Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SHELA SEPTIANA

NIM : 201570027
PAJAK INTERNASIONAL
Bentuk Usaha Tetap sebagai Subjek Pajak Penghasilan
Istilah Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha tetap dalam bahasa inggris disebut permanent establisment, dikenal di kalangan
Perpajakan Indonesia baru setelah berlakunya Undang Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan, yaitu pada tanggal 1 januari 1984.

Yang menjadi Subjek pajak adalah:


Badan usaha yang terdiri dari perseroan terbatas , perseroan komanditer, badan usaha milik negara
dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun , persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainya,
firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan Bentuk usaha tetap.

Pengertian & Tipe Bentuk Usaha Tetap:


Bentuk usaha tetap diartikan sebagai bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di indonesia atau berada di indonesiatidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 belas bulan, atau orang badan yang tidak didirikan atau berkedudukan di indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di indonesia, yang berupa:
1. Tempat kedudukan manajemen
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
7. Pertambangan dan penggalian sumber alam
8. Perikanan, perternakan, pertanian, Perkebunan, atau kehutanan
9. Proyek konstruksi
10. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oeh pegawai yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam 12
bulan
11. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang berkedudukan tidak bebas
12. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di indonesia
Untuk adanya bentuk usaha tetap di perlukan syarat2 di antaranya:
1. Adanya tempat usaha ( place of business)
2. Usaha yang dilakukan bersifat permanen (certain degree of permanent)
3. Adanya sifat ketergantungan (dependence)
Dilihat dari bentuknya, bentuk usaha tetap dapat dikelompokan menjadi 4 tipe yaitu:
1. Bentuk Usaha Tetap tipe aset
2. Bentuk Usaha Tetap tipe aktivitas
3. Bentuk Usaha Tetap tipe agen
4. Bentuk Usaha Tetap tipe asuransi

Kewajiban Perpajakan Bentuk Usaha Tetap


Per definisi, sebenarnya tidak tepat apabila bentuk usaha tetap di kategorikan sebagai subjek pajak.
Dilihat dari pengertin subjek pajak yang umum, yang merupakan subjek pajak biasanya adalah orang
pribadi atau badan. Sebaliknya bentuk usaha tetap merupakan aset, misalnya pabrik, gedung kantor,
bengkel, perkebunan, atau kegiatan misalnya memberikan jasa, atau berupa agen. Alasan menjadikan
BUT sebagai Subjek pajak adalah untuk menggantikan subjek ajak luar negriyang mempunyai bentuk
usaha tetap tersebut agar memudahkan pemungutan pajak terhadap subjek pajak luar negri yang
bersangkutan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa BUT meruakan subjek pajak subtitusi atau
kadangkala disebut sebagai subjek pajak palsu (psuedo tax subject).
Perlakuan Perpajakan terhadap Bentuk Usaha Tetap sebagai Wajib Pajak Penghasilan
Sebagai mana sudah di uraikan BUT dikategorikan sebagai subjek pajak luar negri, yang sudah
barang tentu juga sebagai wajib pajak luar negri.perbedaan penting antara wajib pajak dalam negri
dan wajib pajak luar negri terletak dalm pemenuhan kewajiban perpajakanya, antara lain sebagai
berikut.
1. Wajib pajak dalam negri dikenakan pajak atas penghasilan yang di terima atau di peroleh dari
dan dari luar indonesia, sedangkan wajib pajak luar negri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan berasal dari sumber penghasilan di indonesia.
2. WPDN dikenakan pajak penghasilan yang diperoleh dari penguranga penghasilan bruto dengan
pengurangan yang dikenakan, dengan tarif umum, sedangkan WPLN pada dasarnya dikenakan
pajak atas penghasilan bruto dengna mempergunakan tarih sepadan.
3. WPDN Menyampaikan surat pemberitahuan tahunan, sedangkan WPLN tidak diwajibkan karena
kewajiban pembayaran pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
Kantor Perwakilan Perusahaan Luar Negri (represenative office)
Kantor Perwakilan Perusahaan Luar Negri pada hakikatnya tidak di perkenakan melakukan kegiatan
usaha di indonesia. Keberadaan kantor perwakilan perusahaan luar negri di indonesia hanyalah
mewakili perusahaan untuk melakukan kegiatan yang bersifat tidak mencari laba, misalnya kegiatan
yang berupa mengumpulkan data, melakukan feasibility study, melakukan kegiatan promosi dan
sebagainya untuk meuntuk kepentingan perusahaan luar negri yang bersangkutan.

Penghitungan Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap


Objek Pajak Bentuk Usaha Tetap
Ada 3 kelompok jenis penghasilan yang merupakan objek BUT yaitu:
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT sendiri dan dari harta yang dimiliki
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa yang
sejenis dangan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di indonesia.
3. Penghasilan sebagai mana di sebut dalam pasal 26 undang undang nomor 17 tahun 2000 yang
berupa dividen, bungan, royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan atau kegiatan yang diterima atau peroleh kantor pusat,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud.

Pengurangan yang diperkenankan berupa:


1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk misalnya pembelian
bahan baku, biaya yang berkenan dengan gaji/upah pegawai, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan
dinas, biaya administrasi, pajak, kecuali pajak penghasilan.
2. Penyusustan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun
3. Iaran kepada dana pensiun yang pendiriannya telash sahkan menteri keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
5. Kerugian karena selisih kurs
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negri/Badan urusan Piutang dan
lelang negara atau adanya......tertulis mengenai penghapusan piutang...
c. Telah dipublikasikan dalam ..........
Untuk menghitung penyusutan

Kelompok harta Masa


berwujud manfaat
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 50%
Kelompok 2 8 Tahun 25%
Kelompok 3 16 Tahun 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 10%
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun
NonPermanen 10 Tahun

Untuk menghitung amortisasi dan tarif amortisasi

Kelompok Harta Masa


Tak Berwujud Manfaat
I. Bukan
Bangunan 4 Tahun 50%
Kelomok 1 8 Tahun 25%
Kelompok 2 16 Tahun 12,5%
Kelompok 3 20 Tahun 10%
Kelompok 4
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun
NonPermanen 10 Tahun
Jika penghasilan bruto dikurangi pengurangan yang diperkenankan terdapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilann mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut samai
lima tahun.
Alokasi Biaya Kantor Pusat
Pengurangan yang di perkenankan dalam menentukan besarnya laba BUT:
1. Biaya uyang berkenan dengan penghasilan kantor pusat, dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa yang sejenis dengan yang dijalankan/yang dilakukan oleh BUT di
Indonesia dan biaya sehubungan dengan penghasilan dividen, bunga, royalti, sewa, dan
penghasilan lainsehubungan dengan penggunaan harta, imbalan sebungan dengan jasa, pekerjaan
atau kegiatan, yang diterima atau diperoleh kantor pusat sepanjang terdapat hubungan efektif
antara BUT dengan harta atau kegiatan tersebut
2. Biaya administrasi kantor pusat yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT.
Biaya administrasi yang boleh dibebankan adalah biaya administrasi yang dikeluarkan kantor
pusat yang berkaitan dan administrasi yang dikeluarkan kantor pusat yang berkaitan dan dalam
rangka untuk menunjang usaha atau kegiatan BUT yang bersangkutan untuk mendapatkan,
menagih,dan memelihara penghasilan. Besarnya biaya kantor pusat yang boleh dibebankan
adalah setinggi-tingginya sebanding dengan besarnya peredaran usaha atau kegiatan BUT di
Indonesia terhadap seluruh peredaran usaha atau kegiatan perusahaan di seluruh dunia.
BUT yang mengurangi biaya administrasi kantor pusat wajib menyampaikan laporan keuangan
konsolidasi atau kombinasi dari kantor pusat yang meliputi seluruh usaha dan/ kegiatan
perusahaan di seluruh dunia untuk tahun pajak yang bersangkutan sebagai lampiran SPT pajak
penghasilan. Laporan keuangan konsolidasi yang bersangkutan harus sudah di audit oleh akuntan
publik dan mengungkapkan rincian peredaran usaha tetap di tiap negara tempat perusahaan
bersangkutan melakukan usaha kegiatan.
Yang tidak boleh dibebankan:
1. Royalti atau imbalan lainnya yang sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak lainnya
2. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya
3. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbangkan.
Pengeluaran yang tidak boleh dibebankan dalam menghitung penghasilan kena pajak BUT:
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun : dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis.
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya
reklamasi usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat ditetapkan kementrian Keuangan
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam natura dan
kenikmatan, kecuali pemberian dalam bentuk makanan minuman yang dinikmati seluruh pegawai
dan pemberian dalam bentuk naturan atau kenikmatan di daerah tertentu saat pemberian dalam
bentuk natura yang ditetapkan sengan keputusan menteri keuanagn
5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan seb=hubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
6. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbanagan
7. Pajak penghsilan
8. Sanksi administrai berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundangan di bidang perpajakan

Biaya oleh BUT yang kegiatannya dalam usaha perbankan atau sewa guna usaha dengan hak opsi:
1. Untuk Bank
a) Besarnya dan acadangan untuk kredit yang digolongkan lancar, dalam perhatian khusus dan
kurang lancar ditentukn perhitungannya :
Penggolongan kredit
Lancar, tidak Dalam perhatian Kurang lancar
termasuk sertifikat khusus setelah dikurangi
Periode Laporan
bank Indonesia dan nilai agunan
Surat Utang
Pemerintah
31-121998 s.d. 30- 0.25% 1.25% 3.75%
05-1999
30-06-1999 s.d. 30- 0.50% 1.875% 5.50%
11-1999
31-12-1999 s.d. 31- 0.625% 2.5% 7.5%
05-2000
30-06-2000 s.d. 30- 0.75% 3.00% 10.00%
11-2000
31-12-2000 s.d. 30- 0.875% 4.00% 12.5%
05-2001
30-06-2001 s.d. 1.00% 5.00% 15.00%
seterusnya
b) Besarnya dana cadangan.untuk kredit yang digunakan.diragukan macet:
1. 50% dari kredit .........
2. 100% dari kredit.
c) Cadangan untuk pertambangan.
Besarnya cadangan reklamasi yang dibebankan adalah yang dihitung dengan menggunakan
metode satuan yang dihitung dengan menggunkan metode satuan produksi atas dasar taksiran
biaya reklamsi
d) Cadangan untuk perusahaan asuransi
Cadangan Yang
No Jenis Usaha Besarnya cadangan
diperkenankan
40% dari premi
tanggungan sendiri.
Sama dengan
a. Cadangan jumlah klaim yang
premi sudah di sepakati
1 Asuransi kerugian
b. Cadangan tetapi belum
Klaim dibayar ditambah
dengan klaim yang
sedang dalam
proses.
Sesuai dengan
perhitungan
aktuaria yang
2 Asuransi jiwa Cadangan Premi
disahkan oleh
direktorat jendral
lembaga keuangan
e) Perhitungan penghasilan kena pajak BUT sebagia kontraktor kontrak bagi hasih melakukan
eksploriasi dan ekploitasi Migas dalam rangka kontrak bagi hasil.
Konsep Unformity principle pada dasarnya menyamakan jenis-jenis biaya yang boleh dibebankan
menurut kontrak dengan biaya –biaya yang boleh dikurang berdasarkan UU perpajakan.
Terdapat jenis pengeluaran yang tidak merupakan unsur cost recovery menurut contrak, tetapi dapat
dibebankan sebagai biaya dalam menghitung PKP:
1. Bonus penandatangannan
2. Bonus kompensiasi
3. Bonus produksi
4. Bonus pendidikan
5. Bonus lainnya dengan nama apapun

Perhitungan penyusutan aktiva tetap Keputusan menteri keuangan No. 457/KM.012/1984 junco
Keputusan Menteri Keuangan No. 120/KM.012/1986:
1. Untuk keperluan pengembalian biaya pada akhir masa manfaat suatu harta, dapat dilakukan
penarikan harta dari pemakaian
Dalam melaksanakan perhitungan penyusutan harta, diperhatikan persyaratan khusus yang
berhubungan dengan produksi minyak dari kontraktor bagi hasil
Persyaratan khusus dimaksud diatas adalah kontraktor bagi hasil yang mempunyai cadangan
bukti selama tujuh tahun kurang
2. Ketentuan penyusutan
Kelompok I tarif penyusuatn 50%
Untuk Jenis harta
1. Mobil penumpang
Kontraktor bagi hasil yang 2. Truk ringan
memenuhi persyaratan khusus 3. Pesawat
4. Peralatan konstruksi
5. Peralatan kantoran
Kontraktor bagi hasil yang 1. Mobil penumpang
tidak memenuhi persyaratan 2. Truk ringan
khusus 3. Truk berat

Kelompok II, tarif penyusutan 25%


Untuk Jenis harta
1. Bangunan sarana
2. Banguna kantor
Kontraktor bagi hasil yang 3. Fasilitas produksi
memenuhi persyaratan khusus 4. Gerbong kereta
5. Kapal tongkang
6. Peralatan bor
1. Pesawat
Kontraktor bagi hasil yang 2. Kapal tongkang
tidak memenuhi persyaratan 3. Peralatan bor
khusus 4. Peralatan konstruksi
5. Peralatan kantor

Kelompok III, tarif penyusutan 10%


Untuk Jenis Harta
1. Bangunan sarana dan bangunan penunjang
Kontraktor bagi hasil yang 2. Bangunan perkantoran, perumahan dan
tidak memenuhi persyaratan kesejahteraan
khusus 3. Fasilitas produksi
4. Gerbong kereta dan lokomotif

Perhitungan penyusutan aktiva tetap Keputusan menteri keuangan No. 521/KM.04/2000


1. Dalam melaksanakan perhitungan penyusutan harta diperhatikan persyaratan khusus yang
berhubungan dengan produksi minyak dari kontraktor bagi hasil.
2. Persyaratan khusus dimaksud diatas adalah kontraktor bagi hasil yang mempunyai cadangan
bukti selama tujuh tahun atau kurang
3. Pada saat keputusan menteri keuangan ini berlaku, ke keputusan mentri keuanga nomor
457/km.021/1984.
4. Terhadap pengeluaran harta berwujud untuk keperluan penyusutan bagi kontrktor migas yang
di tanda tangani tetap berlakukeputusan mentri keuangan nomor 457/km.021/1984.
Tarif penyusutan menurut keputusan mentri keuangan No. 521/KM.04/2000.
Kelompok I tarif penyusuatn 50%
Untuk Jenis harta
Kontraktor bagi hasil yang 1. Mobil penumpang
memenuhi persyaratan khusus 2. Truk ringan
3. Pesawat
4. Peralatan konstruksi
5. Peralatan kantoran
Kontraktor bagi hasil yang 1. Mobil penumpang
tidak memenuhi persyaratan 2. Truk ringan
khusus 3. Truk berat
Kelompok II, tarif penyusutan 25%
Untuk Jenis harta
1. Bangunan sarana
2. Banguna kantor
Kontraktor bagi hasil yang 3. Fasilitas produksi
memenuhi persyaratan khusus 4. Gerbong kereta
5. Kapal tongkang
6. Peralatan bor
1. Pesawat
Kontraktor bagi hasil yang 2. Kapal tongkang
tidak memenuhi persyaratan 3. Peralatan bor
khusus 4. Peralatan konstruksi
5. Peralatan kantor

Kelompok III, tarif penyusutan 10%


Untuk Jenis Harta
1. Bangunan sarana dan bangunan
penunjang
Kontraktor bagi hasil yang
2. Bangunan perkantoran, perumahan
tidak memenuhi persyaratan
dan kesejahteraan
khusus
3. Fasilitas produksi
4. Gerbong kereta dan lokomotif
f) Penghitungan pajak penhasilan bentuk usaha tetap
Seperti halnya yang berlaku terhadap WPDN, cara perhitungan pajak penghasilan BUT adalah
dengan menerapkan tariff pajak yang di atur dalam pasal 17 UU nomor 7 tahun 1983
sebagaimana terakhir telah di ubah dengan UU nomor 17 tahun 2000 dengan penghasilan kena
pajak.

Anda mungkin juga menyukai