Anda di halaman 1dari 11

SABTU, 03 MEI 2014

Laporan Akhir FarDas "SERBUK TABUR" oleh kelompok II

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir Farmasetika Dasa “SERBUK TABUR” ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing “ROBERT TUNGADI,
S.Si.,M.Si.,Apt” serta asisten – asisten yang tak dapat kami sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami selama mengikuti praktikum.

Harapan kami semoga laporan akhir ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki masih sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo,April 2014

Kelompok II

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran homogen dua atau lebih bahan
obat yang telah di haluskan, dan ditujukan untuk pemakaian luar. Penggunaan obat dalam bentuk serbuk
sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah atau
sulit meminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk merupakan campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang berkhasiat untuk mencegah infeksi pada luka di permukaan kulit.
Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada ampuran bahan
padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang kering. Kekurangan
serbuk sebagai bentuk sediaan adalah keengganan pasian meminum obat yang pahit atau rasa yang
tidak enak, kesulitan untuk menjaaga agar serbuk tidak terurai. Karena kandungan zat aktif pada serbuk
dapat dengan mudah mencair atau susah menyeragamkan dosis.

Pembuatan sediaan serbuk sangat penting untuk diketahui untuk dapat di terapkan pada pelayanan
kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas, dan rumah sakit.

I.2 MAKSUD PERCOBAAN

Mahasiswa diharapkan mampu untuk meracik bedak tabur untuk pemakaian luar dan mengetahui cara
penggunaannya.

I.3 TUJUAN PERCOBAAN

1.Praktikan dapat membaca dan memahami resep

2.Praktikan dapatmenimbang bahan obat dengan benar.

3.Praktikan dapat meracik sediaan serbuk tabur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 TEORI UMUM

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan, karena mempunyai luas
permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang
dipadatkan. (FI III : 23)

Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai
dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat
dan jaga agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang
berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :

a.Obat yang berbentuk Kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.

b.Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah ( konstituen ) dalam
mortir.

c.Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah homogen.

d.Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.


e.Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

(FI III 23, Ilmu Resep Teori jilid I)

campuran serbuk dapat terbagi tepat, sering ditambah zat tambahan yang berkhasiat netral atau
indiferen, seperti Saccharum Album, Saccharum Lactis, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg.
Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan mudah
basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan
Saccharum Album sebagai zat tambahan. Tetapi digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis. (IMO, 35)

Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu untuk menggerus
halus serbuk Kristal lebih baik menggunakan mortir panas. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau
jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang
cocok. Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai
secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok. Jika serbuk obat
mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan
pengering lain yang cocok. (FI III 23, IMO, 37)

Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang halus, untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya harus lewat ayakan 100
mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka ( 1 mesh = dalam setiap panjang 1 inchi ada
100 lubang ). Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai
seluruhnya terayak. Setelahsemua serbuk terayak, dicampur dan diaduk lagi. Jangan digunakan serbuk
sebelum tercampur homogen seluruhnya. (FI III 23, FI IV 14, IMO 47)

Aturan pembuatan serbuk tabur yaitu :

1.Serbuk tabur yang mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 44

2.Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan No. 100

3.Seluruh serbuk harus terayak semuanya.

Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Talk, kaolin dan bahan
mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur harus bebas dari bakteri Clostridium tetani dan Welchii
dan Bacillus anthracis. Cara sterilisasi serbuk tadi ialah dengan pemanasan kering pada suhu 150o C
selama 1 jam. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

·Cara membuat serbuk tabur yang mengandung :

ØAdeps lanae, vaselin, emplastrum oxydipumblici dengan cara dilarutkan dalam eter atau aseton
kemudian dikeringkan dengan baik.

ØIchytyol dengan cara diencerkan dengan eter cum spiritus atau etanol 96 % kemudian dikeringkan
dengan talk.
ØParafin cair, minyak jarak, dibuat dengan cara dicampur dengan talk sama banyak kemudian sisa talk
ditambahkan sedikit demi sedikit.

ØKamfer, menthol, timol, asam salisilat, balsam peru, dibuat dengan cara dilarutkan dengan eter atau
etanol 96 %

ØLarutan formaldehid, dibuat dengan cara jika dalam jumlah kecil dicampur terakhir dan jika jumlah
banyak dibuat dengan mengganti dengan para formaldehid padat 1/3 x bobotnya.

ØMinyak atsiri dibuat dengan cara campur terakhir ke dalam campuran serbuk yang telah diayak.

(Farmasetika : 89 )

§Keuntungan serbuk :

1.Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan

2.Dosis lebih tepat, lebih stabil daipada sediaan cair

3.Memberikan disolusi lebih cepat.

§Kekurangan serbuk ;

1.Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak/terurai dengan adanya kelembaban/kontak dengan
udara.

2.Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya.

3.Peracikannya cukup lama.

(Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar : 9)

II.2 RESEP

Dr. Raditya Renaldi, Sp. KK

SIK : 1286/FM/GTO/289

Jl. Percetakan No. 272

Telp. 0435 – 566712

Gorontalo, 26-01-2014

R/ Acid Salicyl 1 %

ZnO 10 %

Acid Boric 1 %
Talkum ad 50 g

Oleum rosari q.s

m.f Pulv. Adsper da in Pot No.I

S. uc m.et.vesp

Pro: Bayi Nugi

Umur: 10 bulan

II.3 NARASI RESEP

% = Persenta = Persen

I = Unus = Satu

10 = Decem = Sepuluh

50 = Quinquaginta = Lima Puluh

Ad = ad = tambahkan

da in = da in = Masukkan dalam

g = grama = gram

m.et.vesp. = mane et vespere = Pagi dan malam

m.f = misce fac = Campur dan buatlah

No. = Numero = Sebanyak

Pot = Pot = Wadah

Pro = Pro = Untuk

R/ = Recipe = Ambillah

S = Signa = Tandai

u.c = usus cognitas = Pemakaian diketahui

a)Bahasa Latin

Iteretur semel, recipe acid salicyl 1 %, ZnO 10 %, acid boric 1 %, talkum ad 50 g, oleum rosari quantum
satis. Misce fac pulvis adspersorious da in pot No. I. Signa usus cognitus mane et vespere. (Ilmu resep :
xiv – xxvii)
b)Bahasa indonesia

Diulangi 1x, ambillah acid salicyl 1 %, ZnO 10 %, acid boric 1 %, talkum ditambahkan sampai 50 g, oleum
rosari secukupnya. Campur dan buatlah serbuk tabur masukkan dalam wadah sebanyak satu. Tandai
pemakaian diketahui pagi dan malam hari.

II.4 FARMAKOLOGI

1.Asam salisilat

Zat ini bekerja keratulitas yang dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5–100 %. Asam
salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan. Sering kali asam ini
dikombinasikan dengan asam benzoat (saleo whitefield) dan belerang (sulfur precipitatum) yang
keduanya memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis. (OOP : 105)

2.Acid Boric

Asam ini pada konsentrasi jenuh (KI 3 %). Berkhasiat bakteriostatis lemah. Asam borat dapat diabsorbsi
oleh kulit yang rusak, terutama pada bayi dan anak kecil, untuk kemudian ditimbun dalam tubuh sebagai
racun kumulatif. Oleh karena itu penggunaannya dalam bedak tabur dan salep tidak dianjurkan lagi.
(OOP : 251)

3.Talk

Zat Polyen ini mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan membentuk pori-pori yang
menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel jamur merembas keluar. Penggunaannya semakin sistematis
dengan daya tahan tubuh yang lemah. Efek sampingnya yang terpenting adalah toksisitasnya (demam,
merinding) dan terutama gangguan fungsi ginjal, yang membatasi dosis dan lamanya penggunaan, guna
mengurangi nefrotoksisitasnya. (OOP : 103)

4.ZnO

Demulson Ranolin bersifat protektif tetap, yang dimaksud disini adalah zat yang berbentuk bedak halus
yang tidak larut dalam air secara kimiawi. Protektif digunakan untuk menutupi kulit atau membran
mukosa dan untuk mencegah terjadinya dengan iritan. (Fater : 533)

5.Mekanisme kerja

Sediaan serbuk ditaburkan pada permukaan kulit dengan ukuran partikel yang sangat kecil. Absorbsi obat
umumnya disebabkan oleh presentasi langsung obat melalui siratum corneum 10-15 mm. Komponen
lemak dipandang sebagai faktor utama yang secara langsung bertanggung jawab terhadap rendahnya
persentasi obat melalui stratum korneum karena didalam cairan tubuh banyak mengandung minyak atau
lemak. Setelah molekul obat melalui stratum korneum kemudian dapat terus jaringan epidermis yang
lebih dalamdan masuk ke dermis apabila obat mencapai lapisan pembuluh kulit maka obat tersebut siap
untuk diabsorbsi ke dalam sirkulasi umum. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai buatan semi permeabel dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif.
II.4 URAIAN BAHAN

a.Acid Salicyl (FI III : 56)

Nama resmi : Acidud salicylum

Nama lain : Asam salisilat

RM/BM : C7H6O3/138,12

Rumus Molekul:

Khasiat : Keratolikum, Antifungi

Kegunaan : Zat Aktif

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

b.Acid Boric (FI III : 49)

Nama resmi : Acidum boricum

Nama lain : Asam borat

RM/BM : H3BO3/61,83

Rumus Molekul:

Khasiat : Antiseptikum ekstern.

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

c.Oleum rosari (FI III : 459)

Nama resmi : Oleum rosae

Nama lain : Rose oil, minyak mawar

RM/BM : C10H18O/154,35

Rumus struktur:

Kelarutan: Larut dalam larutan jernih dalam 1 kloroform.

Khasiat : Pengaroma.

Kegunaan : Zat tambahan (Pewangi)


Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

d.Talk (FI III : 591)

Nama resmi : Talkum

Nama lain : Talk

RM: H8Mg3

Kelarutan: Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Khasiat : Antasidum.

Kegunaan : Zat tambahan.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

e.ZnO (FI III : 636)

Nama resmi : Zinci oxydum

Nama lain : Seng oksida

RM/BM : ZnO/81,38

Khasiat: Antiseptikum lokal.

Kegunaan : Zat tamabahan

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

BAB III

METODE KERJA

III.1 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

1.Alhokol 70%

2.Cawan porselin

3.Mortir

4.Neraca analitik

5.Pengayak No.40

6.Pipet
7.Sendok tanduk

8.Stemper

9.Sudip

III.2 BAHAN – BAHAN YANG DIGUNAKAN

1.Acid salicyl 1 %

2.Acid boric 1 %

3.Kertas perkamen

4.Lap kasar

5.Oleum rosari q.s

6.Talkum ad 50 g

7.Tisu

8.ZnO 10 %

III.3 CARA KERJA

1.Disiapkan alat dan bahan.

2.Dibersihkan alat dengan alkohol 70 % agar terhindar dari mikroba organisme.(FI III : 60)

3.Ditimbang semua bahan Acid salycil0,5 g, ZnO 5 g, Acid boric 0,5 g, Talk 44 g dan Oleum rosari
secukupnya.

4.Digerus terlebih dahulu acid salycil, karena sangat ringan, mudah berterbangan, merangsang hidung
bersin, maka ditetesi dahulu dengan etanol. (Ilmu resep : 46)

5.Ditambahkan acid boric digerus sampai homogen.

6.Ditambahkan zat ZnO yang diayak terlebih dahulu sebelum digerus, karena ZnO merupakan serbuk
yang mengandung zat berlemak. (IMO : 47)

7.Ditambahkan oleum rosari sebanyak 3 tetes, digerus sampai halus dan homogen.

8.Diayak dengan menggunakan ayakan No.40 agar mendapatkan derajat kehalusan yang sangat tinggi
sehingga tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. (Ilmu resep : 42)

9.Dimasukkan ke dalam pot atau wadah serbuk dan diberi etiket biru sebagai penandaan untuk
penggunaan topikal (luar).
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN

a.Serbuk ini berbentuk sangat halus, homogen dan berwarna putih

b.Serbuk yang dibuat mempunyai bau yang khas seperti bunga mawar karena pencampurannya
ditambahkan Oleum rosari.

c.Bentuk sediaan ini dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket biru, karena sediaan ini ditujukan
untuk penggunan luar

IV.2 PERHITUNGAN BAHAN

§Acid salicyl1 % = 1/100 x 50 g = 0,5 g

§ZnO10 % = 10/100 x 50 g = 5 g

§Acid boric 1 % = 1/100 x 50 g = 0,5 g

§Talk= 50 – (0,5 +5 + 0,5) = 50 – 6 g = 44 g

IV.3 PEMBAHASAN

Pada resep pertama dalam praktikum ini, praktikan membuat sediaan serbuk berupa serbuk tabur,
adapun bahan – bahan yang digunakan, antara lain :

ªAsam salisilat berkhasiat keratolitik, antifungi. Dalam pengerjaannya harus di tetesi terlebih dahulu
dengan eter atau etanol dikarenakan serbuk ini sangat ringan, mudah beterbangan, dan dapat
merangsang hidung hingga bersin.

ªZnO berkhasiat sebagai antiseptic local. Dalam pengerjaannya harus diayak terlebih dahulu dengan
ayakan nomor 100 karena persyaratan serbuk tabur adalah harus halus.

ªAcid Boric berkhasiat sebagai antisepticum ekstern.

ªAdapun zat tambahan lainnya antara lain talkum dan oleum rosari.

Adapun pembuatan obat ini. Hal pertama yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan, di bersihkan
alat yang digunakan dengan etanol. Di timbang semua bahan (Acid salicyl 0,5 g, ZnO 10 g, Acid boric 0,5
g dan talkum 44 gr. Kemudian

Resep ini pratikan membuat sediaan serbuk tabur yang ditujukan untuk penggunaan luar (topika), yang
zat aktifnya yaitu Asam Salisilat, ZnO dan Acid boric. Dimana ketiga zat tersebutberkhasiat bakteriostatis.
Adapun zat tambahan sediaan tersebut adalahSL dan karmin yang berfungsi sebagai pemanis dan
pewarna serbuk untuk mengetahui homogen atau tidaknya sediaan serbuk tersebut.
Cara pengerjaannya yaitu perlakuan khusus pada Asam salisilat yang sebelum di gerus harus ditetesi
terleih dahulu denga etanol, dan ZnO yang harus diayak terlebih dahulu sebelum digerusmpang panas,
lalu tambahkan talk dan oleumr rosari sebagai pengaroma, kemudian diberi etiket biru dan tanda resep
ini harus di ulangi 1 kali. Sediaan ini berfungsi untuk menghilangkan iritasi pada permukaan kulit, infeksi
jamur dan digunakan sebagai antiseptik.

BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1.Praktikan dapat membaca dan memahami resep

2.Praktikan dapatmenimbang bahan obat dengan benar.

3.Praktikan dapat meracik sediaan serbuk tabur

V.2 SARAN

1.Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahan-bahan
yang menunjag dalam proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

2.Untun praktikan, diharapkan agar lebih mengasah lagi kemampuannya dalam membuat sedian serbuk
tabur, dimana sediaan serbuk taburmerupakan sediaan yang membutuhkan ketelitian serta keterampilan
dalam peracikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Keseharan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia
Republik Indonesia

Gunawan, S.dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Universitas Indonesia

Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Tungadi, Robert. 2014. Modul Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar. Gorontalo: Jurusan Farmasi UNG

Tjay dan Rahardja. 2013. Obat – obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT. Gramedia

MUHAMMAD FIRMAN SUUT di 01.08

Anda mungkin juga menyukai