Anda di halaman 1dari 20

ELIMINASI URINE

A. KONSEP DASAR
Eliminasi uria = miksi = voiding = urinasi = BAK / buang air kecil = proses
pengosongan vesika urinaria
 ANATOMI ORGAN DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Gambar
Efektifnya fungsi eliminasi tergantung dari fungsi organ saluran
perkemihan yaitu:
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses eliminasi urine dan
dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Darah dari aorta masuk ke
dalam ginjal melalui arteri renalis sebanyak 1200 ml/menit atau 21%
dari kardiak output. Darah kemudian difiltrasi oleh glomerulus,
kemudian diserap lagi ke aliran darah melalui vena renalis diteruskan
ke vena cava inferior (99%) dan 1% dibentuk menjadi urin yang akan
dikeluarkan oleh tubuh. Ginjal terletak pada retroperitoneal / posterior
abdomen, antara T 12-13, ginjal kanan terletak lebih rendah daripada
ginjal kiri karena tertekan oleh hati. Ginjal berwarna ungu dengan
berat 120-170 gram/160-175 gram.
2. Ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesika urinaria. Panjang ureter: 25-30
cm dengan diameter 1,25 cm.
3. Vesika urinaria / bladder
Berfungsi untuk menampung urin sebelum dikeluarkan melalui uretra.
Bladder ini mempunyai daya tampung sebanyak 250-450 ml urin pada
orang dewasa dan 50-200 ml urin pada anak-anak. Terdapat tiga
muara yaitu 2 muara dari ureter dan 1 muara pada uretra. Dinding
bladder terdiri dari 4 lapisan, yaitu: lapisan mukosa dalam, lapisan
submukosa, lapisan otot yang lunak yang terdiri dari 3 lapis
(memanjang, oblig dan sirkular), dan lapisan luar. Lapisan otot yang
lunak ini disebut dengan otot destruktor.
4. Uretra
Panjang uretra laki-laki dewasa: 20 cm/17-22,5 cm, wanita 3,7cm/2,5-
3,5 cm. Pada uretra terdapat 2 spingter yaitu internal yang terdapat
pada dasar bladder (bersifat involuntary) dan spingter eksternal
(bersifat voluntary), uretra terlapisi oleh lapisan membran mukosa
yang merupakan kelanjutan dari bladder dan ureter

 PROSES PEMBENTUKAN URIN


1. Proses filtrasi (ultra filtrasi) diglomerolus. 120 ml plasma (garam-
garam, glukosa, molekul-molekul kecil) kecuali protein difiltrasi setiap
menit
2. Proses reabsorbsi di tubulus
Zat yang diareasorbsi adalah: air, glukosa, NaCl, garam-garam lain,
asam amino, vitamin C, sedangkan zat yang tidak reasorbsi adalah
kreatinin dan sulfat.
3. Prose sekresi di tubulus dan duktus koligens
Ciri-ciri urin normal:
1. Jumlah (24 jam)
Normal : 1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml (anak-anak)
Abnormal : jika kurang dari 1200 ml (mungkin disebabkan karena
intake yang kurang, gagal ginjal), lebih dari 1500 ml (karena adanya
DM, penggunaan diuretik dan intake yang berlebihan.
2. Warna
Normal: kuning pucat seperti warna jerami
Abnormal:
 Kuning pekat (intake cairan kurang)
 Berkabut (terdapat proses infeksi)
 Orange gelap (pada pemberian obat phenazopyridsinehydrocloride)
 Merah coklat (proses penyakit yang dapat menyebabkan adanya
darah dalam urin)
3. Konsistensi
Normal : cair jernih
Abnormal: terdapat mucus dan terlihat kental (proses infeksi)
4. Bau
Normal : khas, tajam
Abnormal: berbau khas manis buah 9DM, kelaparan), berbau sangat
menyengat (adanya aktifitas bakteri/pyuria)
5. pH
Normal: 4,5-8
Abnormal: < 4,5 (ISK), > 8 (diabetes tak terkontrol, stervation,
dehidrasi)
6. Komposisi
96% air, 4% solut organik (urea, ammonia, kreatinin, asam urat) dan
anorganik (Na, Cl, K, Sulfat, Mg, Ph)
7. Tidak ada
Normal: tidak terdapat glukosa, darah dan aseton
Abnormal: terdapat glukosa (DM), aseton (coma diabetikum,
starvation, prolong vomiting), darah (penyakit ginjal, perdarahan)

 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAK


1. Tumbuh kembang
 Fetus
Ginjal fetus mulai menghasilkan urin pada usia 11-12 minggu, urin
fetus bersifat hipotonik, plasenta sebagai pseudo kidney yang
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit fetus karena ginjal
belum berfungsi secara mandiri sampai bayi lahir.
 Infant
Kontrol miksi belum ada, kemampuan untuk mengatur konsentrasi
urin masih minimal sehingga warna urin masih berwarna kuning
terang.
 Anak-anak
Fungsi ginjal mulai matang pada usia 1-2 tahun, kontrol usia 18-24
bulan dan laki-laki lebih lambat daripada perempuan.
 Dewasa
Ginjal mencapai ukuran maksimum pada usia 30-40 tahun dan
setelah usia 50 tahun fungsi dan ukuran ginjal akan menurun.
 Lansia
Diperkirakan 30% glomerulus tidak ada pada usia 80 tahun, liran
darah renal menurun. Miksi pada malam hari sering terjadi karena
tonus otot bladder berkurang, urin residu bertambah, infeksi dan
inkontinensia mungkin bisa terjadi.
2. Sosial budaya
Adanya larangan BAK di sembarang tempat
3. Psikologis
Ada beberapa orang tidak bisa BAK jika privasi kurang atau pada
tempat asing, demikian juga dengan adanya pengaruh emosi (contoh:
adanya rasa takut) dan peningkatan tensi otot dapat menyebabkan otot
perut, otot perianal dan otot spingter anal eksternal tidak dapat relak
dengan baik sehingga BAK menjadi tuntas dan dapat menyebabkan
retensi urin.
4. Kebiasaan
5. Kekuatan otot dan aktifitas
Aktifitas otot yang baik dapat meningkatkan kekuatan otot bladder
yang dapat meningkatkan kualitas kontrol spingter urinal eksternal
sehingga dapat meningkatkan kualitas kontrol BAK adanya inwelling
kateter dapat menyebabkan menurunkan tonus otot bladder, bladder
terasa penuh, tidak ada usaha untuk BAK, spingter urinal eksternal
tidak menutup dengan sempurna.
6. Pemasukan cairan dan makanan
 Dengan adanya peningkatan intake cairan menyebabkan
peningkatan urin output
 Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan produksi urin karena
dihambat oleh ADH
 Kafein yang terdapat dalam kopi, teh dan cola dapat meningkatkan
produksi urin.
 Makanan yang banyak mengandung air dapat meningkatkan
produksi urin.
 Beberapa makanan dan minuman dapat menyebabkan urin
berwarna seperti makanan yang banyak mengandung karoten dapat
menyebabkan urin berwarna kuning.
7. Penyakit atau kondisi patologis
 Penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan produksi urin
 Penyakit yang mengalami gangguan aliran darah ke ginjal seperti
atherosklerosis dapat menurunkan urin output
 Gangguan ginjal: CRF dapat menurunkan urin output
 Hipertropi prostat dapat menghambat pengeluaran urin output
 Kondisi tubuh demam dapat mempengaruhi jumlah urin karena
jika tubuh dalam keadaan kurang cairan ginjal akan
mengkompensasinya untuk menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Oprasi, anestesi, pemeriksaan diagnostik
 Cystoscopy dan prosedur pembedahan pada saluran kemih dapat
menyebabkan perdarahan post operatif sehingga urin bisa berwarna
merah
 Anestesi spinal dapat mempengaruhi / menurunkan kemampuan
untuk BAK, jenis anestesi lain dapat menurunkan tekanan darah
dan menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin
menurun
 Pada pembedahan organ-organ yang berdekatan dengan saluran
kemih dapat menurunkan kemampuan untuk BAK sehingga
dibutuhkan kateterisasi untuk mengatasi retensi urin.
9. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat mempengaruhi proses BAK dan mungkin
dapat menyebabkan retensi urin adalah:
 Anticholinergic – antispasmodic :astropine, belladonna, donnatal,
papaverine
 Antidepressant-antipsychotik : phenihiazine dan MAO inhibitor
 Ntiparkinsonism : levodopa, trihexiphnidyl (attane) dan
bevztropine mesylate (cogentine)
 Preparat antihistamin : artifed dan Sudafed
 Β drenergik blokers : propanolol hydrochloride (inderal)
 Antihypertensive : hydralzine hydrochloride (apresoline)dan
metyldopa (aldomet)
 Diuretic : clotrthialzide, furosemide dapat meningkatkan produksi
urine dan menjaga reabsorbsi air dan elektrolit dari turbulus ginjal
ke pembuluh darah. Diuretic sering diberikan pada hipertensi dan
cardiac disease.

 GANGGUAN PRODUKSI URIN


1. Polyuria/diuretic
 Produksi urin yangberlebihan sampai ± 2500 ml / hari, ini terjadi
karena.
 Intake yang berlebihan
 Minum-minuman yang mengandung caffeine dan alkohol
 DM
 Ketidak seimbangan hormon (defisiensi hormon ADH)
 Penyakit ginjal kronik
Gejala yang menyertai : polidipsi, dehidrasi dan kehilangan BB
2. Oliguria dan anuria
 Oliguri : produksi urin kurang 100 – 500 ml/hari
 Anuria : produksi urin < 100 ml/hari
 Disebabkan karena intake yang sangat kurang, karena beberapa
penyakit ginjal, luka bakar dan shock dan dapat berakibat fatal jika
tidak ditangani dengan segera.

 GANGGUAN PERKEMIHAN UTAMA


1. Retensi urin
Merupakan suatu keadaan penumpukan urin dikandung kemih dan
tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Urin yang ada dikandung kemih menyebabkan dinding
kandung kemih meregang dan menyebabkan tegangan, rasa tidak
nyaman dan ketegangan disimpisis pubis.
Penyebab : obstruksi uretra, trauma bedah, gangguan persafan di
vesika urinaria, efek obat dan cemas / gangguan psikologis
Tanda-tanda
 Tidak ada pengeluaran urin untuk beberapa waktu dan adanya
distensi kandung kemih
 Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
 Pada retensi yang berat biasa mencapai 2000 – 3000 cc
 Perkusi : dullvolume urine saat BAK sedikit : 25 – 50 cc
Akibat selanjutnya : infeksi saluran kemih
2. Infeksi saluran kemih bagian bawah
Lebih sering dialami oleh wanita karena letak uretra yang dekat
dengan anus dan uretra wanita yang lebih pendek dari pada pria. Yang
memungkinkan menimbulkan infeksi : alat-alat seperti kateter, tangan
irigasi cairan, termometer rectal, kebersihan perianal yang tidak baik.
Gejala : nyeri, panas, mual, muntah, lemah ingin BAK, perdarahan,
urine berwarna keruh.
3. Inkontinensia urin/IU
IU bukan merupakan sutupenyakit tapi merupkan suatu gejala dimana
keluarnya urine tidak bisa dikontrol. IU dapat menimbulkan kerusakan
integritas kulit (dekubitus, ulkus) terdapat beberapa tipe IU yaitu :
 Inkontinensia total
Yaitu BAK yang tidak ddapat dipreksikan dan terus menerus.
Penyebabnya adalah:
- Injury springterurin eksternal (laki-laki) atau injury otot perianal
(perempuan)
- Adanya fistula antara bladder dan vagina
- Penyakit neurlogik congenital / didapat.
 Inkontinensia stress
Yaitu keluarnya urine ± 50 cc. terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan intra abdominal secara mendadak seperti pada saat batuk,
bersin, ataupun tertawa. Sering terjadi pada wanita yang
mengalami gangguan relaksasi otot pelvic akibat dari persalinan
ataupun pada lansia.
 Inkontinensia urge / mendesak
Disebut juga dengan unstable bladder yaitu keinginan untuk BAK
yang tiba-tiba, tidak biasa menstop aliran urin ketika memulainya.
Ini disebabkan adanya kontraksi destructor dari bldder yang tidak
terkontrol dan tidak teratur sehingga pengosongan urin di bladder
tidak terkontrol. Biasanya terjadi pada lansia, cystisi, penyakit
bladder (penyakit neurologik dan tumor).
 Inkonensia fungsional
Yaitu tidak dapat memprediksikan aliran urin
Penyebab : Ganguan mental, faktor lingkungan yang menghalangi
seseorang untuk pergi ke kamar mandi.
 Inkontinensia reflek
Yaitu BAK yang tidak diprediksikan tetapi tidak disadari ketika
volume bladder penuh
4. Eneuresis / ngompol
Yaitu BAK yang tidak terkontrol yang sering terjadi pada malam hari
disebut dengan nocturnl eneuresis tapi jika terjadi bukan pada malam
hari disebut diurnal eneuresis.
Penyebab : fktor keturunan, perkembangan yang terlambat, sibling
revalry, trauma emosi selama toilet training, alergi makanan dan
masalah perilaku.
Lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan,
pada golongan ekonomi rendah, rumah yang tidak bersih dan 5 – 17%
pada anak usia 3 – 15 tahun.
5. Lain-lain
 Cystisis (radang bladder akut)
Yaitu meningkatnya frekuensi BAK tanpa diawali dengan
peningkatan intake cairan.
 Nocturia & frequency
 Nocturia : peningkatan frekuensi BAK pada malam hari tanpa
adanya peningkatan intake cairan frequency : meningkatnya
frekuensi BAK yang sering terjadi karena intake cairan yang
meningkat.
 Urgency
Yaitu keinginan untuk segera BAK. Terjadi pada saat kondisi
bladder terdapat atau tidak terdapat urin tetapi seseorang tetap ingin
BAK. Ini terjadi karena adanya stress psikologis, infeksi pada
uretra, dan spingter urin yang buruk.
 Disuria
Yaitu kesulitan atau nyeri saat BAK. Biasanya terjadi pada stiktur
uretra, ISK, injury pada bladder dan akibat adanya trauma.
Urinary divertion
Merupakan stoma yang dibuat untuk mengalirkan urin dari ginjal
kepermukaan abdomen macamnya :
Custaneous ureterostomy
 Right unilateral ureterostomy
 Bilateral ureterostomy
 Double barrel ureterostomy
 Flank loop ureterostomy
Gambar

B. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
 Pola BAK : berapa kali sehari, apakah ada perubahan pola?
 Keadaan urin : warna, kejernihan, bau
 Faktor-faktor yang mempengaruhi BAK
 Masalah eliminasi urine
b. Pemeriksaan fisik
 Gijal : inspeksi, palpasi, perkusi
 Kandung kemih : inspeksi (normalnya tidak ada radang dan tidak
ada discharge / pengeluaran)
 Kulit di sekitar perianal
c. Pemeriksaan spesimen urin
 Pengambilan steril, random, midstream
 Pengambilan umum : pH, BJ, kultur
 Pemeriksaan diagnostik :sistokospy, IVP
Pengumpulan spesimen urin
 Persiapan alat : sarung tangan, antiseptik, tabung steril dan tuup, label,
formulir permintaan, sampiran.
 Pelaksanaan
- Persiapan klien : berikan penjelasan akan tujuan dan cara, bantu
klien membersihkan perianal dengan dabun dan keringkan, dukung
privasi klien
- Buka alat steril dan pakai sarung tangan
- Bersihkan meaus urin eksternal : laki-laki (melingkar dari dalam
keluar), perempuan (dari atas ke bawah)
- Ambil urin pertengan
- Beri label
- Lakukan dokumentasi / pencatatan
Cara mengukur BJ urin:
 Persiapan alat : tbungg / gelas ukur, hydrometer / urinometer
 Pelaksanaan : masukkan 2 cc urin ke dalam tabung atau ¾ dari tabung/
gelas ukur, masukkan urinometer tanpa menyentuh dinding tabung
kemudian baca angka tertera pada urinometer sejajar dengan mata
pemeriksa
2. Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia fungsional berhubungan dengan perubahan lingkungan,
gangguan sensori / berpikir (seperti gangguan sedasi), gangguan
mobilisasi
Inkontinensia refleks berhubungan dengan gangguan neurologik
Inkontinensia stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvik,
adanya tindakan operasi (cystocele, retrocele, peningkatan intra
abdomen obesitas, hamil)
Inkontinensia total berhubungan dengan gangguan neurologik, adanya
ostonomy urin
Inkontinensia urge berhubungan dengan iritasi reseptor bladder,
penggunaan alkohol, menurunnya kapasitas bladder, overdistensi
bladder
Retensi urin berhubungan dengan adanya hambatan uretra, kelemahan
otot destructor
Nyeri berhubungan dengan radang uretra, retensi urin
Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi bladder,
injury / gangguan neurologi, hilangnya tonus jaringan perineal, efek
terapi medikasi (seperti diuretic)
Risiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter uretra,
retensi urin
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia
urin, adanya ostomi urin
Gangguan harga diri, gangguan gambaran diri berhubungan dengan
Inkontinensia
Isolasi sosial
Gangguan perawatan diri : berkemih berhubungan dengan imobilisasi
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan : Mempertahankan / mengembalikan pola eliminasi urin normal
dan mencegah resiko lainnya (infeksi, kerusakan kulit, tidak seimbangnya
cairan dan elektrolit serta menurunnya harga diri).
Kriteria evaluasi :
 Untuk klien dengan Inkontinensia
 BAK setiap 2 jam dan dapat ditingkatkan setiap 3 atau 4 jam
 Inkontinensia berkurang
 Terjaganya integritas kulit disekitar meatus dan perineum
 Dapat memperagakan tehnik kegel’s exercise
 Terpeliharanya perawatan kateter / ostomy
 Ditemukan intervensi untuk mencegah Inkontinensia
 Untuk retensi urin
 Tidak adanya distensi bladder
 Residu post BAK kurang dari 50 cc
 Bebas dari aliran balik urin
 Untuk gangguan pola eliminasi urin
 Warna, bau, konsistensi urin normal
 Urine output seimbang dengan intake cairan
 Hasil kultur urin (-)
 Tidak ada disuria
 Urin output minimal 1600 ml/hari
 Pemasukan cairan minimal 2500 ml/hari
4. Implementasi
Mempertahankan eliminasi urin normal membantu klien mengunakan
urnal
Mengatasi klien dengan Inkontinensia urin. Intervensi keperawatan
mandiri untuk klien dengan Inkontinensia urin adalah
 Bladder retraining program dan kegel’s exercise
Tujuan : mengembalikan pola kebiasaan BAK dengan
menghambat / merangsang BAK
Cara :
a. Catat kebiasaan BAK klien dengan menetapkan jadwal BAK
yang teratur dan pertahankan, meskipun klien merasa tidak
perlu (seperti bangun tidur setiap 1 – 2 jam sekali pada siang
hari dan sore hari, sebelum istirahat / tidur dan setiap 4 jam
sekali pada malam hari). Rasional : jadual yang teratur akan
meningkatkan tonus bladder dan mendukung kontrol volunteer
b. Bil klien sudah dapat mengontrol BAK, perpanjang interval
BAK tanpa ngompol secara bertahap.
c. Berikan pemasukan cairan secara teratur, terutama setelah klien
istirahat dan kurangi kebutuhan pemasukan cairan pada malam
hari.
d. Stimulus (the, kopi, alkohol) sebaiknya dicegah pada waktu
akan tidur untuk mengurangi kemungkinan terjadinya nocturia.
e. Berikan reinforcement positif
f. Berikan kegel’s exercise. Bisa dilakukan setiap saat dan dimana
saja.
Kegel’s exercise
a. Beri posisi klien : berdiri atau duduk
b. Dorong rectum, uretra dan vagina masuk ke dalam selam 5
detik. Pada saat mendorong ke dalam, rasakan pada sela pantat.
c. Lakukan 5 – 6 kali. Bila kelompok otot ini (rectum, uretra dan
vagina) bertambah kekuatannya, tingkatkan menjadi 25 kali
atau lebih setiap kali latihan bahkan 200 kali setiap hari.
d. Tetapkan jdwal agar udah diingat seperti ketika menyetir mobil,
ketika bekerja didapur dan sebagainya.
e. Untuk mengontrol Inkontinensia yang datang, gunakan latihan
kegel’s ini pada semua aktifitas yang dapat meningkatkan
tekanan intra abdomen seperti batuk, tertawa atau bersin.
 Perawatan Kulit
Amonia yang terdapat pada urin dapat mengiritasi kulit, sehingga
harus dilakukan perawatan kulit khususnya pada klien dengan
Inkontinensia urin dengan cara:
a. Bersihkan area perianal dengan sabun dan air setelah klien
BAK khususnya pada klien dengan Inkontinensia, kemudian
keringkan
b. Gunakan baju dan linen yang kering
c. Jika kulit mengalami iritasi, berikan krem penghalang seperti
zine okside untuk menjaga kontak dengan urine
 Pemasangan kondm kateter (kateter eksternal) bukan kateter uretra
a. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi
uretra / kandung kemih dan untuk memudahkan dalam
mengalirkan urin
b. Waktu pemasangan tergantung pada saat terjadinya
Inkontinensia atau pada malam hari
c. Kondm diganti setiap hari dan disertai dengan perawatan kulit
disekitarnya
Pemasangan kateter uretra
 Pengertian
Yaitu suatu prosedur memasukkan selang karet / plastik (keateter)
melalui uretra kekandung kemih.

 Prinsip
Pemasangan kateter uretra adalah steril
 Tujuan
a. Untuk mengatasi retensi urin akut / kronik, misalnya obstruksi
karena gangguan syaraf / paralysis.
b. Untuk mengukur urine residu / sisa setelah dikeluarkan
c. Untuk mempertahankan pengaliran urin saat klien operasi
(persiapan pre dan post operasi dan pada klien dengan
gangguan kandung kemih untuk memperoleh spesimen urin
steril (tidak dianjurkan)
d. Tujuan pengobatan atau irigasi kandung kemih
e. Monitor produksi urin pada pasien dengan penurunan
kesadaran
 Tipe kateter
a. Folley catheter
b. Three way folley catheter
 Indikasi pemasangan kateter
Karena prosedur pemasangan kateter ini merupakan suatu tindakan
invasive maka pemasangannya harus benar-benar sesuai dengan
tujuan.
 Alat-alat yang dibutuhkan
a. Trolley dan pengalasnya
b. Sarung tangan steril
c. Kateter steril (sesuai ukuran) dan uro bag
d. Jelly
e. Spuit steril 10 cc
f. Kapas sublimate tu cairan antiseptik lainnya
g. Pinset anatomis 1 buah
h. Bengkok
i. Bak instrumen kecil
j. Perlak
k. Sampiran
l. Lampu sorot
5. Evaluasi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN PEMASANGAN KATETER URETRA

A Pengkajian
a. Fisik
b. Psikologis
c. Pemeriksaan diagnostik
d. Kebutuhan pendidikan kesehatan

B Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa uretra,
ISK, distensi kandung kemih
b. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan iritrasi
jaringan uretra akibat trauma pemasangan kateter, refluk urin dalam
kandung kemih, terbukanya system drainase urin
c. Risiko terjadinya penyumbatan aliran urin berhubungan dengan
penyumbatan lumen kateter karena adanya endapan / bekuan darah,
tertekuknya kateter
d. Risiko defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan cairan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemakaian kateter menetap
f. Risiko gangguan konsep diri berhubungan dengan pemakaian kateter
menetap.
g. Cemas akan kemampuan fungsi seksual berhubungan dengan nyeri saat
pemasangan kateter

C Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan tujuan yang ditetapkan yaitu :
a. Klien terhindar dari ISK
b. Rasa nyaman klien meningkat
c. Pertahankan kelancaran aliran urin
d. Memenuhi kebutuhan cairan dengan intake 2500 – 3000 / 24 jam
e. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
f. Klien dapat menerima dan beradaptasi dengan kateter
g. Klien dapat menurunkan kecemasannya
h. Klien dapat meningkatkan pengetahuannya tentang cara mencegah ISK,
dan lain-lain.

D Implementasi
a. Untuk mencegah terjadinya ISK (merawat klien dengan kateter
pemasangan).
Cuci tangan sebelum dan sesudahmerawat kateter
Membersihkan perineum dan kateter 2 x /hari dan setelah BAB
Memberi salep bethadine pada meatus uretra 2,5 cm, tutup dengan
kassa.
Cegah dan invasi dan kolonisasi bakteri dalam urin bag
Melepaskan dan memasang kateter dengan cara aseptic
Pelihara sistem drainase tertutup
Anjurkan pasien banyak minum, 2500 – 300 cc /24 jam
Cegah terjadinya refluk (aliran urine kembali kekandung kemih)
dengan cara:
 Menggantung urin bag lebih rendah dari kandung kemih
 Klem kateter jika mengangkat dan memindahkan
Ganti kateter 7 – 10 hari
Monitor suhu dan nadi setiap 4 jam
b. Mempertahankan kelancaran aliran urin:
Menjaga kateter tidak tertekuk
Urin bag lebih rendah dari kandung kemih
c. Memberikan pendidikkn kesehatan tentang :
Keseimbangan cairan (intake dan output)
Perawatan perineal
Cara perawatan kateter : urin bag selalu lebih rendah, cegah menekan
selang kateter, mobilisasi biasa, catat intake dan output.
Prosedur Pemasangan Kateter Uretra
a. Kaji adanya retensi urindenan palpasi (tekan 1,3 cm pada simpisis pubis)
dan perkusi (terdengar bunyi dullness)
b. Perawat mencuci tangan
c. Memasang sarung tangan
d. Siapkan klien dan alat didekat klien
Pasang sampiran
Jelaskan pentingnya kateterisasi dan jelaskan bahwa kateterisasi dapat
menimbulkan rasa nyeri
Beri posisi supine / dorsal recumbent
Tutupi dada dan perut klien
Cuci area perineal / penis dengan air sabun untuk mengurangi
mikroorganisme
Keringkan area dengan baik
e. Siapkan area steril
Buka kateter dan tempatkan pada tempat steril
Tempatkan alas pada bokong klien
Tempatkan bengkonk diantara paha klien
Siapkan ujung kateter dengan lubrikan
Buka area tempat spesimen urin steril (kalau perlu)
f. Bersihkan meatus
g. Lihat lubang meatus
h. Masukkan kateter ke uretra dan lakukan fiksasi dalam
i. Ambil spesimen urin (kalau perlu)
j. Lakukan fiksasi dalam
k. Dukung rasa nyaman klien
l. Kaji urin : warna, kejernihan, bau, jumlah dan kelancarannya
m. Bereskan alat
n. Lakukan pencatatan
E Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai