Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS

INFEKSI MENULAR AKIBAT BAKTERI


DIARE ATAU DISENTRI

Dosen Pembimbing :
Ismansyah,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ary Andreanto P07220116044
Guswanti P07220116051
Linda Nurdiana P07220116062
Melawati P07220116064
Siti Raudhatul Jannah P07220116074

PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT IIB


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
Jalan. Wolter Monginsidi No.38, Sidodadi, Samarinda Ulu, Kota Samarinda
Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Tropis Infeksi Menular Akibat Bakteri Diare Atau
Disentri” ini dapat selesai diterjemahkan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Penanganan Penyakit Daerah Tropis. Dimana, nantinya akan lebih mudah
bagi mahasiswa untuk memahami isi dari Makalah dan dapat menjadi bahan ajar
tambahan bagi dosen maupun mahasiswa.
Penulis dalam menyusun Makalah ini juga mendapatkan dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan yang baik ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs.H.Lamri. M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim.

2. Bapak Ismansyah, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan.

3. Bapak Ns.Wiyadi, S.Kep., M.Sc selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan


Samarinda.

4. Ibu Ns. Tini,S.Kep.,M.Kep selaku Koordinator mata ajar Penanganan


Penyakit Daerah Tropis.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan makalah yang kami
susun. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya,
jika terdapat kesalahan dengan rendah hati penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Samarinda, 21 Maret 2018

Page | 1
Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Pada Diare
1. Pengertian Diare..........................................................................3
2. Etiologi Diare...............................................................................3
3. Cara Penularan Diare...................................................................4
4. Patofisiologi Diare.......................................................................4
5. Manifestasi Klinis Diare..............................................................5
6. Kompikasi Diare..........................................................................5
7. Pemeriksaan Penunjang Diare.....................................................6
8. Penatalaksanaan Diare.................................................................6
9. Pengkajian Keperawatan Diare....................................................7
10. Diagnosa Keperawatan Diare......................................................9

11. Perencanaan Keperawatan Diare................................................9


B. Asuhan Keperawatan Pada Disentri
1. Pengertian Disentri.....................................................................11
2. Etiologi Disentri.........................................................................12
3. Cara Penularan Disentri.............................................................12
4. Patofisiologi Disentri.................................................................13
5. Manifestasi Klinis Disentri........................................................14
6. Kompikasi Disentri....................................................................15
7. Pemeriksaan Penunjang Disentri...............................................16
8. Penatalaksanaan Disentri...........................................................16
9. Pengkajian Keperawatan Disentri..............................................17
10. Diagnosa Keperawatan Disentri................................................17

11. Perencanaan Keperawatan Disentri...........................................18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia
dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya Penyakit ini
sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita)
Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit
ini (World Health Organization (WHO), 2013. Didapatkan 99% dari seluruh
kematian pada anak balita terjadi di negara berkembang. Sekitar ¾ dari
kematian anak terjadi di dua wilayah WHO, yaitu Afrika dan Asia Tenggara.
Kematian balita lebih sering terjadi di daerah pedesaan, kelompok ekonomi
dan pendidikan rendah. Sebanyak ¾ kematian anak umumnya disebabkan
penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi neonatal, pneumonia, diare,
malaria, dan measles (WHO, 2013b). Diare masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena memiliki
insidensidan mortalitas yang tinggi.Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100
penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita
mengalami dehidrasi berat. 70-80% penderita adalah mereka yang berusia
balita.Menurut data Departemen Kesehatan, diaremerupakan penyakit kedua
di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian anak usia balita setelah
radang paru atau pneumonia(Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).
Disentri merupakan penyakit diare yang gejalanya berupa feses (kotoran
buang air besar) yang cair. Perbedaan disentri dengan diare yaitu terdapat
bercak bercak darah di feses pada penderita disentri. Setiap tahun penyakit
disentri menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara berkembang
terutama terjadi pada anak-anak (Thompson, 2012). Hasil survei morbiditas
yang dilakukan oleh
Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 menyatakan
bahwa insidensi diare cenderung meningkat. Pada tahun 2000 insidensi diare
301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun
2006 meningkat menjadi 423/1000 penduduk dan pada tahun 2010 terjadi

Page | 1
sedikit penurunan menjadi 411/1000 penduduk (Hardi, 2013). Menurut World
Health Organization(WHO) tahun 2009 di Indonesia diare merupakan
penyebab kematian kedua pada balita setelah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian diare dan disentri ?
2. Etiologi diare dan disentri ?
3. Cara penularan diare dan disentri ?
4. Patofisiologi diare dan disentri ?
5. Manifestasi klinis diare dan disentri ?
6. Komplikasi diare dan disentri ?
7. Pemeriksaan penunjang diare dan disentri ?
8. Penatalaksanaan pemberian cairan dan monitoring pemberian cairan
diare dan disentri ?
9. Pengkajian keperawatan diare dan disentri ?
10. Diagnose keperawatan diare dan disentri
11. Rencana keperawatan diare dan disentri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari diare dan disentri
2. Untuk mengetahui penyebab dari diare dan disentri
3. Untuk mengetahui cara penularan diare dan disentri
4. Untuk mengetahui patofisiologi diare dan disentri
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis diare dan disentri
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diare dan disentri
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari diare dan disentri
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pemberian cairan dan monitoring
pemberian cairan diare dan disentri
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari diare dan disentri.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIARE


1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir
dan darah (Ngastiyah, 2002).

2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan
jamur (C. albicans).
2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.

Page | 3
c. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

3. Cara Penularan
1) Penularan secara langsung
Penyakit diare dapat ditularkan dari orang satu ke orang lain
secara langsung melalui fecal – oral dengan media penularan utama
adalah makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab
diare (Suharyono, 1991). Penderita diare berat akan mengeluarkan
kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak dilakukan pada
jamban tertutup, maka akan berpotensi sebagai sumber penularan.
2) Penularan secara tidak langsung
Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung
melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk
keperluan sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu,
maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya,
sehingga orang tersebut dapat terkena diare.

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

Page | 4
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen
usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

5. Manifestasi Klinis
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
4) Demam.

b. Diare kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
2) Penurunan BB dan nafsu makan.
3) Demam indikasi terjadi infeksi.
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

6. Kompikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4) Hipoglikemia.
5) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.

Page | 5
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

8. Penatalaksanaan
1) Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 2 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang akan digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan
karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah
kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja.
Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang
sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada
setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang akan diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak
diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari
badan. Derajat dehidrasi ringan, sedang, berat dapat dinilai
dengan Skor Mourice King.
2) Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :

Page | 6
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.

3) Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:


a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)

9. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
BAB cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja
dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

Page | 7
3) Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik
atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans
dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi
dan suhu tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a. Mata : cekung, kering, sangat cekung
b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
detik, suhu meningkat > 37,50 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24
jam).

Page | 8
10. Diagnosa Keperawatan
a. Diare b.d proses infeksi,inflamasi diusus
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d penurunan intake makanan
d. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan
elektrolit

11. Perencanaan Keperawatan


Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1 Diare b.d proses Tujuan : 1) Monitor tanda dan
infeksi,inflamasi Setelah dilakukan gejala diare.
2) Ukur diare/keluaran
diusus. tindakan keperawatan
BAB.
selama 3 x 24 jam
3) Ajarkan pasien untuk
diharapkan diare klien
menggunakan obat anti
teratasi.
diare
4) Instruksikan pasien
Kriteria Hasil :
untuk makan rendah
 Menjaga daerah sekitar
serat,tinggi protein dan
rectal dari iritasi.
 Feses berbentuk,BAB tinggi kalori jika
sehari sekali-tiga hari. memungkinkan.
 Tidak mengalami 5) Ajarkan teknik
diare. menurunkan stress.
 Menjelaskan penyebab
diare dan rasional
tindakan

2 Kekurangan Tujuan: 1) Monitor tanda-tanda


volume cairan Setelah dilakukan tindakan vital
b.d kehilangan keperawatan selama 3 x 24 2) Monitor status hidrasi
cairan aktif jam diharapkan kekurangan 3) Monitor status cairan
volume cairan dapat termasuk intake dan

Page | 9
teratasi. output cairan.
Kriteria hasil : 4) Dorong pasien untuk
 Tanda vital menambah intake oral.
dalam batas normal (TD: 5) Kolaborasi pemberian
120/80 mmHg, N: 60- cairan IV.
100 x/mnt, S; 36,6-37,20
c, RR : 16-20 x/mnt )
 Turgor kulit < 2
detik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
3 Ketidakseimban Tujuan : 1) Kaji adanya alergi
gan nutrisi Setelah dilakukan tindakan makanan.
kurang dari perawatan selama 3x24 jam 2) Monitor adanya
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi klien penurunan berat badan.
b.d intake adekuat. 3) Monitor mual dan
inadekuat. Kriteria Hasil : muntah
 Nafsu makan meningkat 4) Monitor kalori dan
 Tidak ada tanda-tanda intake nutrisi.
malnutrisi 5) Jaga kebersihan mulut..
 Tidak terjadi penurunan 6) Monitor kadar
berat badan selama albumin,total
dirawat protein,Hb dan Ht.
7) Berikan Informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
8) Berikan makanan yang
sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISENTRI

Page | 10
1. Pengertian
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya yang disertai dengan
darah dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe
diare akut yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri (disenti basiler)
dan amoeba (disentri amoeba).
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di kolon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai syndrome disentri, yakni:
 Sakit diperut yang sering disertai dengan tenesmus
 Berak-berak,dan
 Tinja mengandung darah dan lendir
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan
bersarang dibawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan
tidak terjaga, baik karena kebersihan diri dan individu maupun
kebersihan masyarakat dan lingkungan.

2. Etiologi
a. Bakteri (Disentri Basiler)
- Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (±
60% kasus disentri yang dirujuk serta hamper semua kasus
disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh
shigella).
- Escherichia Coli Enteroinvasif ( EIEC)
- Salmonella
- Campylobacter Jejuni, terutama pada bayi
b. Amoeba (Disentri Amoeba), disebabkan Entamoeba Hystolitica,
lebih sering pada anak usia > 5 tahun

3. Cara Penularan

Page | 11
Cara penularan dapat melalui beberapa cara yaitu melalui :
a. Langsung
Faecal – oral transmission dari penderita atau carrier. Bakteri masuk
kedalam organ pencernaan mengakibatkan pembengkakan hingga
menimbulkan luka dan peradangan pada dining usus besar. Inilah yang
menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah.
Penularan mungkin terjadi secara seksual melalui kontak oral-anal.
Penderita dengan disentri amoeba akut mungkin tidak akan
membahayakan orang lain karena tidak adanya kista dan trofosoid pada
kotoran.

b. Tidak Langsung
Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi
oleh tinja penderita. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat
yang kotor dan bau sehingga bakteri dengan mudah menempel di
tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang di hinggapi.

4. Patofisiologi
a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja
biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit
polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik
bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam
lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang
tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus,
kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella
namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat
biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja.
Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam
dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan
subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput
lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi

Page | 12
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara
lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat
enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada
selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang
menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga
dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat
terjadi perlekatan dengan peritoneum.
b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal
di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat
menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang
menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti.
Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi)
amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas
dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk
ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil,
tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung).
Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya
terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus
tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi
berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon
asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.

5. Manifestasi Klinis
a. Disentri basiler
- Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah.
- 6-24 jam pertama dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja.

Page | 13
- Panas tinggi (39,5-40⁰C),kelihatan toksik.
- Muntah-muntah.
- Anoreksia.
- Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
- Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan
sepsis (kejang, sakit kepala, letargi,kaku kuduk,halusinasi).
b. Disentri amoeba
- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (
≤ 10x/ hari).
- Sakit perut hebat (kolik). Gejala konstitusional biasanya tidak ada
(panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

6. Kompikasi
Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi :
a. Dehidrasi Karena kekurangan cairan akibat muntah-muntah. Ini
merupakan kondisi yang bisa berakibat fatal terutama pada anak-
anak
b. Abses pada hati akibat amoeba menyebar ke hati.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
b. Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila
ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja.
c. Benzidin test.
d. Mikroskopis : leukosit fecal (pertanda adanya colitis), darah fecal.
e. Biakan tinja.
f. Media : agar macconkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar
SS
g. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis (5000- 15000 sel /mm3),
kadang-kadang dapat ditemukan leucopenia.

8. Penatalaksanaan
a. Diet TK/TP

Page | 14
Biasanya pada penderita disentri mengalami malnutrisi yang
biasanya disebabkan adanya malabsorbsi karbohidrat, vitamin dan
mineral. Pada penderita disarankan untuk makan makanan dalam
bentuk yang relatif lembek (dengan tujuan mengurangi kerja usus).
b. Terapi dehidrasi
Terapi dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi.
c. Antibiotik
Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan menguarangi masa
sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian. Pilihan
utama untuk disentri basiler adalah kotrimoksazol (trimetoprin 10
mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50 mg/kbBB/hari) dibagi dalam
2 dosis, selama 5 hari.
Alternatif yang dapat diberikan antara lain :
- Ampisilin 100 mg/kbBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
- Cefixime 8 mg/kbBB/haridibagi dalam 2 dosis
- Ceftriaxone 50 mg/kbBB/hari, dosis tunggal IV atau IM
- Asam Nalidiksat 55 mg/kbBB/hari, dibagi dalam 4 dosis
Terapi antibiotik untuk disentri amoeba itu Metronidazol 30-50
mg/kbBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari.
d. Antipiretik
Antipiretik berfungsi untuk menghambat produksi prostaglandin
yang memacu peningkatan suhu lewat hipotalamus sehingga
dapat menurunkan demam.

9. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Identitas klien harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur,
kenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, dna pekerjaan
klien/asuransi kesehatan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu

Page | 15
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya,dan penyakit GI lainnya serta
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan
candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

10. Diagnosa Keperawatan


a. Hipertermi b.d proses infeksi dapak sekunder dari diare
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan sekunder
terhadap diare

11. Perencanaan Keperawatan


N Diagnosa NOC NIC
O Keperawatan
1 Hipertermi b.d Tujuan : 1) Monitor suhu tubuh
Setelah dilakukan
proses infeksi minimal tiap 2 jam.
tindakan perawatan 2) Anjurkan klien minum 6-
dampak
selama 3 x 24 jam 8 gelas perhari.
sekunder dari
3) Kompres hangat pada
diharapkan suhu tubuh
diare.
dahi dan lipatan aksila.
klien kembali normal.
4) Anjurkan klien memakai
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh 36,6- pakaian yang tipis dan
37,2⁰C menyerap keringat.
 Nadi 60-100 x/menit. 5) Kolaborasi pemberian
 Pernafasan 16-20
obat antipiretik.
x/menit.
 Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing.

Page | 16
2 Ketidakseimban Tujuan : 1) Kaji adanya alergi
Setelah dilakukan
gan nutrisi makanan.
tindakan perawatan 2) Monitor adanya
kurang dari
selama 3x24 jam penurunan berat badan.
kebutuhan tubuh
3) Monitor mual dan
diharapkan nutrisi klien
b.d diare atau
muntah
adekuat.
output 4) Monitor kalori dan
Kriteria Hasil :
berlebihan dan  Nafsu makan intake nutrisi.
5) Jaga kebersihan mulut..
intake yang meningkat
6) Monitor kadar
 Tidak ada tanda-tanda
kurang.
albumin,total protein,Hb
malnutrisi
 Tidak terjadi dan Ht.
7) Berikan Informasi
penurunan berat
tentang kebutuhan
badan selama dirawat
nutrisi.
8) Berikan makanan yang
sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi.

3 Resiko Tujuan : 1) Monitor tanda-tanda


Setelah dilakukan
ketidakseimban vital
tindakan keperawatan
gan elektrolit 2) Monitor status hidrasi
3x24 jam resiko
b.d kehilangan 3) Monitor status cairan
ketidakseimbangan
cairan sekunder termasuk intake dan
elektrolit dapat teratasi.
terhadap diare output cairan.
Kriteria Hasil :
4) Dorong pasien untuk
 Tanda vital
menambah intake oral.
dalam batas normal
5) Kolaborasi pemberian
(TD: 120/80 mmHg,
cairan IV.
N: 60-100 x/mnt, S;
36,6-37,20 c, RR : 16-
20 x/mnt )
 Turgor
kulit < 2 detik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa

Page | 17
haus yang berlebihan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja. Diare juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

Page | 18
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan
bentuk encer atau cair.sedangkan shigellosis atau basiler disentri
merupakan penyakit infeksi bakteri akut yang menyerang usus besar
dengan gejala klinis seperti diare, demam, mual kadang-kadang
muntah, mules serta sakit perut dan pada tinja penderita dijumpai ada
darah, lender dan nanah. Masa inkubasi berkisar antara 1-7 hari
(biasanya sekitar 1-3 hari) setelah eksposur. Cara penularan penyakit
ini dapat melalui beberapa cara, yaitu : Langsung dan tidak langsung.
Sehingga untuk pencegahannya dapat dilakukan personal higienis,
penyediaan fasilitas keperluan MCK yang memadai.

Page | 19
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015.Nanda nic-noc aplikasi jilid 1.

Jakarta: Mediaction.

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC.

Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.

Ed 6. EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.

Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai