PENDAHULUAN
Colostomy adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. (Keperawatan Medical Bedah,
Brunner & Suddart hal 1127).
Colostomy adalah prosedur pembedahan dimana sebagian dari usus besar dibawa keluar melewati
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh. (Evelyn. 2010)
Colostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara. (Rencana Asuhan
Keperawatan, Doenges hal 486).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
Tujuan umum dari makalah ini agar mahasiswa S-1 Keperawatan mengerti tentang kolostomi dan dapat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Colostomy adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. (Keperawatan Medical Bedah,
Brunner & Suddart hal 1127).
Colostomy adalah prosedur pembedahan dimana sebagian dari usus besar dibawa keluar melewati
Colostomy adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementara. (Rencana Asuhan
Keperawatan, Doenges hal 486)
Deskripsi tindakan
Colostomy sementara / temporer dibuat untuk diversi feses oleh karena trauma atau penyakit pada
sebagian usus besar sehingga memungkinkan untuk istirahat dan sembuh.
Colostomy yang permanen dikerjakan bila dibagian ujung usus (usus yang paling jauh jaraknya) harus
diangkat atau tersumbat dan tidak dapat dilakukan operasi.
Ada tiga macam tipe colostomy bila dilihat dari segi pembedahan yaitu :
1. End colostomy: Fungsi ujung akhir dari usus dibawa keluar ke permukaan perut, pembuatan stoma
dilakukan dengan membalik usus dan dijahitkan kekulit, permukaan stoma biasanya tampak
lembab dan berwarna merah muda. Bagian distal dari usus besar diangkat atau ditutup dengan
dijahit dan ditinggalkan didalam perut. End colostomy biasanya adalah stoma yang permanen, ini
biasanya disebabkan oleh karena trauma, kanker atau penyakit yang lain.
2. Double – barrel colostomy: Colostomy ini termasuk pembuatan dua stoma yang terpisah di
dinding perut. Stoma yang proksimal adalah stoma yang berfungsi mengeluarkan kotoran dan
berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas. Stoma yang distal berhubungan dengan
rectum dan disebut mucous fistula, mengalirkan sedikit material lendir. Stoma ini sering
merupakan stoma yang temporer yang dibuat untuk mengistirahatkan sebagian dari usus dan
nantinya ditutup.
3. Loop colostomy: Colostomy ini dibuat dengan membawa lengkungan usus besar (loop of bowel)
melalui sebuah sayatan di dinding perut. Lengkungan usus ditahan dengan diluar dinding perut
dengan sebuah batang plastik yang diselipkan dibawahnya. Sebuah sayatan dibuat di usus
sehingga memungkinkan aliran kotoran melewati colostomy. Tangkai penahan diangkat (diambil)
setelah kira-kira 7-10 hari setelah pembedahan, bila telah sembuh maka usus tidak akan tertarik
kedalam perut. Loop colostomy paling sering adalah untuk stoma yang temporer yang berguna
untuk diversi kotoran agar tidak melewati daerah usus yang obstruksi atau adanya sepsis pelvis
karena kanker usus, diverticulitis, trauma kolorektal, trauma radiasi atau komplikasi penyakit
peradangan usus besar. Dapat pula digunakan untuk proteksi sambungan koloanal atau adanya
fistula.
2
Berdasarkan letaknya:
2.2 Indikasi
Kanker
Obstruksi
2.3 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan colostomy adalah sebagai berikut:
Penempatan letak stoma yang tidak tepat. Dimana disini mengakibatkan pemakaian stoma bag menjadi
sulit akan cenderung menjadi bocor sehingga merusak kulit, ini akan menghalangi aktivitas sehari-hari.
Nekrosis dan retraksi stoma Vaskularisasi yang tidak memadai pada stoma akan segera mengakibatkan
iskemia atau nekrosis segera setelah operasi, perkembangan nekrosis harus segera dievaluasi dan
ditentukan perluasannya. Bila nekrosis hanya terjadi pada bagian permukaan serosa tidak perlu
dilakukan tindakan segera, mungkin jaringan yang nekrotik akan mengelupas atau perlu debridement.
Bila nekrosis meluas hingga dibawah fasia maka perlu segera dilakukan laparatomy untuk mencegah
terjadinya peritonitis. Mobilisasi yang tidak memadai dari mesentrium atau fiksasi yang jelek dari stoma
ke kulit atau fasia mengakibatkan retraksi dari stoma, biasanya pada masa awal periode operasi. Retraksi
dibawah fasia memerlukan tindakan segera untuk mencegah peritonitis. Retraksi diatas fasia tidak
memerlukan tindakan intervensi segera. Ini biasanya akibat pemasangan stoma bag / appliance yang
jelek.
Kerusakan kulit: Pengotoran cairan produk stoma dikulit sekitar stoma mengakibatkan kulit maserasi dan
rusak. Hal ini lebih sering terjadi pada ileostomi dimana produk stomanya cair dan mengandung zat
proteolitik dari enzim pancreas, hal ini bisa pula terjadi pada colostomy di proksimal dari pleksura lienalis
atau pada kolostomi yang diare. Biasanya terjadi oleh karena pemasangan stoma bag/appliance yang
jelek sehingga bocor. Kerusakan kulit mungkin juga terjadi oleh karena folikulitis peristomal, dermatitis
kontak/alergi. Produk ileostomi yang tinggi, penyakit crohn’s yang kambuh, obstruksi parsial usus halus,
sepsis intra abdominal stenosis soma dan gastro enteritis juga berperan terhadap kejadian kerusakan
kulit. Ekskoriasi kulit harus ditangani dengan pemasangan stoma bag/appliance yang baik untuk
mencegah kerusakan kulit lebih lanjut. Dianjurkan untuk konsultasi pada stomal terapis khususnya pada
kerusakan kulit yang berat. Bila konstruksi stoma yang tidak baik dan perawatan enterostomal yang
intensif tidak membaik maka diperlukan tindakan pembedahan untuk merekonstruksi stoma tersebut.
Perhatian harus diberikan pada ileostomi dengan produk tinggi dengan menggunakan obat-obat anti
diare, manipulasi dengan diet serta penggantian cairan dan elektrolit.
Striktura stoma: Walaupun striktura stoma merupakan komplikasi yang terjadi kemudian, ini biasanya
terjadi karena perkembangan serositis segera setelah periode operasi. Paling sering disebabkan oleh
3
nekrosis dan retraksi yang mengakibatkan lepasnya jahitan mukokutaneus sehingga serosa menjadi
terpapar dan akibatnya terjadi serositis. Dilatasi stoma biasanya tidak efektif, diperlukan tindakan eksisi
kulit dan skar dan menjahit ulang mukosa intestinal ke kulit untuk membuat lubang stoma yang
memadai.
Prolap stoma: Biasanya terjadi pada saat konstruksi stoma usus dalam keadaan dilatasi atau edema.
Lubang stoma dibuat terlalu besar dan setelah itu usus mengecil menjadi normal kembali ukurannya. Bila
kasusnya colostomy yang temporer maka diperlukan tindakan definitif menyambung usus. Bilamana
stomanya permanen maka konversi loop colostomy ke end colostomy dengan mucous fistule pada
tempat yang baru sangat membantu. Tetapi pada prolaps kolostomi yang berlebihan perlu didiskusikan
reseksi pada bagian yang berlebihan tersebut dan merekonstruksi stomanya.
Hernia para stomal: Hernia parastomal merupakan problem paling sering yang memerlukan tindakan
koreksi pembedahan berkenaan dengan konstruksi kolostomi. Komplikasi ini terjadi mungkin karena
pembuatan lubang stoma yang terlalu besar atau peletakkan stoma diluar muskulus rektus. Indikasi
tindakan koreksinya adalah adanya gejala obstruksi, nyeri para stomal, kesulitan perawatan stoma atau
pemasangan stoma bag / appliance. Relokasi stoma dan penutupan defek hernia adalah tindakan yang
paling efektif.
Pasien yang memerlukan colostomy pada pra operasi dapat dimunculkan intervensi keperawatan sebagai
berikut yaitu :
Dukungan psikososial :
o Pasien yang di diagnosis kanker kolon / rectum memerlukan colostomy permanen dan
merasa sedih akibat di diagnosa penyakit dan rencana pembedahan begitu juga yang
menjalani colostomy sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang serupa
dengan individu.
o Semua anggota tim kesehatan, termasuk perawat terapi enterostomal dan keluarga harus ada
o Menunjukkan sikap kompeten yang meningkatkan percaya diri dan kerjasama. Konsultasi
dengan ahli terapi enterostoma selama periode praoperatif sangat membantu.
4
WOC
pe↑an tek.intra
pean volume
abdomen
cairan
Gangg.intregritas komplikasi
kulit
Kurangnya
pengetahuan
5
Dari WOC di atas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
yang telah dilakukan colostomy adalah sebagai berikut:
1) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d iritasi kimiawi dari cairan yang keluar pada kulit
yang terkena
2) Gangguan citra tubuh b/d biofisikal : adanya stoma; kehilangan kontrol usus eliminasi dan psikososial :
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d gangguan absorpsi cairan misal: kehilangan fungsi
kolon
5) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan masukan secara
medik
6) Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d perubahan struktur / fungsi tubuh; reseksi radikal/ prosedur
pengobatan, kerentanan / masalah fisiologis tentang respons dari orang terdekat
7) Gangguan pola tidur b/d factor internal : stress psikologis, takut kebocoran kantong / cedera stoma d /d
sering mengganti kantong stoma, takut kebocoran kantong
8) Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare b/d penempatan ostomi pada kolon sigmoid atau desenden
9) Kurang pengetahuan b/d kurang pemajanan; kesalahan interpretasi informasi; kurang mengingat
10) Risiko terhadap infeksi b/d sisi masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
INTERVENSI
Pada tahap ini diawali dengan membuat prioritas diagnosa keperawatan yang dibuat dengan
mengambil acuan pada rencana asuhan keperawatan, Doenges yaitu sebagai berikut: :
1) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d iritasi kimiawi dari cairan yang keluar pada kulit
yang terkena
2) Gangguan citra tubuh b/d biofisikal : adanya stoma; kehilangan kontrol usus eliminasi dan psikososial :
3) Nyeri (akut) b/d trauma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan
6
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d gangguan absorpsi cairan misal: kehilangan fungsi
kolon
5) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan masukan secara
medik
6) Gangguan pola tidur b/d factor internal : stress psikologis, takut kebocoran kantong / cedera stoma d /d
sering mengganti kantong stoma, takut kebocoran kantong
7) Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare b/d penempatan ostomi pada kolon sigmoid atau desenden
8) Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d perubahan struktur / fungsi tubuh; reseksi radikal/ prosedur
1. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d iritasi kimiawi dari cairan yang keluar pada kulit
yang terkena.
a. Tujuan: dapat mempertahankan integritas kulit
b. Kriteria hasil : pasien dapat mengidentifikasi factor risiko individu, menunjukkan perilaku / tehnik
peningkatan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.
i. Lihat stoma / area kulit peristomal pada tiap penggantian kantong. Bersihkan dengan air
iii. Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat sedikit lebih besar ⅛
vi. Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Lakukan pengangkatan
vii. Selidiki keluhan rasa terbakar atau gatal atau melepuh disekitar stoma.
viii. Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantung
Rasional:
Konsul dengan ahli terapi atau enterostomal 1.Memantau proses penyembuhan / keefektifan alat
dan mengidentifikasi masalah pada area, kebutuhan intervensi lebih lanjut. Mempertahankan
Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (slama 6 mgg pertama) ukuran kantong yang
dipakai harus tepat sehingga feses terkumpul sesuai aliran dari ostomi dan kontak dengan kulit
dicegah
Mencegah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit periostomal. Perekatan area yang
adekuat penting untuk mempertahankan cincin kantong bila terlalu kencang menyebabkan iritasi
kulit saat pengangkatan kantong
Melindungi kulit dari perekat kantong dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu
7
Pengosongan dan pencucian kantong dengan cairan yang tepat tidak
Memberikan kesempatan untuk pemecahan masalah dan menentukan kebutuhan intervensi lebih
lanjut
Membantu pemilihan produk yang tepat untuk kebutuhan penyembuhan pasien.
2. Gangguan citra tubuh b/d biofisikal : adanya stoma; kehilangan kontrol usus eliminasi dan psikososial :
gangguan struktur tubuh d/d adanya kantong stoma didaerah abdomen.
perawatan diri
didiskusikan
ii. Dorong pasien / orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang ostomi
iii. Kaji ulang alasan untuk pembedahan dan harapan masa datang
iv. Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi / tidak terlibat
pada perawatan
v. Berikan kesempatan pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan
diri
vi. Rencanakan / jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien
Rasional:
Memberikan informasi ttg tingkat pengetahuan pasien / orang terdekat terhadap pengetahuan ttg
Pasien dapat menerimanya ini lebih mudah bahwa ostomi dilakukan untuk memperbaiki penyakit
kronis / jangka panjang daripada sebagai cedera traumatic meskipun ostomi hanya sementara
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat
Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan
penerimaan situasi
Meningkatkan rasa control dan meningkatkan harga diri
Bantu pasien/orang terdekat utk menerima perubahan tubuh, merasakan baik ttg diri sendiri
Dapat memberikan system pendukung yang baik. Memudahkan penerimaan perubahan sesuai
dengan kesadaran pasien akan hidup harus berjalan terus dan dapat menjadi relatif normal
3. Nyeri (akut) b/d trauma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan
8
a. Tujuan: menyatakan nyeri hilang / terkontrol
b. Kriteria hasil : menunjukkan nyeri hilang mampu tidur/istirahat dengan tepat menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi dan kenyamanan umum sesuai indikasi siuasi individu
iii. Berikan tindakan kenyamanan. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi tidak akan
mencederai stoma
iv. Dorong penggunaan tehnik relaksasi mis : bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas
senggang
v. Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini. Hindari posisi duduk
lama
vi. Selidiki dan laporkan adanya kekakuan otot abdominal, kehati-hatian yang tak disengaja
Rasional:
Menurunkan kekakuan otot /sendi. Ambulasi mengembalikan organ keposisi normal dan
4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d gangguan absorpsi cairan misal: kehilangan fungsi
kolon
a. Tujuan : dapat mempertahankan hidrasi adekuat
b. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital
stabil
c. Rencana Tindakan Rasional:
i. Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang BB tiap hari
ii. Awasi tanda vital, catat hipotensi postural, takikardia. Evaluasi turgor kulit, pengisian
kapiler dan membrane mukosa
iii. Awasi hasil lab mis: Ht dan elektrolit
9
iv. Berikan cairan IV dan elektrolit sesuai indikasi 1.Memberikan indicator langsung
keseimbangan cairan.
cairan
5. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pembatasan masukan secara
medik
a. Tujuan : merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi / membatasi gangguan GI
b. Kriteria hasil : dapat mempertahankan BB / menunjukkan peningkatan BB bertahap sesuai tujuan
Rasional:
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus
Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6-8 minggu pertama
Pada kelemahan atau tidak toleran pada masukan peroral, hiperparalimentasi digunakan untuk
6. Gangguan pola tidur b/d factor internal : stress psikologis, takut kebocoran kantong / cedera stoma d /d
b. Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat
v. Tentukan penyebab terlalu banyaknya flatus / feses mis;rujuk pada ahli diet ttg
Rasional:
10
Pasien lebih dapat mentoleransi gangguan dari staf bila ia memahami alasan / pentingnya
perawatan
meminimalkan kebocoran
Pasien akan mampu istirahat lebih baik bila merasa aman tentang stoma dan ostominya
Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi tidur tahap REM,
mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun
7. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare b/d penempatan ostomi pada kolon sigmoid atau desenden
a. Tujuan : membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan
b. Kriteria hasil : pasien dapat mengatur pola eliminasinya, konsistensi feses lembek, tidak terjadi
diare yang berlebihan,tidak terjadi konstipasi
c. Rencana Tindakan Rasional:
i. Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya
iii. Demonstrasikan penggunaan peralatan irigasi untuk menginjeksikan salin normal per
protocol sampai pengurangan didapatkan
iv. Libatkan pasien dalam perawatan ostomi secara bertahap
Rasional:
Irigasi yang dilakukan kadang-kadang bermanfaat pada pengosongan usus untuk menghindari
kebocoran bila direncanakan kejadian khusus
Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorong pasien mandiri dan terkontrol
8. Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b/d perubahan struktur / fungsi tubuh; reseksi radikal/ prosedur
pengobatan, kerentanan / masalah fisiologis tentang respons dari orang terdekat
terdekat / pasangan,tidak takut impoten, tidak takut terjadi kebocoran saat aktivitas seksual
situasi masing-masing
iii. Diskusikan bermain peran kemungkinan interaksi / pendekatan bila menerima pasangan
seksual baru
iv. Rujuk pada konseling/terapi seksual bila ada
Rasional:
11
Mengidentifikasi harapan dan keinginan yang akan datang
Pemahaman apakah kerusakan saraf telah mengubah fungsi normal seksual(mis;ereksi) membantu
Latihan membantu dalam menerima situasi actual bila hal ini timbul,mencegah kesadaran diri tentang
EVALUASI
Dx 7 : membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup sesuai dengan
ketepatan jumlah dan konsistensi
Dx 8 : mengungkapkan pemahaman hubungan kondisi fisik pada masalah seksual
PROSEDUR TINDAKAN
1. Persiapan psikologis:
Pasien yang akan menjalani operasi dengan stoma permanen akan timbul respon kehilangan seperti
syok, tidak percaya, denial, menolak, marah. Pemahaman terhadap keadaan emosi pasien merupakan hal
penting untuk mengadakan pendekatan. Karena dengan stoma berarti pasien akan kehilangan bagian
penting dari tubuhnya yang mungkin mempengaruhi perubahan besar dalam hidupnya. Pada keadaan
ini dorongan psikologis sangat dibutuhkan.
2. Persiapan pembedahan
a. Diit
Diberikan diit rendah serat untuk mengurangi feses pada colon, biasanya diberikan beberapa hari sebelum
operasi.
b. Persiapan colon
Persiapan colon dilakukan beberapa hari sebelum operasi. Tujuannya untuk membersihkan colon dari feses
dan menghambat pertumbuhan bakteri di colon untuk mencegah infeksi post operasi.
12
Persiapan secara mekanik dengan menggunakan laxative, lavement dan lavage lambung dengan
c. Cukur
d. Pemasangan nasogastrik tube mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan udara dalam saluran
pencernaan dan mengurangi distensi post operasi.
3. Letak stoma
Letak stoma memungkinkan pasien ketika duduk atau berdiri, jauh dari jahitan operasi dan lipatan, juga
disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk merawat dengan baik setelah operasi.
Selama periode post operasi pengamatan balance cairan sangat penting. Pasien dengan asending colostomy
atau colostomy yang diikuti dengan reseksi mungkin fesesnya liquid sehingga diperlukan menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Perawatan kulit
Iritasi kulit dapat ditekan sekecil mungkin dengan perawatan yang baik atau menggunakan kantong stoma
yang mempunyai proteksi kulit. Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara hati-hati sehingga tindakan yang
13
Sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi daerah erosi dengan sejenis salf misalnya zinksalf
3. Diit
Pasien dengan stoma permanen dianjurkan untuk mengkonsumsi diit yang seimbang. Diit yang dikonsumsi
sifatnya individual asal tidak menyebabkan diare, konstipasi dan menimbulkan gas. Makanan yang dapat
menimbulkan gas dan bau seperti kobis, telur, kacang- kacangan.
4. Irigasi colostomy
Kontraindikasi :
Pengertian :
Latihan fisik yang dilakukan oleh pasien sebelum melakukan operasi / tindakan pembedahan
Tujuan :
Kebijakan :
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus dilakukan latihan sebelum operasi
Persiapan :
1. Prosedur kerja : Perawat menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan sebelum dilakukan
tindakan operasi
14
b. Kedua tangan dikepal diletakkan keperbatasan antara perut dan dada serta ibu jari menempel
d. Kemudian tarik nafas dalam melalui hidung dan mulut sampai perut terasa naik
b. Letakkan tangan dengan jari saling menyisip diatas perut dengan ibu jari diatas dada
c. Angkat tungkai dengan posisi lurus secara perlahan kemudian tekuk lutut dan tahan beberapa
menit
c. Kemudian lakukan gerakan memutar pergelangan kaki dengan arah yang sama
d. Perawatan colostomy
Pengertian :
Membersihkan stoma colostomy, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong colostomy secara berkala sesuai
kebutuhan.
Tujuan :
15
Kebijakan :
Persiapan :
1. Kantong colostomy
2. 1 set rawat luka ( pinset, kom kecil, gunting)
7. Sarung tangan
8. Kantong plastic untuk sampah
Prosedur Kerja :
1. Tahap prainteraksi
2. Tahap orientasi
3. Tahap kerja
a. Berikan kesempatan pasien bertanya
f. Membuka kantong stoma dengan hati-hati menggunakan pincet dan tangan kiri menekan kulit
g. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas Nacl 0,9 % atau kapas air hangat
j. Memberika salep / zink oil tipis-tipis jika ada iritasi kulit sekitar stoma
k. Mengukur stoma dan membuat lubang kantong colostomy sesuai ukuran stoma
l. Membuka satu sisi / sebagian perekat kantong colostomy
colostomy
o. Membuka sisa perekat dan hindari masuknya udara dalam kantong
16
4. Terminasi
d. Cuci tangan
5. Dokumentasi
a. Catat hasil kegiatan pada catatan keperawatan
Tujuan :
Colostomy diirigasi untuk mengosongkan kolon dari feses, gas atau mucus, membersihkan saluran usus
bawahdan membuat pola evakuasi teratur sehingga aktivitas kehidupan normal dapat dilanjutkan.
Persiapan :
Waktu : yang tepat untuk irigasi dipilih, lebih disukai setelah makan sehingga waktu ini cocok dengan pola
aktivitas pasien pasca operatif. Irigasi harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari.
Pasien : sebelum prosedur dilakukan pasien duduk dikursi toilet atau di toilet itu sendiri.
Wadah pengirigasi berisi air hangat 500 sampai 1500 ml digantung 45 sampai 50 cm diatas stoma ( setinggi
bahu bila pasien duduk). Balutan atau kantung diangkat.
Tahap kerja :
Prosedur berikutnya diikuti, pasien dibantu untuk berpartisipasi dalam prosedur supaya belajar melakukannya
tanpa bantuan
Rasional :
Ini membantu untuk mengontrol bau, mendorong dan memungkinkan feses dan air mengalir secara
langsung kedalam pispot
Rasional:
Gelembung air dalam alat dilepaskan sehingga udara tidak masuk kedalam kolon, yang akan
menyebabkan nyeri / kram
3. Lumasi kateter / selang dan masukkan dengan perlahan kedalam stoma. Pemasukan kateter tidak lebih
dari 8 cm. Pegang selang dengan perlahan, tetapi kuat terhadap stoma untuk mencegah air mengalir
balik.
17
4. Bila kateter sulit masuk, biarkan air tetap mengalir dengan perlahan sementara kateter terus dimasukkan.
Jangan pernah memasukkan kateter secara paksa!
Rasional : kecepatan lambat aliran membantu merelakskan usus dan memudahkan passase kateter
5. Alirkan air hangat masuk kedalam kolon dengan perlahan. Apabila terjadi kram, klem selang dan biarkan
pasien beristirahat. Air harus mengalir dalam waktu 5 sampai 10 menit.
Rasional: :
Kram yang nyeri biasanya disebabkan oleh aliran terlalu cepat atau terlalu banyak larutan. Mungkin
hanya 300 cc cairan yang diperlukan untuk merangsang evakuasi. Selanjutnya volume untuk irigasi dapat
ditingkatkan sampai 500, 1000 atau 1500 cc sesuai kebutuhan pasien untuk hasil yang efektif.
6. Pegang selang di tempatnya selama 10 detik setelah air dimasukkan; kemudian dengan perlahan angkat
7. Biarkan 10 sampai 15 menit agar seluruh isinya keluar, kemudian keringkan dasar pengalas dan lipat
keatas atau pasang klem yang tepat pada dasar pengalas
8. Biarkan pengalas ditempatnya selama kira-kira 30-45 menit sementara pasien duduk dan bergerak
9. Bersihkan area dengan sabun ringan dan air; keringkan area tersebut
Rasional : pasien harus menggunakan kantung sampai colostomy terkontrol dengan baik. Mungkin
hanya memerlukan balutan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
3.1.1 Colostomy adalah prosedur pembedahan dimana sebagian dari usus besar dibawa keluar
melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh.
3.1.2 Ada tiga macam tipe colostomy bila dilihat dari segi pembedahan yaitu: End colostomy, Double
– barrel colostomy, Loop colostomy
3.1.3 Kolostomi juga bisa menimbulkan beberaa komplikasi, seperti: merusak kulit, iskemia atau
nekrosis, Kerusakan kulit, Striktura stoma, Prolap stoma, Hernia para stomal
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. EGC. Jakarta
C. Pearce, Evelyn. 2010. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerbit: Gramedia. Jakarta
Marilyn E. Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pendekatan Untuk Perencanaan Dan
20