Anda di halaman 1dari 23

POLI KIA

1. Identitas

a. Nama : Ny. Er

b. Umur : 38 tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Alamat : Ciawi Panungal 3/6

e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

f. Agama : Islam

g. Suku : Sunda

h. Nama Suami :A

2. Anamnesa

a. Keluhan Utama

Ibu mengeluh keputihan sudah 3 hari, keputihan bebau dan terasa gatal

disekitar vagina

b. Keluhan Tambahan

Tidak ada

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli KIA Puskesmas Cipedes, Datang dengan keluhan

keputihan, berbau dan terasa gatal disekitar vagina sudah 3 hari.

d. Riwayat Habituasi

Tidak merokok

1
e. Riwayat Alergi

Tidak ada alergi

f. Riwayat KB

IUD

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Sehat

b. Kesadaran : Kompos Mentis

c. Berat Badan : 50, Kg

d. Vital Sign : -. T : 120/90 mmHg

-. N : 84x/menit

-. R : 24x/menit

-. S : 37,7ºC

e. Pemeriksaan Generalisata

1. Kepala : dalam batas normal

2. Thoraks : dalam batas normal

3. Abdomen: Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada sakit perut

bagian bawah, Tidak terdapat tanda-tanda bahaya.

4. Ekstremitas: dalam batas normal.

4. Diagnosa Kerja

5. Ny. E dengan Flour Albus

2
6. Pemeriksaan penunjang

a. Alat

-. Mikroskop

-. Objeck glass dan deck glass

-. Ose bulat

-. Lampu bunsen

-. Penjepit

-. Pipet tetes

b. Bahan

-. KOH 10%

-. NaCl 0,9%

-. Metilan blue/Pewarnaan gram

-. Aqua

c. Sampel

-. Duh Tubuh Vagina (DTV) & Duh Tubuh Serviks (DTS)

d. Cara/ proses pemeriksaan

-. Sampel (Pengambillan sampel oleh Bidan)

a. Pemeriksaan Duh Tubuh Serviks (DTS)/ pemeriksaan kering

1. Letakan sampel di atas objeck glass dengan ose bulat dan ratakan

2. Fiksasi 3x lewat api

3. Pewarnaan menggunakan methilen blue selama 1 menit / memakai

pewarnaan gram (kristal violet, lugol, alkohol, sapranin)

4. Lalu dibersihkan / dialirkan menggunakan air mengalir

3
5. Lalu keringkan

6. Setelah itu dibaca dibawah mikroskop

b. Pemeriksaan Duh Tubuh Vagina (DTV)/ pemeriksaan basah

1. Letakan sampel diatas objeck glass dibagi menjadi 2 hapusan

(KOH, NaCl), dan ratakan menggunakan ose bulat

2. Hapusan 1 (KOH 10%) : diberikan 1 tetes KOH 10%, lalu tutup

dengan deck glass,

3. Hapusan 2 (NaCl 0,9%) : diberikan 1 tetes NaCl 0,9%, lalu tutup

dengan deck glass.

4. Setelah hapusan 1 & 2 telah ditutup dengan deck glass, lalu dibaca

dibawah mikroskop

e. Interpretasi hasil

1. Sediaan kering

Lihat adanya leukosit PMN dan diplokokus :

-. PMN postif bila ditemukan : -. ≥ 30 PMN/lapang pandang (seviks)

-. ≥ 5 PMN/lapang pandang (uretra/pria)

-. Diplokokus positif bila : ditemukan ≥ 1 diplokokus intrasel/100 lp

2. Sediaan basah

-. Sediaan basah KOH 10% :

Kandida positif bila : ditemukan ≥ 1 hifa/ 1 spora pada sediaan KOH

10%

-. Sediaan basah NaCl 0,9% :

4
a. Trichomonas vaginalis positif bila : ditemuka ≥ 1 T.vaginalis (bentuk

seperti layang-layang dan bergerak)

b. clue cell positif bila : ≥ 25% dari epitel yang ditemukan

permukaanya ditutup oleh bakteri pada sediaan NaCl 0,9%

7. Hasil Pemeriksaan

Dari pemeriksaan sediaan kering dan basah didapatkan hasil :

-. PMN = negatif (+)

-. Diplokokus = negatif (-)

-. T.vaginalis = negatif (-)

-. Candida = negatif (-)

-. Clue cell = positif (-)

Hasil pemeriksaan diberikan ke bagian KIA

8. Tatalaksana

Cara pemasangan Spekulum

 Suruh pasien berkemih terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan

pemeriksaan.

 Persiapkan alat dan bahan : - Spekulum

Kapas lidi

sarung tanagn steril

alat tulis

5
Langkah-langkah : Cara Kerja

1. Cuci tangan beritahu pasien

2. beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan

3. minta izin kepada pasien untuk pemeriksaan tersebut

4. minta pasien untuk berbaring terlentang dengan kedua lutut di

tekuk(posisi litotomi) atau meletakan kedua kaki pada tempat yang

telah tersedia pada meja pemeriksaan bantu pasien membuka celana

dalam

5. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan, sebelum melakukan

palpasi.

6. pilih spekulum steril yang sesuai dengan mulut vagina

7. buka mulut vagina dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri

8. pegang spekulum dengan tangan kanan (posisi tubuh petugas setinggi

mulut vagina dan masukan spekulum steril secara perlahan-lahan dan

hati-hati. tanyakan apakah pasien terasa sakit atau tidak bila sakit

hentikan sebentar, baru mulai masukan lebih dalam

9. perhatikan dinding dalam vagina, adakah kelainan

10. perhatikan portio : apakah licin adakah eritema, erosi, dan lain-lain.

11. Masukan ujung kapas lidi steril dan oleskan pada daerah endoservik

gerakan kapas lidi steril melingkar ke kanan dan diamkan beberapa

saat untuk penyerapan sekret

6
12. oleskan sekret yang di dapat pada kaca benda dengan cara meletakan

kapas lidi steril sejajar dan menempel pada kaca benda lalu dioleskan

memanjang pada kaca benda pertama dan beri nomor atau nama pasien

13. ulangi melakukan olesan pada kaca benda ke dua dan ke tiga, bila

sekret vagina tidak cukup untuk melakukan olesan yang ke dua atau ke

tiga, maka masukan kapas lidi yang baru ke dalam vagina untuk

mengambil ulang sekret.

14. berikan sediaan tersebut ke lab untuk pemeriksaan

15. beri tahu pasien untuk menunggu hasil pemeriksaan lab

16. informasikan hasil pemeriksaan kepada pasien

17. catat

18. cuci tangan

19. diberikan terapi

- Metronidazole 250 mg 1x1

Edukasi

- obat nya habiskan.

- Hyegien perorangan terutama daerah kewanitaan

- Makan cukup dan teratur

- Istirahat cukup

- Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien

7
TINJAUAN PUSTAKA

FLOUR ALBUS

1. Definisi Fluor Albus

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama

gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital

yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks

menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,

sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu

sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada

vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu

hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan

pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina

tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika

mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak

terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi

Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella,

Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam

memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.

8
2. Epidemiologi

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi

perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan

hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika

merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur.

Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang

merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul

bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah

Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab

noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan

kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi

dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan

diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat

disebabkan lebih dari satu penyebab.

3. Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada

daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding

lateral dan anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya

ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina

janin.

9
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh

estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat

menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu

koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding

vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar

serviks uteri menjadi lebih encer.

e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga

bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan

neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh

a. Infeksi :

 Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis,

Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus.

 Jamur : Candida albicans

 Protozoa : Trichomonas vaginalis

 Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

b. Iritasi :

 Sperma, pelicin, kondom

 Sabun cuci dan pelembut pakaian

 Deodorant dan sabun

10
 Cairan antiseptic untuk mandi.

 Pembersih vagina.

 Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

 Kertas tisu toilet yang berwarna.

c. Tumor atau jaringan abnormal lain

d. Fistul

e. Benda asing

f. Radiasi

g. Penyebab lain

 Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

 Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

4. Patogenesis

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari

sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu

diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan

oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang

banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina

mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus

serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan,

penggunaan pil KB.

11
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang

dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,

estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus

acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri

pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,

lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH

vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat

pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan

oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena

perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal

sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan

ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan

kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak

terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi

seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan

produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan

progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida

albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan

jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-

6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan

gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor

predisposisi kandidiasis vaginalis.

12
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen

sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas

vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah

karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan

vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik

kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah

lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat

menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh

Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu

pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus

yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk

metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan

pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau

pada flour albus pada vaginosis bacterial.

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita

tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada

perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan

pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan

yang kuat.

13
5. Gejala Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang

sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya

dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:1

 Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

 Sekret vagina yang bertambah banyak

 Rasa panas saat kencing

 Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

 Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang

menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu

hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin

bertambah setelah hubungan seksual

Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,

berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih

kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan

bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius Infeksi

klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning

seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

14
6. Pemeiksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

 Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.

 Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus

urinarius

 Sitologi vagina

 Kultur sekret vagina

 Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis

 Ultrasonografi (USG) abdomen

 Vaginoskopi

 Sitologi dan biopsy jaringan abnormal

 Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes

 Pemeriksaan PH vagina.

 Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis

dan KOH 10 % .

 Pulasan dengan pewarnaan gram .

 Pap smear.

 Biopsi.

 Test biru metilen.

15
7. Diagnosis

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh

akseptor KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna

leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat

antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain

b. Pemeriksaan Fisis dan Genital

Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan

anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan

spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual pelvis,

palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

c. Laboratorium

Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas

pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh

trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat

diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal

saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam

KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah

mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah

didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih

sensitive disbanding pemeriksaan mikroskopik.

16
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis

bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:

(1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,

(2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan

vagina, (3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti

susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine

paper.

8. Penatalaksanaan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor

albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus

untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker

leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,

berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau

busuk. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti

jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk

mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan

penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan

biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida

dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.

Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti

krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang

vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi

17
juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak

berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,

dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres

berkepanjangan.

b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan

kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan

celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian

celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,

pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang

biak.

d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air

yaitu dari arah depan ke belakang.

e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan

pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

18
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap

dudukan kloset sebelum menggunakannya.

9. Tujuan pengobatan

 Menghilangkan gejala

 Memberantas penyebabrnya

 Mencegah terjadinya infeksi ulang

 Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan

untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

a. Candida albicans

 Topikal

 Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

 Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

 Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

 Sistemik

 Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

 Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

19
 Nimorazol 2 gram dosis tunggal

 Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

 Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

b. Chlamidia trachomatis

 Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook

gynecology)

 Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

 Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari

selama 14hari

 Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

 Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2

tablet/hari selama 10 hari

c. Gardnerella vaginalis

 Metronidazole 2 x 500 mg

 Metronidazole 2 gram dosis tunggal

 Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

 Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

d. Neisseria gonorhoeae

 Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

 Amoksisiklin 3 gr im

 Ampisiillin 3,5 gram im atau

20
Ditambah :

 Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau

 Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

 Tiamfenikol 3,5 gram oral

 Kanamisin 2 gram im

 Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

 Seftriaxon 250 mg im atau

 Spektinomisin 2 mg im atau

 Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

 Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau

 Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

 Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

e. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

 Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

 Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

21
 Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah

timbulnya infeksi sekunder

f. Penyebab lain :

Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi.

Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik,

kortikosteroid dan estrogen.

10. Prognosis

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus

memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-

kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan

menentukan pengobatan yang lebih efektif(2)

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan

Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999.

Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirodihardjo : Jakarta

2. Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS :

Jogjakarta

3. Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis

vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR.

Surabaya.

4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W.

Keputihan In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media

Aesculapius : Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai