Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAJEMEN KAWASAN WISATA ALAM LAUT

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI,


SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
(Amrullah Angga Syahputra1, Yunasfi2, Ani Suryanti2)
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, (Email : amrullahanggasyahputra@yahoo.com)
2
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

Oleh:
ISMA RISKIANI
L022171003

PROGRAM PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR TERPADU
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pulau Berhala secara administratif masuk ke dalam wilayah kecamatan Tanjung Beringin
kabupaten Serdang Bedagai. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang
berjarak 25 mill dari kecamatan Tanjung Beringin dengan luas 44,75 Ha. Berdasarkan Perda
Kabupaten No. 12 tahun 2006 Pulau Berhala juga berperan sebagai kawasan wisata bahari
berwawasan lingkunggan (EcoMarine Tourism). Hasil tata ruang wilayah kabupaten Serdang
Bedagai tahun 2006-2016 Pulau Berhala sebagai kawasan wisata bahari berwawasan
lingkungan termasuk ke dalam pulau-pulau kecil (Fadilillah, 2013).
Kegiatan wisata dan rekreasi yang utama di Pulau Berhala saat ini adalah kegiatan wisata
pantai, wisata snorkeling dan selam. Hal ini menuntut diperhatikannya kelestarian ekosistem
terumbu karang, karena pariwisata merupakan industri yang sangat peka terhadap perubahan
eksternal, sehingga pemberdayaan masyarakat juga perlu jadi perhatian. Pemberdayaan
masyarakat disini mencakup pemahaman akan potensi wisata. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini harus diarahkan pada peningkatan kesadaran dan kepedulian sehingga
kelestarian lingkungan perairan dan daratannya dapat terjaga. Disamping kajian mengenai
kegiatan wisata pantai, snorkeling dan selam juga diperlukan kajian ilmiah mengenai daya
dukung wisata untuk menentukan jumlah maksimum pengunjung wisata yang masih dapat
ditolerir suatu kawasan ekowisata.
Perkembangan ekowisata bahari perlu penentuan daya dukung kawasan agar kegiatan
ekowisata yang dilakukan dapat berlangsung secara terus menerus dan merumuskan
pengelolaan yang tepat dan efektif guna meningkatkan potensi Kawasan Pulau Berhala bagi
masyarakat sekitar, pendapatan anggaran daerah (PAD) dan juga sebagai sumber devisa bagi
Negara.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang, kesesuaian dan daya
dukung pantai, menyelam dan snorkeling.
II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan November 2015 hingga Desember 2015. Penelitian
ini berlokasi di Pulau Berhala yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat perekam, Global Positioning System (GPS), peralatan
snorkeling, kamera digital, bola duga, kompas, stopwatch, termometer, Secchi disk, tali skala yang
dilengkapi pemberat, meteran dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah lembar isian (kuisioner) yang dibagikan kepada pengunjung,
data sekunder dari dinas–dinas Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai, dan buku panduan
pengamatan karang dan jenis ikan karang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kesesuaian Wisata


1. Indeks Kesesuaian Wisata
Indeks kesesuaian wisata menyatakan seberapa sesuai suatu kawasan atau daerah
untuk dijadikan suatu objek wisata pantai, selam dan snorkeling. Berdasarkan data hasil
pengamatan di lapangan, kemudian diperoleh matriks kesesuaian wisata untuk kategori
wisata pantai, selam dan snorkeling. Nilai perhitungan indeks kesesuaian wisata pada setiap
stasiun pengamatan di Pulau Berhala seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai indeks kesesuaian wisata tiap stasiun pengamatan

Indeks kesesuaian wisata pantai di Pulau Berhala yang disajikan pada Tabel 1
menunjukkan nilai IKW tertinggi terdapat pada stasiun dua sebesar 84.61% dan terendah
sebesar 76.92%. Tingginya nilai IKW di stasiun dua disebabkan parameter kedalaman pantai,
lebar pantai, ketersedian air tawar, pasir putih, lebar pantai dan kondisi perairan memiliki bobot
paling besar (Kategori S1). Pada indeks ini seluruh pengamatan memiliki indeks diatas 75%
(S1) (Yulianda, 2007).
Indeks kesesuaian wisata untuk jenis wisata snorkeling yang disajikan Tabel 8
menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun tiga sebesar 87.03% dan terendah pada
stasiun satu dan dua dengan nilai yang sama sebesar 74.07%. Rendahnya nilai IKW pada
stasiun satu dan dua disebabkan kecepatan arus yang sangat deras sebesar 57 cm/detik
sehingga mengurangi nilai IKW. Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan yang
dikemukakan Dahuri (2003) yang menyatakan kecepatan arus optimal untuk snorkeling berkisar
antara 0-15 cm/detik.
Hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata untuk jenis wisata selam yang disajikan
Tabel 8 menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun tiga 77.78% dan terendah stasiun
satu dan dua sebesar 72.22%. Rendahnya nilai IKW pada stasiun satu dan dua disebabkan
kecepatan arus yang sangat deras sebesar 74 cm/detik sehingga mengurangi nilai IKW. Kondisi
tersebut sanagt jauh berbeda dengan yang dikemukakan Dahuri (2003) yang menyatakan
kecepatan arus optimal untuk selam berkisar antara 0-15 cm/detik.
B. Daya Dukung Kawasan Wisata

Daya dukung kawasan wisata pantai tersebut dihitung berdasarkan data luasan pantai.
Luasan pantai Pulau Berhala diketahui dari hasil perkalian panjang dan lebar pantai. Luasan
pantai tersebut dihitung pada saat air laut sedang pasang dan surut. Hal tersebut dilakukan,
karena lebar dan luasan pantai berubah-ubah tergantung kondisi pasang surut air laut,
sedangkan panjang pantai dapat dikatakan relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh kondisi
pasang surut. Selain berdasarkan hasil pengukuran langsung, informasi mengenai lebar
pantai juga berdasarkan keterangan nelayan atau masyarakat setempat agar lebih mendekati
kondisi yang sebenarnya. Dengan demikian didapatkan luasan pantai pada saat pasang dan
pada saat surut di pantai tersebut pada Tabel 2.
Tabel 2. Daya dukung wisata pantai kategori rekreasi

Daya dukung wisata selam dan snorkeling pada penelitian ini digunakan untuk menduga
berapa banyak jumlah wisatawan yang dapat ditampung oleh ekosistem terumbu karang yang
terdapat di perairan Pulau Berhala dalam sehari. Untuk dapat mengetahui seberapa besar
daya dukung tersebut menggunakan persamaan Cifuentes (1992), maka diperlukan data
mengenai luasan area terumbu karang yang diperuntukkan untuk wisata selam dan snorkeling
tersebut maka dapat diketahui besarnya daya dukung ekologinya. Hasil pengamatan daya
dukung kawasan wisata selam dan snorkeling disajikan pada Tabel 3 serta total daya dukung
kawasan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Daya dukung wisata selam dan snorkeling

Tabel 4. Total daya dukung kawasan


Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari Tentara Nasional Indonesi (TNI) di
lokasi tersebut, aktifitas wisatawan biasanya pada jam 08:00 WIB pagi sampai sekitar pukul
16:00 WIB. Dengan demikian, dapat diasumsikan waktu yang tersedia bagi wisatawan untuk
melakukan aktivitas wisata pantai (Wt) di Pulau Berhala adalah selama 8 jam/hari.
Total nilai daya dukung kawasan wisata pantai di Pulau Berhala yang disajikan pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saat surut, pantai Pulau Berhala dapat menampung
wisatawan sebanyak 440 orang/hari, sedangkan pada sat air laut pasang, pantai tersebut
dapat menampung wisatawan sebanyak 324 orang/hari.
Nilai daya dukung kawasan untuk wisata Snorkeling di Pulau Berhala disajikan pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa DDK paling banyak pada stasiun dua sebesar 104 orang/hari
dan terendah stasiun tiga sebesar 38 orang/hari. Rendahnya DDK di stasiun tiga karena luas
hamparan terumbu karang yang sempit sehingga memepengaruhi nilai DDK wisata
Snorkeling. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Salm (1986) dan Che (2004) bahwa
wisata Snorkeling selam lebih mempertimbangkan luas hamparan terumbu karang untuk
dapat menikmati keindahan karang dari atas permukaan air dan mempunyai kecerahan yang
tinggi.
Nilai daya dukung kawasan untuk wisata selam di Pulau Berhala yang disajikan pada
Tabel 2. Menunjukkan bahwa DDK terbanyak terdapat di stasiun dua sebesar 239 orang/hari
dan terendah terdapat di stasiun tiga sebesar 89 orang/hari. DDK pada stasiun tiga mendapat
nilai terendah disebabkan luas hamparan terumbu karang yang sempit sehingga
memepengaruhi nilai DDK wisata selam. Pernyataan yang dimaksud sesuai dengan pendapat
Salm (1986) dan Che (2004) bahwa wisata Snorkeling dan selam lebih mempertimbangkan
luas hamparan terumbu karang untuk dapat menikmati keindahan karang dari atas permukaan
air dan mempunyai kecerahan yang tinggi.

C. Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

Analisis mengenai presepsi wisatawan diperlukan untuk menegetahui tingkat keindahan


dan kenyamanan objek wisata di Pulau Berhala. Tingkat keindahan dan kenyamanan lokasi
wisata disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Presepsi Wisatawan Terhadap Gambar 2. Presepsi Wisatawan
Keindahan Kawasan Terhadap Kenyamanan Kawasan

Hasil yang diperoleh terhadap presepsi 52 wisatawan terhadap keindahan yang di


sajikan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Pulau Berhala termasuk kategori sangat indah
dengan nilai 80,76% berdasarkan criteria Yulianda (2007). Hal ini dikarenakan Pulau ini
memiliki panorama yang indah, air laut yang jernih, dan ombak yang besar membuat pulau ini
semakin indah sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Hal ini sesuai dengan Yulianda
(2007) keindahan suatu objek wisata dicirikan dengan air yang jernih, panorama yang indah,
dan memiliki ombak yang besar.
Presepsi 52 wisatawan terhadap kenyamanan berdasarkan data yang disajikan pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa Pulau Berhala termasuk kategori sangat nyaman dengan nilai
sebesar 76,92% berdasarkan kriteria Yulianda (2007). Hal ini dikarenakan pulau ini memiliki
daerah yang luas, ketentraman, dan keamanan sehingga pengunjung merasa nyaman.
Adanya TNI yang selalu menjaga pulau ini membuat rasa aman wisatawan semakin
bertambah walaupun pulau ini merupakan pulau terluar. Hal ini sesuai dengan Yulianda
(2007) kenyamanan suatu objek wisata dicirikan dengan adanya pihak keamanan setempat
(Polisi, TNI, Ormas) dan daya dukung kawasan yang optimum untuk melakukan kegiatan
wisata.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah :


1. Kesesuaian wisata pantai di Pulau Berhala tergolong sangat sesuai (S1) dengan nilai
81.19% dan daya dukung untuk aktivitas wisata pantai di Pulau Berhala adalah sebesar
382 wisatawan/hari.
2. Pulau Berhala memiliki kesesuaia wisata selam 74.07% yang tergolong sesuai (S2) dan
daya dukung kawasan untuk wisata selam sebesar 494 wisatawan/hari. Kesesuaian
wisata snorkeling 78.39% yang tergolong sangat sesuai (S1) dan daya dukung kawasan
untuk wisata snorkeling 214 wisatawan/hari.
DAFTAR PUSTAKA

Cesar H, L., Burke, dan Pet – Soede. 2003. The Economic of World Wide Coral Reef
Degradation. Cesar Environmental Economic. Consulting: Arnhen (Netherlands).

Cifuentes, M. 1992. Tourism Principles and Practice. Longman Group. London.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.


PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai