Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transisi epidemiologi penyakit saat ini dan masa yang akan datang di

masyarakat cenderung beralih dari penyakit menular ke penyakit tidak

menular. Menurut WHO tahun 2000 bahwa dari statistik kematian di dunia

tercatat 57 juta kematian yang terjadi setiap tahunnya yang disebabkan oleh

penyakit tidak menular (Non Communicable Disease) (DepkesRI, 2007).

Penyakit tidak menular (PTM) tersebut adalah penyakit jantung,

stroke, diabetes melitus (DM) dan penyakit metabolik. Diabetes melitus

menduduki peringkat ke 7 dari total kematian penyakit tidak menular.

Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organization / WHO

(2011), prevalensi DM diperkirakan terus bertambah dan lebih meningkat di

negara negara yang sedang berkembang. Penyandang DM di dunia pada tahun

2000 berjumlah 171 juta orang. Jika tidak ada tindakan lanjut untuk

penanganan DM, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta

pada tahun 2030. International Diabetic Federation (IDF) memperkirakan

bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap

DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah

dan menengah (IDF, 2011).

Diabetes Melitus atau disingkat (DM) adalah gangguan kesehatan

yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

1
2

(glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin. Adapun keluhan

khas DM adalah poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang

tidak dapat dijelaskan. Dan keluhan tidak khas DM adalah lemah, kesemutan,

gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita

(Bustan, 2007). Pada tahun 2005 di dunia terdapat 200 juta (5,1%) orang

dengan diabetes dan diduga 20 tahun kemudian yaitu tahun 2025 akan

meningkat menjadi 333 juta (6,3%) orang. Peningkatan kasus ini akan

melebihi 40% di Negara maju dan 170% di Negara berkembang (DepkesRI,

2007).

Melihat kenaikan DM secara global yang terutama disebabkan karena

perubahan gaya hidup yang kurang sehat, maka dapat disimpulkan dalam

kurun waktu satu atau dua dekade yang akan datang kejadian DM di Indonesia

akan meningkat drastis. WHO telah memprediksikan bahwa di Indonesia akan

ada kenaikan dari 8,4 juta penderita diabetes pada tahun 2030. Hal ini

menjadikan Indonesia menduduki ranking ke 4 (empat) di dunia setelah

Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (ADA, 2012).

Menurut Dinkes Provinsi Jawa Timur tahun 2012, kasus penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit umum pemerintah tipe A di

Jawa timur salah satunya adalah diabetes mellitus sebanyak 8.730 kasus

setelah anemia, hipertensi dan diare (Dinkes Jatim, 2012).

Tindakan pengendalian DM untuk mencegah komplikasi sangat

diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat gula darah sedekat mungkin


3

dengan normal. Pengendalian gula darah ini sangat sulit untuk dipertahankan.

Kejadian ini disebabkan karena tidak patuhnya penderita dalam

penatalaksanaan DM (Waspadji, 2007). Dampak DM terhadap kehidupan dan

kesehatan merupakan hal yang perlu di pertimbangkan dan hal-hal kecil secara

signifikan dapat berkembang dengan cepat pada pasien DM yang dapat

menimbulkan kecacatan dengan merusak fungsi tubuh individu dan kualitas

hidupnya sehingga memberikan dampak negatif terhadap kualitas dan lama

hidup (Hogan, 2010).

Langkah penanganan guna meminimalkan komplikasi DM tipe 2

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pengendalian

empat pilar utama yang berupa edukasi (pengetahuan), keteraturan pola

makan, latihan jasmani, dan keteraturan minum obat. Selain itu juga termasuk

pencegahan DM dengan pemantauan kadar gula darah. Sesuai dengan tujuan

penatalaksanaan DM yaitu untuk menciptakan perilaku sehat dalam

penanganan DM sesuai dengan penatalaksanaan yang dianjurkan. Perilaku

sehat adalah suatu respon organisme terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan

dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian yang dilakukan Gultom (2012), didapatkan hasil gambaran

tentang manajemen DM-nya rendah (Gultom, 2012). Pada penelitian

Mahmudin (2012) didapatkan hasil yang menunjukkan 80,3% mayoritas

responden memiliki manajemen mandiri DM tipe 2 yang baik pada aspek


4

nutrisi dan kepatuhan pada terapi obat 91,8%, sementara tidak baik pada

latihan fisik 52,5% dan monitor gula darah 50,8% (Mahmudin, 2012).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam terbentuknya sikap seseorang (Notoatmojo, 2007). Pengetahuan

penderita tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu penderita

menjalankan penanganan DM selama hidupnya sehingga semakin baik

penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus

berperilaku dalam penanganan penyakitnya (Waspadji, 2004).

Penatalaksanaan diabetes mellitus juga sangat dipengaruhi oleh

adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai

perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif

dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terikat dengan orang lain di

lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan

terisolasi (Brunner & Suddart, 2002). Jika dukungan keluarga tidak ada maka

pasien diabetes mellitus akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga

penyakit diabetes mellitus tidak terkendali dan terjadi komplikasi. Dan apabila

dukungan keluarga baik maka pasien diabetes mellitus akan patuh dalam

pelaksanaan diet, sehingga penyakit diabetes mellitus terkendali (Susanti &

Sulisyarini, 2013).

Tingginya peningkatan kasus DM dengan komplikasinya yang

ditimbulkan oleh penyakit diabetes mellitus yang cukup mengkhawatirkan

merupakan masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan


5

dan dukungan keluarga terhadap sikap penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam

penatalaksanaan penyakitnya di wilayah kerja Puskesmas Modung Kabupaten

Bangkalan Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap

sikap penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam penatalaksanaan penyakitnya di

wilayah kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga

terhadap sikap penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam penatalaksanaan

penyakitnya di wilayah kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan

Jawa Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan hubungan antara pengetahuan terhadap sikap penderita

diabetes mellitus tipe 2 dalam penatalaksanaan penyakitnya di wilayah

kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan Jawa Timur.

b. Menjelaskan hubungan antara dukungan keluarga terhadap sikap

penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam penatalaksanaan penyakitnya

di wilayah kerja Puskesmas Modung Kabupaten Bangkalan Jawa

Timur.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan masukan kepada masyarakat tentang

penyakit dan cara pengendalian diabetes mellitus.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi tentang penyakit dan cara pengendalian

diabetes mellitus

3. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai tambahan informasi tentang penyakit diabetes mellitus dalam

upaya pencegahan kecacatan penyakit diabetes mellitus agar dapat

meminimalisir diabetes mellitus yang terjadi di masyarakat.

4. Bagi peneliti

Sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan merupakan

proses belajar dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan

tentang metode penelitan khususnya penyakit diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai