Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Kebiasaan
Konsumsi Fast Food (Makanan Siap Saji) Modern Dengan Status Gizi Obesitas”.
Proposal penelitian ini saya susun dalam rangka menyelesaikan tugas metodiologi
penelitian.
rintangan dan kesulitan. Namun, akhirnya semua itu dapat saya atasi. Proses penyusunan
proposal penelitian ini pun banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh teman-
teman Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo, khususnya dosen pengajar kami Prof.
dr. yang telah memberikan materi dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Segala upaya maksimal telah saya lakukan. Besar harapan saya agar proposal penelitian
ini dapat diterima dan dilaksanakan sebagai bentuk kontribusi saya pada pengembangan
ilmu pengetahuan dan juga sebagai bentuk kepedulian saya terhadap permasalahan gizi di
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fast food yang populer di Amerika dan Eropa. Budaya makan pun telah berubah
menjadi tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, rendah serat dan rendah
zat gizi mikro. (Khomsan, 2004). Kegemukan atau obesitas banyak terkait dengan
jenis atau apa yang dimakan daripada jumlah yang dimakan. Rata-rata konsumsi
energi penduduk Cina lebih tinggi daripada penduduk Amerika, namun kejadian
obesitas 25% lebih banyak di Amerika. Ternyata perbedaannya ada pada sumber
energi, karena orang Cina lebih banyak konsumsi karbohidrat kompleks dan lebih
sedikit lemak daripada pola makan orang Amerika yang lebih banyak lemak jenuh
data dan Departemen Kesehatan pada tahun 1993 jumlah penderita obesitas
meningkat menjadi 6,3% untuk anak laki-laki dan 8% untuk anak perempuan.
Data baru yang dikumpulkan oleh Himpunan Obesitas Indonesia yakni tahun
dari 1.730 anak. Peningkatan persentase obesitas anak di Indonesia tidak jauh
berbeda dengan angka di Amerika Serikat. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-
5
17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir naik dari 7,6%-10,8%
19%.
kebutuhan, kurang aktivitas fisik, dan karena pengaruh iklan makanan yang
berlebihan. Gaya hidup masa kini juga bisa menyebabkan kegemukan yaitu
adanya kecenderungan suka mengkonsumsi makan cepat saji atau fast food
modern seperti burger, pizza, frenc fries dan lainnya yang mengandung lemak dan
kegemukan, melihat gejalanya saat ini, masalah kegemukan pada anak cenderung
meningkat. Menurut survei pada tahun 2000 sebanyak 0,77% anak mengalami
kegemukan, pada tahun 2002 meningkat menjadi 1,27% dan 4,60% pada tahun
2006. Penelitian yang dilakukan pada 917 murid SD swasta favorit di Jakarta
selatan menunjukkan dari 1.525 SD, terdapat 12,1% anak yang mengalami
kegemukan.
Obesitas pada anakanak saat ini karena anak-anak lebih senang mengkonsumsi
fast food modern yang dapat dikategorikan junk food, karena lebih banyak
mengandung energi dan sedikit serat. Penelitian yang dilakukan oleh Kamaruddin
makan yang berlebihan dan tinggi energi. Begitupun dengan hasil penelitian yang
restoran fast food ratarata masih berpendidikan SD, SMP dan SMU dan berasal
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada
remaja.
mempengaruhinya.
D. Manfaat Penelitian
a. Aspek teoritis
b. Aspek Aplikatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
lemak yang tidak normal atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan.
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur
pengganti dipakai boddy mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) untuk
IMT merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obespada orang dewasa. Untuk
penelitian epidemiologi digunakan IMT atau index quetelet, yaitu berat badan
dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat. Saat ini merupakan
indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat badan lebih atau obes.
Orang yang lebih besar-tinggi dan gemuk, akan lebih berat dari orang yang lebih
kecil.
Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan
kegemukan yang sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang
terutama pada kelompok usia lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat
Tabel 1. Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa
Kalsifikasi
IMT (kg/m)
Pra-obes 25,0-29,9
b. Patofisiologi Obesitas
bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh
faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor
proses fisiologis yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik
yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi
makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic
tanda dan gejala yang khas, antara lain wajah membulat, pipi yang tembem, dagu
rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang
menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau kurang sedap.
12
Pada anak lelaki penis nampak kecil karena tersembungi dalam jaringan lemak
suprapubik (burried penis), hal yang sering kali menyebabkan orang tua menjadi
banyak dibagian atas tubuh (dada dan pinggang) maka disebut apple shape
body (android), dan bila banyak lemak dibagian bawah tubuh (pinggul dan paha)
sedangkan hasil analisis diet untuk menilai masukan makanan biasanya kurang
akurat (Nazar,2002).
(Nazar,2002 )
1. Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar,
disebut overweight.
13
2. Berat badan juga dihubungkan dengan tinggi badan (TB), selain mencerminakan
tubuh tanpa lemak (lean body mass) dengan cara menghitung BMI (body mass
Overweight ≥ 23
Obese II ≥ 30
kulit (TLK = skinfold thickness). TLK triseps merupakan indeks yang lebih baik
daripada BB/TB dalam menentukan kelebihan lemak tubuh dan TLK trisep diatas
1. faktor genetic
14
Telah diobservasi bahwa pemakaian energi bayi lahir dari ibu obes kurang dibanding
molekular (b cell dysfunction) menunjukkan ada kelainan genetik dan dengan gejala
obesitas.
2. Faktor Endokrin
juga karena kerja tiroksin untuk lipolisis, dapat dilihat pada miksudem.
Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya
Fenomena ini diikuti dengan menurunnya kemampuan insulin untuk tranpor glukose,
atau struktural seperti tadi jarang ada, termasuk tumor, trauma dan inflamasi,
4. Faktor spikologik
Banyak makan dengan gerakan sedikit berakibat obesitas, dapat terjadi karena
lingkungan atau budaya. Juga emosi, stres akibat kematian salah seorang yang
atau cemas. Makan dapat meredakan rasa tidak nyaman akibat marah atau
depresi.
berlebihan.
Penimbunan asam lemak yang cukup besar dalam jaringan adipos, adalah berasal
Trigliserid bersama very low density lipoprotein (VLDL) dan kilomikron dihidrolise
oleh lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat dalam endotel kapiler dan yang
menghasilkan asam lemak dan sebagian besar ditransportasikan ke dalam sel lemak
untuk disimpan.
Saraf otonom aferen ke jaringan adipos yang juga sebagai mediator mobilisasi asam
lemak, sebagai lintasan penting yang menunjukkan bahwa susunan saraf pusat
yang mengaktifkan protein kinase untuk fosforilasi trigliserid inaktif menjadi bentuk
aktif.
Tiroksin dan kortisol mempunyai efek lipolisis. Rangsangan hormonal dan sarafi
Dengan demikian jika glukose darah dan kadar trigliserid naik setelah makan, insulin
Dalam beberapa bulan umur bayi, sel lemak menaikkan kapasitas penyimpanan
Pada anak-anak tidak gemuk, besar sel lemak menurun setelah umur satu tahun,
Kebanyakan obes pada dewasa karena adanya pertambahan jumlah sel lemak,
sedangkan pada obes yang tidak berat, karena hipertrofi sel lemak.
Sebagai akibat hipertrofi sel adipos adalah resistensi terahdap insulin dan penurunan
Akibat yang sangat parah pada kejadian ini adalah biasanya akan berkorelasi positif
Penderita dengan hipertrofi sel lemak menjurus ke arah mudah ketosis sewaktu
puasa.
berikut:
Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang tua
2. Suku/bangsa
menderita gemuk/obes
3. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik atau cara mengasuh.
Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka mereka
Keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya.
f. Diagnosis
Wajah membulat
Pipi tembem
Dagu rangkap
lemak.
Perut membucit dan dinding perut berlipat serta kedua tungkai umumnya
berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan
menyebabkan lecet.
makanan siap saji. Seberapa jauh seseorang memperhatikan jumlah mutu gizi dan
makanan yang di konsumsinya akan tercermin dalam status gizi atau tingkat
kesehatannya.
dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian
1. Antropometri
19
Ketidak seimbangan ini dapat dilihat pada pola pertumbuhan fisik dan proposi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
Digunakan untuk survei klinis secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
3. Biokimia
jaringan tubuh antara lain darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh lain
4. Biofisik
1. Survei konsumsi
Metode penetuan status gizi dengan melihat jumlah dan zat gizi yang di
konsumsi dapat memberikan gambaran yang konsumsi zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Metode ini juga daopat mengidentifikasikan kelebihan dan
2. Statistic vital
20
3. Factor ekologi
h. Jenis kelamin
biasanya menyebabkan zat gizi seperti energy dan protein lebih dari pada wanita.
terhadap komposisi tubuh dan distribusi lemak subkutan antara anak laki-laki dan
perempuan berbeda. Pada laki-laki 11% dari berat badan adalah merupakan
anak laki-laki lebih banyak massa otot dan tulang (powers, S.P 1980)
Pada anak laki-laki peningkatan lemak subkutan terjadi pada usia 8 sampai
sampai usia 16 tahun dan pertambahannya lebih cepat dari pada laki-laki dan akan
keluarga. Orang tua yang tidak mempunyai banyak waktu dan perhatian yang
21
lebih kepada anaknya, biasanya mempunyai rasa bersalah yang berlebih, dalam
hal ini orang tua biasanya akan memberikan makanan yang berlebihan yang
pendapatan nasional maka makin tinggi pula prevalensi obesitas. Dikatakan juga
bahwa factor social ekonomi berhubungan dengan status gizi seseorang, salah
satu factor yang berpengaruh pada kualitas dan kuantitas makanan adalah
pendapatan.
macam bahan makanan yang tersedia dalam rumah tangga. Akan tetapi
pangan dan merupakan factor penentu utama baik atau buruknya status gizi
makanan tetapi belum tentu kualitas bahan makanan yang dibeli lebih baik.
j. Konsumsi makanan
yang melebihi kebutuhan biasanya terjadi pada anak yang cepat merasa lapar dan
tidak mau menahan rasa laparnya. Konsumsi makanan sehari-hari dapat dilihat
22
berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Banyak atau
sedikitnya zat gizi yang di konsumsi melalui makanan menentukan status gizi
energy yang tidak mencukupi dan aktifitas yang kurang menyebabkan terjadinya
Recall 24 jam
selama 24 jam jam sebelum wawancara dilakukan. Untuk lebih muda mengingat
ukuran atau porsi makanan biasanya peneliti menggunakan alat bantu berupa food
yaitu daftar makanan dan frekuensi makanan dalam periode waktu tertentu seperti
hari, minggu, bulan dan tahun. Kelebihan metode ini adalah daftar pertanyaan
dapat diisi sendiri oleh responden, biaya yang dikeluarkan juga sedikit, Lebih
ada porsi makanan. Tidak bisa menilai konsumsi zat gizi sebenarnya.
23
k. Makanan jajanan
gemari oleh anak-anak sekolah. Makanan jajanan biasanya sangat mudah didapat
dan harganya pun relative sangat murah. menurut Breg (1985), tingkat pendapatan
orang tua dapat menentukan pola makan termasuk pola jajanan anak. Dalam
penelitian ditemukan bahwa terdapat kontribusi sebanyak 14% protein, dan 22%
agriculture (USDA pada tahun 1985 dan 1986 ditemukan bahwa sekitar 76%-83%
Kehadiran makanan cepat saji sangat cocokn dengan gaya hidup modern
menyukainya. Salah satu keunggulan makanan ini adalah cara menyajiannya yang
cepat.
Di Indonesia terutama dikota besar telah terjadi perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan yaitu, pergeseran dari pola makan tradisional ke pola makan
barat (western style) yaitu fast food. Telah diketahui makanan cepat saji itu
macam makanan yang termasuk golongan makanan cepat saji adalah kentang
24
berkarbonasi dll.
biasanya enak, lezat dan praktis. Makanan cepat saji ini sangat banyak yang
minati karena pembeli kuran mempunyai waktu yang cukup untuk memasak
dirumah.
saji pada anak-anak dan remaja yaitu tingkat pendapatan orang tua dan tingkat
pendidikan oran tua. Tingkat pendapatan orang tua sangat berpengaruh terhadap
daya pengeluaran untuk makanan pun lebih tinggi. Namun pada saat ini pemilihan
bahan makanan tidak lagi berdasarkan kebutuhan makanan tetapi lebih mengarah
pada presitis dan rasa makanan yang enak, biasanya makanan yang enak
25
cenderung mengandung protein dan lemak tinggi, perilaku seperti inilah yang
terjadinya masalah kesehatan yaitu obesitas dan penyakit degenerative lain seperti
saji yaitu makanan yang tinggi lemak tetapi rendah karbohidrat kompleks
Makanan cepat saji saat ini sangat banyak di gemari baik hanya untuk
cemilan maupun makan besar. Makanan ini mudah diperoleh. Disamping “lebih
mengandumg tinggi kalori, garam, dan lemak termasuk kolesterol dan menu tipe
m. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka
yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga (kkal) yang meliputi pekerjaan,
usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menebabkan perbaikan kesehatan bila
kurang menggunakan energy yang tersimpan dalam tubuh oleh karena itu jika
26
asupan energy berlebihan tanpa di imbangi dengan aktifitas fisik yang sesuai
maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Cara paling mudah dan
berdasarkan umur terdapat dalam kelompok 75 tahun ke atas (76,0%) dan umur
semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik
Salah satu aktifitas yang dapat di lakukan anak usia adalah dengan rutin
itu aktifitas fisik dijadikan salah satu perilaku untuk penurunan berat badan.
dengan intensites yang cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan
Menurut bownell dan stunkard (1980) ada 5 daftar utama dari keuntungan
3. Mengurangi kehilangan massa otot pada tubuh (lean body mass) selama
Pendekatan awal dalam penanganan obesitas pada anak adalah dengan menilai
seberapa besar aktivitas fisik yang dilakukan. Jika seorang anak menghabiskan
banyak waktunya dikegiatan yang tidak mengeluarkan energi banyak secara terus
menerus seperti menonton televisi atau bermain games. Maka dianjurkan untuk lebih
merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik selama 60 menit atau lebih akan
membantu untuk mencapai berat badan ideal dan menjaga berat badannya
Menurut beyrne dan hills (2007) usia anak-anak seharusnya melakukan aktivitas
Aktifitas menurut RDA tahun 1989 dibedakan dalam beberapa kategori seperti
istrahat, sangat ringan, ringan, sedang dan berat adapun kegiatan kegiatan yang
meja.
menari.
2. Kerangka Konsep
Masalah obesitas pada anak sekolah bukan hanya menjadi masalah dinegara maju
saja dimana dari segi ekonomi sudah makmur, namun masalah obesitas telah menjadi
Umur
Jenis kelamin
Genetic
Keterpaparan media
Keterangan:
= = variable independen
= variable dependen
= variable terikat
Dari kerangka konsep diatas variable independen yang akan diteliti dari 2 faktor
yaitu karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), karakteristik orang tua responden
(pendidikan orang tua dan sttus pekerjaan ibu) frekuensi konsumsi makanan (frekuensi
30
makanan jajanan dan frekuensi makanan cepat saji), aktifitas fisik. Sedangkan yang
obesitas tidak diteliti pada penelitian ini, karena dibutuhkan waktu yang relative lama
3. Hipotesis
Ada hubungan antara mkanan siap saji (fast food) dengan obesitas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
2005 ). Pada study ini asekelompok kasus (yakni pasien yang menderita efek atau
yang tidak menderita penyakit atau efek). (sastroasmoro dan ismael, 2011) tujuan
untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, frekuensi makanan jajanan, frekuensi
konsumsi makanan cepat saji, kegiatan fisik seperti olahraga akan dikumpulkan
Penelitian ini di lakukan pada bulan april sampai mei tahun 2013 di
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua masyarakat yang memiliki berat
badan lebih/ obesitas dengan nilai IMT lebih dari >25 yang bertempat tinggal di
2. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap
Sampel pada penelitian ini terbagi atas dua kelompok yaitu sebagai berikut :
dengan nilai IMT lebih dari >25 yang bertempat tinggal di kel.Wajo Kota
obesitas dengan nilai IMT lebih dari >25 yang bertempat tinggal di
purposive sampling, yaitu dari seluruh sampel yang diperoleh dipilih sampel yang dapat
memenuhi criteria inklusi dan eklusi. Jumlah sampel yang di peroleh untuk kelompok
kasus adalah 68 orang, namun yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi 60 orang.
Jumlah sampel yang diperoleh untuk kelompok control adalah 65 orang, namun yang
memenuhi criteria inklusi dan eksklusi hanya 60 orang. Hal ini di sebabkan oleh tidak
lengkapnya data rekam medis sampel sehingga menyulitkan dalam proses pemasukan
pada pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut dapat memberikan
ismael, 2011)
a. Criteria inklusi
Sulawesi tenggara.
2. Dilakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui nilai
IMT pasien.
b. Criteria eksklusi
3. Variabel penelitian
Alat dan bahan yang akan digunakan untuk penganmbilan data adalah:
1. Rekam medis
2. Lembar observasi
4. Sphygmomamometer
5. Alat tulis
6. Pita meteran
a. Data primer
kepada responden yaitu lakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Data sekunder
1. Penyakit Obesitas
a. Definisi operasional
yaitu hasil dari pengukuran IMT nya obesitas 1 > 25-29,9 dan obesitas 2 >30
b. Criteria objektif
1) Menderita obesitas
obesitas
obesitas.
Skala: nominal
2. Fast food
a. Definisi Operasional
b. Criteria obejktif
Apabila responden ada riwayat mengkonsumsi fast food, pernah atau masih
3) Apabila responden tidak ada riwayat mengkonsumsi fast food tidak pernah
Skala: nominal
3. Umur
Criteria objektif
4. Jenis kelamin
Criteria objektif:
6. Pengolahan data
38
2. Coding, pemberian coding dan scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan
7. Analisa data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisa univariat
Tujuan analisis univariat ini untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase
konsumsi fast food, kebiasaan jajan, pendapatan orang tua, pekerjaan orang
2. Analisa bivariat
39