Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengelolaan Sampah Anorganik


1. Perencanaan pengelolaan sampah
Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang
lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan
mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan
sampah.
Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan
kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi penanganan plastik,
teknologi pembuatan kertas daur ulang. “Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu Menuju
Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan.
Produksi bersih (Zero waste) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping
yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan
limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat
diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.
2. Tahapan-tahapan pengelolaan
Tahapan-tahapan pengelolaan terdiri atas beberapa proses, mencakup proses dimulai
dari sumber sampah, hingga proses pembuangan ke TPA. Diharapkan, dengan adanya
pengelolaan sampah anorganik ini, tidak lagi menjadikan TPA sebagai satu-satunya cara
pemecahan permasalahan sampah, melainkan melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat. Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah
adalah sebagai berikut (Aswadi, 2011) (Syahidah Amini Alwi)
a. pemilahan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah
(organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi rumah
tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos yang berguna
untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik dan kaleng,
sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang dapat didaur
ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa
dipakai kembali dapat dibuang.
b. pewadahan
Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga
menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan
sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan.
Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik
menurut jenisnya/bahan, agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.
Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara sebelum
dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah
terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan
pernafasan, maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) Tertutup, (2) Tidak mudah rusak dan kedap air, (3) Mudah dan cepat
dikosongkan serta diangkut, (4) Ekonomis dan mudah diperoleh.

Contoh perwadahan sampah anorganik


c. pengumpulan
Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola
pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah
dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah (rumah ke
rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Pola pengumpulan lain yang
menjadi alternatif adalah Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari
masingmasing titik komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa
melalui kegiatan pemindahan (Mayun, 2009) (Mustaha)
d. pengangkutan
Jenis kendaraan pengangkut sampah yang digunakan untuk pola pengumpulan komunal
langsung adalah jenis compactor truck dengan kapasitas 6 m3 dan arm roll truck yang
berkapasitas 4 m3. Kendaraan jenis compactor truck memiliki kelebihan dapat melakukan
pengepresan sampah sehingga kapasitas daya tampungnya dapat ditingkatkan. Dalam
pemuatan maupun pembongkaran sampah, compactor truck dan arm roll dilengkapi dengan
lengan tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh sopir
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah. (Mayun, 2009) (Mustaha)
e. tempat pembuangan sementara (TPS)
Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke
tempat pembuangan sementara yang tersedia.
f. penanganan sampah dengan konsep 3R
Upaya penanganan diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan
mulai dari sumbernya sampai sampai ke tempat pembuangan akhir. Ada beberapa cara
menangani pengurangan sampah yang lebih dikenal dengan prinsip 3R meliputi kegiatan:
1) Reduce (Mengurangi)
Kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan sampah secara
keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah dalam jumlah yang
nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan atau barang yang kita
gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak kita menggunakan bahan
atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Mengurangi produksi
sampah dapat dilakukan dengan cara :
a) Menggunakan bahan atau barang yang awet.
b) Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
c) Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan.
d) Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga daripada
menggantinya dengan yang baru.
e) Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja.
f) Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang.
2) Reuse (Memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang – barang yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian
barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum
menjadi sampah. Pemakaian kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya dulu :
a) Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainya.
b) Memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu.Seperti kertas bekas,
botol plastik, botol kaca masih dapat dipergunakan kembali untuk keperluan lainnya.
Contohnya kertas, koran bekas dapat digunakan kembali sebagai pembungkus barang-barang,
botol plastik digunakan sebagai tempat bibit tanaman.
c) Menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripada yang sekali buang, sebagai misalnya :
membeli batere yang dapat diisi ulang daripada batere sekali buang.
3) Recycle (Mendaur ulang)
Sebisa mungkin barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, tidak
semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak industri formal yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai
ekonomis yang dapat didaur ulang (misalnya : kertas, plastik, gelas, kaleng, botol, sisa kain),
dilakukan pengepakan kemudian dijual kepada pengepul sampah sedangkan sampah
anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke TPA.

B. Metode Pengolahan Sampah Anorganik


Metode pengolahan sampah anorganik yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut
(Isti dkk, 2009) (Rahmi Mulyani Agus) :
1. Pengolahan sampah dengan Landfill
Pada Landfill sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan
membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah dan sederhana, tetapi
menimbulkan beberapa risiko antara lain: berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan
pencemaran (terutama bau dan kotoran) (Kholil dalam Isti dkk, 2009).
2. Pengolahan sampah dengan recycle
Merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas
pakai. Proses recycle dipengaruhi oleh faktor fraksional (persentase) kemampuan memilah,
waktu pengiriman dan waktu pengolahan.
Sifat dari recycle adalah menunda penumpukan sampah yang sifatnya anorganik, maka
lambat laun hasil atau produknya pun akan menjadi sampah kembali. Sampah anorganik yang
berjumlah 44%, jika recycle sampah sebesar 25% dari jumlah sampah yang ada ditambah
dengan peran pemulung yang melakukan pengangkutan untuk recycle secara informal sebesar
5 ton/bulan per orang, dan diasumsikan delay 6 bulan, maka proses recycle mampu menekan
masuknya sampah yang dihasilkan masyarakat. Sebagai contoh proyeksi pada tahun 2025,
sampah yang dihasilkan sebesar 83528 ton/bulan atau 1002348 ton pada tahun tersebut,
hanya 636877 ton yang masuk ke TPA Bantar Gebang dengan adanya recycle.
3. Pengolahan sampah dengan incinerator
Incinerator merupakan alat yag digunakan untuk membakar sampah padat. Cara ini
mampu mengurangi timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini
dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari
pemukiman untuk menghindari pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran. Pembakaran
sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya, yang mampu
memperpanjang umur zona landfill dari dua tahun menjadi 4,5 tahun.
Kecepatan pengolahan sampah ini akan mengurangi beban penumpukan sampah di
TPA Bantar Gebang. Jika sampah yang diolah semakin banyak maka akan mengurangi
sampah yang akan dibuang ke TPA Bantar Gebang, sehingga semakin rendah suplai sampah
ke TPA dan semakin lama pula zona yang akan dipakai sebagai wadah landfill. Berbeda
dengan recycle dan pengomposan yang hanya bisa dilakukan terhadap sampah anorganik atau
organik saja, incenerator dapat dilakukan terhadap kedua jenis sampah tersebut, kecuali
anorganik yang bersifat logam dan kaca, karena itu pula penurunan jumlah sampah di TPA
dengan incinerator cukup signifikan.
4. Pengelolaan sampah dengan sistem MRF (Material Recovery Facility) (Kirana Sari, dkk,
2010) (Syahdad Ahmad)
Untuk dapat meningkatkan nilai manfaat dan ekonomi sampah, perlu dilakukan
pengolahan khusus, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan merancang sistem
pengolahan sampah dengan Material Recovery Facility.
Di dalam plant Material Recovery Facility yang akan dibangun ini, pengolahan yang
dilakukan bertujuan agar sampah dapat memiliki nilai jual dan siap untuk digunakan sebagai
bahan baku produksi suatu industri ataupun dipasarkan langsung kepada masyarakat.
Pengolahan sampah yang dilakukan di Plant MRF terdiri dari recovery dan daur ulang
dengan pemrosesan sebagai berikut:
a. Ruang penerimaan
Di ruang penerimaan ini muatan sampah dari alat pengangkut dibongkar untuk
kemudian disalurkan ke conveyor pemilahan.
b. Pemilahan
Pemilahan dilakukan secara manual dengan bantuan conveyor belt sepanjang 10 meter.
Sampah yang dipilah ada 8 jenis yaitu plastik HDPE lembaran, plastik HDPE keras, plastik
PET, PP, dan Other, gelas/ kaca, kaleng/logam, dan kertas. Sampah yang terpilah dimasukkan
ke dalam bin sampah beroda untuk ditransfer ke area-area pemilahan yang sesuai.
c. Pencacahan
Untuk plastik HDPE keras dan lembaran, PET, dan PP dilakukan proses pencacahan
untuk memeperkecil ukuran plastik menggunakan mesin pencacah plastik dengan kapasitas
300 kg/ jam dengan output mengarah pada bak pencucian.
d. pencucian
Setelah melalui proses pencacahan, plastik2 yang dicacah masuk ke dalam bak
pencucian dan dicuci menggunakan larutan deterjen dengan cara direndam. Bak pencucian
terbuat dari pasangan batu bata plester dengan dimensi 3×2,11×1 meter.
e. pengeringan
Setelah melalui proses pencucian, plastik cacahan dikeringkan menggunakan dryer box.
Dengan kapasitas hingga 3,2 ton.
f. Daur ulang
Plastik jenis Others didaur ulang menjadi tali tambang plastik dengan menggunakan
mesin pemintal tali dengan kapasitas 50 kg/ jam.
g. Pembuatan briket
Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan menjadi briket dengan mencampurkannya
bersama sisa kompos yang tidak lolos pengayakan dengan cara pirolisa. Kemudian karbon
hasil pirolisa HDPE dan kompos sisa dipadatkan menggunakan alat pemadat briket.
h. Pemadatan
Pemadatan pada MRF dilakukan untuk sampah kertas, plasik others jenis kemasan
refill, dan kaleng. Pemadatan menggunaka vertical baler.
i. Pengemasan
Plastik hasil cacahan, briket, botol kaca/gelas harus dikemas untuk memudahkan
penjualan dan penyimpanan. Pengemasan menggunakan karung plastik yang kemudian
dijahit menggunakan mesin penjahit karung.
j. Penyimpanan
Material-material yang belum terjual disimpan pada area penyimpanan seluas 28-40
m2.
Produk recovery dan daur ulang ini siap dipasarkan dalam jumlah tertentu kepada
produsen plastik, atau distributor briket dan tali tambang, serta industri lain yang
membutuhkan hasil recovery sebagai bahan baku maupun pendukung.
A. Pengelolaan Sampah Anorganik
1. Perencanaan pengelolaan sampah
Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang
lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan
mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan
sampah.
Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan
kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi penanganan plastik,
teknologi pembuatan kertas daur ulang. “Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu Menuju
Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan.
Produksi bersih (Zero waste) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping
yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan
limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat
diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.
2. Tahapan-tahapan pengelolaan
Tahapan-tahapan pengelolaan terdiri atas beberapa proses, mencakup proses dimulai
dari sumber sampah, hingga proses pembuangan ke TPA. Diharapkan, dengan adanya
pengelolaan sampah anorganik ini, tidak lagi menjadikan TPA sebagai satu-satunya cara
pemecahan permasalahan sampah, melainkan melakukan pemberdayaan terhadap
masyarakat. Adapun bentuk pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah sampah
adalah sebagai berikut (Aswadi, 2011) (Syahidah Amini Alwi)
a. pemilahan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengadakan pemilahan sampah basah
(organik) dan sampah kering (anorganik) oleh masing-masing rumah tangga. Bagi rumah
tangga yang memiliki lahan, dapat mengolah sampah basah menjadi kompos yang berguna
untuk tanaman, sedangkan untuk sampah kering seperti kertas, botol, plastik dan kaleng,
sebelum dibuang sebaiknya dipilah dulu, dikarenakan sampah tersebut ada yang dapat didaur
ulang atau digunakan kembali, bisa juga diberikan kepada pemulung dan yang tidak bisa
dipakai kembali dapat dibuang.
b. pewadahan
Pola pewadahan yang direncanakan adalah pola individual, yaitu setiap keluarga
menyediakan pewadahan, wadah ditempatkan di halaman depan rumah atau di pinggir jalan
sehingga mempermudah pada saat pengumpulan dan pengangkutan.
Maksud dari pewadahan sampah ini adalah untuk memisahkan sampah anorganik
menurut jenisnya/bahan, agar memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.
Pewadahan yang merupakan suatu cara penampungan sampah untuk sementara sebelum
dipindahkan ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk mencegah
terjadinya kebocoran atau menimbulkan bau sehingga mengganggu lingkungan dan
pernafasan, maka semua sampah harus disimpan dalam wadah yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) Tertutup, (2) Tidak mudah rusak dan kedap air, (3) Mudah dan cepat
dikosongkan serta diangkut, (4) Ekonomis dan mudah diperoleh.
Contoh perwadahan sampah anorganik
c. pengumpulan
Untuk menangani masalah persampahan yang bersumber dari rumah tangga, pola
pengumpulan yang dianjurkan adalah pola individual tak langsung, dimana sampah
dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap sumber sampah (rumah ke
rumah) dan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Pola pengumpulan lain yang
menjadi alternatif adalah Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari
masingmasing titik komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa
melalui kegiatan pemindahan (Mayun, 2009) (Mustaha)
d. pengangkutan
Jenis kendaraan pengangkut sampah yang digunakan untuk pola pengumpulan komunal
langsung adalah jenis compactor truck dengan kapasitas 6 m3 dan arm roll truck yang
berkapasitas 4 m3. Kendaraan jenis compactor truck memiliki kelebihan dapat melakukan
pengepresan sampah sehingga kapasitas daya tampungnya dapat ditingkatkan. Dalam
pemuatan maupun pembongkaran sampah, compactor truck dan arm roll dilengkapi dengan
lengan tarik hidrolik sehingga dapat bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh sopir
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah. (Mayun, 2009) (Mustaha)
e. tempat pembuangan sementara (TPS)
Setelah sampah dikumpulkan dan diangkut, maka selanjutnya sampah dibuang ke
tempat pembuangan sementara yang tersedia.
f. penanganan sampah dengan konsep 3R
Upaya penanganan diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah secara signifikan
mulai dari sumbernya sampai sampai ke tempat pembuangan akhir. Ada beberapa cara
menangani pengurangan sampah yang lebih dikenal dengan prinsip 3R meliputi kegiatan:
1) Reduce (Mengurangi)
Kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkin menghilangkan sampah secara
keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah dalam jumlah yang
nyata. Oleh karena itu kita harus mengurangi pengunaan bahan atau barang yang kita
gunakan dalam aktivitas kita sehari-hari, karena semakin banyak kita menggunakan bahan
atau barang, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Mengurangi produksi
sampah dapat dilakukan dengan cara :
a) Menggunakan bahan atau barang yang awet.
b) Mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
c) Mengurangi belanja barang yang tidak terlalu dibutukan.
d) Merawat dan memperbaiki pakaian, mainan, perkakas dan peralatan rumah tangga daripada
menggantinya dengan yang baru.
e) Menggunakan kantong plastik (kresek)3 sampai 5 kali untuk berbelanja.
f) Menggunakan keranjang atau kantong yang dapat digunakan berulang ulang.
2) Reuse (Memakai kembali)
Sebisa mungkin pilihlah barang – barang yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian
barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum
menjadi sampah. Pemakaian kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya dulu :
a) Menggunakan kembali kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainya.
b) Memanfaatkan barang kemasan menjadi tempat penyimpanan sesuatu.Seperti kertas bekas,
botol plastik, botol kaca masih dapat dipergunakan kembali untuk keperluan lainnya.
Contohnya kertas, koran bekas dapat digunakan kembali sebagai pembungkus barang-barang,
botol plastik digunakan sebagai tempat bibit tanaman.
c) Menggunakan bahan yang bisa dipakai ulang daripada yang sekali buang, sebagai misalnya :
membeli batere yang dapat diisi ulang daripada batere sekali buang.
3) Recycle (Mendaur ulang)
Sebisa mungkin barang - barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang, tidak
semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak industri formal yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai
ekonomis yang dapat didaur ulang (misalnya : kertas, plastik, gelas, kaleng, botol, sisa kain),
dilakukan pengepakan kemudian dijual kepada pengepul sampah sedangkan sampah
anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dibuang ke TPA.

B. Metode Pengolahan Sampah Anorganik


Metode pengolahan sampah anorganik yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut
(Isti dkk, 2009) (Rahmi Mulyani Agus) :
1. Pengolahan sampah dengan Landfill
Pada Landfill sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan
membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat murah dan sederhana, tetapi
menimbulkan beberapa risiko antara lain: berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan
pencemaran (terutama bau dan kotoran) (Kholil dalam Isti dkk, 2009).
2. Pengolahan sampah dengan recycle
Merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas
pakai. Proses recycle dipengaruhi oleh faktor fraksional (persentase) kemampuan memilah,
waktu pengiriman dan waktu pengolahan.
Sifat dari recycle adalah menunda penumpukan sampah yang sifatnya anorganik, maka
lambat laun hasil atau produknya pun akan menjadi sampah kembali. Sampah anorganik yang
berjumlah 44%, jika recycle sampah sebesar 25% dari jumlah sampah yang ada ditambah
dengan peran pemulung yang melakukan pengangkutan untuk recycle secara informal sebesar
5 ton/bulan per orang, dan diasumsikan delay 6 bulan, maka proses recycle mampu menekan
masuknya sampah yang dihasilkan masyarakat. Sebagai contoh proyeksi pada tahun 2025,
sampah yang dihasilkan sebesar 83528 ton/bulan atau 1002348 ton pada tahun tersebut,
hanya 636877 ton yang masuk ke TPA Bantar Gebang dengan adanya recycle.
3. Pengolahan sampah dengan incinerator
Incinerator merupakan alat yag digunakan untuk membakar sampah padat. Cara ini
mampu mengurangi timbunan sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 62,6%. Metode ini
dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari
pemukiman untuk menghindari pencemaran (asap dan bau) dan kebakaran. Pembakaran
sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya, yang mampu
memperpanjang umur zona landfill dari dua tahun menjadi 4,5 tahun.
Kecepatan pengolahan sampah ini akan mengurangi beban penumpukan sampah di
TPA Bantar Gebang. Jika sampah yang diolah semakin banyak maka akan mengurangi
sampah yang akan dibuang ke TPA Bantar Gebang, sehingga semakin rendah suplai sampah
ke TPA dan semakin lama pula zona yang akan dipakai sebagai wadah landfill. Berbeda
dengan recycle dan pengomposan yang hanya bisa dilakukan terhadap sampah anorganik atau
organik saja, incenerator dapat dilakukan terhadap kedua jenis sampah tersebut, kecuali
anorganik yang bersifat logam dan kaca, karena itu pula penurunan jumlah sampah di TPA
dengan incinerator cukup signifikan.
4. Pengelolaan sampah dengan sistem MRF (Material Recovery Facility) (Kirana Sari, dkk,
2010) (Syahdad Ahmad)
Untuk dapat meningkatkan nilai manfaat dan ekonomi sampah, perlu dilakukan
pengolahan khusus, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan merancang sistem
pengolahan sampah dengan Material Recovery Facility.
Di dalam plant Material Recovery Facility yang akan dibangun ini, pengolahan yang
dilakukan bertujuan agar sampah dapat memiliki nilai jual dan siap untuk digunakan sebagai
bahan baku produksi suatu industri ataupun dipasarkan langsung kepada masyarakat.
Pengolahan sampah yang dilakukan di Plant MRF terdiri dari recovery dan daur ulang
dengan pemrosesan sebagai berikut:
a. Ruang penerimaan
Di ruang penerimaan ini muatan sampah dari alat pengangkut dibongkar untuk
kemudian disalurkan ke conveyor pemilahan.
b. Pemilahan
Pemilahan dilakukan secara manual dengan bantuan conveyor belt sepanjang 10 meter.
Sampah yang dipilah ada 8 jenis yaitu plastik HDPE lembaran, plastik HDPE keras, plastik
PET, PP, dan Other, gelas/ kaca, kaleng/logam, dan kertas. Sampah yang terpilah dimasukkan
ke dalam bin sampah beroda untuk ditransfer ke area-area pemilahan yang sesuai.
c. Pencacahan
Untuk plastik HDPE keras dan lembaran, PET, dan PP dilakukan proses pencacahan
untuk memeperkecil ukuran plastik menggunakan mesin pencacah plastik dengan kapasitas
300 kg/ jam dengan output mengarah pada bak pencucian.
d. pencucian
Setelah melalui proses pencacahan, plastik2 yang dicacah masuk ke dalam bak
pencucian dan dicuci menggunakan larutan deterjen dengan cara direndam. Bak pencucian
terbuat dari pasangan batu bata plester dengan dimensi 3×2,11×1 meter.
e. pengeringan
Setelah melalui proses pencucian, plastik cacahan dikeringkan menggunakan dryer box.
Dengan kapasitas hingga 3,2 ton.
f. Daur ulang
Plastik jenis Others didaur ulang menjadi tali tambang plastik dengan menggunakan
mesin pemintal tali dengan kapasitas 50 kg/ jam.
g. Pembuatan briket
Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan menjadi briket dengan mencampurkannya
bersama sisa kompos yang tidak lolos pengayakan dengan cara pirolisa. Kemudian karbon
hasil pirolisa HDPE dan kompos sisa dipadatkan menggunakan alat pemadat briket.
h. Pemadatan
Pemadatan pada MRF dilakukan untuk sampah kertas, plasik others jenis kemasan
refill, dan kaleng. Pemadatan menggunaka vertical baler.
i. Pengemasan
Plastik hasil cacahan, briket, botol kaca/gelas harus dikemas untuk memudahkan
penjualan dan penyimpanan. Pengemasan menggunakan karung plastik yang kemudian
dijahit menggunakan mesin penjahit karung.
j. Penyimpanan
Material-material yang belum terjual disimpan pada area penyimpanan seluas 28-40
m2.
Produk recovery dan daur ulang ini siap dipasarkan dalam jumlah tertentu kepada
produsen plastik, atau distributor briket dan tali tambang, serta industri lain yang
membutuhkan hasil recovery sebagai bahan baku maupun pendukung.

Anda mungkin juga menyukai