Anda di halaman 1dari 2

Adisti Kusumadiningrat

072.14.138
Tugas Mekanika Batuan

Pada mekanika batuan, terdapat rock mechanic, yang merupakan gerakan


gerakan yang terjadi pada batuan sehingga kita dapat mengetahui hadil deformasi dari
gerakan tersebut yaitu strain pada batuan dalam respon stress.

Gerakan yang terjadi pada batuan tersebut terjadi pada proses pembentukan
batuandan juga terjadi pada proses pembentukan kembali atau reformasi pada batuan
di permukaan bumi. Sehingga pada rock mechanic, gerakan gerakan tersebut
merupakan bagian dari proses geologi.
Pengaruh geologi yang merupakan factor pada batuan dan massa batuan yaitu :

 Intact Rock
 Diskontinuitas dan Struktur Geologi
 In-situ pre-existing rock stress
 Porefluid dan Waterflow
 Influence of Time, contohnya : Pelapukan

Diskontinuitas merupakan produk yang dihasilkan atau terbentuk dari stress pada rock
mechanic.
Stress adalah penyebab dari proses yang terjadi pada batuan atau massa batuanyang
menyebabkan deformasi. Sedangkan tensor yang eksis pada mekanika batuan
merupakan komponen lebih dari stress. Stress yang lebih tepatnya tensor akan
menghasilkan kekar dan sesar yang disebut Diskontinuitas. Maka, diskontinuitas
dapat dijelaskan sebagai produk yang dihasilkan dari stress atau tensor itu sendiri,
yang mana produk tersebut merupakan kekar dan sesar.

Diskontinuitas dalam mekanika batuan, merupakan istilah umum yang digunakan


sebagai istilah untuk batuan yang mengalami kerusakan (Giani, 1992). Bates (1987)
istilah diskontinuitas secara umum dapat berbentuk diskontinuitas stratigrafi, seismik
dan struktur geologi. Hudson dan Harrison (1997) satu dari banyaknya aspek
fundamental kehadiran diskontinuitas adalah nilai rata-rata dan distribusi spasi antara
diskontinuitas, indeks asosiasi frekuensi diskontinuitas dan Rock Quality Designation
(RQD).

a. Tipe Diskontinuitas
Tipe diskontinuitas mulai dari kekar tarik yang terbatas panjangnya, sampai patahan
dengan beberapa meter ketebalan lempung, gauge, dan panjang dalam kilometer
(Wyllie dan Mah, 2004), dan menurut Hoek (2006) semua massa batuan mengandung
diskontinuitas. Berbagai tipe diskontinuitas menurut Bieniawski (1989) dan Hoek
(2006) seperti patahan, bidang perlapisan, foliasi, kekar, belahan dan schistositas.
Lebih lanjut Giani (1992) menggolongkan bidang perlapisan, belahan dan schitositas
sebagai contoh kerusakan kemas (fabric defact), sedangkan lipatan, patahan dan kekar
sebagai kerusakan struktural (structural defact).

b. Skala Diskontinuitas
Duncan dan Goodman (1968) dalam Giani (1992) membuat klasifikasi diskontinuitas
berdasarkan pada skalanya. Demikian juga Wyllie dan Mah (2004) serta Hoek (2006)
membuat ilustrasi skematik transisi skala berdasarkan peningkatan ukuran percontoh,
mulai dari batuan padu sebagai skala terkecil sampai sebagai massa batuan yang
terkekarkan kuat pada skala terbesar. Hoek (2006) analisis sifat mekanika batuan
dilakukan pada setiap skala memiliki formulasi tertentu yang tepat untuk menganalisa
permasalahan diskontinuitas. West (2010) sifat batuan atau sifat material diukur
melalui percontoh kecil di laboratorium, sedangkan sifat massa batuan ditentukan dari
keseluruhan sifat volume yang besar melalui pengukuran di lapangan.

c. Orientasi Diskontinuitas
Mekanisme pada formasi batuan menyebabkan diskontinuitas tidak terbentuk
seluruhnya berorientasi acak (Hudson dan Harrison, 1997). Orientasi merefleksikan
siknifikansi variasi set diskontinuitas pada massa batuan (Bieniawski, 1989). Bidang
diskontinuitas memiliki strike dan dip, Giani (1992) menyatakan strike sebagai
azimuth, yang diukur searah jarum jam (Wyllie dan Mah, 2004) antara sudut utara
dan irisan bidang diskontinuitas terhadap bidang referensi horizontal. Sedangkan dip
menurut Hudson dan Harrison (1997) merupakan sudut tercuram diskontinuitas
terhadap horizontal.

Anda mungkin juga menyukai