A. KONSEP DASAR
Eliminasi uria = miksi = voiding = urinasi = BAK / buang air kecil = proses
pengosongan vesika urinaria
ANATOMI ORGAN DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Gambar
Efektifnya fungsi eliminasi tergantung dari fungsi organ saluran
perkemihan yaitu:
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses eliminasi urine dan
dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Darah dari aorta masuk ke
dalam ginjal melalui arteri renalis sebanyak 1200 ml/menit atau 21%
dari kardiak output. Darah kemudian difiltrasi oleh glomerulus,
kemudian diserap lagi ke aliran darah melalui vena renalis diteruskan
ke vena cava inferior (99%) dan 1% dibentuk menjadi urin yang akan
dikeluarkan oleh tubuh. Ginjal terletak pada retroperitoneal / posterior
abdomen, antara T 12-13, ginjal kanan terletak lebih rendah daripada
ginjal kiri karena tertekan oleh hati. Ginjal berwarna ungu dengan
berat 120-170 gram/160-175 gram.
2. Ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesika urinaria. Panjang ureter: 25-30
cm dengan diameter 1,25 cm.
3. Vesika urinaria / bladder
Berfungsi untuk menampung urin sebelum dikeluarkan melalui uretra.
Bladder ini mempunyai daya tampung sebanyak 250-450 ml urin pada
orang dewasa dan 50-200 ml urin pada anak-anak. Terdapat tiga
muara yaitu 2 muara dari ureter dan 1 muara pada uretra. Dinding
bladder terdiri dari 4 lapisan, yaitu: lapisan mukosa dalam, lapisan
submukosa, lapisan otot yang lunak yang terdiri dari 3 lapis
(memanjang, oblig dan sirkular), dan lapisan luar. Lapisan otot yang
lunak ini disebut dengan otot destruktor.
4. Uretra
Panjang uretra laki-laki dewasa: 20 cm/17-22,5 cm, wanita 3,7cm/2,5-
3,5 cm. Pada uretra terdapat 2 spingter yaitu internal yang terdapat
pada dasar bladder (bersifat involuntary) dan spingter eksternal
(bersifat voluntary), uretra terlapisi oleh lapisan membran mukosa
yang merupakan kelanjutan dari bladder dan ureter
B. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Pola BAK : berapa kali sehari, apakah ada perubahan pola?
Keadaan urin : warna, kejernihan, bau
Faktor-faktor yang mempengaruhi BAK
Masalah eliminasi urine
b. Pemeriksaan fisik
Gijal : inspeksi, palpasi, perkusi
Kandung kemih : inspeksi (normalnya tidak ada radang dan tidak
ada discharge / pengeluaran)
Kulit di sekitar perianal
c. Pemeriksaan spesimen urin
Pengambilan steril, random, midstream
Pengambilan umum : pH, BJ, kultur
Pemeriksaan diagnostik :sistokospy, IVP
Pengumpulan spesimen urin
Persiapan alat : sarung tangan, antiseptik, tabung steril dan tuup, label,
formulir permintaan, sampiran.
Pelaksanaan
- Persiapan klien : berikan penjelasan akan tujuan dan cara, bantu
klien membersihkan perianal dengan dabun dan keringkan, dukung
privasi klien
- Buka alat steril dan pakai sarung tangan
- Bersihkan meaus urin eksternal : laki-laki (melingkar dari dalam
keluar), perempuan (dari atas ke bawah)
- Ambil urin pertengan
- Beri label
- Lakukan dokumentasi / pencatatan
Cara mengukur BJ urin:
Persiapan alat : tbungg / gelas ukur, hydrometer / urinometer
Pelaksanaan : masukkan 2 cc urin ke dalam tabung atau ¾ dari tabung/
gelas ukur, masukkan urinometer tanpa menyentuh dinding tabung
kemudian baca angka tertera pada urinometer sejajar dengan mata
pemeriksa
2. Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia fungsional berhubungan dengan perubahan lingkungan,
gangguan sensori / berpikir (seperti gangguan sedasi), gangguan
mobilisasi
Inkontinensia refleks berhubungan dengan gangguan neurologik
Inkontinensia stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvik,
adanya tindakan operasi (cystocele, retrocele, peningkatan intra
abdomen obesitas, hamil)
Inkontinensia total berhubungan dengan gangguan neurologik, adanya
ostonomy urin
Inkontinensia urge berhubungan dengan iritasi reseptor bladder,
penggunaan alkohol, menurunnya kapasitas bladder, overdistensi
bladder
Retensi urin berhubungan dengan adanya hambatan uretra, kelemahan
otot destructor
Nyeri berhubungan dengan radang uretra, retensi urin
Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi bladder,
injury / gangguan neurologi, hilangnya tonus jaringan perineal, efek
terapi medikasi (seperti diuretic)
Risiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya kateter uretra,
retensi urin
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia
urin, adanya ostomi urin
Gangguan harga diri, gangguan gambaran diri berhubungan dengan
Inkontinensia
Isolasi sosial
Gangguan perawatan diri : berkemih berhubungan dengan imobilisasi
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan : Mempertahankan / mengembalikan pola eliminasi urin normal
dan mencegah resiko lainnya (infeksi, kerusakan kulit, tidak seimbangnya
cairan dan elektrolit serta menurunnya harga diri).
Kriteria evaluasi :
Untuk klien dengan Inkontinensia
BAK setiap 2 jam dan dapat ditingkatkan setiap 3 atau 4 jam
Inkontinensia berkurang
Terjaganya integritas kulit disekitar meatus dan perineum
Dapat memperagakan tehnik kegel’s exercise
Terpeliharanya perawatan kateter / ostomy
Ditemukan intervensi untuk mencegah Inkontinensia
Untuk retensi urin
Tidak adanya distensi bladder
Residu post BAK kurang dari 50 cc
Bebas dari aliran balik urin
Untuk gangguan pola eliminasi urin
Warna, bau, konsistensi urin normal
Urine output seimbang dengan intake cairan
Hasil kultur urin (-)
Tidak ada disuria
Urin output minimal 1600 ml/hari
Pemasukan cairan minimal 2500 ml/hari
4. Implementasi
Mempertahankan eliminasi urin normal membantu klien mengunakan
urnal
Mengatasi klien dengan Inkontinensia urin. Intervensi keperawatan
mandiri untuk klien dengan Inkontinensia urin adalah
Bladder retraining program dan kegel’s exercise
Tujuan : mengembalikan pola kebiasaan BAK dengan
menghambat / merangsang BAK
Cara :
a. Catat kebiasaan BAK klien dengan menetapkan jadwal BAK
yang teratur dan pertahankan, meskipun klien merasa tidak
perlu (seperti bangun tidur setiap 1 – 2 jam sekali pada siang
hari dan sore hari, sebelum istirahat / tidur dan setiap 4 jam
sekali pada malam hari). Rasional : jadual yang teratur akan
meningkatkan tonus bladder dan mendukung kontrol volunteer
b. Bil klien sudah dapat mengontrol BAK, perpanjang interval
BAK tanpa ngompol secara bertahap.
c. Berikan pemasukan cairan secara teratur, terutama setelah klien
istirahat dan kurangi kebutuhan pemasukan cairan pada malam
hari.
d. Stimulus (the, kopi, alkohol) sebaiknya dicegah pada waktu
akan tidur untuk mengurangi kemungkinan terjadinya nocturia.
e. Berikan reinforcement positif
f. Berikan kegel’s exercise. Bisa dilakukan setiap saat dan dimana
saja.
Kegel’s exercise
a. Beri posisi klien : berdiri atau duduk
b. Dorong rectum, uretra dan vagina masuk ke dalam selam 5
detik. Pada saat mendorong ke dalam, rasakan pada sela pantat.
c. Lakukan 5 – 6 kali. Bila kelompok otot ini (rectum, uretra dan
vagina) bertambah kekuatannya, tingkatkan menjadi 25 kali
atau lebih setiap kali latihan bahkan 200 kali setiap hari.
d. Tetapkan jdwal agar udah diingat seperti ketika menyetir mobil,
ketika bekerja didapur dan sebagainya.
e. Untuk mengontrol Inkontinensia yang datang, gunakan latihan
kegel’s ini pada semua aktifitas yang dapat meningkatkan
tekanan intra abdomen seperti batuk, tertawa atau bersin.
Perawatan Kulit
Amonia yang terdapat pada urin dapat mengiritasi kulit, sehingga
harus dilakukan perawatan kulit khususnya pada klien dengan
Inkontinensia urin dengan cara:
a. Bersihkan area perianal dengan sabun dan air setelah klien
BAK khususnya pada klien dengan Inkontinensia, kemudian
keringkan
b. Gunakan baju dan linen yang kering
c. Jika kulit mengalami iritasi, berikan krem penghalang seperti
zine okside untuk menjaga kontak dengan urine
Pemasangan kondm kateter (kateter eksternal) bukan kateter uretra
a. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi
uretra / kandung kemih dan untuk memudahkan dalam
mengalirkan urin
b. Waktu pemasangan tergantung pada saat terjadinya
Inkontinensia atau pada malam hari
c. Kondm diganti setiap hari dan disertai dengan perawatan kulit
disekitarnya
Pemasangan kateter uretra
Pengertian
Yaitu suatu prosedur memasukkan selang karet / plastik (keateter)
melalui uretra kekandung kemih.
Prinsip
Pemasangan kateter uretra adalah steril
Tujuan
a. Untuk mengatasi retensi urin akut / kronik, misalnya obstruksi
karena gangguan syaraf / paralysis.
b. Untuk mengukur urine residu / sisa setelah dikeluarkan
c. Untuk mempertahankan pengaliran urin saat klien operasi
(persiapan pre dan post operasi dan pada klien dengan
gangguan kandung kemih untuk memperoleh spesimen urin
steril (tidak dianjurkan)
d. Tujuan pengobatan atau irigasi kandung kemih
e. Monitor produksi urin pada pasien dengan penurunan
kesadaran
Tipe kateter
a. Folley catheter
b. Three way folley catheter
Indikasi pemasangan kateter
Karena prosedur pemasangan kateter ini merupakan suatu tindakan
invasive maka pemasangannya harus benar-benar sesuai dengan
tujuan.
Alat-alat yang dibutuhkan
a. Trolley dan pengalasnya
b. Sarung tangan steril
c. Kateter steril (sesuai ukuran) dan uro bag
d. Jelly
e. Spuit steril 10 cc
f. Kapas sublimate tu cairan antiseptik lainnya
g. Pinset anatomis 1 buah
h. Bengkok
i. Bak instrumen kecil
j. Perlak
k. Sampiran
l. Lampu sorot
5. Evaluasi
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN PEMASANGAN KATETER URETRA
A Pengkajian
a. Fisik
b. Psikologis
c. Pemeriksaan diagnostik
d. Kebutuhan pendidikan kesehatan
B Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa uretra,
ISK, distensi kandung kemih
b. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan iritrasi
jaringan uretra akibat trauma pemasangan kateter, refluk urin dalam
kandung kemih, terbukanya system drainase urin
c. Risiko terjadinya penyumbatan aliran urin berhubungan dengan
penyumbatan lumen kateter karena adanya endapan / bekuan darah,
tertekuknya kateter
d. Risiko defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan cairan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pemakaian kateter menetap
f. Risiko gangguan konsep diri berhubungan dengan pemakaian kateter
menetap.
g. Cemas akan kemampuan fungsi seksual berhubungan dengan nyeri saat
pemasangan kateter
C Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan tujuan yang ditetapkan yaitu :
a. Klien terhindar dari ISK
b. Rasa nyaman klien meningkat
c. Pertahankan kelancaran aliran urin
d. Memenuhi kebutuhan cairan dengan intake 2500 – 3000 / 24 jam
e. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
f. Klien dapat menerima dan beradaptasi dengan kateter
g. Klien dapat menurunkan kecemasannya
h. Klien dapat meningkatkan pengetahuannya tentang cara mencegah ISK,
dan lain-lain.
D Implementasi
a. Untuk mencegah terjadinya ISK (merawat klien dengan kateter
pemasangan).
Cuci tangan sebelum dan sesudahmerawat kateter
Membersihkan perineum dan kateter 2 x /hari dan setelah BAB
Memberi salep bethadine pada meatus uretra 2,5 cm, tutup dengan
kassa.
Cegah dan invasi dan kolonisasi bakteri dalam urin bag
Melepaskan dan memasang kateter dengan cara aseptic
Pelihara sistem drainase tertutup
Anjurkan pasien banyak minum, 2500 – 300 cc /24 jam
Cegah terjadinya refluk (aliran urine kembali kekandung kemih)
dengan cara:
Menggantung urin bag lebih rendah dari kandung kemih
Klem kateter jika mengangkat dan memindahkan
Ganti kateter 7 – 10 hari
Monitor suhu dan nadi setiap 4 jam
b. Mempertahankan kelancaran aliran urin:
Menjaga kateter tidak tertekuk
Urin bag lebih rendah dari kandung kemih
c. Memberikan pendidikkn kesehatan tentang :
Keseimbangan cairan (intake dan output)
Perawatan perineal
Cara perawatan kateter : urin bag selalu lebih rendah, cegah menekan
selang kateter, mobilisasi biasa, catat intake dan output.
Prosedur Pemasangan Kateter Uretra
a. Kaji adanya retensi urindenan palpasi (tekan 1,3 cm pada simpisis pubis)
dan perkusi (terdengar bunyi dullness)
b. Perawat mencuci tangan
c. Memasang sarung tangan
d. Siapkan klien dan alat didekat klien
Pasang sampiran
Jelaskan pentingnya kateterisasi dan jelaskan bahwa kateterisasi dapat
menimbulkan rasa nyeri
Beri posisi supine / dorsal recumbent
Tutupi dada dan perut klien
Cuci area perineal / penis dengan air sabun untuk mengurangi
mikroorganisme
Keringkan area dengan baik
e. Siapkan area steril
Buka kateter dan tempatkan pada tempat steril
Tempatkan alas pada bokong klien
Tempatkan bengkonk diantara paha klien
Siapkan ujung kateter dengan lubrikan
Buka area tempat spesimen urin steril (kalau perlu)
f. Bersihkan meatus
g. Lihat lubang meatus
h. Masukkan kateter ke uretra dan lakukan fiksasi dalam
i. Ambil spesimen urin (kalau perlu)
j. Lakukan fiksasi dalam
k. Dukung rasa nyaman klien
l. Kaji urin : warna, kejernihan, bau, jumlah dan kelancarannya
m. Bereskan alat
n. Lakukan pencatatan
E Evaluasi