Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

KASUS GANGGUAN HIPOFISA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

ANDI SEPTIANI
ANGGA ARI MADONA
ANGGY UTAMA PUTRI
APRIZA KAS WIDIA
AYU WANDIRA
DESI TRIANI
DEWATI BINASARI
DEWI HERLINA
DWINDA MULYA SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

2018
Kasus 1

Pada kasus ini, Seorang pria berusia 44 tahun datang dengan keluhan utama pembesaran kedua
payudara sejak tiga tahun terakhir. Pasien mengalami kondisi klinis berupa ginekomasti dan
galaktorhea dengan adanya perubahan suara, kulit, dan garis rambut menyerupai perempuan.
Profil hormon menunjukkan adanya penurunan hormon gonadotropin, testosteron, estradiol, serta
progesteron. Hasil USG testis normal dan USG kedua payudara menunjukkan adanya ektasis
duktal bilateral. Pemeriksaan MRI menunjukkan adanya kemungkinan gambaran mikroadenoma
hipofisis. Patogenesis ginekomasti pada pasien ini adalah kondisi penurunan hormon testosteron
yang disebabkan oleh adanya proses patologis di sentral atau otak, pada kasus ini, mikroadenoma
hipofisis. Adenoma ini menyebabkan penurunan kadar hormon gonadotropin.

Pembahasan :

Manajemen yang direkomendasikan untuk pasien adalah pemberian terapi pengganti testosteron.
Terapi ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai laki-laki serta mengembalikan
libido dan menahan laju perubahan tanda seksual sekunder. Rekomendasi berikutnya adalah
konsultasi dengan Departemen Bedah Plastik untuk terapi ginekomasti. Kondisi ginekomasti
menahun merupakan salah satu faktor risiko kondisi hipogonadotropin hipogonadisme, atau
hipogonadisme histologis jaringan payudara berubah menjadi fibrotik dan sekunder. Kondisi
klinis ini ditandai dengan adanya memiliki respon minimal terhadap terapi medikamentosa.
Rekomendasi berikutnya adalah konsultasi dengan Departemen Bedah Saraf untuk prosedur
pengangkatan tumor hipofisis.
Kasus 2

Seorang penderita laki-laki, umur 78 tahun datang dengan keluhan sesak nafas dengan riwayat
adenoma hipofisis dan riwayat pemasangan PTCA.Pemeriksaan fisik yang kami dapat saat
sekarang, penderita tampak sangat lemah dan sesak, dengan kesadaran compos mentis, suhu
370C, tekanan darah 180/ 115 mmhg, frekuensi 120 kali/menit kuat teratur, respirasi 40
kali/menit. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 9,8 K/ul
(normal: 4,5- 11 K/ul), haemoglobin 16,9 gr/dl (normal: 13,5-18,0 gr/dl), hematokrit 55 %
(normal: 40-54 %), MCV 90 fl (normal: 80-94 fl), MCH 28 pg (normal: 27-32 pg), trombosit
214 K/ul (normal: 150-440 K/ul), LED (laju endap darah) 3, limfosit 11%, midcel: 6,1%,
neutrophil 83%. BUN 13,9 gr/dl, creatinin 1,3 gr/dl, kalium 4,3, natrium 138, Cl 98, gula darah
acak 117 gr/dl analisa gas darah didapatkan, ph 7,42, pco2 40 mmhg, po2 84 mmhg, HCT >52%,
HCO3 26,6 mmol/l, BE 2,4 mmol/ l, sat O2 97%, TCO2 27,9 mmol/l. Dari hasil rekaman
elektrokardiografi didapatkan AF (atrial fibrilasi) respon ventrikel cepat 118 kali/menit, iskemi
lateral. Foto rontgen thorax dengan gambaran HHD (hipertensi heart disease) dengan
kardiomegali dan elongasi aorta, adanya corak bronchopneumonia pada parakardial kanan dan
kiri.

Pembahasan :

Dari data saat ini dan didukung oleh riwayat dahulu disimpulkan penderita dengan multi
endocrinology disorders dengan riwayat tumor hipofisis, acute heart failure dengan efusi pleura,
dan bronkopneumonia. Untuk mengatasi rendahnya kadar kortisol diberikan terapi hidrocortison
2 x 20 mg, ceftriaxon 1 x 2 gr untuk bronkopneumonia. Untuk acute heart failure dengan AF
respon cepat 118 x/menit dan adanya tanda-tanda congestive heart failure diberikan ISDN 2
mg/jam, diuretik (lasic) 3 x 2 ampul, triatec 2 x 5 mg, lanoxin 1 x 0,5 mg.
Terapi yang terbaik pada kasus dengan nonfungtional tumor dimana terjadi defisiensi dari
hormone anterior hipofisis adalah reseksi tumor secara transsphenoidal. Akan tetapi post
resection harus berikan terapi pengganti hormon; pada hipogonadism dapat
Diberikan dopamine antagonis. Pemberian terapi hormone dimulai pada sebelum, saat dan
sesudah dilakukan operasi pengangkatan tumor tersebut. Berdasarkan riwayat adenoma hipofisis
yang dimiliki penderita dengan tipe nonfungtional dimana didapati adanya defisiensi beberapa
hormon terutama pada kasus ini hormon hipofisis anterior sangat memungkinkan terjadi
kekambuhan, namun saat ini akibat penyakit dasar tersebut membawa dampak terhadap
kesehatan penderita terutama rentan terhadap infeksi, risiko berulangnya atau kekambuhan dari
penyakit jantungnya yang membahayakan penderita. Oleh karenanya pemantauan baik terhadap
terapi pengganti hormon, aktifitas seharihari, kondisi klinis maupun laboratories harus terus
Menjadi perhatian khusus.
Kasus 3

Ny.DN berusia 25 tahun dating kedokter dengan keluhan lemas dan nyeri kepala memberat,
perubahan tingkah laku dan pola tidur, diplopia. Pemeriksaan fisik: lemah, hipotensi, penurunan
reflek fisiologis, papul eritem Pemeriksaan penunjang: anemia dengan trombositopenia,
gangguan keseimbangan elektrolit, peningkatan transaminase, gangguan fungsi ginjal,
hipoglikemia, asidosis metabolik terkompensasi sempurna. Setelah diperiksa , didapat
O TD : 95/60 mmhg
O N : 100 x/menit
O R : 24 x/menit
O t : 36.5 oc
FT3 4.4 pmol/L (4.1-6.7)
FSH <0.1 miu/ml
LH <0.1 miu/ml
Prolaktin 4251 miu/L 200 ng/ml

Pembahasan :

Berdasarkan pemriksaan dan data yang didapat,dokter mediagnosa Adenoma endocrine-inactive


/ non functionning diamana secara histologis, adenoma nonfunctioning disebut chromophobe
yaitu tumor dengan sitoplasma agranular.Pada saat diagnosis adenoma hipofisis non
functionning, 60-80% pasien sudah dengan defisiensi pitutiari, defisiensi gonadotropik (>80%),
diikuti defisiensi somatotropik; tirotropik dan kortikotropik (20-50%).
Manajemen terapi yang diberikan untuk pasien adalah :
- Infus nacl 0.9% 20tpm dan D10% 16 tpm
- Transfusi PRC s/d Hb >10
- Inj. Dexamatason 1A/6jam
- Inj. Ranitidin 1A/12 jam
- Spironolakton 1x25mg

Anda mungkin juga menyukai