satu
cara dengan menambahkan fiber ke dalam campuran beton, yang dimaksudkan agar
fiber tersebut dapat berfungsi sebagai tulangan mikro. Penelitian ini dilakukan untuk
meninjau pengaruh penambahan fiber kawat bendrat terhadap kuat lentur balok beton.
Pada penelitian ini, campuran adukan beton menggunakan faktor air semen sebesar
0,44 dan superplastizicer SikaCim concrete additive sebanyak 0,4% dari berat semen.
Fiber kawat bendrat yang digunakan berbentuk lurus, berdiameter 1 mm dan panjang
60 mm, dengan volume fraksi (vf) sebanyak 0,7% dari volume adukan. Benda uji
berjumlah 12 silinder beton yang berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Berupa enam
silinder beton normal dan enam silinder beton fiber bendrat untuk pengujian kuat
tekan, kuat tarik dan modulus elastisitas beton. Selain itu, benda uji berupa empat
balok beton berukuran (80 x 150 x 2000) mm. Masing-masing dua balok beton normal
dan beton fiber bendrat untuk pengujian kuat lentur. Pada pengujian kuat lentur balok
konstan sampai terjadi keruntuhan. Setiap penambahan beban diamati defleksi, retak
pertama, beban pada retak pertama, beban maksimum yang dicapai, pola dan jenis
retak yang terjadi. Berdasarkan hasil pengujian modulus elastisitas, kuat tekan dan
kuat tarik belah beton, menunjukkan bahwa beton normal memiliki modulus
elastisitas beton sebesar 30093,0407 MPa, kuat tekan sebesar 41,1149 MPa dan kuat
tarik belah sebesar 3,3485 MPa. Sedangkan untuk beton fiber mengalami kenaikan
modulus elastisitas sebesar 13,18%, kuat tekan sebesar 17,6804% dan kuat tarik belah
13
sebesar 27,4460%, sehingga modulus elastisitas mencapai 34060,022 MPa, kuat tekan
mencapai 48,3842 MPa dan kuat tarik belahnya mencapai 4,2675 MPa. Pada
pengujian kuat lentur balok beton, beban maksimum yang diperoleh balok beton
normal sebesar 16,6206 kN, sedangkan untuk balok fiber sebesar 19,4264 kN. Namun
beban maksimum hasil analisis balok beton normal lebih kecil 57,2104%
dibandingkan hasil pengujian, yaitu sebesar 10,5722 kN. Sedangkan beban maksimum
hasil analisis balok beton fiber lebih besar 6,8848% dibandingkan hasil pengujian,
14