Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Beton merupakan bahan yang terdiri dari bermacam-macam bahan,


seperti: semen , pasir, krikil/batu pecah dan air, yang menjadi satu kesatuan
konstruksi yang sangat berguna bagi manusia.
Ditinjau dari segi manfaatnya,beton lebih bermanfaat disbanding material
lain untuk bahan konstruksi. Untuk konstruksi gedung bertingkat, untuk menara
air, untuk tiang listrik, bahan beton lebih tahan terhadap bahaya kebakaran, tidak
memerlukan perawatan yang banyak atau mahal serta bahan beton kuat untuk
menahan suatu konstruksi.
Bahan material beton seperti: pasir, kerikil, semen dan air merupakan
bahan yang banyak terdapat di alam Indonesia. Sehingga bahan itu mudah
didapat. Dipasaran dan harganya terjangkau, sehingga untuk di Indonesia beton
merupakan bahan konstruksi yang serbaguna.
Bahan beton dan tulangan baja merupakan bahan yang dapat menyatu
dengan kuat dan dapat menahan beban tarik maupun tekan secara bersama, beton
lebih kuat untuk menahan gaya tarik.
Untuk mengetahui seberapa besar gaya yang dapat ditakan oleh beton
untuk menahan gaya tekan, maka dalam proses pembuatan beton dibagi dalam
kelas mutu beton, seperti beton kelas Iuntuk pekerjaan non strukturil, tidak perlu
keahlian khusus dan beton kelas ini dinyatakan dengan mutu BO. Untuk beton
kelas II dibagi dengan standart BI, K125, K225. Pengawasan terhadap mutu beton
ini terdiri dari pengawasan ketat dari bahan dan hasil beton dengan kekuatan tekan
karakteristik lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah
pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan
yang lengkap yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium yang melakukan pengawasan terhadap mutu beton kelas III,
dinyatakan dengan kuruf K dengan angka dibelakangnya yang menyatakan
kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.

1|Laporan Praktikum Beton


Untuk menghasilkan mutu beton sesuai dengan kekuatan rencana misalnya
K125, K175, K225 atau mutu lebih tinggi dari K225 perlu adanya perjanjian atau
cara pembuatan atau prosedur mengenai concrete mixe design agar bias
membantu bagaimana untuk mencapai mutu yang diinginkan.
Untuk mencapai itulah seorang sarjana teknik sipil yang terjun dalam
bidang tersebut sangat perlu untuk mengerti dan dapat mendesign mutu beton
yang di kehendaki untuk pelaksanaan dilapangan, sehingga praktikum
laboratorium konstruksi beton ini sangat diperlukan sekali untuk menunjang
pengetahuan dari mata kuliah konstruksi beton.
1.1 Pemeriksaan bahan-bahan.
Pengawasan bangunan dapat memerintahkan agar diadakan
pemeriksaan bahan-bahan atau pada campuran bahan yang dipakai dalam
pelaksanaan konstruksi beton bertulang, untuk menguji apakah syarat-syarat
mutu dipenuhi. Pemeriksan bahan-bahan dan beton harus dilakukan dengan
cara-cara yang ditentukan dalam peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan
demikian harus dipelihara baik dan disimpan oleh pengawas ahli dan apabila
diminta harus dapat ditunjukkan kepada pengawas.
1.2 Semen
Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis-
jenis semen yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
ditentukannuntukn mutu BO, selain jenis-jenis semen yang disebutkan di
muka pendahuluan, dapat juga dipakai semen tras kapur, untuk beton mutu
K175 dan mutu lebih tinggi, jumlah semen yang dipakai dalam setiap
campuran harus dientukan dengan ukuran berat. Untuk beton mutu B1 dan
K125, jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran dapat ditentukan
dengan ukuran isi pengukur semen, tidak boleh mempunyai kesalahan dlbih
dari 2,5%
1.3 Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat sebagai mutu beton. Agregat halus terdiri dari

2|Laporan Praktikum Beton


butiran pasir yang tajam dan keras. Agregat halus tidak boleh mengandung
bagaian yang lolos lebih dari 45% pada suatu ukuran ayakan dan bertahan
pada ayakan berikutnya, modulus kehalusannya tidak kurang dari 2,3mm dan
tidak boleh lebih dari 2,1mm.
1.4 Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa batu kali sebagai hasil
desintegasialami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
pemecahan batu pada umumnya, yang dimaksud agregat kasar adalah agegat
dengan besar butira lebih dari 5mm. sisa diatas ayakan 40 harus 0% berat.
Sisa diatas 4mm (4,75 ; 9,5 ; 19 ;dan no.25) harus berkisaran 90% dan 98%.
Selisih antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton,
seperti zat reaktif Alkali, contoh obat-obatan tanaman, besar butiran agregat
maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-
bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari
jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan
agar menjamin tidak terjadinya sarang-sarang terkecil.
1.5 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, alkali, garam, bahan-bahan organis lain atau zat kimia lain yang
dapat merusak beton dan bajatulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih atau yang dapat diminum. Apabila terdapat keraguan mengenai air,
dianjurkan untuk mengirim contoh air tersebut ke lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton atau tulangan.
Jumlah air yang dipakai dalam membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-
tepatnya.

3|Laporan Praktikum Beton


BAB II
PEMERIKSAAN GRADASI PASIR

2.1 Tujuan
untuk menetapkan/menentukan pembagian butir (Gradasi) pasir.
2.2 Bahan
Pasir asal sungai berantas seberat 2000 gram.
2.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.20 gram
b. Talam-talam dan kuas
c. Satu set saringan / ayakan dengan ukuran 2,36mm, 1,18mm, 0,6mm,
0,15mm, 0,075mm, dan kotak penampungan.
d. Motorrised dynamic sleve shaker
2.4 Pelaksanaan
a. Pasir ditimbang seberat 2000gram
b. Bahan diayak dengan ayakan yang tersusun yaitu dari ukuran ayakan
2,36mm, 1,18mm, 0,15mm, 0,075mm dan kotak penampang.
c. Bahan diayak dengan menggunakan motorrised sleve shaker selama 3
menit.
d. Pasir yang tertinggal diatas ayakan ditimbang dan dicatat.

4|Laporan Praktikum Beton


2.5 Daftar ayakan
Pasir yang diayak = 2000 gram

Sisa ayakan (gr) Jumlah


Jumlah
Jumlah yang
percobaan
No Ayakan sisa lewat
Jmlah dalam %
(cm) ayakan ayakan
(c/12500)
Percobaan Percobaan (d) (100%-
x100%
I (a) II (b) d%)
(c)

(gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%)


2,36 408,1 487,4 447,75 22,3875 22,3875 100
1,18 391,5 342,4 366,95 18,3475 40,735 59,265
0,6 381,7 350,3 366 18,3 59,035 40,965
0,15 358,5 556,3 457,4 22,87 81,905 18,095
0,075 290,1 153,7 221,9 11,095 93 7
pan 170,1 109,9 140 7 100 0
Jum
2000 2000 2000 100 397,0625 225,325
lah

397,0625
Modulus halus butir pasir = = 3,970625 % < 5% (kadar lumpur
100

ditetapkan terhadap berat kering). Bila melampaui 5% agregat harus dicuci.


Pembahasan.
𝑎+𝑏 408,1+ 487,4
 Jumlah = ( ) misal = = 447,75
2 2

 Dalam % = ( c/1000) X 100% misal = 447,75/2000X 100% =


22,3875%
 Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah berikutnya misal =
22,3875% + 18,3475% = 40,735%
 Jumlah lewat ayakan = (100% - d%) misal = 100% - 18,3475% =
59,265%

5|Laporan Praktikum Beton


2.6 Grafik Pemeriksaan Butiran Pasir
1. Zona 1

100 100
100 95

90 90
Prosentase Lewat Ayakan (%)
80
70
70

60 59,265 60

50
40,965
40
34

30 30

20
20 18,095
15
10
10
7
5

0,075 0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 4,8 9,6 19

Diameter Ayakan (mm)

2. Zona 2

100 100
100
90
90 90
Prosentase Lewat Ayakan (%)

80
75

70

60 59
59.265
59

50
40.965
40
35
30
30

20 18.095

10
10
7 8

0,075 0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 4,8 9,6 19

Diameter Ayakan (mm)

6|Laporan Praktikum Beton


3. Zona 3

100 100
100

90 90

Prosentase Lewat Ayakan (%) 80 79


85

75

70

60 60
59.265

50
40 40.965
40

30

20 18.095

10
10 12

0,075 0,15 0,30 0,60 1,2 2,4 4,8 9,6 19

Diameter Ayakan (mm)

4. Zona 4

100 100
100
96 95

90 90
Prosentase Lewat Ayakan (%)

80 80

70

60 59.265

50
50
40.965
40

30

20 18,095

15
10
7

0,075 0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 4,8 9,6 19

Diameter Ayakan (mm)

7|Laporan Praktikum Beton


2.7 Pembahasan Agregat Halus (Pasir)
Syarat mutu agregat halus menurut PBBI 1971 pasal 3.4 mengenai agregat
halus (pasir).
 Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu.
 Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras, butran-
butiran agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (
ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 dan apabila
kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus dicuci.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang selalu beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
 Sisa diatas ayakan 4mm harus minimal 2% berat
 Sisa diatas ayakan 1mm harus minimal 10% berat
 Sisa diatas ayakan 0,25mm harus berkisar antara 80% dan 95%
berat
 Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang di akui.

8|Laporan Praktikum Beton


BAB III
PEMERIKSAAN GRADASI KERIKIL
3.1 Tujuan
Untuk menentukan pembagian butir (gradasi) kerikil
3.2 Bahan
Krikil berasal dari sungai brantas seberat 30kg
3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram.
b. Satu set ayakan dengan ukuran masing-masing 38,5mm, 25mm,
19mm, 9,5mm, 4,75mm, 2,36mm dan kerikil penampang.
c. Motorrised dynamic shaker.
3.4 Pelaksanaan
a. Menimbang bahan contoh seberat 2 X 30kg.
b. Menyusun ayakan masing-masing dari bawah keatas mulai dari
ukuran terbesar sampai terkecil dan kotak penampung.
c. Kerikil kita masukkan sedikit demi sedikit, diayak dengan ayakan
yang digerakkan dengan motorrised dynamic shaker.
d. Ayakan hampir penuh , ayakan diambil dan diganti dengan ayakan
untuk ayakan bahan yang belum terayak, sampai bahan contoh
dapat terayak seluruhnya.
e. Sisa yang tertinggal ditimbang dengan timbangan.

9|Laporan Praktikum Beton


3.5 Daftar Ayakan
Kerikil yang diayak = 30000gram

Jumlah
Sisa ayakan (gr)
No percobaan Jumlah yang
Jumlah sisa
Ayakan dalam % lewat ayakan
Jmlah ayakan (d)
(mm) Percobaa Percobaa (c/20000) (100%-d%)
(c)
n I (a) n II (b) x100%

(gr) (gr) (gr) (gr) (%) (%)


38,1 0 0 0 0 0 100
25 260 1000 630 2,1 2,1 97,9
19 9150 9700 9425 31,417 33,517 66,483
9,5 14550 14500 14525 48,417 81,933 18,067
4,75 1450 1550 1500 5 86,933 13,067
2,36 900 750 825 2,75 89,683 10,317
pan 3690 2500 3095 10,317 100 0
Jumlah 30000 30000 30000 100 394,167 305,833
394,167
Modulus halus butir kerikil = = 3,94167
100

𝑎+𝑏 0+ 0
 Jumlah = ( ) misal = = 0gr
2 2

 Dalam % = ( c/20000) X 100% misal = 0/20000X 100% = 0


 Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah berikutnya misal = 0
+ 1,50%= 1,50%
 Jumlah lewat ayakan = (100% - d%) misal = 100% - 0% = 100%

10 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
3.6 Grafik Pemeriksaan Butiran Kerikil
1. Zona 1

2. Zona 2

11 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
3. Zona 3

100 100
100 97.9

95
Prosentase Lewat Ayakan (%) 90

80
70
70
66.481

60
58,0

50
40
40
35

30

20 18.067
13.067
10.317
10 10
5

0 2,36 4,8 9,6 19 25 38 76

Diameter Ayakan (mm)

3.7 Pembahasan Agegat Kasar (Kerikil)


Syarat mutu agregat kasar menurut PBBI 1971-NI-2 mengenai bahan-
bahan pada pasal 3.4 tentang agregat kasar (kerikil dan batu pecah).
 Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai apabila jumlah pipih tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya. Butir harus bersifat kekal arinya tidak pecah / tidak
hancur oleh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan dalam berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah
bagaian yang dapat melalui ayakan 0,063mm.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton
seperti zat aktif alkali. Untuk membuat beton dengan semen kadar

12 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
alkalinya tinggi dihitung sebgai setara dengan natrium oksida (NaO +
0,658 K2O) tidak lebih dari 0,6 %.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang selalu beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
 Sisa diatas ayakan 31,5mm harus minimal 0% berat
 Sisa diatas ayakan 44mm harus berkisar antara 90% dan 98%
berat.
 Selisih antara sisa-sisa komulatif diantara dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum10% berat.

13 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN
4.1 Tujuan
Untuk menentukan berat satuan kerikil.
4.2 Bahan
Kerikil berasal dari sungai brantas.
4.3 Peralatan
a. Timbangan
b. Tongkat tusuk baja
c. Kotak takar
4.4 Pelaksanaan
a. Menimbang ember kosong.
b. Menimbang ember yang penuh air, dimana airnya sudah diketahui
volumenya.
c. Mengisi masing-masing kotak takar dengan benda uji kerikil dalam
3 lapisan sama tebal, setiap lapisan ditusuk 25 kali.
d. Tongkat tusuk panjang ± 60cm diameter ±1,60cm cara ini disebut
RONDDING.
e. Meratakan muka bahan kerikil dengan ember sama tinggi dengan
mistar.
f. Menimbang kotak takar dan benda uji.
g. Ember dikosongkan dan diisi lagi dengan singkup benda uji kerikil
dengan tinggi tidak melebihi 5cm diatas kotak takar, cara ini
disebut SHOVELING.
4.5 Hasil Pengujian
a. Cara RONDDING : Berat satuan kerikil
b. Cara SHOVELING : Berat satuan kerikil
4.6 Pemeriksaan Berat Satuan Volum Kerikil
Bahan : kerikil
Asal : berantas
Banyaknya:
- Diameter atas = 21,5 cm

14 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
- Diameter bawah = 14,3 cm
- Tinggi = 18 cm
Berat takaran + air (gram)
Rodded = takaran takaran diisi kerikil dalam 3 lapis
setiap
lapis ditusuk 25 kali kemudian diratakan.
Berat kerikil + takaran (a) = 6750 gr
Berat takaran (b) = 195 gr
Berat kerikil = a-b
= 6655 gr
(3,14 𝑥 4,752 ) + (3,14 𝑥 32 )
Volume takaran = x7
2
= 346,87 cm
berat kerikil
Berat satuan kerikil (gr/cm3) = = gr/cm3
volume takaran
6655
=
346,87

= 19,186 gr/cm3

4.7 Pemeriksaan Berat Satuan Volume Pasir


Bahan : pasir
Asal : berantas
Banyaknya:
- Diameter atas = 9,5cm
- Diameter bawah = 6cm
- Tinggi = 7cm
Berat takaran + air (gram)
Rodded = takaran takaran diisi kerikil dalam 3 lapis
setiap lapis ditusuk 25 kali kemudia
diratakan.
Berat pasir + takaran (a) = 8250gr
Berat takaran (b) = 195gr
Berat pasir = a-b
= 8055gr

15 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
(3,14 𝑥 4,752 ) + (3,14 𝑥 32 )
Volume takaran = x7
2

= 346,87 cm
berat pasir
Berat satuan pasir (gr/cm3) = volume takaran = gr/cm3
8055
= 346,87

= 23,22 gr/cm3

16 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB V
CAMPURAN ADUKAN BETON
5.1 Tujuan
a. Menetapkan campuran adukan beton yang dapat dikerjakan.
b. Menetapkan nilai slump
c. Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal (selama 1 jam setelah
campuran diberi air)
5.2 Bahan
a. Semen Portland gresik
b. Pasir asal sungai berantas
c. Kerikil asal sungai berantas
d. Air PAM
5.3 Peralatan
a. Corong kerucut kecil untuk penelitian SSD pasir beserta tongkat
penumbuknya.
b. Corong kerucut abram untuk menentukan nilai slumpbeserta tongkat
penumbuknya.
c. Cetakan kubus 15 x 15 x 15cm
d. Concrete mixer
e. Perlengkapan lainnya:
 Timbangan dengan ketelitian 0,12 gram
 Jangka ukur (caliper) dengan ketelitian 0.10gram
 Sendok semen, gelas ukur sendok perata, talam tempat kerikil,
pasir ember, plat kaca.
5.4 Pelaksanaan
a. Umum
1. Menyimpan seluruh perlengkapan/peralatan adukan
yaitumenimbang bahan pasir, keriki, semen yang sudah memenuhi
syarat, dengan berat.
 Semen Portland = 1 timba
 Pasir = 2 timba
 Kerikil = 3 timba

17 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
 Air = secukupnya
2. Menimbang cetakan, melumasi dengan oil, dan mencatat hasil
beratnya.
3. Menyimpan bak penampung, concrete mixer yang sudah bersih,
alat-alat pengaduk, sendok adukan, tempat air, corong kerucut
abrams dan tongkat penusuk .
4. Molen dijalankan, pasir dan kerikil dimasukkan kemudian semen
dan air, molen berputar mengaduk bahan-bahan selama ± 2menit,
bila adukan sudah rata dituangkan dengan memutar molen ke bak
penampungan adukan.
5. Adukan dimasukkan pada kerucut Abrams dibagi menjadi 3 lapis
masing masing lapis ditusuk dengan tongkat penumbuk sebanyak
25 kali, sambil menumbuk kerucut harus tidak boleh tergeser,
maka harus ditekan yang kuat.
6. Laisan yang akhir selesai ditunggu selama 30 detik, brau kerucut
diangkat maka adukan mengalami penurunan ukur dengan dengan
alat ukur untuk mengetahui nilai slump.
7. Adukan yang memenuhi syarat slumpnya dimasukkan dalam kotak
kubus beton dengan 3 lapis, masing-masing lapis ditumbuk 25 kali.
Kubus penuh diratakan bagaian tepi dibersihkan dan kemudian
ditimbang.
8. Peanmpung air yang keluar selama 1jam awal sejak masukkan
adonan kedalam kubus beton, air dmasukkan dalam gelas ukur.
9. Setelah 2 jam awal sejak diberi air, permukaan beton bagaian
atasnya dilapisi dengan pasta semen (capping).
10. Setelah 24 jam sejak pengisian beton dalam cetakan, beton
dikeluarkan dari cetakan disimpan dalam udara yang lembab.
b. Detail
1. Membuat kerikil dari psir menjadi SSD
1.1.Membuat kerikil SSD
 Kerikil direndam dalam air selama 24 jam.
 Mengeluarkan dari dalam air dan dilap sampai kering.

18 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
 Didapat kerikil SSD sehingga dapat dipakai.
1.2.Membuat pasir SSD
 Pasir basah dibalik-balik atau diangin-anginkan selama
24 jam
 Pasir diuji denagn alat corong kerucut, pasir diisikan
pada corong lalu dimampatkan dengan tongkat tinggi
jatuh kurang lebih 5cm, diisi 3 lapis masing-masing
dtumbuk 25 kali hingga mampat.
 Corong kerucut diangkat perlahan-lahan dan dilihat
hasilnya sampai ketentuan dibawah ini:
 Pasir bentuknya tetep karena terlalu basah,
sehingga dikeringkan dulu.
 Pasir bentuknya longsor / buyar karena terlalu
kering maka di basahi.
 Pasir diisi puncaknya longsor dalam keadaan
SSD.
2. Susunan adukan beton.
Dibuat adukan, 1:2:3 ( parbandingan berat sedangkan
perbandingan volume tidak dihitung)
3. Cara mengaduk beton
 Mula-mula dimasukkan pasir dan kerikil kedalam concrete
mixer dan mesin dihidupkan setelah teraduk rata lalu semen
dimasukkan, adukan yang baik diberi air sedikit demi
sedikit sambil diaduk terus.
 Setelah adukan beton cukup plastis, dicoba slumpnya,
secara visual dapat diihat adukan yang diinginkan.
4. Penentuan nilai slump
 Cetakan yang dipakai berupa kerucut terpasang dengan
diameter atasnya 10cm, bawah 20cm dan tinggi 30cm.
 Tongkat pemadam (baja tahan karat) = 16mm, panjang =
60cm ujung dibulatkan, serta plat logam dengan permukaan
yang kokoh dan kedap air

19 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
 Cara menentukan sump sebagai berikut:
 Catatan dibasahi dengan kain basah.
 Meletakkan cetakan diatas plat, lalu cetakan diisi
penuh dengan adukan dalam 3 lapis dengan tiap-tiap
lapis ditusuk 25 kali. Pada wakt penusukan tongkat
harus tepat masuk sampai lapisan bawah tiap
lapisan lalu diratakan dengan tongkat didiamkan
selama 30 detik sambil membersihkan adukan
disekitarnya.
 Cetakan diangkat lurus keatas perlahan-lahan,
meletakkan cetakan disamping adukan dan
mengukur slumpnya.
harga slump = penurunan dari puncak adukan
semula.
5. Cara membuat capping
 Bahan capping (bahan penutupbeton dalam cetakan) adalah
pasta semen dengan konstitusi normal (Fas ± 0,30) menurut
NI 8 yang diaduk menjadi plastis, pengadukan dan
pemberian air dilakukan bersama-sama.
 Beton dalam cetakan (terhitung 2 jam seak pemberian air
pada adukan beton) didasarkan permukaannya lalu diberi
lapisan pasta semen sebagai penutup beton dan diratakan
permukaan ditutup dengan plat kaca (yang telah dilapisi
minyak) sambil ditekan agar merata kemudian diberi benda
pemberat diatasnya.
 Beton dalam cetakan dibiarkn mengeras dan diletakkan
dalam ruang lembab selama 24jam terhitung sejak adukan
dimasukkan dalam cetakan.

20 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
5.5 Data Percobaan
1. Jumlah bahan dalam cmapuran
2. Semen Portland = 1 timba
3. Pasir = 2 timba
4. Kerikil = 3 timba
5. Air dengan Fas 0,6 = secukupnya
5.6 Hasil Percobaan
Hasil Slumptest :
- Diameter atas slump = 4cm
- Diameter bawah slump = 8cm
- Tinggi slump = 11cm
- Harga slump = penurunan dari adukan semula
- Tinggi penurunan adukan semula = 2 cm
Sehingga:
Harga slump = tinggi slump – tinggi adukan = 11-2 = 9 cm

21 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB VI
PERCOBAAN KUAT DESAK BETON
6.1 Tujuan
a. Menentukan batas sebanding.
b. Menentukan kuat desak beton.
c. Menetapkan batas tenggang 0,01 (pada 0,01% offset).
d. Menetapkan modulus elastis awal dan modulus kenyal.
e. Menetapkan berat sendiri beton.
f. Menetapkan modulus elastis tekan pada tegangan tertentu.
g. Menetapkan nilai sebanding kuat desak kubus.
6.2 Bahan
Sebuah kubus standart 15 x 15 x 15 cm3
6.3 Peralatan
a. Hammer tester
b. Compressemeter (alat ukur perpendekan)
c. Caliper concrete micrometer
d. Universal testing machine
e. Timbangan
6.4 Pelaksanaan
a. Mencatat untuk masing- masing bahan uji, jenis, asal bahan disusun,
perbandinagn berat fas, slump, tanggal pembuatan, tanggal penguji,
cara penyimpanan dan mesin.
b. Menetapkan ukuran-ukuran, panjang rata-rata, lebar rata-rata, dengan
ketelitian sampai 0,1mm kemudian ditimbang.
c. Mengamati cara kerja hydraulic hand pump dengan memutar tuas
katup (valve) ke arah kanan, maka secara perlahan mesin akan turun
menekan beton sampai dengan kekuatan maksimum beton.
d. Setelah beton hancur didapat, mencatat beton hancur, kemudian kubus
beton diturunkan dengan memakai handle.
e. Mencatat sket bidang kubus beton hancur dengan 6 bidang.
6.5 Data Pengamatan
Dengan universal testing method:

22 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
a. Bahan susun
- Portland semen gresik.
- pasir asal sungai brantas.
- kerikil asal sungai brantas.
b. Perbandinngan berat 1pc : 2ps : 3kr
c. Faktor air semen
d. Berat masing-masing bahan susunan.
- Portland cement
- Pasir
- Kerikil
- Air
e. Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian
f. Cara penyimpanan
g. Berat benda uji khusus beton
h. Ukuran kubus dan luas penampang
i. Sket benda uji setelah diuji
j. Jenis kehancuran
6.6 Pengolahan Data
a. Data pengaman uji desak beton
b. Tanggal pengecoran
c. Tanggal pengujian
6.7 Tabel Hasil Uji Tekan Beton
Benda Uji Kubus
No Umur Berat Lebar Panjang Luas Uji tekan Uji tekan
(hari) (kg) ( Cm ) ( Cm ) Permukaan (kN) (kg)
(cm2)
1 7 7,3 15 15 225 140 14000
2 7 7,3 15 15 225 140 14000
3 21 7,6 15 15 225 240 24000
4 21 7,6 15 15 225 240 24000
5 28 7,5 15 15 225 300 30000
6 28 7,5 15 15 225 300 30000

23 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Benda Uji Silinder
No Umur Berat Diameter Tinggi Luas Uji tekan Uji tekan
(hari) (kg) ( Cm ) ( Cm ) Permukaan (kN) (kg)
(cm2)
1 7 11,2 15 30 176,625 100 10000
2 7 11,2 15 30 176,625 100 10000
3 21 11,1 15 30 176,625 190 19000
4 21 11,1 15 30 176,625 190 19000
5 28 11,3 15 30 176,625 295 29500
6 28 11,3 15 30 176,625 295 29500

6.8 Mencari Tegangan Hancur


𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛
Ϭb = 𝐾 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠
𝛴Ϭb
Ϭbm = 𝑛

Tegangan Tegangan Hancur Rata-


Umur Luas Tegangan Hancur
Tekan Rata {bm}
No K
(hari) (Cm2) (Kg) {ϭb} (Kg/cm2)
(Kg/cm2)
1 7 0,7 225 14000 88,889
2 7 0,7 225 14000 88,889 84,885
3 7 0,7 176,625 10000 80,882
4 7 0,7 176,625 10000 80,882
5 21 0,96 225 24000 111,111
6 21 0,96 225 24000 111,111 111,583
7 21 0,96 176,625 19000 112,055
8 21 0,96 176,625 19000 112,055
9 28 1 225 30000 133,333
10 28 1 225 30000 133,333 150,177
11 28 1 176,625 29500 167,021
12 28 1 176,625 29500 167,021
=1920,681

24 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
6.9 Perhitungan bk
Semen Pasir Kerikil Air Slump

(Kg) (Kg) (Kg) (L) (cm)


9,00 38,40 32,80 2,36 L 11

Umur {ϭb} bm ϭb-ϭbm 2 (Kg/cm2)


No P (Kg) (ϭb-ϭbm) Teg. Hancur ( s bm)
(hari) (Kg/cm2) (Kg/cm2)

1 7 7,3 84,885 4,004 16 88,889


2 7 7,3 84,885 4,004 16 88,889
3 7 11,2 84,885 -4,004 16 80,882
4 7 11,2 84,885 -4,004 16 80,882
5 21 7,6 111,583 -0,472 0 111,111
6 21 7,6 111,583 -0,472 0 111,111
7 21 11,1 111,583 0,472 0 112,055
8 21 11,1 111,583 0,472 0 112,055
9 28 7,5 111,583 21,750 473 133,333
10 28 7,5 111,583 21,750 473 133,333
11 28 11,3 111,583 55,438 3.073 167,021
12 28 11,3 111,583 55,438 3.073 167,021

Σ(ϭb−ϭ bm)2
S =√ 𝑛−1

2132,204
=√ 12−1

= 25,509

Mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan beton karakteristik.


Ϭbk = ϭbm – 1,69 x S
= 102,684– 1,69 x 50,748

=59,573 kg/cm2
Mutu beton dari praktikum K-60

25 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Standart Deviasi Mutu Beton Menurut PBI 71

S Tercapai K1 S Tidak Tercapai K2 K


No
1 1,92 2,38 1,37
2 1,87 2,24 1,29
3 1,83 2,12 1,23
4 1,80 2,04 1,19
5 1,79 1,40 1,15
6 1,75 1,90 1,12
7 1,73 1,85 1,10
8 1,71 1,80 1,07
9 1,69 1,77 1,06
10 1,68 1,73 1,04
11 1,67 1,69 1,03
12 1,65 1,60 1,01
13 1,64 1,60 1,00

26 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan analisis ayakan agregat halus, setelah
dimasukkan dalam grafik pasir ternyata belum memenuhi syarat
ASTM, hal ini menunjukkan bahwa pasir yang digunakan belum
semuanya memenuhi syarat untuk pembuatan beton.
2. Pada percobaan analisis ayakan agregat kasar, setelah dimasukkan
dalam grafik kerikil ternyata hanya masuk separuh pada grafik ASTM,
hal ini disebaabkan ukuran kerikil terlalu besar, untuk itu harus
ditambah kerikil yang lebih kecil.
3. Setelah dilakukan uji kuat tekan beton didapatkan beton dengan mutu
K 187 kg/cm2.
7.2 Saran
1. Faktor penyebab turunnya mutu beton diantaranya adalah:
 Pasir atau kerikil yang digunakan sebagai bahan campuran
pada waktu percobaan mempunyai mutu yang rendah.
 Pada saat percobaan tersebut terdapet kesalahan baik pada
pembacaan alat ataupun faktor lain misalnya tidak setabilnya
peralatan yang kita gunakan.
2. Kesalahan yang terjadi pada saat pencampuran material (Portland
Cement, pasir, kerikil dan air) akan mengakibatkan tidak sesuainya
mutu beton yang diharapkan, krena banyak rongga yang belum
terpenuhi atau perbandingan semen dengan air lebih banyak air.
3. Pada saat memasukkan air ke mesin pengaduk (molen), air harus
dituangkan sedikit demi sedikit guna menjaga kekentalan beton.

27 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n

Anda mungkin juga menyukai