Anda di halaman 1dari 8

Bab 2.

Etika Terhadap Allah dan Rasulullah

A. Pengertian Etika terhadap Allah

Etika terhadap Allah merupakan wujud kepribadian diri kita dalam bermunajah kepada sang pencipta,
yaitu Allah swt, dengan cara bertakwa melakukan segala perintahnya dan menjauhkan segala
larangannya.

3 etika :

 Menjaga hati
 Menjaga pikiran Untuk menyucikan Allah dan seluruh tingkah lakunya diridai Allah
 Menjaga tingkah laku

Etika terhadap Allah

 Mengikhlaskan seluruh amal perbuatan hanya untuk Allah SWT semata


 Berhati-hati dari terjerumus ke dalam kesyirikan.
 Beribadah kepada Allah dan melaksanakan kewajiban-kewajiban-Nya sesuai perintah.
 Mensyukuri semua nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada diri kita.
 Tidak mengatakan sesuatu apapun mengenai Allah melainkan dengan ilmu.
 Mengagungkan dan memuliakan Allah serta mengagungkan syi’ar-syi’ar-Nya.
 Menanamkan perasaan kepada diri bahwa Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa mengawasi segala
amal perbuatan yang tampak dan tersembunyi.
 Takut dan khawatir akan siksa Allah ‘Azza wa Jalla serta mengharap rahmat-Nya
 Berdo’a merendahkan diri dan pasrah di hadapan Allah Tabaaroka wa Ta’aala.
 Tidak putus asa dari rahmat dan ampunan
 Yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan, kehidupan dan kematian hanya ada di tangan
Allah
 Berprasangka baik kepada Allah
 Sabar atas semua takdir Allah membenarkan setiap kabar dari-Nya, dan melaksanakan semua
kewajiban yang dibebankan kepada kita.
 Berpegang teguh dengan ajaran Islam.
Bab 3.

Sumber Hukum Islam Jadid

A. Al-Qur’an
 Secara bahasa : Bacaan
 Secara istilah : Firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara malaikat jibril yang merupakan mukjizat dan
menggunakan bahasa arab berisi tentang pedoman dan petunjuk
hidup bagi manusia.
 Pesona kemujikzatan Al-Qur’an
 Mukjizat dari segi Bahasa
 Mukjizat dari segi Ilmu Pengetahuan
 Mukjizat dari segi Syariat
 Mukjizat dari segi berita ghaib
 Fungsi dan tujuan al-qur’an
 Sebagai petunjuk
 Sebagai peringatan dan penyejuk
 Sebagai sumber pokok ajaran islam
 Pokok kandungan Al-qur’an
 Aqidah (keyakinan terhadap rukun iman, dll)
 Ibadah (penghambaan diri pada Allah)
 Muamalah (hubungan antara sesama manusia)
 Akhlak (pola perilaku manusia)
 Hukum (cara pengambilan keputusan thd perbuatan manusia)
 Sejarah (kisah umat terdahulu)
 Dasar-Dasar Ilmu pengetahuan (biologi,antropologi, dll)
 Dimensi Keilmuan dalam Al-qur’an
 Tersurat (Al-Qur’an)
 Tersirat (Alam dan kehidupan)
 Mengakrabi Al-qur’an
 Memantapkan keimanan
 Memantapkan al-qur’an
 Mengamalkan al-qur’an
 Mendakwahkan al-qur’an
B. Hadits
 Pengertian Hadits
 Sunnah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa
perkataan, perbuatan,taqrir (peretujuan), atau hammiyah (cita-cita).
 Hadits : Perkataan orang tentang sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW.
 Kedudukan dan Fungsi Hadits
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al Quran.
Fungsi hadits terhadap al Quran :
 Menguatkan Hukum
 Memberikan Rincian
 Membatasi Kemuthlakan
 Memberikan Pengecualian
 Menetapkan Hukum Baru
 Unsur-unsur Hadits
 Sanad : Sandaran hadits atau rangkaian para periwayat yang menukilkan hadits.
 Matan : Isi hadits.
 Rawi : Orang yang menerima suatu hadits dan menyampaikannya kepada yang lain.
 Jenis-Jenis Hadits
 Qauliyyah (Perkataan Rasul)
 Fi’liyyah (Perbuatan Rasul)
 Taqririyyah (Persetujuan Rasul)
 Hammiyyah (Cita-Cita Rasul)
 Tingkatan Hadits
 Mutawatir : Diriwayatkan oleh dan dari banyak perawi.
 Masyhur : Pada awalnya diriwayatkan oleh seorang perorang tetapi pada tingkat
akhirnya diriwayatkan oleh banyak perawi.
 Ahad : Hadis yang diriwayatkan hanya oleh seorang ke seseorang.
C. Ijtihad
 Pengertian Ijtihad
 Etimologis : kesungguhan
 Terminologis : “Usaha mujtahid dengan segenap kesungguhan dan kesanggupan
untuk mendapatkan ketentuan hukum sesuatu masalah dengan
menggunakan metodologi yang benar dari kedua sumber hukum
al Quran dan al Sunnah.
 Sumber-sumber Ijtihad
 Ayat-Ayat al Quran
 Hadis Rasul
 Ijma para sahabat Nabi
 Macam-macam Ijtihad
 Qiyas
Menyamakan dengan menetapkan suatu hukum dalam perkara baru yang memang
belum pernah di masa sebelumnya terjadi akan tetapi mempunyai kemiripan
seperti manfaat, sebab, bahaya atau berbagai macam aspek dalam perkara yang
sebelumnya sehingga hukumnya sama
 Ijma
Suatu kesepakatan hukum yang telah diambil berasal dari fatwa atau musyawarah
yang dilakukan oleh para Ulama mengenai suatu perkara yang tak ditemukan
hukumnya dalam Al-Quran atau hadits
 Mashalih Mursalah (Imam Maliki)
Suatu cara untuk menetapkan hukum mengacu atas dasar pertimbangan manfaat
dan kegunaannya
 Saddu Adzari’ah
Suatu cara memutuskan perkara yang mbah makruh atau haram untuk kepentingan
bersama atau umat.
 Istishab
Suatu tindakan dalam melakukan penetapan ketetapan hingga hadir alasan yang
dapat mengubahnya
 ‘Uruf
Suatu tindakan untuk menentukan suatu perkara yang berdasar pada adat istiadat
yang senantiasa berlaku di masyarakat dan tak bertentangan dengan Al-Quran dan
hadits
 Istihsan
Suatu tindakan dengan cara meninggalkan suatu hukum kepada hukum yang
lainnya dimana disebabkan adanya suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk kita
meninggalkannya.
 Tingkatan Pengamalan Syari’ah
 Taqlid (mengikuti pendapat ulama)
 Ittiba’ (berusaha memahami proses ijtihad para mujtahid)
 Ijtihad.
 Tujuan ijtihad
Tujuan Ijtihad yaitu untuk memenuhi kebutuhan umat manusia dalam melakukan ibadah
kepada Allah Swt di tempat dan waktu yang tertentu.
 Fungsi Ijtihad
untuk memperoleh solusi hukum. Kalau terdapat suatu masalah yang mesti diterapkan
hukumnya, akan tetapi tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Hadits
 Syarat menjadi ijtihad
 Mujtahid harus bisa mengetahui ayat dan sunnah yang berkaitan dengan
hukumnya.
 Mujtahid mengetahui beberapa masalah yang sudah di ijma’kan oleh para ahlinya.
 Mujtahid mengetahui Mansukh dan Nasikh
 Mujtahid harus bisa mengetahui bahasa arab dan ilmunya secara sempurna.
 Mujtahid harus mengetahui ushul fiqh.
 Mujtahid harus mengetahui secara jelas tentang rahasia-rahasia tasyrie’
(Asrarusyayari’ah).
 Mujtahid harus bisa mengetahui kaidah-kaidah ushul fiqh.
 Mujtahid harus mengeetahui seluk beluk qiyas.
Bab 4.

Thaharah, Shalat dan Shaum

A. Thaharah
 secara bahasa artinya suci, bersih.
 secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi sahnya
ibadah (seperti shalat dan thawaf) berupa hadats dan najis dengan menggunakan air atau
selain itu, atau mengangkat hukum najis itu dengan tanah.
 Hukum Thaharah merupakan Fardhu ‘ain
 Macam macam thaharah
 Thaharah Haqiqiyah: bersuci dari najis (mughaladzah, mutawasithah dan mukhoffafah)
Cara-cara membersihkan najis :
1. Air suci mutlak
2. Bejana yang dijilat anjing, beliau memerintahkan untuk mencuci tujuh kali
dengan air (cairan suci), salah satunya harus dengan air yang bercampur tanah
3. Mensucikan pakaian dari air mani
4. Mensucikan pakaian dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan selain ASI
5. Mensucikan pakaian dari darah haid
6. Mensucikan kulit bangkai

 Thaharah hukmiyyah: Pensucian diri dari hadats baik besar atu kecil
Hadats terdiri dari dua macam, hadats ashghor dan hadats akbar.
Apabila ada hadats kecil pada diri kita, maka kita wajib berwudhu dalam melakukan
segala jenis aktivitas yang mewajibkan kita dalam kondisi suci, seperti: sholat dan
thawaf.
Jika kita memiliki hadats besar maka kita diwajibkan untuk mandi sebelum
melakukan aktivitas tersebut. Apabila ada halangan yang dibenarkan syar’i (seperti;
tidak ada air atau sakit) maka wudhu dan mandi bisa digantikan dengan
tayammum.

 Hikmah Thaharah
 Thaharah termasuk tuntunan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan
membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
 Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka berhimpun dan duduk
bersama. Islam sangat menginginkan, agar orang muslim menjadi manusa terhormat
dan punya harga diri di tengah kawan-kawannya.
 Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang memelihara manusia
dari berbagai penyakit, karena penyakit lebih sering tersebar disebabkan oleh kotoran.
Dan membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan kedua kaki
sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran akan
membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit
B. Shalat
 Hikmah Shalat
 Mendekatkan diri kepada Allah Swt.
 Menjaga kesadaran dan pengendalian diri
 Motivasi dan terapi psikologis
 Memupuk rasa persamaan, persatuan dan persaudaraan
 Mencegah perbuatan keji dan munkar
 Menanamkan disiplin diri terhadap waktu
 Menolong memecahkan masalah
 Menyehatkan tubuh dari setiap gerakannya
C. Shaum
 Shaum Artinya menahan
 Hikmah Shaum
 Sarana untuk meninggalkan sesuatu yang haram
 Mengalahkan hawa nafsu
 Menumbuhkan sifat kasih sayang terhadap orang miskin
 Mengalahkan setan dan melemahkannya
 Melatih diri untuk muroqabatullah (merasa di awasi oleh Allah)
 Menumbuhkan sifat zuhud terhadap dunia dan syahwatnya
 Membiasakan seorang mukmin banyak (melakukan) ketaatan
 Keseimbangan anabolisme dan katabolisme
 Tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah
 Tidak berpengaruh pada sel darah manusia
 Puasa pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
 Pengaruh pada Ibu hamil dan menyusui
 Pengaruh pada janin saat ibu hamil berpuasa
 Hikmah Haji dan Umroh
 Mengikhlaskan seluruh ibadah
 Mendapat ampunan dosa-dosa dan balasan jannah
 Menyambut seruan Nabi Ibrahim alaihissalam
 Menyaksikan berbagai manfaat bagi kaum muslimin
 Saling mengenal dan saling menasehati
 Mempelajari agama Allah subhanahu wa ta’ala
 Menyebarkan ilmu
 Memperbanyak ketaatan
 Menunaikan nadzar
 Memperbanyak dzikir kepada allah
 Hipnotisme
 Prana
 Meditasi
Bab 5.

Islam Sains dan Teknologi.

 Hubungan Islam, sains dan teknologi


 Sains : Produk manusia seperti halnya musik, film, lukisan, patung , bangunan dll
 Sains membawa pandangan manusia dibelakangnya.
 Sains modern membawa tata nilai peradaban modern, yaitu materialisme dan kisah
tragis Cerita Barat, hedonisme
 Sedangkan bangunan sains Islam secara keseluruhan harus berdasar dan
merupakan pengejawantahan prinsip Tauhid yang bersumber pada wahyu
 METODE RISET ISLAM
 Axioma
 Observasi
 Hipotesa
 Eksperimen
 Menyusun teori umum (QS. Al-anbiya: 30)

Anda mungkin juga menyukai