1. Perencanaan pengelolaan sampah Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah. Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang. “Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu Menuju Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Produksi bersih (Zero waste) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga. 2. Tahapan-tahapan pengelolaan Tahapan-tahapan pengelolaan terdiri atas beberapa proses, mencakup proses dimulai dari sumber sampah, hingga proses pembuangan ke TPA. Diharapkan, dengan adanya pengelolaan sampah anorganik ini, tidak lagi menjadikan TPA sebagai satu-satunya cara pemecahan permasalahan sampah, melainkan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah adalah sebagai berikut (Aswadi, 2011) (Syahidah Amini Alwi) a. pemilahan Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik dan kaleng, sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa dipakai kembali dapat dibuang. b. pewadahan Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan. Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik menurut jenisnya/bahan, agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara sebelum dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan pernafasan, maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) Tertutup, (2) Tidak mudah rusak dan kedap air, (3) Mudah dan cepat dikosongkan serta diangkut, (4) Ekonomis dan mudah diperoleh.
Contoh perwadahan sampah anorganik
c. pengumpulan Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah (rumah ke rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Pola pengumpulan lain yang menjadi alternatif adalah Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masingmasing titik komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan (Mayun, 2009) (Mustaha) d. pengangkutan Jenis kendaraan pengangkut sampah yang digunakan untuk pola pengumpulan komunal langsung adalah jenis compactor truck dengan kapasitas 6 m3 dan arm roll truck yang berkapasitas 4 m3. Kendaraan jenis compactor truck memiliki kelebihan dapat melakukan pengepresan sampah sehingga kapasitas daya tampungnya dapat ditingkatkan. Dalam pemuatan maupun pembongkaran sampah, compactor truck dan arm roll dilengkapi dengan lengan tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh sopir sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah. (Mayun, 2009) (Mustaha) e. tempat pembuangan sementara (TPS) Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke tempat pembuangan sementara yang tersedia. f. penanganan sampah dengan konsep 3R Upaya penanganan diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan mulai dari sumbernya sampai sampai ke tempat pembuangan akhir. Ada beberapa cara menangani pengurangan sampah yang lebih dikenal dengan prinsip 3R meliputi kegiatan: 1) Reduce (Mengurangi) Kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan sampah secara keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah dalam jumlah yang nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan atau barang yang kita gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak kita menggunakan bahan atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Mengurangi produksi sampah dapat dilakukan dengan cara : a) Menggunakan bahan atau barang yang awet. b) Mengurangi penggunaan barang sekali pakai. c) Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan. d) Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru. e) Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja. f) Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang. 2) Reuse (Memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang – barang yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah. Pemakaian kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya dulu : a) Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainya. b) Memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu.Seperti kertas bekas, botol plastik, botol kaca masih dapat dipergunakan kembali untuk keperluan lainnya. Contohnya kertas, koran bekas dapat digunakan kembali sebagai pembungkus barang-barang, botol plastik digunakan sebagai tempat bibit tanaman. c) Menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripada yang sekali buang, sebagai misalnya : membeli batere yang dapat diisi ulang daripada batere sekali buang. 3) Recycle (Mendaur ulang) Sebisa mungkin barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak industri formal yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis yang dapat didaur ulang (misalnya : kertas, plastik, gelas, kaleng, botol, sisa kain), dilakukan pengepakan kemudian dijual kepada pengepul sampah sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke TPA.
B. Metode Pengolahan Sampah Anorganik
Metode pengolahan sampah anorganik yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut (Isti dkk, 2009) (Rahmi Mulyani Agus) : 1. Pengolahan sampah dengan Landfill Pada Landfill sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah dan sederhana, tetapi menimbulkan beberapa risiko antara lain: berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran (terutama bau dan kotoran) (Kholil dalam Isti dkk, 2009). 2. Pengolahan sampah dengan recycle Merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Proses recycle dipengaruhi oleh faktor fraksional (persentase) kemampuan memilah, waktu pengiriman dan waktu pengolahan. Sifat dari recycle adalah menunda penumpukan sampah yang sifatnya anorganik, maka lambat laun hasil atau produknya pun akan menjadi sampah kembali. Sampah anorganik yang berjumlah 44%, jika recycle sampah sebesar 25% dari jumlah sampah yang ada ditambah dengan peran pemulung yang melakukan pengangkutan untuk recycle secara informal sebesar 5 ton/bulan per orang, dan diasumsikan delay 6 bulan, maka proses recycle mampu menekan masuknya sampah yang dihasilkan masyarakat. Sebagai contoh proyeksi pada tahun 2025, sampah yang dihasilkan sebesar 83528 ton/bulan atau 1002348 ton pada tahun tersebut, hanya 636877 ton yang masuk ke TPA Bantar Gebang dengan adanya recycle. 3. Pengolahan sampah dengan incinerator Incinerator merupakan alat yag digunakan untuk membakar sampah padat. Cara ini mampu mengurangi timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran. Pembakaran sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya, yang mampu memperpanjang umur zona landfill dari dua tahun menjadi 4,5 tahun. Kecepatan pengolahan sampah ini akan mengurangi beban penumpukan sampah di TPA Bantar Gebang. Jika sampah yang diolah semakin banyak maka akan mengurangi sampah yang akan dibuang ke TPA Bantar Gebang, sehingga semakin rendah suplai sampah ke TPA dan semakin lama pula zona yang akan dipakai sebagai wadah landfill. Berbeda dengan recycle dan pengomposan yang hanya bisa dilakukan terhadap sampah anorganik atau organik saja, incenerator dapat dilakukan terhadap kedua jenis sampah tersebut, kecuali anorganik yang bersifat logam dan kaca, karena itu pula penurunan jumlah sampah di TPA dengan incinerator cukup signifikan. 4. Pengelolaan sampah dengan sistem MRF (Material Recovery Facility) (Kirana Sari, dkk, 2010) (Syahdad Ahmad) Untuk dapat meningkatkan nilai manfaat dan ekonomi sampah, perlu dilakukan pengolahan khusus, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan merancang sistem pengolahan sampah dengan Material Recovery Facility. Di dalam plant Material Recovery Facility yang akan dibangun ini, pengolahan yang dilakukan bertujuan agar sampah dapat memiliki nilai jual dan siap untuk digunakan sebagai bahan baku produksi suatu industri ataupun dipasarkan langsung kepada masyarakat. Pengolahan sampah yang dilakukan di Plant MRF terdiri dari recovery dan daur ulang dengan pemrosesan sebagai berikut: a. Ruang penerimaan Di ruang penerimaan ini muatan sampah dari alat pengangkut dibongkar untuk kemudian disalurkan ke conveyor pemilahan. b. Pemilahan Pemilahan dilakukan secara manual dengan bantuan conveyor belt sepanjang 10 meter. Sampah yang dipilah ada 8 jenis yaitu plastik HDPE lembaran, plastik HDPE keras, plastik PET, PP, dan Other, gelas/ kaca, kaleng/logam, dan kertas. Sampah yang terpilah dimasukkan ke dalam bin sampah beroda untuk ditransfer ke area-area pemilahan yang sesuai. c. Pencacahan Untuk plastik HDPE keras dan lembaran, PET, dan PP dilakukan proses pencacahan untuk memeperkecil ukuran plastik menggunakan mesin pencacah plastik dengan kapasitas 300 kg/ jam dengan output mengarah pada bak pencucian. d. pencucian Setelah melalui proses pencacahan, plastik2 yang dicacah masuk ke dalam bak pencucian dan dicuci menggunakan larutan deterjen dengan cara direndam. Bak pencucian terbuat dari pasangan batu bata plester dengan dimensi 3×2,11×1 meter. e. pengeringan Setelah melalui proses pencucian, plastik cacahan dikeringkan menggunakan dryer box. Dengan kapasitas hingga 3,2 ton. f. Daur ulang Plastik jenis Others didaur ulang menjadi tali tambang plastik dengan menggunakan mesin pemintal tali dengan kapasitas 50 kg/ jam. g. Pembuatan briket Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan menjadi briket dengan mencampurkannya bersama sisa kompos yang tidak lolos pengayakan dengan cara pirolisa. Kemudian karbon hasil pirolisa HDPE dan kompos sisa dipadatkan menggunakan alat pemadat briket. h. Pemadatan Pemadatan pada MRF dilakukan untuk sampah kertas, plasik others jenis kemasan refill, dan kaleng. Pemadatan menggunaka vertical baler. i. Pengemasan Plastik hasil cacahan, briket, botol kaca/gelas harus dikemas untuk memudahkan penjualan dan penyimpanan. Pengemasan menggunakan karung plastik yang kemudian dijahit menggunakan mesin penjahit karung. j. Penyimpanan Material-material yang belum terjual disimpan pada area penyimpanan seluas 28-40 m2. Produk recovery dan daur ulang ini siap dipasarkan dalam jumlah tertentu kepada produsen plastik, atau distributor briket dan tali tambang, serta industri lain yang membutuhkan hasil recovery sebagai bahan baku maupun pendukung. A. Pengelolaan Sampah Anorganik 1. Perencanaan pengelolaan sampah Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah. Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang. “Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu Menuju Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Produksi bersih (Zero waste) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga. 2. Tahapan-tahapan pengelolaan Tahapan-tahapan pengelolaan terdiri atas beberapa proses, mencakup proses dimulai dari sumber sampah, hingga proses pembuangan ke TPA. Diharapkan, dengan adanya pengelolaan sampah anorganik ini, tidak lagi menjadikan TPA sebagai satu-satunya cara pemecahan permasalahan sampah, melainkan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat. Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah adalah sebagai berikut (Aswadi, 2011) (Syahidah Amini Alwi) a. pemilahan Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi rumah tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik dan kaleng, sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa dipakai kembali dapat dibuang. b. pewadahan Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan. Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik menurut jenisnya/bahan, agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara sebelum dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan pernafasan, maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) Tertutup, (2) Tidak mudah rusak dan kedap air, (3) Mudah dan cepat dikosongkan serta diangkut, (4) Ekonomis dan mudah diperoleh. Contoh perwadahan sampah anorganik c. pengumpulan Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah (rumah ke rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Pola pengumpulan lain yang menjadi alternatif adalah Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masingmasing titik komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan (Mayun, 2009) (Mustaha) d. pengangkutan Jenis kendaraan pengangkut sampah yang digunakan untuk pola pengumpulan komunal langsung adalah jenis compactor truck dengan kapasitas 6 m3 dan arm roll truck yang berkapasitas 4 m3. Kendaraan jenis compactor truck memiliki kelebihan dapat melakukan pengepresan sampah sehingga kapasitas daya tampungnya dapat ditingkatkan. Dalam pemuatan maupun pembongkaran sampah, compactor truck dan arm roll dilengkapi dengan lengan tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh sopir sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah. (Mayun, 2009) (Mustaha) e. tempat pembuangan sementara (TPS) Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke tempat pembuangan sementara yang tersedia. f. penanganan sampah dengan konsep 3R Upaya penanganan diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan mulai dari sumbernya sampai sampai ke tempat pembuangan akhir. Ada beberapa cara menangani pengurangan sampah yang lebih dikenal dengan prinsip 3R meliputi kegiatan: 1) Reduce (Mengurangi) Kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan sampah secara keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah dalam jumlah yang nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan atau barang yang kita gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak kita menggunakan bahan atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Mengurangi produksi sampah dapat dilakukan dengan cara : a) Menggunakan bahan atau barang yang awet. b) Mengurangi penggunaan barang sekali pakai. c) Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan. d) Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga daripada menggantinya dengan yang baru. e) Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja. f) Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang. 2) Reuse (Memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang – barang yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah. Pemakaian kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya dulu : a) Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainya. b) Memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu.Seperti kertas bekas, botol plastik, botol kaca masih dapat dipergunakan kembali untuk keperluan lainnya. Contohnya kertas, koran bekas dapat digunakan kembali sebagai pembungkus barang-barang, botol plastik digunakan sebagai tempat bibit tanaman. c) Menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripada yang sekali buang, sebagai misalnya : membeli batere yang dapat diisi ulang daripada batere sekali buang. 3) Recycle (Mendaur ulang) Sebisa mungkin barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak industri formal yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis yang dapat didaur ulang (misalnya : kertas, plastik, gelas, kaleng, botol, sisa kain), dilakukan pengepakan kemudian dijual kepada pengepul sampah sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke TPA.
B. Metode Pengolahan Sampah Anorganik
Metode pengolahan sampah anorganik yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut (Isti dkk, 2009) (Rahmi Mulyani Agus) : 1. Pengolahan sampah dengan Landfill Pada Landfill sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah dan sederhana, tetapi menimbulkan beberapa risiko antara lain: berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran (terutama bau dan kotoran) (Kholil dalam Isti dkk, 2009). 2. Pengolahan sampah dengan recycle Merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Proses recycle dipengaruhi oleh faktor fraksional (persentase) kemampuan memilah, waktu pengiriman dan waktu pengolahan. Sifat dari recycle adalah menunda penumpukan sampah yang sifatnya anorganik, maka lambat laun hasil atau produknya pun akan menjadi sampah kembali. Sampah anorganik yang berjumlah 44%, jika recycle sampah sebesar 25% dari jumlah sampah yang ada ditambah dengan peran pemulung yang melakukan pengangkutan untuk recycle secara informal sebesar 5 ton/bulan per orang, dan diasumsikan delay 6 bulan, maka proses recycle mampu menekan masuknya sampah yang dihasilkan masyarakat. Sebagai contoh proyeksi pada tahun 2025, sampah yang dihasilkan sebesar 83528 ton/bulan atau 1002348 ton pada tahun tersebut, hanya 636877 ton yang masuk ke TPA Bantar Gebang dengan adanya recycle. 3. Pengolahan sampah dengan incinerator Incinerator merupakan alat yag digunakan untuk membakar sampah padat. Cara ini mampu mengurangi timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran. Pembakaran sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya, yang mampu memperpanjang umur zona landfill dari dua tahun menjadi 4,5 tahun. Kecepatan pengolahan sampah ini akan mengurangi beban penumpukan sampah di TPA Bantar Gebang. Jika sampah yang diolah semakin banyak maka akan mengurangi sampah yang akan dibuang ke TPA Bantar Gebang, sehingga semakin rendah suplai sampah ke TPA dan semakin lama pula zona yang akan dipakai sebagai wadah landfill. Berbeda dengan recycle dan pengomposan yang hanya bisa dilakukan terhadap sampah anorganik atau organik saja, incenerator dapat dilakukan terhadap kedua jenis sampah tersebut, kecuali anorganik yang bersifat logam dan kaca, karena itu pula penurunan jumlah sampah di TPA dengan incinerator cukup signifikan. 4. Pengelolaan sampah dengan sistem MRF (Material Recovery Facility) (Kirana Sari, dkk, 2010) (Syahdad Ahmad) Untuk dapat meningkatkan nilai manfaat dan ekonomi sampah, perlu dilakukan pengolahan khusus, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan merancang sistem pengolahan sampah dengan Material Recovery Facility. Di dalam plant Material Recovery Facility yang akan dibangun ini, pengolahan yang dilakukan bertujuan agar sampah dapat memiliki nilai jual dan siap untuk digunakan sebagai bahan baku produksi suatu industri ataupun dipasarkan langsung kepada masyarakat. Pengolahan sampah yang dilakukan di Plant MRF terdiri dari recovery dan daur ulang dengan pemrosesan sebagai berikut: a. Ruang penerimaan Di ruang penerimaan ini muatan sampah dari alat pengangkut dibongkar untuk kemudian disalurkan ke conveyor pemilahan. b. Pemilahan Pemilahan dilakukan secara manual dengan bantuan conveyor belt sepanjang 10 meter. Sampah yang dipilah ada 8 jenis yaitu plastik HDPE lembaran, plastik HDPE keras, plastik PET, PP, dan Other, gelas/ kaca, kaleng/logam, dan kertas. Sampah yang terpilah dimasukkan ke dalam bin sampah beroda untuk ditransfer ke area-area pemilahan yang sesuai. c. Pencacahan Untuk plastik HDPE keras dan lembaran, PET, dan PP dilakukan proses pencacahan untuk memeperkecil ukuran plastik menggunakan mesin pencacah plastik dengan kapasitas 300 kg/ jam dengan output mengarah pada bak pencucian. d. pencucian Setelah melalui proses pencacahan, plastik2 yang dicacah masuk ke dalam bak pencucian dan dicuci menggunakan larutan deterjen dengan cara direndam. Bak pencucian terbuat dari pasangan batu bata plester dengan dimensi 3×2,11×1 meter. e. pengeringan Setelah melalui proses pencucian, plastik cacahan dikeringkan menggunakan dryer box. Dengan kapasitas hingga 3,2 ton. f. Daur ulang Plastik jenis Others didaur ulang menjadi tali tambang plastik dengan menggunakan mesin pemintal tali dengan kapasitas 50 kg/ jam. g. Pembuatan briket Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan menjadi briket dengan mencampurkannya bersama sisa kompos yang tidak lolos pengayakan dengan cara pirolisa. Kemudian karbon hasil pirolisa HDPE dan kompos sisa dipadatkan menggunakan alat pemadat briket. h. Pemadatan Pemadatan pada MRF dilakukan untuk sampah kertas, plasik others jenis kemasan refill, dan kaleng. Pemadatan menggunaka vertical baler. i. Pengemasan Plastik hasil cacahan, briket, botol kaca/gelas harus dikemas untuk memudahkan penjualan dan penyimpanan. Pengemasan menggunakan karung plastik yang kemudian dijahit menggunakan mesin penjahit karung. j. Penyimpanan Material-material yang belum terjual disimpan pada area penyimpanan seluas 28-40 m2. Produk recovery dan daur ulang ini siap dipasarkan dalam jumlah tertentu kepada produsen plastik, atau distributor briket dan tali tambang, serta industri lain yang membutuhkan hasil recovery sebagai bahan baku maupun pendukung.