Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

TUMOR MEDIASTINUM

PEMBIMBING :
dr. Partogi Napitupulu, Sp.Rad
dr. Gupita Nareswari

Penyusun :
Novy Sylvia Wardana 03012193
Claraiva Mayung 03012061
Innesti Nur Fetana 03014097
Pingky Dewi Anggraeni 03014155
Tiara Naviera Putri Sivila 03014193

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PERIODE 26 MARET – 27 APRIL 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, referat dari:


Nama : Novy Sylvia Wardana, Claraiva Mayung, Innesti Nur Fetana, Pingky
Dewi Anggraeni, Tiara Naviera Putri Sivila
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Trisakti
Bagian : Radiologi
Judul : Tumor Mediastinum
Ditujukan untuk memenuhi nilai referat kepaniteraan Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti.

Jakarta, 12 April 2018


Mengetahui
Pembimbing Pembimbing

dr. Partogi Napitupulu, Sp.Rad dr. Gupita Nareswari

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
atas segala nikmat, berkat rahmat dan karunia-Nya maka saya sebagai dokter muda
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dapat menyelesaikan referat dengan judul
"Tumor Mediastinum" pada waktunya.

Referat ini dibuat oleh dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas


Trisakti demi memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan di bagian Radiologi
Universitas Trisakti.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Partogi, SP.Rad dan dr. Gupita Nareswari selaku dokter pembimbing yang
telah memberikan saran dan koreksi dalam penyusunan referat ini.
2. Teman-teman dokter muda dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang membangun
guna menyempurnakan referat ini sangat di harapkan. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat dalam bidang kedokteran, khususnya
untuk bidang Radiologi.

Jakarta, 12 April 2018

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................................. i
KATA PENGANTAR. ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN . .................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 2
2.1 Anatomi ........................................................................................ 2
2.2 Definisi Tumor Mediastinum ........................................................ 3
2.3 Etiologi. ......................................................................................... 3
2.4 Epidemiologi ................................................................................. 3
2.5 Patofisiologi .................................................................................. 4
2.6 Klasifikasi ..................................................................................... 5
2.7 Manifestasi Klinis ......................................................................... 8
2.8 Diagnosis ....................................................................................... 8
2.9 Talaksana...................................................................................... 27
2.10 Komplikasi ................................................................................... 27
2.11 Prognosis ...................................................................................... 27
BAB III KESIMPULAN ......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Mediastinum ....................................................................................... 2
Gambar 2. Patofisiologi Tumor........................................................................................... 5
Gambar 3. Thorax PA. Pelebaran mediastinum superior kiri: Timoma ............................. 11
Gambar 4. Thorax PA . Tumor mediastinum: Tymoma ..................................................... 12
Gambar 5. Thorax Ap-Lateral. Tumor mediastinum: Limfoma ......................................... 12
Gambar 6. Thorax AP-Lateral.Tumor mediastinum: Limfoma .......................................... 13
Gambar 7. Thorax AP-Lateral.Tumor mediastinum: Teratoma.......................................... 13
Gambar 8. Thorax Ap-Lateral. Tumor mediastinum: Teratoma ......................................... 14
Gambar 9. Thorax Ap-Lateral. Tumor mediastinum: Teratoma ......................................... 14
Gambar 10. Thorax Ap-Lateral. Tumor mediastinum: Teratoma ....................................... 15
Gambar 11. Thorax Ap-Lateral. Tumor mediastinum: Teratoma ....................................... 15
Gambar 12. Thorax Pa-Lateral. Tumor mediastinum: Seminoma ...................................... 16
Gambar 13. Thorax Ap Tumor mediastinum: Seminoma................................................... 16
Gambar 14. Thorax Pa Tumor koriocarsinoma................................................................... 17
Gambar 15. CT-Scan Thorax dengan kontras: Tumor mediastinum superior: Limpoma .. 18
Gambar 16. CT-Scan Limfoma mediastinum ..................................................................... 19
Gambar 17. CT-Scan Limfoma mediastinum ..................................................................... 19
Gambar 18. CT-Scan Timoma mediastinum ...................................................................... 20
Gambar 19. CT-Scan Teratoma mediastinum ..................................................................... 20
Gambar 20. CT-Scan Teratoma mediastinum ..................................................................... 21
Gambar 21. CT-Scan Teratoma mediastinum ..................................................................... 21
Gambar 22. CT-Scan Tumor neurogenik ............................................................................ 22
Gambar 23. CT-Scan Tumor neurofibroma ........................................................................ 22
Gambar 24. CT-Scan Tumor bronkogenik ......................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Mediastinum terdiri dari struktur dan organ vaskuler dan non-vaskuler. Rongga
mediastinum berisikan jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea,
kelenjar thymus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Rongga
mediastinum sempit dan tidak dapat diperluas atau diperbesar maka jika terdapat
pembesaran massa/tumor dapat menekan organ yang berada didekatnya dan dapat
menimbulkan kegawatan yang dapat mengancam jiwa. Kesulitan dalam mendiagnosis
tumor mediastinum adalah adalah karena sebagian besar pasien datang dengan kondisi
yang sudah mengancam jiwa.(1) Petanda untuk adanya tumor sendiri ditandai dengan
protein yang dihubungkan dengan proses keganasan yang bisa mendeteksi tumor pada
daerah perifer, kelenjar getah bening, dan cairan tubuh lain.(2)
Pada penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
pada tahun 2012 didapatkan bahwa kebanyakan pasien didiagnosis dengan tumor
mediastinum pada usia diatas 40 tahun (56%) dan lebih dari separuh pasien berjenis
kelamin laki-laki (67%). Dari 13 pasien (52%) telah dipastikan bahwa 9 dari mereka
memiliki riwayat merokok. Tiga dari gejala yang paling umum ditemukan diantaranya
batuk, terengah-engah, dan terjadinya penurunan berat badan.(3)
Tumor yang umum terdapat pada mediastinum anterior terdiri dari timoma,
timolipoma, dan limfangioma. Neoplasma pada mediastinum media terdiri dari limfoma
dan seringkali kista kongenital. Neoplasma padaa mediastinum posterior umumnya
adalah tumor neurogenik.(2)
Jenis tumor di rongga mediastinum dapat berupa tumor jinak atau tumor ganas
dengan penatalaksanaan dan prognosis yang berbeda, karenanya keterampilan dalam
prosedur diagnostik memegang peranan sangat penting untuk mendiagnosis tumor
mediastinum. Dibutuhkan sebuah strategi diagnosis untuk bisa mendiagnosis tumor
mediastinum sehingga memungkinkan tatalaksana pasien dengan baik.(1)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
Mediastinum adalah rongga antara paru kiri dan paru kanan yang berisi
jantung, aorta, pembuluh darah besar, trakea, kelenjar getah bening, saraf,
jaringan ikat, dan saluran lainnya. Mediastinum dibagi menjadi 4 rongga penting;
1) Mediastinum superior, mulai dari pintu masuk rongga dada atas sampai
vertebra torakal ke 5 dan bagian bawah angulus sternum; 2) Mediastinum
anterior, mulai dari bawah mediastinum superior sampai ke diafragma di depan
jantung; 3) Mediastinum posterior, mulai dari batas mediastinum superior sampai
ke batas diafragma di belakang jantung; 4) Mediastinum medial, merupakan garis
batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan
mediastinum posterior.(1,4)

Gambar 1. Gambar Mediastinum


Secara anatomi mediastinum superior berisi thymus, arteri dan vena
brachiocephalica, bagian atas vena cava superior, arteri carotis comunis sinistra,
arteri subclavia sinistra, arcus aorta, nervus phrenicus, nervus vagus, trakea dan

2
nodus limfatikus, esofagus, dan duktus torasikus. Mediastinum anterior berisi
ligamentum sternoperikardium, kelenjar limfe, dan sisa timus. Sedangkan
mediastinum posterior berisi aorta descenden, esofagus, duktus torasikus, vena
azygos, trunkus simpatikus, dan nodus limfatikus. Di dalam mediastinum media
terdiri dari perikardium, jantung, pembuluh darah besar, bifurcatio trakea, dan
kelenjar limfe.(5)

2.2. Definisi Tumor Mediastinum


Tumor mediastinum adalah massa/tumor yang terdapat di dalam rongga
mediastinum yang berada di antara paru kanan dan paru kiri yang dapat menekan
organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan bagi yang menderita.(1)

2.3. Etiologi
Jenis tumor di rongga mediastinum dapat berupa tumor jinak atau tumor
ganas dengan penatalaksanaan dan prognosis yang berbeda. Limfoma, timoma
dan teratoma adalah jenis yang paling sering ditemukan. Etiologi dari tumor
mediastinum belum diketahui namun pada teratoma sekitar 20% dari tumor sel
germinal nonseminomatous memiliki sindrom Klinefelter, dan tumor
berkembang 10 tahun lebih awal daripada mereka yang tidak. (6)

2.4. Epidemiologi
Jenis tumor mediastinum sering berkaitan dengan lokasi tumor dan umur
penderita. Pada anak-anak tumor mediastinum yang sering ditemukan berlokasi
di mediastinum posterior dan jenisnya tumor saraf. Sedangkan pada orang
dewasa lokasi tumor banyak ditemukan di mediastinum anterior dengan jenis
limfoma atau timoma. Berdasarkan umur, penderita limfoma dan timoma
ditemukan pada penderita umur dekade ke-5, tumor saraf pada dekade pertama,
sedangkan sel germinal ditemukan pada umur dekade ke-2 sampai ke-4. Timoma
merupakan kasus terbanyak di mediastinum anterior, sedangkan limfoma dan
tumor saraf biasanya pada mediastinum medial dan posterior.(2)

3
2.5. Patofisiologi
Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya
karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga
berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan
manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.
Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang
relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku
bertahun-tahun untuk menimbulkan manifestasi klinik.(6)
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi
maka secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan
berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan
protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya
karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya;
terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.
Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang
longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah
untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui
kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.(6)
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik
menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat
menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti
penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan
produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe)
manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi kanker
juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala
manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas
seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini
kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.(6)

4
Gambar 2. Patofisiologi Tumor(6)

2.6. Klasifikasi
Timoma(1,2)
Timoma adalah tumor epitel yang bersifat jinak atau tumor dengan derajat
keganasan rendah, biasa terdapat di mediastinum anterior. Sering terjadi invasi
lokal ke jaringan sekitar tetapi jarang metastasis ke luar toraks. Dikatakan timoma
ganas/timoma invasif jika secara mikroskopik dan makroskopik telah invasif ke
luar kapsul atau jaringan sekitarnya. Tumor timoma noninvasif masih terbatas pada
kelenjar timus dan tidak menyebar ke organ lain.
Masaoka membagi staging timoma berdasarkan mikroskopis dan makroskopis :
Stage I : makroskopis berkapsul, tidak tampak invasi ke kapsul secara
makroskopis

5
Stage II : invasi secara makroskopis ke jaringan lemak sekitar pleura
mediastinum atau invasi ke kapsul secara makroskopis
Stage III : invasi secara makroskopis ke organ sekitarnya
Stage IV.A : penyebaran ke pleura atau perikard
Stage IV.B : metastasis limfogen atau hematogen

Tumor Sel Germinal(1,2)


Tumor sel germinal di mediastinum lebih jarang ditemukan daripada
timoma. Lokasi terbanyak terdapat pada mediastinum anterior.
Klasifikasi tumor sel germinal terdiri dari:
1. Seminoma : tampak sebagai massa besar yang homogen
Semimoma sensitif terhadap radiasi dan kemoterapi. Kemoterapi diberikan
setelah radiasi selesai, akan tetapi kombinasi radio-kemoterapi
memberikan respon terapi yang lebih baik.
2. Nonseminoma : nonsemimoma ganas terlihat sebagai massa heterogen
dengan pinggir irregular karena invasi ke jaringan sekitarnya
Untuk membedakan semimoma dan nonsemimoma digunakan serum
marker beta-HCG dan alfa-fetoprotein. Pada semimoma, konsentrasi beta-
HCG kadang tinggi tetapi alfa-fetoprotein tidak tinggi. Pada
nonsemimoma, konsentrasi kedua marker tersebut tinggi.
Pilihan terapi untuk tumor nonsemimoma adalah kemoterapi 6 siklus.
Evaluasi dilakukan setelah 3-4 siklus menggunakan beta-HCG dan alfa-
fetoprotein dan foto toraks PA, lateral.
3. Teratoma : terdiri dari derivat sel ektodermal, mesodermal dan
endodermal, sering dijumpai komponen kulit, rambut, tulang rawan atau
gigi pada tumor. 80% teratoma mempunyai pertumbuhan jinak dan 20%
ganas.

6
Tumor Saraf
Tumor saraf lebih sering di mediastinum posterior.
Klasifikasi histologi tumor saraf
● Berasal dari saraf tepi
- Neurofibroma (paling sering ditemukan)
- Neurilemoma (Schwannoma), sering bersifat jinak
- Neurosarkoma
● Berasal dari ganglion simpatik
- Ganglioneuroma
- Ganglioneoroblastoma
- Neuroblastoma
● Berasal dari jaringan paraganglionik
- Feokromositoma
- Kemodektoma ( paraganglioma)

Tumor Mesenkim
Tumor mesenkim atau tumor jaringan lunak berasal dari jaringan ikat
mediastinum; otot halus, otot lurik, jaringan limfatik, lemak, jaringan vaskular,
dapat bersifat jinak atau ganas.
1. Lipoma : tumor mesenkim mediastinum yang umum ditemukan. Lipoma yang
jinak biasanya di mediastinum anterior, dapat tumbuh membesar tanpa
gejala. Tatalaksana dengan tindakan bedah. Sedangkan liposarcoma
lebih sering ditemukan pada mediastinum posterior
2. Fibromas
3. Hemangiomas
4. Hemangioendotheliomas Vascular tumor, 60% tumor pada mediastinum
anterior
5. Hemangiopericytomas
6. Lymphangioma : Sering meluas ke daerah mediastinum anterior dari daerah
servikal. Tumor ini cenderung bertambah besar saat pasien tumbuh, terutama
selama masa pubertas.(1)

7
2.7 Manifestasi Klinis
Keadaan klinis adalah gejala atau keluhan yang timbul (subjektif) dan
kelainan klinis yang didapatkan pada saat pemerikaan secara general (Inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi (objektif). Pada pasien tumor mediastinum yang
ditemukan pada saat pertama datang ke rumah sakit berdasarkan gejala klinis
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu gejala respirasi dan nonrespirasi.(2)
Gejala respirasi pada pasien tumor mediastinum ditemukan tersering adalah
batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala nonrespirasi yang ditemukan paling
banyak adalah penurunan berat badan, selanjutnya diikuti dengan demam, dan
lemas. Gejala lain merupakan pasien dengan keadaan klinis mual, muntah, sakit
kepala, nyeri perut. Hasil pemeriksaan klinis didapat kelainan yang berkaitan
dengan penekanan atau invasi tumor ke organ sekitar antara lain, stridor, sindrom
vena kava superior, efusi pleura dan miastenia gravis.(2)

2.8 Diagnosis
Untuk melakukan menegakkan diagnostik tumor mediastinum, pertama
yang perlu dilihat dan diperhatikan adalah, apakah pasien datang ke Rumah Sakit
disertai dengan kegawatan napas (napas, kardiovaskular atau saluran cerna) atau
tidak. Pasien yang datang dengan kegawatan napas membutuhkan tindakan segera
(emergensi atau semiemergensi) untuk mengatasi kegawatannya. Akibatnya,
prosedur diagnostik harus ditunda terlebih dahulu sampai masalah dapat teratasi.
Kemudian lihat alur prosedur diagnosis dengan kegawatan dan tanpa kegawatan
atau kegawatan setelah masalah dapat diatasi.(2) Secara umum diagnosis tumor
mediastinum ditegakkan sebagai berikut :

A. Gambaran Klinis
1. Anamnesis
Tumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat
dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila
terjadi peningkatan ukuran tumor (menjadi lebih besar) sehingga menyebabkan
terjadinya penekanan pada organ-organ yang terdapat di mediastinum,

8
sedangkan untuk tumor ganas gejala timbul akibat penekatan atau invasi ke
struktur mediastinum.(2) Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ
yang terlibat, antara lain :
 Batuk, sesak napas atau stridor  akibat penekanan pada trakea dan/atau
bronkus utama
 Disfagia akibat penekanan ke esophagus
 Sindrom Vena Kava Superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor
mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak,
 Suara serak dan batuk kering muncul apabila nervus laringel terkena,
 Paralisis diafragma timbul apabila penekanan pada nervus frenikus
 Nyeri dinding dada muncul pada saat tumor menekan system saraf yang
terdapat di mediastinum (nyeri neurogenic).(2)

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi,
ukuran dan keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ
sekitarnya. Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan
dengan beberapa keadaan klinis lain, misalnya: miastenia gravis mungkin
menandakan timoma, limfadenopati mungkin menandakan limfoma.(2)

Tabel 1. Tabel pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(7)


Pemeriksaan Fisik Jenis Tumor
Peningkatan Tekanan darah Ganglioneroma, Feokromositoma, kemodiktoma
Ginekomastia Human chronic gonadotropin-secreting germ cell
tumors
Peningkatan suhu tubuh Limfoma
Opsomioklonus Neuroblastoma
Kelainan vetebra Kista enteric
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : DPL

9
Hiperkalsemia Adenoma paratiroid dan limfoma
Hipoglikemia Tumor pleura, teratoma, fibrosarkoma,
neurosarkoma
Fungsi tiroid, tiroid scan Gondok
Kadar katekolamin Tumor neurogenic
Alpha-fetoprotein and β-human Germ cell tumor
chorionic gonadotropin
Anti-acetylcholine receptor antibody Symptom miastenik atau massa berkaitan dengan
timus
hipogamaglobulinemia Timoma
Galium -67 scan Sarkoidosis
Somatostatin receptor scintigraphy Timoma
Technetium-99m scan Adenoma paratiroid
PET Kanker paru

B. Prosedur Radiologi
Massa mediastinum memerlukan evaluasi radiologi, mulai dari modalitas
pemeriksaan konvensional, CT scan, MRI dan kedokteran nuklir. Lokasi massa
mediastinum penting untuk diferensiasi massa, berdasarkan organ yang ada di
masing-masing kompartemen. Modalitas pemeriksaan dengan cross- sectional
imaging sangat membantu konfirmasi lokasi dan karakteristik massa. CT scan
paling sering digunakan, sedangkan MRI merupakan modalitas tambahan
setelah CT scan.(8)

10
1. Foto toraks
Dari foto toraks PA/lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior,
medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit
ditentukan lokasi yang pasti.

Gambar 3. Foto thoraks PA. Tampak pelebaran mediastimum superior kiri di


duga Tymoma. (9)

Gambar 4. Foto thoraks PA. Tumor mediastinum Tymoma. (14)

11
Gambar 5. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum anterior
diduga Limfoma. (8)

Gambar 6. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum anterior


diduga Limfoma. (14)

12
Gambar 7. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum Teratoma.
(11)

13
Gambar 8. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum Teratoma.
(13)

Gambar 9. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum Teratoma.


(13)

14
Gambar 10. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum Teratoma.
(13)

Gambar 11. Foto Thoraks AP dan lateral. Tampak tumor mediastinum Teratoma.
(13)

15
Gambar 12. Foto Thoraks PA dan lateral. Tampak tumor mediastinum seminoma.
(13)

Gambar 13. Foto Thoraks AP. Tampak tumor mediastinum atas kanan seminoma.
(15)

16
Gambar 14. Foto Thoraks PA. Tampak tumor choriocarsinoma. (13)

2. Tomografi
Selain dapat menentukan lokasi tumor, juga dapat mendeteksi klasifikasi
pada lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan kadang-
kadang timoma, tetapi tehnik ini semakin jarang digunakan.

3. CT-Scan toraks dengan kontras


Selain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan tumor
secara lebih baik dan dengan kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis
tumor, misalnya teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat menentukan stage
pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum.
Perkembangan alat bantu ini mempermudah pelaksanaan pengambilan bahan
untuk pemeriksaan sitologi. Untuk menentukan luas radiasi beberapa jenis
tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan toraks dan CTScan
abdomen.

17
Gambar 15. Pemeriksaan CT scan Thoraks dengan kontras. Tampak tumor
maligna yang melibatkan mediastinum superior kanan diduga lympoma. (8)

18
Gambar 16. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran lymfoma mediastinum.
(10)

Gambar 17. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran lymfoma mediastinum.


(14)

19
Gambar 18. Pemeriksaan CT scan Thoraks dengan kontras. Tampak massa
mediastinum anterior kiri di duga tymoma. (9)

Gambar 19. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran teratoma mediastinum.


(12)

20
Gambar 20. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran teratoma
mediastinum.(16)

Gambar 21. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran teratoma mediastinum.


(13)

21
Gambar 22. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran Tumor neurogenik. (10)

Gambar 23. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran Tumor neurofibroma.


(17)

22
Gambar 24. Pemeriksaan CT scan. Tampak gambaran kista bronkogenik. (10)

4. Flouroskopi  Prosedur ini dilakukan untuk melihat kemungkinan aneurisma


aorta.
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang
diduga aneurisma.
6. Angiografi
Teknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan
flouroskopi dan ekokardiogram.
7. Esofagografi  Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau
penekanan ke esofagus.
8. USG, MRI dan Kedokteran Nuklir
Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus
dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum. (1)

23
C. Prosedur Endoskopi
1. Bronkoskopi
Tindakan bronkoskopi dilakukan jika ada indikasi untuk dilakukan
operasi sekaligus untuk memberikan informasi tentang pendorongan atau
penekanan tumor terhadap saluran napas dan lokasinya. Selain itu juga untuk
melihat apakah telah terjadi invasi tumor ke saluran napas. Bronkoskopi sering
dapat membedakan tumor mediastinum dari kanker paru primer.
2. Mediastinokopi  Tindakan ini lebih dipilih untuk tumor yang berlokasi di
mediastinum anterior.
3. Esofagoskopi
4. Torakoskopi diagnostic.(1)

D. Prosedur Patologi Anatomik


Beberapa tindakan, dari yang sederhana sampai yang kompleks perlu
dilakukan untuk mendapatkan jenis tumor.
1. Pemeriksaan sitologi
Prosedur diagnostik untuk memperoleh bahan pemeriksaan, antara lain :
a. Biopsi, jarum halus (BJH atau fine needle aspiration biopsy, FNAB),
dilakukan bila ditemukan pembesaran KGB atau tumor supervisial.
b. Punksi pleura bila ada efusi pleura
c. Bilasan atau sikatan bronkus pada saat bronkoskopi
d. Biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan jarum yang
dilakukan bila terlihat masa intrabronkial pada saat prosedur bronkoskopi
yang amat mudah berdarah, sehingga biopsi amat berbahaya
e. Biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB) dilakukan bila
massa dapat dicapai dengan jarum yang ditusukkan di dinding dada dan
lokasi tumor tidak dekat pembuluh darah atau tidak ada kecurigaan
aneurisma. Untuk tumor yang kecil (<3cm>, memiliki banyak pembuluh
darah dan dekat organ yang berisiko dapat dilakukan TTB dengan
tuntunan flouroskopi atau USG atau CT Scan.(1)

24
2. Pemeriksaan histologi
Bila BJH tidak berhasil menetapkan jenis histologis, perlu dilakukan
prosedur di bawah ini:
a. Biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikula. Bila tidak ada KGB
yang teraba, dapat dilakukan pengangkatan jaringan KGB yang mungkin
ada di sana. Prosedur ini disebut biopsi Daniels.
b. Biopsi mediastinal, dilakukan bila dengan tindakan di atas hasil belum
didapat
c. Biopsi eksisional pada massa tumor yang besar
d. Torakoskopi diagnostic
e. Video-assisted thoracic surgery (VATS), dilakukan untuk tumor di semua
lokasi, terutama tumor di bagian posterior.(1)

E. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak memberikan informasi
yang berkaitan dengan tumor.
a. LED  kadang meningkatkan pada limfoma dan TB mediastinum.
b. Uji tuberculin  dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis TB
c. Pemeriksaan kadar T3 dan T4  dibutuhkan untuk tumor tiroid.
d. Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG  dilakukan untuk tumor
mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel germinal, yakni jika ada
keraguan antara seminoma atau nonseminoma. Kadar a-fetoprotein dan b-
HCG tinggi pada golongan nonseminoma.(1)

F. Tindakan Bedah
Torakotomi eksplorasi untuk diagnostik bila semua upaya diagnostik tidak
berhasil memberikan diagnosis histologis.(1)

25
G. Pemeriksaan Lain
EMG adalah pemeriksaan penunjang untuk tumor mediastinum jenis
timoma atau tumortumor lainnya. Kegunaan pemeriksaan ini adalah mencari
kemungkinan miestenia gravis atau myesthenic reaction.(1)

Gambar 12. Alur diagnostic Tumor Mediastinum dari segi Kegawatdaruratan.(2)

Gambar 13. Alur diagnostic Tumor Mediastinum Tanpa tanda Kegawatdaruratan.(2)

26
2.9 Tatalaksana
 Timoma
Penatalaksanaan timoma sangat bergantung pada invasif tidaknya tumor,
staging dan klinis pasien.
Stage I : Extended Thymo Thymectomy (ETT)
Stage II : ETT + Radioterapi
Stage III : ETT + Extended Resection (ER) + Radioterapi +
Kemoterapi
Stage IV.A : Debulking + Kemoterapi + Radioterapi
Stage IV.B : Kemoterapi + Radioterapi + Debulking
 Tumor Sel Germinal
Penatalaksanaan teratoma jinak dengan pembedahan tanpa adjuvant.
Sedangkan, teratoma ganas diterapi dengan multimodaliti : bedah +
kemoterapi + radioterapi.
 Tumor Saraf
Penatalaksanaan tumor neurogenik adalah pembedahan, kecuali
neuroblastoma ditatalaksana dengan kemoterapi. Pada Schwannoma
mungkin perlu diberikan kemoterapi adjuvan untuk mencegah rekurensi.
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari kelainan mediastinum adalah terganggunya hubungan
antara struktur anatomis dalam mediastinum. Tumor dalam mediastinum dapat
menyebabkan perluasan mediastinum yang akan menekan struktur-struktur ysng
bersebelahan. Komplikasi terberat tumor mediastinum adalah obstruksi trakea,
sindrom vena cava superior, invasi vaskular, dan ruptura esofagus.

2.11 Prognosis
Prognosis penderita timoma ditentukan oleh staging penyakit. Masaoka
menghitung umur tahan hidup 5 tahun berdasarkan staging penyakit, 92,6% untuk
stage I, 85,7% untuk stage II, 69,6% untuk stage III dan 50% untuk stage IV.
Angka relaps pada penderita seminoma lebih rendah setelah ditatalaksana
dengan kemoterapi(3)

27
BAB III
KESIMPULAN
Mediastinum merupakan bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak
diantara paru kanan dan paru kiri yang mengandung banyak organ vital baik vaskuler dan
nonvaskuler. Rongga mediastinum tidak dapat diperluas sehingga dengan adanya
tumor/massa akan mengakibatkan penekanan terhadap organ-organ sekitar, terutama
yang terdapat di rongga mediastinum. Penekanan organ vital ini akan mengancam jiwa
penderitanya. Tumor mediastinum tumbuh secara perlahan, sehingga biasanya pasien
dengan tumor mediastinum datang dengan keadaan gawat darurat.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tumor Mediastinum (Tumor Mediastinum


Non Limpoma) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Indonesia:Jakarta. 2003.Cited at : April,11 2018. Available at:
http://www.klikpdpi.com.konsensustumormediastinum.
2. Pratama S, Syahruddin E, Hudoyo A. Karakteristik Tumor Mediastinum
Berdasarkan Keadaan Klinis, Gambaran CT SCAN dan Petanda Tumor Di Rumah
Sakit Persahabatan. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. J Respir Indones. 2009 ;
29(1). Cited at April, 11 2018. Available at:
http://jurnalrespirologi.org/karakteristik-tumor-mediastinum-berdasarkan-
keadaan-klinis-gambaran-ct-scan-dan-petanda-tumor-di-rumah-sakit-
persahabatan.
3. Amin, Z. Characteristics of Mediastinal Tumor Patients in Cipto Mangunkusumo
National Hospital Jakarta. Indonesian Journal of Cancer: 2013; (7)2: 69-72
4. Subkhan, M. Thymik Karsinoma dengan Efusi Perikard. Qanun Medika: 2017;
1(2). Cited at April, 11 2018. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=508435&val=10388&title=L
aporan%20Kasus%20:%20Thymik%20Karsinoma%20dengan%20Efusi%20Perik
ard
5. Snell, RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Rongga Dada: Mediatrinum.
EGC: 2011;p. 92-93
6. Amin Z. Penyakit mediastinum. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Sudoyo AW dkk. Jilid II edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta.2006: 1011-4.
7. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary D. Massa mediastinum.
Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam - Panduan Praktik Klinis
(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia). Ed1st. 2015. Jakarta :
Internal Publishing (pipfkui) P.737-41

29
8. Biddulth, Wulani V, Tanurahardja B. Et all. Gambaran Radiologis Karsinoma Sel
Skuamosa Mediastinum. CDK-239. 2016;43(4)
9. Leksan A, Maryastuti, Syahruddin E. Et all. Indonesia jurnal of cancer. 2008(2):
68-73.
10. Brett W. Marcello F. Madan R. Et al. Radiographics. Rsna.org.2017:37(2)
11. Dale K. Teratomas and Other Germ Cell Tumors of the Mediastinum. 2017.
https://emedicine.medscape.com/article/427395-overview#showall
12. Park S, Cho K, Kim J. Clinical Imaging. CT findings of mature cystic teratoma
with malignant transformation: comparison with mature cystic teratoma
2011;35:294-300
13. Melissa I. Rosado-de-Cbristenson. Cesar A. Et al. Mediastinal Germ Cell Tumors:
Radiologic and Pathologic Correlation. RadioGrapbics. 1999;12(5):1013-1030
14. Brown K. Batra P. Et al. Curent Use of Imaging in The Evaluation of Primary
Madiestinal Masses. 1990;96(2):486-473
15. Kitami A. Suzuki T. Suzuki S. Primary Seminoma in The Middle Mediastinum:
Case Report in a 69-years-old. Jpn J Clin Oncol. 1998;28(2):142-144
16. Nakazono T. White c.Yamasaki T. Et al. MRI Findings of Mediastinal
Neurogenic Tumors. AJR.2011;197: 643-652
17. Camilla R. Graham F. RG. 2007;27(3):658-672

30

Anda mungkin juga menyukai