BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu kejadian yang sering kali
ditemui di tempat kerja. Umumnya kecelakaan terjadi tanpa diduga
sebelumnya dan akibat yang ditimbulkannya bervariasi, bisa berupa cedera
ringan, sedang, berat bahkan sampai meninggal dunia. Berdasarkan jumlah
korban, kecelakaan bisa terjadi dengan satu korban, banyak korban (musibah)
atau sangat banyak korban (bencana).
Tempat kerja sendiri yaitu suatu tempat yang di dalamnya terdapat
tenaga kerja yang bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk urusan
suatu usaha serta adanya sumber-sumber bahaya. Jadi dapat dipastikan bahwa
di tempat kerja pasti terdapat potensi bahaya yang mengancam keselamatan
dan kesehatan pekerja.
Adanya potensi bahaya di tempat kerja terkadang disadari oleh pekerja
tapi mereka tidak mengerti dampak yang ditimbulkannya dan cara
mengendalikannya. Akhirnya mereka membiarkannya begitu saja dan terbiasa
dengan keberadaan potensi bahaya tersebut, padahal jika terjadi kecelakaan
kerja dapat mengakibatkan cideranya pekerja bahkan menimbulkan kematian.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nasib atau akhir derita
korban, antara lain: Keparahan cedera, waktu antara kejadian sampai pelayanan
P3K, sarana/ fasilitas P3K, keterampilan petugas P3K, jarak tempuh ke rumah
sakit, ketersediaan alat transportasi ke rumah sakit dan adanya komunikasi ke
rumah sakit tujuan. Apabila semua faktor ini berfungsi dan tersedia dengan
baik maka dampak dari cedera bias diperkecil dan kerugian yang lebih besar
bias dihindari.
Oleh karena itu, dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerja
yang mengalami kecelakaan di tempat kerja perlu dilakukan pertolongan
pertama secara cepat dan tepat. Menurut Permenakertrans Nomor
:Per.15/MEN/VIII/2008 Bab 1 pasal (1) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
di tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K di tempat kerja, adalah upaya
memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh/
1
2
dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau
cidera di tempat kerja
Didalam kelompok masyarakat, khususnya di perusahaan mutlak
adanya tenaga P3K yang terampil terutama di lokasi kerja/ perusahaan yang
banyak menggunakan mesin dan teknologi canggih, bahan beracun. Bahkan
ketidakdisiplinan pekerja juga bisa menyebabkan penyakit dan kecelakaan
pekerja. Pemerintah mengatur pelaksanaan P3K di tempat kerja dalam
peraturan perundangan. Pada Pasal 3 ayat (1) huruf (e) Undang-Undang No.1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja disebutkan bahwa “Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi
pertolongan pada kecelakaan”. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya
peraturan pelaksanaan yang khusus mengatur tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K).
Untuk pelaksanaan pelatihan K3 di suatu perusahaan adalah tanggung
jawab ahli K3, dan bila perlu melibatkan tenaga-tenaga yang lebih
professional. Pelatihan K3 semestinya dilakukan secara mendadak setiap
minggu dan terprogram, agar dapat menumbuhkan kondisi aman bekerja dan
mampu menyelamatkan diri apabila suatu saat terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang termasuk dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, penting diperlukan adanya praktikum
pertolongan pertama pada kecelakaan. Praktikum ini dilakukan oleh mahasiswa
Diploma 4 keselamatan dan kesehatan kerja Fakultas kedokteran Universitas
Sebelas Maret sebagai bekal pengetahuan di dunia kerja nantinya sehingga
mahasiswa mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan
baik dan benar.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya P3K
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam melakukan pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K).
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
a. Pengertian P3K
Menurut Permenakertrans Nomor :Per.15/MEN/VIII/2008 Bab 1
pasal (1) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja
4
B. Perundang-undangan
1. Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pasal 3 ayat (1) huruf (e) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja disebutkan bahwa “Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi pertolongan pada
kecelakaan”.
2. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 tentang Ketenagakerjaan.
“Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja”.
3. Pasal 531 KUHP Yang Menyebutkan Bahwa “Barangsiapa menyaksikan
sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau
mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
25
BAB III
HASIL
A. Gambar Alat
Tabel gambar alat praktikum P3K
Gambar Keterangan
26
b. Bidai Segitiga
Fungsi :
untuk membalut luka,
membalut bidai kayu dan
menopang anggota tubuh
yang mengalami patah
tulang.
c. Bidai Kayu
Fungsi:
Untuk pergerakan atau
pergeseran dari ujung
tulang yang patah
B. Prosedur Kerja
1. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
a. Circulation Support (C)
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung
memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada
28tidak teraba. Prosedur Pijat Jantung :
korban dengan nadi karotis yang
1) Posisikan diri di samping korban.
2) Posisikan tangan di center of chest (tajuk pedang).
3) Posisikan tangan tegak lurus korban.
27
distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu disimpukan di sisi lateral
sendi.
d. Menggendong lengan
1) Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan
keadaan luka dan postur pasien
2) Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan
ketiak, dengan puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang
cedera dan salah satu sudut alas kain ujungnya mencapai
belakang leher dari sisi yang berlawanan dengan lengan yang
cedera
3) Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan
bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar
4) Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari
tangan lebih tinggi daripada siku
5) Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang
leher dari arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan bawah
seperti menggendong
6) Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi tidak
boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan kulit
ke tulang belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas pleksus
brakialis
7) Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan dengan
peniti.
e. Membalut pergelangan tangan
Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan
di telapak tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan,
lalu mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.
f. Membalut tumit dan dan pergelangan kaki
Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu
letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua
ujungnya dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan;
30
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Praktikum Pembidaian, RJP, dan Perdarahan
Praktikum P3K adalah salah satu kegiatan praktikum yang
dilaksanakan oleh mahasiswa Diploma 4 Program Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret pada semester 5. Praktikum
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan yang dilatih langsung oleh PMI
Surakarta meliputi praktek Resusitasi Jantung dan Paru (RJP), pembidaian
pada patah tulang dan dislokasi, serta perdarahan dan luka. Praktikum ini
berjalan dengan baik dimana setiap mahasiswa wajib melakukan praktek PK3.
Berikut adalah pembahasan dari praktikum P3K yan telah dilakukan:
1. Pertolongan pada pembidaian
Cara yang benar pada saat melakukan pembidaian khususnya pada
bidai keras, pembidaian dilakukan dari bawah ke atas, bukan dari atas ke
bawah. Dan jangan terlalu kencang maupun terlalu longgar saat melakukan
pembidaian. Tujuan Pembidaian adalah; Mencegah pergerakan ujung tulang
yang patah, mengurangi cedera baru, mengistirahatkan, mengurangi nyeri,
empercepat penyembuhan. Pertolongan cedera alat gerak adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan penilaian dini dan lakukan pemeriksaan fisik
b. Menstabilkan bagian patah secara manual
c. Memaparkan daerah cedera
d. Mengatasi pendarahan dan rawat luka
e. Menyiapkan alat dan lakukan pembidaian
f. Kurangi rasa sakit
g. Baringkan dalam posisi nyaman
Penanganan untuk terkilir adalah :
a. Posisikan nyaman dan istirahatkan daerah cedera
b. Tinggikan
c. Compres dingin ( max 30 menit )
d. Balut tekan
e. Bila ragu bidai
34
33
f. Rujuk
2. Pertolongan pertama pada luka tusuk
Apabila korban mengalami luka tusuk dengan benda yang masih
menacap pada tubuh korban maka pertolongan yang dapat diberikan yaitu
dengan menstabilkan benda yang menancap agar tidak baergerak dengan
menggunakan penutup luka atau kain apapun yang berada disekitar korban
tetapi kain yang digunakan harus kain yang bersih/ steril agar tidak
menimbulkan infeksi. Menstabilkan benda yang menancap dilakukan agar
tidak menyebabkan luka bertambah lebar dan parah. Jangan mencabut benda
yang menancap, benda dapat dicabut setelah korban mendapat penanganan
khusus dari petugas medis atau dokter karena petugas medis atau dokter
yang lebih tahu seberapa dalam luka tusuk dan seberapa bahayanya bagi
korban sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih baik. Segera
menghentikan pendarahan tetapi jangan sampai menekan benda yang
menancap. Segera menghubungi atau membawa korban ke fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pertolongan medis.
3. Pertolongan Resusitasi Jantung Paru ( RJP )
Pada kasus ini yaitu seseorang yang pingsan, tidak ada denyut nadi,
dan tidak dapat bernafas maka pertolongan yang dapat dilakukan kepada
korban ini adalah :
a. Cek respon, beri rangsang, bisa dilakukan dengan memanggil korban
atau menepuk area tubuh korban, misalnya bahu atau bisa juga menekan
dengan ujung jari di bawah hidung.
b. Siklus CAB, yaitu :
1) Circulation, cek nadi di temporalis leher satu sisi, gunakan minimal 2
jari. Bila negatif (nadi tidak terasa), Lakukan compressi selama 5
siklus. Setelah 5 siklus, cek nadi. Lakukan compressi atau PJL ( Pijat
Jantung Luar ) diantara sternum sebanyak 30 kali selamat 18 detik 1
irama dengan tekanan dan kecepatan yang sama.
2) Airway Control yaitu membuka jalan nafas. Setelah itu cek leher
bagian belakang, ada cidera atau tidak. Jika tidak, lakukan Headtil
chin lift dengan pengecekan jalan nafas dengan mengangkat dagu dan
34
saluran pernapasan dan detak jantung berfungsi dengan baik, sehingga kita
masih dapat menyelamatkan nyawa korban. Setiap usaha pertolongan berarti
diawali dengan niat yang baik, sehingga untuk menghasilkan hasil yang baik
diperlukan ketrampilan serta pengetahuan yang cukup agar tidak terjadi
kesalahan dalam bertindak.
3. RJP
a. Ketika mengecek nadi, peletakan jari tidak sesuai seharusnya sehingga
nadi tidak teraba.
b. Urutan saat melakukan pertolongan RJP tidak sesuai
c. Letak tangan kurang tepat dan arah tekanan kurang baik, bisa
menimbulkan patah tulang, luka dalam paru-paru.
d. Tekanan terlalu dalam dan terlalu cepat, maka jumlah darah yang
dialirkan kurang.
e. Rasio kompresi dan nafas buatan tidak baik, maka oksigenisasi darah
kurang.
f. Dalam pemberian nafas bantuan kurang mantap (masih ada celah antar
mulut, lupa menutup hidung korban, pengangkatan dagu dan penarikan
kepala bagian atas ke belakang kurang tepat) sehingga dada tidak dapat
mengembang, udara tidak masuk.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pengertian P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K
adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang
menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari
dokter.
2. Tujuan dilakukannya P3K
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)
c. Menunjang penyembuhan
3. Tahapan-tahapan dalam melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
a. Resustansi Jantung dan Paru
1) C (circulation support), yaitu membuka jalan nafas
2) A (airway control), yaitu ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat
3) B (breathing support), yaitu pengenalan tidak adanya denyut nadi dan
pengadaan pengadaan sirkulasi sirkulasi buatan dengan kompresi
kompresi jantung jantung luar
b. Perdarahan
Prinsip dasar pertolongan pada pendarahan adalah tekan,
tinggikan, tinggikan, tekan pembuluh darah dan tenangkan korban serta
balut bila perlu (5T)
c. Patah Tulang
1) Lakukan penilaian dini (respon, tanda nafas dan nadi).
2) Lakukan penilaian fisik (perubahan bentuk, luka, nyeri tekan dan
bengkak).
3) Stabilkan bagian yang patah.
4) Atasi perdarahan dan luka (bila ada).
5) Persiapkan alat dan bahan untuk pembidaian kemudian lakukan
pembidaian. Sesuaikan ukuran bidai sesuai ukuran daerah cedera dan
jangan terlalu kuat sehingga38
peredaran darah terganggu.
6) Kurangi rasa sakit dengan kompres dingin, jika bukan cedera patah
tulang terbuka.
7) Baringkan penderita pada posisi nyaman.
8) Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
B. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA