Anda di halaman 1dari 3

Anda mungkin pernah dibingungkan dengan satu jenis obat yang memiliki lebih dari satu sediaan.

Misal
amoksisilin, ada yang berbentuk tablet dan sirup. Padahal keduanya memiliki fungsi yang sama. Lalu apa
yang membuat obat tersebut memiliki lebih dari satu macam bentuk sediaan?

Lebih bagus mana ya?

Pada dasarnya, bentuk sediaan suatu obat memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Tablet memiliki kelebihan dibanding sirup seperti relatif lebih stabil dalam penyimpanannya dan praktis.
Selain itu, tablet memiliki risiko kesalahan dosis yang lebih kecil daripada sirup karena sudah tidak perlu
ditakar lagi sebelum diminum.

Fakta di lapangan menunjukkan banyak orang yang masih menggunakan cara yang salah untuk menakar
sirup. Ada yang memilih menggunakan sendok makan atau sendok teh daripada memakai sendok takar
yang sudah tersedia di kemasan sirup. Padahal sendok makan dan sendok teh di rumah belum tentu
sama takarannya dengan dosis yang tertera di kemasan obat. Tentu ini berpengaruh pada keefektifan
obat karena bisa jadi dosis yang diminum lebih kecil daripada seharusnya sehingga efek terapi yang
diinginkan tidak muncul, atau lebih besar dari seharusnya sehingga risiko efek sampingnya menjadi lebih
besar.

Tapi sebaliknya, tablet juga memiliki kelemahan dibanding sirup. Sirup lebih baik untuk orang-orang yang
mengalami kesulitan menelan seperti bayi, balita, lansia, dan orang-orang yang memang susah menelan
sediaan padat seperti tablet, kapsul, atau pil. Selain itu, sirup memudahkan kita untuk membagi-bagi
dosis dengan lebih tepat karena bentuknya yang cair.

Jika kita membagi tablet untuk menyesuaikan dosis, belum tentu bagian yang satu sama dosisnya dengan
bagian yang lain. Apalagi ada jenis tablet yang tidak boleh dibagi seperti tablet salut enterik. Tablet salut
enterik adalah tablet yang dilapisi dengan suatu lapisan yang mencegahnya hancur di lambung tetapi
bisa hancur di usus. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi zat aktifnya dari kerusakan akibat asam
lambung atau mencegah iritasi lambung oleh zat-zat yang bisa mengiritasi lambung.

Sirup juga memiliki aksi lebih cepat dibanding tablet. Bentuknya yang berupa cairan akan memudahkan
sirup diserap tubuh sehingga efek yang didapat lebih cepat. Sedangkan tablet masih harus hancur dan
larut dulu di saluran pencernaan, baru kemudian diserap oleh tubuh. Selain itu, jika obat yang digunakan
dapat mengiritasi lambung, sirup dapat dibuat lebih encer.

Yuk, simpan obat dengan benar

Jika bentuknya berbeda, lantas apakah cara penyimpanannya juga berbeda? Secara umum, cara
penyimpanan obat adalah sebagai berikut;

simpan obat dalam kemasan asli dan tertutup rapat

simpan pada suhu kamar dan jauhi sinar matahari langsung

hindari menyimpan obat di tempat lembab

hindari menyimpan obat di lemari pendingin, kecuali jika disarankan pada etiket obat

periksa secara rutin obat-obatan pada kotak obat Anda, segera buang jika ada obat yang telah
kedaluwarsa

letakkan kotak obat pada tempat yang strategis, namun jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Notes:

Untuk sirup kering, setelah dilarutkan 7–12 hari, harus dibuang walaupun masih bersisa. Sirup kering
adalah obat berupa bubuk kering yang harus ditambah dulu dengan sejumlah tertentu air sebelum
dikonsumsi pasien. Ini dilakukan karena terdapat bahan obat yang tidak stabil dalam larutan berair,
misalnya antibiotik. Sirup kering biasanya diresepkan untuk habis sebelum 7–12 hari.

Biasanya di etiket atau kemasan obat tercantum informasi yang diperlukan terkait dengan penggunaan
obat seperti nama obat, komposisi, indikasi, informasi cara kerja obat, aturan pakai, tanggal kedaluwarsa,
cara penyimpanan, dan lain-lain. Ikuti aturan yang tertera di etiket atau brosur, mulai dari cara
penggunaan hingga cara penyimpanan.

Referensi :
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Glass BD, Haywood A. 2006. Stability Considerations in Liquid Dosage Forms Extemporaneously Prepared
from Commercially Available Products. J Pharm Pharmaceut Sci, IX (3): 398-426.

Ansah EK, Gyapong JO, Agyepong IA, Evans DB. 2001. Improving Adherence to Malaria Treatment for
Children: The Use of Pre-packed Chloroquine Tablets vs. Chloroquine Syrup. Tropical Medicine and
International Health, VI (7): 496-504.

Anda mungkin juga menyukai