PRODUKSI
4.1 Macam, Jenis Produk Usaha, Jasa, Penjualan
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuh
kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan (Fandy Tjiptono, 1999).
Menurut Kotler (2000), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok :
a. Berdasarkan wujudnya
Produk berdasarkan wujudnya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok
utama, yaitu:
1. Barang. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa
dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya.
2. Jasa. Jasa merupakan aktivitas, manfaat dan kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, hotel dan sebagainya.
b. Berdasarkan daya tahan
Produk berdasarkan aspek daya tahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods). Barang tidak tahan lama
adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam
kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta
gigi, minuman kaleng, dan sebagainya.
2. Barang tahan lama (durable goods). Barang tahan lama merupakan barang
berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian
(umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih).
Contohnya: lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.
Di Indonsia, cabai merupakan salah produk pertanian yang sangat banyak
di cari oleh konsumen. Selain itu, peran cabai sebagai pelengkap bumbu masakan,
tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan budaya kehidupan masyarakat Indonesia,
walaupun produk ini bukan merupakan kebutuhan pokok. Prediksi kebutuhan
dalam negeri akan cabai merah berkisar antara 720.000 – 840.000 ton/tahun.
Selama ini produksi nasional masih 1.061.428 ton/tahun, dari luas panen 126.790
ha (BPS, 2014). Lonjakan harga cabai yang hampir terjadi setiap tahun,
menempatkan cabai menjadi salah satu komoditas strategis yang selalu mendapat
perhatian dari berbagai stakeholders termasuk pemerintah. Hasil penelitian Boga
(2014) menunjukkan bahwa lonjakan harga cabai berkorelasi positif dengan
tingginya curah hujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
bulan Februari. terjadi penurunan produktivitas dan luas panen cabai akibat
meningkatnya serangan OPT yang biasanya diikuti oleh harga yang tinggi (2
sampai 4 kali lipat dari harga normal. Akibatnya kebijakan impor menjadi jalan
untuk mengurangi gejolak harga cabai.
Menurut BPS (2014) melaporkan bahwa nilai impor cabai paling besar
terjadi pada periode tahun 2005–2009 mencapai 50,13 juta US$ dengan volume
64,61 ribu ton. Sementara tingkat pertumbuhan impor cabai paling tinggi berada
pada periode tahun 2010–2013 mencapai 166,27%. Negara pengekspor cabai
terbesar adalah Vietnam, India, Malaysia dan China. Sementara itu, volume dan
nilai ekspor cabai selama kurun waktu tersebut masih memperlihatkan kontribusi
yang sangat kecil meskipun terdapat peningkatan. Jika dihitung secara
keseluruhan, volume impor komoditas cabai masih di atas volume ekspornya.
Kesenjangan antara ekspor dan impor dari tahun ke tahun semakin besar. Dengan
demikian, nilai devisa yang dihasilkan dari permintaan ekspor masih jauh lebih
rendah dibandingkan dengan nilai devisa yang dikeluarkan untuk memenuhi
permintaan impor. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, akselerasi produksi
dan produktivitas harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen rumah
tangga, lembaga, dan industri yang terus meningkat terutama pada saat pasokan
cabai menurun. Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk melakukan kegiatan
produksi benih cabai besar dan cabai rawit. Adapun beberapa varietas cabe besar
dan cabe rawit yang kami pilih untuk di produksi dan dikembangakan ialah
sebagai berikut :
Golongan : Hibrida F1
Tinggi tanaman : 90 cm
Golongan : hibrida F1
Tinggi tanaman : 75 cm – 95 cm
Semai benih dengan cara disebar pada media, kemudian ditutup dengan
tanah halus dengan ketebalan ± 0,5 cm serta penutup yang lain
3. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan 40 hari sebelum tanam. Penyiapan
lahan meliputi pengolahan laha, pemupukan dasar, pembuatan
bedengan, dan pemasangan mulsa. Pengolahan lahan untuk
mempersiapkan media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman
dilakukan sebelum penanaman
Pengolahan lahan
Lahan diolah dengan cara kemudian tanah
dicangkul atau menggunakan diratakan dan kemudian
traktor sedalam 30-40 cm dibersihkan dari dengan pupuk
sampai gembur, gulma
Pembuatan bedengan
Buat bedengan dengan lebar 110-120 cm ,tinggi 30-40 cm dan jarak antar
bedeng 60-70 cm. Panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan
Tanam bibit cabai pada lubang tanam lalu tutup dengan pupuk organik
Penyulaman
Pembumbunan
Lakukan Ppembubunan setelah untuk menopang pertumbuhan
tanaman berumur tiga minggu tanaman agar tidak rebah.
Pemupukan susulan
Larutkan NPK
Larutkan NPK 10 10-15 g/liter
Pupuk susulan g/liter dengan dengan dosis Tugal NPK
diberikan 2 dosis 250 cc/tan. 250 cc/tan. sebanyak 7,5
minggu Aplikasikan pada Aplikasikan g/tan. pada 50,
setelah tanam 15 hst dengan pada 30-35 hst 65, 110 hst
cara dikocor dengan cara
dikocor
Pewiwilan
Di dataran Di dataran
Lakukan
Buang tunas di rendah tinggi
pewiwilan
ketiak daun di pewiwilan pewiwilan
kembali pada
bawah cabang dimulai pada dimulai pada
75 hst pada
Y. hari ke 8 - 12 hari ke 15 - 20
dataran rendah
hst hst
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pengairan dilakukan dengan cara leb
setelah 30 hst. dengan interval 2 kali per minggu
Penyiangan
Penyiangan dilakukan mulai 7 hst dengan membersihkan gulma yang
ditumbuh di area tanaman
Pengajiran
Pasang ajir maksimal 21 hari setelah
Ikat ajir dengan
tanam dengan tinggi ajir sekitar 1,5–1,75
membentuk huruf 8
meter tergantung tipe tanaman cabai.
.
6. Pengendalian hama penyakit
Untuk menjaga kualitas tanaman dan untuk memperoleh hasil yang
maksimal, diusahakan tanaman bebas dari serangan hama dan penyakit. Namun,
jika hama dan penyakit terlanjur menyerang tanaman maka perlu pengendalian
secara kuratif menggunakan pestisida.
7. Panen
Buah cabai yang dipanen untuk benih yakni cabai yang bewarna
merah 100% dengan cara dipetik
8. Pasca panen
o Analisies mutu benih
a. Penentuan Kadar Air
Pada kasus kadar air benih di atas 25%, benih harus disebar dengan
ketebalan lapisan tidak lebih dari 20 mm dan dikeringkan pada suhu 65°C–75°C
selama 2–5 jam, tergantung kadar air benih. Pada kasus jenis dengan kadar air
benih lebih dari 30%, contoh benih harus dikeringkan satu malam di tempat
hangat.
1. Metode Oven
𝑀2−𝑀3
Hitung presentase KA dengan rumus : 𝑀2−𝑀1X 100%
𝑀2−𝑀3
Hitung presentase KA dengan rumus : X 100%
2
Jika hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa kadar air bebih
tergolong tinggi maka perlu dilakukan pengeringan benih sampai kadar airnya
mencapai 7 – 8 % agar waktu penyimpanan dapat berlangsung lama. Berikut
merupakan proses pengeringan yang dapat dilakukan:
Angin-anginkan benih, tetapi tidak di bawah sinar matahari secara
langsung
Dibentuk lingkaran
Letakkan
Letakkan benih
B. UDK
Dibentuk lingkaran
Letakkan benih
Masukkan ke germinator
Letakkan/tanam benih
Masukkan ke germinator
D. Uji Vigor