BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi seperti bau
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme
dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan
kimia dengan air (Dita, 2011).
3
Praktikum Kimia Organik/Kelompok 1/Semester Genap/2017 4
Disamping itu minyak atsiri mengandung damar dan malam dan jumlah
kecil
4. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa dari proses metabolisme
dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan
kimia dengan adanya air.
5. Minyak atsiri disintesa dalam sel glanular pada jaringan tanaman dan ada
juga yang terbentuk dalam pembuluh resin (resin duct), misalnya minyak
dari pohon pinus.
Beberapa manfaat minyak atsiri adalah :
1. Sebagai flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman
2. Antiseptik obat-obatan
3. Pembuatan kosmetik, parfum
4. Sebagai pencampur rokok kretek.
5. Sebagai aroma terapi
6. Obat gosok .
Kerabat jahe itu siap panen pada umur 1 tahun. Untuk mempermudah
panen sekaligus kerusakan rimpang, lembapkan tanah di sekitar rimpang sebelum
pemanenan. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri
adalah rimpang. Rimpang berwarna coklat muda kekuningan, rasa pedas, agak
pahit. Ukuran rimpang 2,5 – 5 cm dan berdaging tebal.
Permukaan rimpang bangle tidak rata dan berkerut. Bila dibelah, tampak
daging rimpang bangle yang kuning muda sampai kuning kecoklatan. Bangle
berkhasiat antara lain mengobati demam, sakit kepala, sakit perut, batuk, masuk
angin, rematik, cacingan, dan sembelit. Ramuan bangle ampuh untuk
mengecilkan perut setelah melahirkan.
2.4 Air
Air digunakan sebagai solvent Selain Itu, juga digunakan sebagai proses
pendinginan pada kondensor untuk distilat berupa campuran air dan minyak atsiri
yang dihasilkan dari proses ekstraksi.
Proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam
campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan
terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Menurut (Bangkaha, 2011),
Dalam perkembangan pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistim
penyulingan.
Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan
ini, bahan diletakkan di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan
(sarangan yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air. Saat air
direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-
lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun
akan ikut bersama uap panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator
(pendingin). Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung
dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan
berat jenis.Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata
ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000C. Lama
penyulingan relative lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya
lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan
dengan air.
Pada system ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler” yang
letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai
tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini
baik jika digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit
batang, maupun biji-bijan yang relatif keras. Pada penyulingan uap, bagian
tanaman membengkak dengan adanya uap, sehingga memudahkan pembebasan
minyak dari bahan. Uap juga melindungi minyak dari oksidasi, dan kondensasi
minyak serta air dalam pendingin terjadi dalam waktu sama, sehingga minyak
yang terlarut dalam air sedikit. Pada metode ini, diperlukan peralatan
tambahanyaitu ketel penghasil uap, dan ketel ini memerlukan konstruksi yang
kuat serta alat pengaman yang lebih baik dan sempurna dibanding metode
penyulingan yang lain.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik,
proses fisiologi dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga
agar tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin sehingga bunga tetap dapat
memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan
lemak hewani atau nabati.Sama halnya dengan ekstraksi menggunakan pelarut
menguap, ekstraksi minyak atsiri dengan metode lemak dingin memerlukan
evaporator untuk memisahkan minyak atsiri dari lilin dan alkohol pelarutnya.
Selain itu, dibutuhkan lempeng kaca dan rak tertutup pada proses absorbsi
minyak atsiri dari bunga. Sedang bahan penunjang yang digunakan yaitu lemak
dan alkohol. Lemak berfungsi sebagai adsorben atau penyerap minyak atsiri dari
bunga. Sementara alkohol digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak
(Guenther, 1987).
panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara
lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak. Sedangkan enfleurasi
digunakan khusus untuk memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk
mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
Pada pross penyulingan ini, tekanan, suhu, laju alir, dan lama penyulingan
diatur berdasarkan jenis komoditi. Lama penyulingan sangat bervariasi mulai dari
3-5 jam untuk sereh wangi, 5 – 8 jam untuk minyak nilam dan cengkeh, 10 – 14
jam untuk minyak pala, dan 10-16 jam untuk minyak akar wangi bergantung
kepada jenis bahan baku (basah/kering), penggunaan tekanan dan suhu
penyulingan. Tekanan uap yang tinggi dapat menyebabkan dekomposisi pada
minyak, oleh karena itu penyulingan lebih baik dimulai dengan tekanan rendah,
kemudian meningkat secara bertahap sampai pada akhir proses.
Selama proses penyulingan, uap air yang terkondensasi dan turun ke dasar
ketel harus dibuang secara periodik melalui keran pembuangan air untuk
mencegah pipa uap berpori terendam, karena hal ini dapat menghambat aliran
uap dari boiler ke ketel suling.Pada proses pendinginan, suhu air pendingin yang
masuk ke dalam tabung atau kolam pendingin yang ideal sekitar 25-30oC, dan
suhu air keluar maksimum 40 – 50oC. Suhu air keluar tersebut dapat diatur
dengan memperbesar / memperkecil debit air pendingin yang masuk ke dalam
tabung / kolam pendingin.