Anda di halaman 1dari 23

BAB IV.

PRODUKSI
4.1 Macam, Jenis Produk Usaha, Jasa, Penjualan
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuh
kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan (Fandy Tjiptono, 1999).
Menurut Kotler (2000), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok :
a. Berdasarkan wujudnya
Produk berdasarkan wujudnya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok
utama, yaitu:
1. Barang. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa
dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya.
2. Jasa. Jasa merupakan aktivitas, manfaat dan kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, hotel dan sebagainya.
b. Berdasarkan daya tahan
Produk berdasarkan aspek daya tahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods). Barang tidak tahan lama
adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam
kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta
gigi, minuman kaleng, dan sebagainya.
2. Barang tahan lama (durable goods). Barang tahan lama merupakan barang
berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian
(umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih).
Contohnya: lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.
Di Indonsia, cabai merupakan salah produk pertanian yang sangat banyak
di cari oleh konsumen. Selain itu, peran cabai sebagai pelengkap bumbu masakan,
tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan budaya kehidupan masyarakat Indonesia,
walaupun produk ini bukan merupakan kebutuhan pokok. Prediksi kebutuhan
dalam negeri akan cabai merah berkisar antara 720.000 – 840.000 ton/tahun.
Selama ini produksi nasional masih 1.061.428 ton/tahun, dari luas panen 126.790
ha (BPS, 2014). Lonjakan harga cabai yang hampir terjadi setiap tahun,
menempatkan cabai menjadi salah satu komoditas strategis yang selalu mendapat
perhatian dari berbagai stakeholders termasuk pemerintah. Hasil penelitian Boga
(2014) menunjukkan bahwa lonjakan harga cabai berkorelasi positif dengan
tingginya curah hujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
bulan Februari. terjadi penurunan produktivitas dan luas panen cabai akibat
meningkatnya serangan OPT yang biasanya diikuti oleh harga yang tinggi (2
sampai 4 kali lipat dari harga normal. Akibatnya kebijakan impor menjadi jalan
untuk mengurangi gejolak harga cabai.
Menurut BPS (2014) melaporkan bahwa nilai impor cabai paling besar
terjadi pada periode tahun 2005–2009 mencapai 50,13 juta US$ dengan volume
64,61 ribu ton. Sementara tingkat pertumbuhan impor cabai paling tinggi berada
pada periode tahun 2010–2013 mencapai 166,27%. Negara pengekspor cabai
terbesar adalah Vietnam, India, Malaysia dan China. Sementara itu, volume dan
nilai ekspor cabai selama kurun waktu tersebut masih memperlihatkan kontribusi
yang sangat kecil meskipun terdapat peningkatan. Jika dihitung secara
keseluruhan, volume impor komoditas cabai masih di atas volume ekspornya.
Kesenjangan antara ekspor dan impor dari tahun ke tahun semakin besar. Dengan
demikian, nilai devisa yang dihasilkan dari permintaan ekspor masih jauh lebih
rendah dibandingkan dengan nilai devisa yang dikeluarkan untuk memenuhi
permintaan impor. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, akselerasi produksi
dan produktivitas harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen rumah
tangga, lembaga, dan industri yang terus meningkat terutama pada saat pasokan
cabai menurun. Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk melakukan kegiatan
produksi benih cabai besar dan cabai rawit. Adapun beberapa varietas cabe besar
dan cabe rawit yang kami pilih untuk di produksi dan dikembangakan ialah
sebagai berikut :

1. Cabe Besar (Capsicum annuum)


a. Varietas Prabu
Karakteristik tanaman Cabai Besar varietas Prabu adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Tanaman Cabai Besar Varietas Prabu
Asal tanaman : persilangan antara induk jantan 960 M
dan induk betina 960 F

Golongan : Hibrida F1

Umur mulai berbunga : 50 hari

Umur panen : 95 – 100 hari

Tinggi tanaman : 90 cm

Bentuk tanaman : tegak

Bentuk kanopi : bulat

Ukuran daun : 15 cm x 4,5 cm

Warna batang : hijau

Warna daun : hijau

Warna kelopak bunga : hijau

Warnai tangkai bunga : hijau

Warna mahkota bunga : putih

Warna kotak sari : ungu

Jumlah kotak sari : 5-6

Warna kepala putik : putih

Jumlah helai mahkota : 5-6

Bentuk buah : silindris, bagian ujung runcing

Kuliat buah :mengilap

Tebal Kulit buah : 2 mm

Warna buah muda : hijau gelap

Warna buah tua : merah gelap

Ukuran buah : 17 cm x 1,3 cm

Berat buah : 10 g/buah

Kekompakan buah : kompak

Rasa buah : pedas


Berat buah pertanaman : 1,5 kg

Potensi hasil : 30 ton/ha

Ketahanan terhadap : tahan terhadap Potato Virus Y (PVY)


hama penyakit tipe O dan tipe 1, toleran terhadap
Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan tahan
terhadap layu bakteri, toleran trpis.

Daerah adaptasi : dataran rendah sampai sedang

Daya simpan buah : 4 – 6 hari

Gambar 1. Cabai Besar Varietas Prabu


b. Varietas Gada

Tabel 2. Karakteristik Tanaman cabai besar Varietas Gada


Asal tanaman : persilangan antara induk jantan 2952 M
dan induk betina 2952 F

Golongan : hibrida F1

Umur mulai berbunga : 45 hari

Umur panen : 90-95 hari

Tinggi tanaman : 75 cm – 95 cm

Bentuk tanaman : tegak

Bentuk kanopi : bulat

Ukuran daun : hijau kekuningan

Warna batang : 12 cm x 4,5 cm


Warna daun : hijau

Warna kelopak bunga : hijau

Warnai tangkai bunga : hijau

Warna mahkota bunga : putih

Warna kotak sari : ungu

Jumlah kotak sari :5–6

Warna kepala putik : ungu

Jumlah helai mahkota :5–6

Bentuk buah : kerucut sempit, bagian ujung runcing

Kuliat buah : mengilap

Tebal Kulit buah : 1,6 mm

Warna buah muda : hijau

Warna buah tua : merah cerah

Ukuran buah : 17 cm x 1,5 cm

Berat buah : 9 g/buah

Kekompakan buah : kompak

Rasa buah : pedas

Berat buah pertanaman : 1 kg – 1,5 kg

Potensi hasil : 30 ton/ha

: tahan terhadap Potato Virus Y (PVY) tipe


Ketahanan terhadap O dan tipe 1, serta tahan terhadap penya-
hama penyakit kit layu bakteri

Daerah adaptasi : dataran rendah dan sampai sedang


Gambar 2. Cabai Besar Varietas Gada
2. Cabai rawit (Capsicum frutescens)

a. Varietas Cakra Putih

Gambar 3. Cabai Rawit Varietas Cakra Putih


Buah varietas ini berwarna putih kekuningan yang berubah merah cerah saat
masak. Pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan membentuk banyak
percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan bentuk pipih dan rasa sangat
pedas. Cakra putih mampu menghasilkan buah 12 ton/ha dengan rata-rata 300
buah per tanaman. Varietas ini dapat di panen pada umur 85-90 hst. Buah varietas
cakra putih memiliki panjang 3 cm dan diameter 0,75 cm. Cakra putih ini pun
tahan serangan antraknosa. Varietas Cakra Putih biasanya di jual pada harga Rp.
25.000,- bks @10 gram.

b. Varietas Cakra Hijau


Gambar 4. Cabai Rawit Varietas Cakra Hijau
Varietas ini mampu beradaptasi baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah
merah. Potensi hasilnya 600 gr per tanaman dan atau 12 ton/ha. Rasa buahnya
pedas. Varietas ini tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang biasa
menyerang cabai seperti antraknosa. Panen berlangsung pada umur 80 hst.
Varietas ini memiliki panjang buah 3 cm dan diameter 0,75 cm. Varietas cakra
hijau biasanya dijual pada harga Harga Rp. 23.000,- / bks @10 gram.
c. Varietas Nirmala

Gambar 5. Cabai Rawit Varietas Nirmala


Varietas ini merupakan varietas cabai rawit hibrida dengan warna dasar
kuning dan menjadi merah pada saat sudah tua. Cabai produksi East West Seed
Indonesia ini mempunyai pertumbuhan tanaman yang seragam, berbuah banyak
dan memiliki kualitas yang baik untuk di gunakan sambal.
4.2 Proses Produksi
4.2.1 Mutu Genetik
Tanaman cabai diklasifikasikan sebagai tanaman menyerbuk sendiri, tetapi
morfologi bunganya tidak mendukung untuk terjadinya penyerbukan sendiri
100%. Hal ini disebabkan tepung sarinya ringan dan stigmanya terbuka, sehingga
serangga atau angin dapat menyebabkan terjadinya persilangan antar tanaman.
Derajat persilangan pada cabai cukup tinggi, yaitu mencapai 70% (Odland dan
Portir 1941 cit. Greenleaf 1986). Untuk menghindari terjadinya persilangan antar
varietas di lapangan perlu perlakuan khusus (isolasi). Selain itu juga perlu
dilakukan penyeleksian.
 Isolasi benih
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai adalah isolasi jarak,
waktu tanam, tempat, dan perantara. a. Isolasi jarak. Lahan pertanaman cabai
untuk benih penjenis harus mempunyai jarak antar varietas + 500 m (Howthorn
dan Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah benih penjenis, jarak penanaman
antar varietas dapat lebih pendek yaitu + 200 meter.
Isolasi waktu tanam. Jika dua atau lebih varietas yang berbeda ditanam
dalam petak yang berdampingan, maka waktu tanam diatur sedemikian rupa
sehingga saat berbunga tidak bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan
demikian diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di lapangan. c. Isolasi tempat.
Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam ruangan – ruangan khusus. d.
Perantara. Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau tebu juga efektif
untuk mengisolasi pertanaman cabai yang ditujukan untuk produksi benih (Poulos
1993).
 Seleksi
Untuk memperoleh kemurnian benih dilakukan penyeleksian terhadap
tanaman sumber benih, baik pada fase vegetatif maupun pada fase generatif.
Pertanaman cabai di lapangan sebaiknya diseleksi dan dibersihkan dari tanaman
yang pertumbuhannya menyimpang. Kegiatan seleksi minimal dilakukan 2 atau 3
kali selama pertanaman (Poulos 1993). Seleksi tanaman dilakukan ketika tanaman
masih berada di persemaian maupun ketika sudah berada di lapangan
Bersihkan persemaian dari rerumputan dan buang semaian yang sakit, tipe
simpang dan varietas lain.
Seleksi dilakukan Pembersihan dan seleksi untuk membuang tipe
dengan mengamati simpang harus dilakukan juga setelah
warna hipokotil pertanaman dipindahkan ke lapangan

Pada fase pertumbuhan vegetatif (30 – 40 hari setelah tanam) dilakukan


pengamatan terhadap sifat tipe percabangan, tingggi tanaman, dan bentuk
daun.

Pada fase berbunga, (45 – 60 hari setelah tanam), dilakukan pengamatan


terhadap warna bunga, kedudukan bunga, jumlah bunga per ruas, dan
umur berbunga.

Pada fase berbuah (70 – 90 hari setelah tanam), dilakukan pengamatan


terhadap warna buah muda dan warna buah matang, kedudukan buah,
sifat pembuahan (tunggal atau majemuk), dan bentuk buah

4.2.2 Kegiatan Produksi


1. Pemilihan Sumber Benih

berdaya kecambah tinggi (di atas 80%),

mempunyai vigor yang baik (tumbuh serentak, cepat dan sehat)

murni (tidak tercampur oleh varietas lain)

bersih (tidak tercampur kotoran,biji rumput/ tanaman lain)

sehat (bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan).


2. Penyemaian benih
Tempat persemaian menggunakan atap plastik dan menghadap ke
Timur.

Campur pupuk kandang yang telah matang dan tanah dengan


perbandingan 1 : 1 lalu ratakan.

Rendam benih dengan fungisida Propamocarb dengan konsentrasi 0,1%


selama 1 jam atau dengan air panas + 50 0 C selama + 1 malam.

Semai benih dengan cara disebar pada media, kemudian ditutup dengan
tanah halus dengan ketebalan ± 0,5 cm serta penutup yang lain

Setelah benih berkecambah, buka penutup persemaian dan dipindahkan


bibit setelah 6 – 7 hari biji berkecambah ke bumbungan/pot – pot kecil
yang terbuat dari plastik atau daun pisang.

Biibt dapat dipindah ke lapang setelah berumur 17-21 hari

3. Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan 40 hari sebelum tanam. Penyiapan
lahan meliputi pengolahan laha, pemupukan dasar, pembuatan
bedengan, dan pemasangan mulsa. Pengolahan lahan untuk
mempersiapkan media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman
dilakukan sebelum penanaman
Pengolahan lahan
Lahan diolah dengan cara kemudian tanah
dicangkul atau menggunakan diratakan dan kemudian
traktor sedalam 30-40 cm dibersihkan dari dengan pupuk
sampai gembur, gulma

Pembuatan bedengan
Buat bedengan dengan lebar 110-120 cm ,tinggi 30-40 cm dan jarak antar
bedeng 60-70 cm. Panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan

Pemupukan dasar dilakukan seminggu sebelum tanam


Taburkan pupuk Beri pupuk dasar Urea/ lalu tabur per meter
kandang 20-30 ton/ ZA500, SP-36 300, Kurang lebih 100 gr
Ha. KCL200, diaduk rata.

Pemasangan mulsa, dilakukan pada saat terik


tarik kedua Tancapkan tarik mulsa
Letakkan Setiap
ujung mulsa pasak bilah ke bagian
mulsa di jarak 40
ke ujung bambu sisi
atas cm-50 cm
bedengan berbentuk "U" bedengan
permukaan diberi
dengan arah pada setiap yang lain
bedengan pasak
memanjang sisi bedengan hingga rata
.
4. Penanaman

Penanaman dilakukan pada pagi dan sore hari.

Lahan diairi sehari sebelum penanaman

Buat lubang tanam pada mulsa (plastik) dengan kedalaman yang


disesuaikan dengan bibit yang ditanam dengan jarak antar lubang yakni 60
cm x 60 cm atau 60 cm x 70 cm.

Tanam bibit cabai pada lubang tanam lalu tutup dengan pupuk organik

Siram permukaan tanah di lubang tanam


5. Perawatan

Penyulaman

Ganti bibit yang mati atau tidak


Lakukan penyulaman paling
baik pertumbuhannya dengan
lambat seminggu setelah tanam
bibit yang baru

Pembumbunan
Lakukan Ppembubunan setelah untuk menopang pertumbuhan
tanaman berumur tiga minggu tanaman agar tidak rebah.

Pemupukan susulan
Larutkan NPK
Larutkan NPK 10 10-15 g/liter
Pupuk susulan g/liter dengan dengan dosis Tugal NPK
diberikan 2 dosis 250 cc/tan. 250 cc/tan. sebanyak 7,5
minggu Aplikasikan pada Aplikasikan g/tan. pada 50,
setelah tanam 15 hst dengan pada 30-35 hst 65, 110 hst
cara dikocor dengan cara
dikocor

Pewiwilan
Di dataran Di dataran
Lakukan
Buang tunas di rendah tinggi
pewiwilan
ketiak daun di pewiwilan pewiwilan
kembali pada
bawah cabang dimulai pada dimulai pada
75 hst pada
Y. hari ke 8 - 12 hari ke 15 - 20
dataran rendah
hst hst

Penyiraman
Penyiraman dilakukan pengairan dilakukan dengan cara leb
setelah 30 hst. dengan interval 2 kali per minggu

Penyiangan
Penyiangan dilakukan mulai 7 hst dengan membersihkan gulma yang
ditumbuh di area tanaman

Pengajiran
Pasang ajir maksimal 21 hari setelah
Ikat ajir dengan
tanam dengan tinggi ajir sekitar 1,5–1,75
membentuk huruf 8
meter tergantung tipe tanaman cabai.

.
6. Pengendalian hama penyakit
Untuk menjaga kualitas tanaman dan untuk memperoleh hasil yang
maksimal, diusahakan tanaman bebas dari serangan hama dan penyakit. Namun,
jika hama dan penyakit terlanjur menyerang tanaman maka perlu pengendalian
secara kuratif menggunakan pestisida.
7. Panen

Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat dipanen


pada 60 – 90hst dan 4 blulan di dataran tinggi.

Buah cabai yang dipanen untuk benih yakni cabai yang bewarna
merah 100% dengan cara dipetik

Panen dilakukan dengan interval 3-7 hari

8. Pasca panen
o Analisies mutu benih
a. Penentuan Kadar Air
Pada kasus kadar air benih di atas 25%, benih harus disebar dengan
ketebalan lapisan tidak lebih dari 20 mm dan dikeringkan pada suhu 65°C–75°C
selama 2–5 jam, tergantung kadar air benih. Pada kasus jenis dengan kadar air
benih lebih dari 30%, contoh benih harus dikeringkan satu malam di tempat
hangat.
1. Metode Oven

Hidupkan oven dan biarkan hingga suhu konstan

Siapkan ontoh benih

Hancurkan/ potong contoh benih

Ambil contoh kerja sesuai diameter cawan dan timbang

Timbang cawan+ tutup (M1)

Timbang cawan+isi+tutup (M2)

Masukkan contoh kerja ke cawan

Masukkan ke dalam oven pada suhu


130°C–133°C (suhu tinggi) : 1 jam ±
101°C–105°C (suhu rendah) : 17 ± 1
3 menit, 2 jam ± 6 menit, 4 jam ± 12
jam
menit

Masukkan ke dalam desikator 30-45 menit

Timbang cawan+isi+tutup (M3)

𝑀2−𝑀3
Hitung presentase KA dengan rumus : 𝑀2−𝑀1X 100%

2. Metode Kalibrasi Alat Pengukur Kadar Air (Moisture Meter)


Metode kalibrasi dirancang untuk membandingkan hasil penetapan kadar air
yang dilakukan dengan metode oven dan moisture meter. Semua jenis moisture
meter dapat digunakan, sepanjang persyaratan kalibrasi dan syarat penetapan
kadar air dipenuhi. Kalibrasi alat harus dilakukan minimal satu kali setiap tahun.
Laporan hasil kalibrasi diperlukan untuk masing-masing tanaman yang dianalisa
dengan moisture meter. Kalibrasi moisture meter dipengaruhi oleh beberapa
variabel, antara lain spesies tanaman, varietas, tingkat kemasakan, kelembaban,
suhu, dan tingkat kemurnian benih. Moisture meter dan contoh harus dalam suhu
yang seimbang atau sama sebelum dilakukan pengukuran.
Siapkan contoh benih

Homogenkan contoh benih dengan cara diaduk atau dengan membolak


balik kantong benih

Ambil contoh kerja sesuai dengan tipe Moisture Meter

Lakukan pengukuran kadar air dengan Moisture Meter

Catat hasil kadar air

𝑀2−𝑀3
Hitung presentase KA dengan rumus : X 100%
2

Jika hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa kadar air bebih
tergolong tinggi maka perlu dilakukan pengeringan benih sampai kadar airnya
mencapai 7 – 8 % agar waktu penyimpanan dapat berlangsung lama. Berikut
merupakan proses pengeringan yang dapat dilakukan:
Angin-anginkan benih, tetapi tidak di bawah sinar matahari secara
langsung

Atau dikeringkan di ruang pengering dengan suhu 34 0C selama


kurang lebih 5 – 6 hari.

Setelah didapatkan kadar air yang sesuai, simpan dalam kantung


almunium foil atau dalam wadah yang terbuat dari kaca atau metal.

Tempat penyimpanan benih harus tertutup sangat rapat agar udara


tidak dapat masuk ke dalam wadah tersebut.
b. Kemurnian Benih
Pengujian kemurnian benih bertujuan untuk menetapkan Persentase
komposisi [berdasarkan berat] contoh yang diuji dan berdasarkan kesimpulan
komposisi lot benih dan mengidentifikasi berbagai jenis benih dan kotoran benih
contoh benih.

c. Uji Daya Kecambah


Pengujian daya kecambah bertujuan untuk menentukan potensi
perkecambahan maksimal suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan
untuk membandingkan mutu benih antar lot yang berbeda serta untuk menduga
nilai pertanaman di lapang.
 Uji Viabilitas
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal padakondisi optimum. Kondisi optimum merupaka kondisi yang
sesuai atau mendukung proses perkecambahan. Tujuan pengujian ini yakni untuk
melihat gejala pertumbuhan pada benih.
Macam substrat yang dapat digunakan untuk uji viabilitas yakni kertas
merang, kertas buram, kertas tensil
Metode uji viabilitas :
1. Uji Kertas Digulung (UKD)
Metode ini dimaksudkan untuk menguji benih dengan cara menanam benih
diantara lembar substrat, kemudian digulung. Dapat digunakan untuk benih yang
tidak peka cahaya untuk perkecambahannya. Untuk benih yang berukuran sebesar
benih jagung, kedelai kacang tanah, dan sebagainya.
- Uji Kertas Digulung didirikan (UKDd)
- Uji Ketas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp)
- Uji Kertas Digulung dimiringkan (UKDm)

2. Uji Antar Kertas (UAK)


Dapat digunakan untuk benih berukuran besar dan kecil misalnya tanaman
pangan dan sayuran.
3. Uji Diatas Kertas (UDK)
Dapat digunakan untuk benih berukuran kecil misalnya bayam dan wijen.
Kriteria kecambah pada uji viabilitas :
a. Normal : tumbuh sempurna, sehat
b. Abnormal : cacat, rusak, busuk akibat serangan hama dan penyakit,
pertumbuhan lambat, dll.
c. Benih Mati : busuk
d. Benih Segar Tidak Tumbuh Benih mengembang, tidak tumbuh plumula
(mengalami imbibisi)
e. Benih Keras
f. Dormansi : tidak mengalami imbibisi karena kulit benih keras







 Uji Vigor
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada
kondisi sub optimum. Dimana kondisi Sub optimum merupakan kondisi yang
tidak mendukung atau menghambat perkecambahan. Tujuan pengujian ini yakni
untuk melihat gejala pertumbuhan pada benih
Macam substrat yang dapat digunakan untuk uji vigor yakni pasir, kerikil,
pecahan batu bata, tanah, kompos
Kriteria kecambah pada uji vigor :
a. Vigor : tumbuh kuat
b. Less vigor : tumbuh kurang kuat
c. Non vigor/ abnormal : tidak dapat tumbuh sempurna
d. Death (mati)
4.3 Metode Pelaksanaan
A. UAK
Kertas buram (2 alas, 2 tutup)

Dibentuk lingkaran

Letakkan

Lembabkan dengan air

kertas pada cawan

Letakkan benih

Masukkan dalam germinator

Lembabkan secara berkala dan amati

B. UDK

Kertas merang 2 lembar

Dibentuk lingkaran

Letakkan kertas pada cawan

Lembabkan dengan air

Letakkan benih

Masukkan ke germinator

Lembabkan secara berkala


C. UKDdp

Kertas merang (3 alas, 3 tutup)

Dilembabkan dengan air

Letakkan/tanam benih

Digulung kemudian dimasukkan dalam plastik

Masukkan ke germinator

Lembabkan secara berkala dan amati

D. Uji Vigor

Isi bak pasir dengan pasir

Lembabkan dengan air

Tanam benih sebanyak 20 benih

Kedalaman 0 cm, 1 cm, 2 cm, 3 cm (masing-masing 5 benih)

Amati selama 5 hari

Hitung prosentase Daya Tumbuh


o Penyimpanan
Jika kadar air benih awal sudah baik dan konstan, yaitu lebih kurang 7%,
maka untuk penyimpanan jangka menengah (medium) benih ditempatkan di
“Cold Storage” dengan kelembaban 15 – 50% (Engle 1996). Dua faktor yang
menentukan kualitas dan daya tahan benih di tempat penyimpanan benih (gudang
benih) Panduan Teknis PTT Cabai Merah No.1, Tahun 2005 Y. Kusandriani dan
A. Muharam: Produksi Benih Cabai adalah kadar air benih dan suhu gudang
penyimpanan “suhu rendah”. Untuk penyimpanan benih jangka menengah (18 –
24 bulan), suhu yang diperlukan adalah 16 – 20 0 C, dan kelembaban 50% (
Sutopo 1993)
1.1 Modal Investasi
Tabel 3. Modal Investasi
Jenis Jumlah Harga Satuan Total
Lahan 1 Ha 4.000.000/ 6 bulan Rp 4.000.000,-
Gedung 3 X 3 m2 1 Unit Rp 7.000.000,- Rp 7.000.000,-
Peralatan:
a. Cangkul 7 Unit Rp 55.000,- Rp 358.000,-
b. Parang 7 Unit Rp 40.000,- Rp 280.000,-
c. Gembor 7 Unit Rp 35.000,- Rp 245.000,-
d. Sprayer 2 Unit Rp 550.000,- Rp 1.100.000,-
Ajir 20.000 Rp 150,- Rp 3.000.000,-
Hand Sealer 5 Unit Rp 200.000,- Rp 1.000.000,-
Total Rp 16.983.000,-

1.2 Modal Kerja


Tabel 4. Modal Kerja
Jenis Jumlah Harga Satuan Total
Benih Tanaman 20 bungkus Rp20.000,- Rp 400.000,-
Pupuk
a. Organik 10000 kg Rp 750,- / kg Rp 7.500.000,-
b. Urea 100 kg Rp 1.800,- / kg Rp 180.000,-
c. Sp-36 100 kg Rp 2.000,- / kg Rp 200.000,-
d. NPK 200 kg RP 1.830,- / kg Rp 366.000,-
e. Pupuk Daun 2L Rp 80.000,-/ L Rp 160.000,-
Pestisida 10 L Rp 65.000,-/ L Rp 650.000,-
Mulsa 10 rol Rp 500.000,- Rp 5.000.000,-
Pengolahan Tanah
a. Pembuatan 35 HOK Rp 40.000,- Rp 1.225.000,-
Bedengan
b. Pembuatan 25 HOK Rp 40.000,- Rp 875.000,-
saluran
Penanaman dan 50 HOK Rp 40.000,- Rp 1.750.000,-
penyulaman
Pemeliharaan:
a. Pemupukan 15 HOK Rp 40.000,- Rp 600.000,-
b. Penyiraman 15 HOK Rp 40.000,- Rp 600.000,-
c. Pemasangan 15 HOK Rp 40.000,- Rp 600.000,-
ajir 35 HOK Rp 40.000,- Rp 1.400.000,-
d. Pemasangan
Mulsa 5 HOK Rp 40.000,- Rp 200.000,-
e. Perbaikan
Saluran 15 HOK Rp 40.000,- Rp 600.000,-
f. Penanganan
HPT 120 HOK Rp 40.000,- Rp 4.800.000,-
g. Panen dan
Pengangkutan
Prosessing:
a. Pemisahan Biji 100 HOK Rp 35.000,- Rp 3.500.000,-
b. Pengeringan 3 HOK Rp 35.000,- Rp 105.000,-
c. Packaging 30 HOK Rp 35.000,- Rp 1.050.000,-

Label 16.000 Unit Rp 50,- Rp 800.000,-


Alumunium foil 10 Unit Rp 185.000,- Rp 1.850.000,-
Total Rp 34.411.000,-

Anda mungkin juga menyukai