Anda di halaman 1dari 8

1.1.

TERMOPLASTIK
Termoplastik adalah jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan
akan mengeras jika didinginkan dan proses ini bisa dilakukan berulang kali. Nama
termoplastik diperoleh dari sifat plastik ini yang bisa dibentuk ulang dengan
proses pemanasan. Secara sederhana termoplastik adalah jenis plastik yang bisa
didaur ulang. Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut.

Bentuk struktur bercabang termoplastik.

1.2. Sifat – sifat Termoplastik


Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :
1. Berat molekul kecil.
2. Tidak tahan terhadap panas.
3. Jika dipanaskan akan melunak dan jika didinginkan akan mengeras.
4. Mudah untuk diregangkan dan Fleksibel.
5. Titik leleh rendah.
6. Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
7. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
8. Memiliki struktur molekul linier/bercabang.

1.3. Macam – macam Bahan Dari Jenis Termoplastik


a. Polietilen
Polietilen dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen, yang dapat diperoleh
dengan memberi hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak (nafta), gas
alam atau asetilaen. Polimerisasi etilen ditunjukkan pada reaksi di bawah.
Berdasarkan tekanan pada polimerisasinya, polietielen dibagi menjadi :
Polietilen massa jenis rendah (LDPE) , massa jenis 0,910-0,926
Polietilen massa jenis medium (MDPE), massa jenis 0,926-0,940
Polietien massa jenis medium (HDPE), massa jenis 0,941-0,965.
Polietielen dengan berat molekulnya rendah, 1.000-12.000 dan polietilen
dengan berat molekul sangat tinggi (1-4 juta) demikian pula polietilen yang
kopolimerkan dan pada berbagai jenis rantai.
Secara kimia polietilen merupakan parafin yang mempunyai berat molekul
tinggi. Karena sifat-sifatnya serupa dengan paraffin, terbakar kalau dinyalakan
dan menjadi cair, menjadi rata kalau dijatuhkan di atas air.

b. Polipropilen
Bahan baku polipropilen diperoleh dengan menguraikan petroleum (nafta)
dengan metode yang sama dengan etilen. Sifat-sifat polipropilen serupa dengan
sifat-sifat polietilen. Massa jenisnya rendah(0.9-0.92), dan termsuk jenis yang
paling ringan diantara bahan polimer. Dapat terbakar, dan jika dibandingkan
dengan polietilen yang bermassa jenis tinggi, polimer ini memiliki titik lunak,
kekuatan tarik, kekuatan lentur dan kekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan
impaknya rendah terutama pada suhu rendah.
Polipropilen banyak dipakai sebagai bahan dalam produksi peralatanrumah
tangga, peralatan listrik, dan komponen mobil. Hal ini disebabkan karena sifat
polimer ini yang mengkilap, permukaan yang licin, mampu cetak yang baik dan
tembus cahaya serta dapat di buat menjadi karung, tali, botol minuman, serat, bak
air, insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadani.

c. Polistiren
Bahan yang khusus di gunakan untuk injeksi dan ekstruksi. Ciri-ciri khasnyaialah
berat jenis yang rendah (1.07), daya tahan terhadap air dan zat kimia, stabilitas
dimensi dan kemampuan isolasi (pengganti karet yang baik untuk isolasi listrik).
Polistiren tidak bewarna dan merupakan resin transparan yang dapat diwarnai
secara bening. Memiliki sifat listrik yang baik terutama pada frekuensi tinggi.
Polistiren dapat larut dalam keton, ester dan pelarut hidrokarbon aromatic.

d. Polimetil Metaklirat
Polistiren dengan kekerasan permukaan yang dimodifikasikan dapat
menggantikan gelas sebagai lensa optic. Bahan ini mudah dibentuk menjadi
permukaan yang melengkung yang dapat dipakai untuk kaca pelindung pada
pesawat terbang atau sepeda motor.

e. Polivinil Asetat (PVAC), Polivinil Alkohol


Polivinil asetat mempunyai gugus asetat yang besar dalam rantai samping dan
tidak pernahmengkristal.Resin vinil asetat memiliki kekuatan mekanik rendah,
ketahanan panas yang rendah, lebih mahal dari resin vinil klorida, dan ketahanan
kimianya rendah. Sedangkan Polivinil Alkohol dibuat dengan penyabunan
Polivinil Asetat.

f. Nitrouselulosa (seluloid)
Nitroselulosa adalah resin yang telah lama dikenal dengan mencampurkan
nitroselulosa, kamper, alcohol dan zat pewarna, dan menghilangkan pelarut.
Bahan ini kuat, dan daya serap airnya rendah, baik dalam ketelitian dimensi dan
kemampuan pemprosesan secara mekanik, melunak pada suhu air panas dan
mudah dicetak. Namun demikian memiliki sifat yang kurang menguntungkan
yaitu; sangat mudah terbakar dan berbahaya dalam penggunaannya.

g. Polifenilen Oksida (PPO)


PPO unggul dalam kekuatan, ketahanan panas, bahan kimia, air dan sifat
listrik, tapi tak begitu baik dalam kemampuan cetaknya. Bahan memiliki massa
jenis rendah sekitar 1,06, bersifat dapat padam sendiri, tak tembus cahaya, dan
temperature cetak 290-350 ˚C.

h. olikarbonat Aromatic
Ini adalah resin termoplastik dengan ikatan polikarbonat aromatic Rantai
molekul mempunyai gugus aromatic, adalah kaku lebih kristalin dan terikat kuat .
Karena terikat dengan ikatan ester, maka ketahanan alkalinya lemah. Bahan ini
tidak berwarna, tembus cahaya dengan massa jenis 1,2 dan dan dapat padam
sendiri bila terbakar. Dalam pemanfaatannya, polkarbonat dipergunakan luas
untuk komponen elektronik dan listrik.
2.1. ELASTAMOR
Elastomer adalah polimer elastis atau dapat mulur jika ditarik, tetap kembali
ke bentuk awal jika gaya tarik dihilangkan. Elastisitas ini diperoleh dari tumpang
tindih antara rantai-rantai polimer yang memungkinkan rantai-rantai ditarik, dan
ikatan silang (crosslink) yang akan menarik kembali rantai-rantai tersebut ke
susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer adalah karet sintetis SBR.
Proses lain yang sering terjadi pada gabungan reaksi dengan reaksi adisi atau
reaksi kondensasi merupakan gabungan/ikatan bersama dari banyak rantai
polimer. Hal ini disebut ikatan silang, dan ikatan silang ini memberikan kekuatan
tambahan terhadap polimer. Pada tahun 1844, Charles Goodyear telah
menemukan bahwa lateks dari pohon karet yang dipanaskan dengan belerang
dapat membentuk ikatan silang antara rantai-rantai hidrokarbon di dalam lateks
cair. Karet padat yang dibentuk dapat digunakan pada ban dan bola-bola karet.
Proses ini disebut vulkanisasi, untuk menghormati dewa Romawi yang bernama
Vulkan.
Perhatikan Gambar berikut, karet alam merupakan polimer adisi alam yang
paling penting. Karet disadap dari pohon karet dalam bentuk suspensi di dalam air
yang disebut lateks. Karet alam adalah polimer isoprena.

Gambar Karet alam dan karet sintetis Lateks atau karet alam yang
dihasilkan dari pohon karet bersifat lunak/lembek dan lengket bila dipanaskan

Karet mempunyai warna putih hingga kuning kecoklatan. Ban mobil


berwarna hitam karena karbon yang berallotrop dengan karbon hitam
ditambahkan untuk memperkuat polimer.
Bila sepotong vulkanisir, karet yang berikatan silang Seperti pita karet diulur
kemudian dilepas, maka ikatan silang itu akan menarik rantai-rantai polimer
kembali ke bentuk semula. Tanpa proses vulkanisasi, rantai-rantai polimer
tersebut akan meluncur lepas ke satu monomer yang lainnya.
Kekuatan rantai dalam elastomer (karet) terbatas, akibat adanya struktur
jaringan, tetapi energi kohesi harus rendah untuk memungkinkan peregangan.
Contoh elastomer yang banyak digunakan adalah poli (vinil klorida), polimer
stirena-butadiena-stirena (SBS) merupakan jenis termoplastik elastomer. Saat
perang dunia II, persediaan karet alam berkurang, industri polimer tumbuh dengan
cepat karena ahli kimia telah meneliti untuk pengganti karet. Beberapa pengganti
yang berhasil dikembangkan adalah neoprena yang kini digunakan untuk
membuat selang/pipa air untuk pompa gas, dan karet stirena – buatdiena (SBR
/styrene – butadiene rubber), yang digunakan bersama dengan karet alam untuk
membuat ban-ban mobil. Meskipun pengganti – pengganti karet sintesis ini
mempunyai banyak sifat- sifat yang diinginkan, namun tidak ada satu pengganti
karet sintesis ini yang mempunyai semua sifat-sifat dari karet alam yang
dinginkan.

3.1. TERMOSET
Termoset mempunyai bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika
dipanaskan. Hal ini dikarenakan termoset memiliki banyak ikatan kovalen yang
sangat kuat di antara rantai-rantainya. (Namun pemanasan yang terlalu tinggi
akan menyebabkan ikatan-ikatan tersebut putus dan termoset akan terbakar).
Contoh termoset adalah bakelit.

4.1. KRISTALINITAS PAD A POLIMER


Material polimer dapat dijumpai dalam keadaan kristalin. Namun, karena
polimer tergolong molekul, bukan atom atau ion seperti halnya pada logam dan
keramik, maka susunann atomnya lebih kompleks. Kita berasumsi kristalinitas
polimer sebagai susunan rantai molekul yang membentuk geometri atom yang
teratur. Strukur kristal dapat digambarkan sebagai unit sel yang seringkali terlihat
rumit. Gambar menujukkan satu unit sel untuk polietilen dan hubungannya
dengan struktur rantai moleku. Unit sel ini berbentuk geometri ortorhombik.
Tentunya, rantai molekul juga memanjang terus.
(tak berhenti untuk satu sel saja, unit sel yang lain juga terbentuk karena
adanya interaksi antara rantai molekul yang berdekatan tersebut. Namun perlu
diingat bahwa rantai molekul tersebut dapat berotasi, melintir, terpilin hingga
bentuknya acak / tak beraturan buka kembali penjelasan tentang bentuk molekul
polimer. Sehingga, sebuah kristal polimer terjadi jika rantai molekul satu dengan
yang lain berdekatan dan berinteraksi).

Gambar 14.10 Susunan Rantai Molekul pada Unit Sel Polyethylene

Subtansi molekul yang memiliki molekul kecil hanya memiliki dua


kemungkinan struktur yaitu seluruhnya kristalin atau seluruhnya amorfus.
Sedangkan material polimer biasanya semi-kristalin, memiliki daerah kristalin
yang terdispersi dalam struktur amorfus. Adanya rantai yang tidak teratur akan
membentuk daerah amorfus karena adanya twisting, kinking, dan coiling
(melintir, berkelok-kelok, memilin) dari rantai untuk menjaga susunan setiap
segmen tetap teratur pada rantai molekul. Pengaruh struktural lain terhadap luas
kristalinitas pada molekul polimer akan dibahas singkat.
Tingkat kristalinitas merupakan perbandingan antara struktur kristalin dan
struktur amorf. Densitas polimer kristalin lebih besar daripada densitas polimer
amorf meskipun material dan berat molekulnya sama. Hal ini dikarenakan rantai
molekul pada struktur kristalin lebih padat tersusun bersama. Derajat kristalinitas
ditentukan melalui perhitungan densitasnya dengan akurat sesuai dengan
persamaan berikut.
Perhitungan derajat kristainitas polimer

Dimana ps adalah densitas spesimen saat persentasi kristalinitasnya


diketahui, pa adalah densitas ketika polimer seluruhnya amorf, dan pc adalah
densitas ketika polimer seluruhnya kristalin. Nilai pa dan pc harus diketahui secara
eksperimental.
Derajat kristalinitas dari polimer bergantung pada laju pendinginan selama
solidifikasi (proses dimana konfigurasi rantai terbentuk). Selama kristalisasi
ketika pendinginan melewati temperatur melting, rantai yang sangat acak dalam
keadaan liquid harus diasumsikan sebagai susunan yang teratur. Dalam proses ini,
waktu yang cukup harus diberikan agar rantai dapat bergerak dan menyusun
dirinya hingga teratur.
Secara kimia, konfigurasi rantai dapat mempengaruhi kemampuan polimer
terkristalisasi. Kristalisasi tidak mudah terbentuk pada polimer yang memiliki
repeat unit yang kompleks seperti polyisoprene. Kristalisasi juga tidak mudah
dilakukan pada polimer yang sederhana meskipun dengan pendinginan cepat.
Untuk polimer linier, kristalisasi mudah diselsaikan karena hanya terdapat
sedikit halangan untuk mencegah proses penyusunan rantai. Adanya cabang akan
menggangu kristalisasi, sehingga polimer cabang biasanya tidak pernah memiliki
derajat kristalinitas tinggi. Pada kenyataannya terlalu banyak cabang akan
mencegah terjadinya kristalisasi. Sedangkan kebanyakan polimer ikat silang dan
jaringan seluruhnya amorf karena adanya ikat silang mencegah rantai polimer
untuk menyusun kembali struktur kristalnya. Sedikit diantara polimer ikat silang
memiliki struktur kristalin sebagaian. Pun demikian, streoisomers, atactic sulit
dikristalisasi. Sedangkan polimer isotactic dan syndiotactic polimer merupakan
polimer yang lebih mudah dikristalisasi karena keteraturan geometrinya
menfasilitasi proses fitting (penyesuaian) bersama membentuk rantai yang
berdekatan. Pun, gugus atom yang besar cenderung sulit dikristalisasi.
Sedangkan untuk kopolimer, susunan atom yang acak akan memiliki
kecenderungan membentuk nonkristalin. Sehingga random dan graft kopolimer
berstruktur amorf. Sedangkan alternating dan block kopolimer cenderung mudah
terkristalisasi.
Sifat fisik material polimer juga seringkali dipengaruhi oleh derajat
kristalinitas ini. Polimer kristalin biasanya lebih kuat dan lebih tahann terhadap
dissolution dan pelunakan akibat panas.

Anda mungkin juga menyukai