Anda di halaman 1dari 34

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara mengukur perkembangan suatu negara adalah dengan mengetahui
perkembangan dunia pasar modal dan industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal
adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Dalam berinvestasi di pasar modal
para investor mengharapkan pengembalian yang berupa capital gain dan dividen.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap para pemegang saham
dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan
pembayaran dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian
yang mungkin terjadi akan hasil yang diharapkan dari investasi yang dilakukan dan dapat
meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham dapat
meningkat. Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang
dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah
laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen
Kebijakan dividen tergambar pada dividen payout rationya yaitu presentase laba yang
dibayarkan dalam bentuk dividen,atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen
dengan tota laba yang tersedia bagi pemegang saham. Besar kecilnya dividend pay out ratio
akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh
pada kondisi keuangan perusahaan.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum pengambilan keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
dibagikan pada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow , semakin
kuat posisi keuangan atau likuiditas suatu perusahaan maka semakin besar pula kemampuan
membayar dividen kepada pemegang saham.
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap
ekuitas (modal sendiri). Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu
perusahaan didanai oleh hutang , maka semakin tinggi nilai rasio ini mengindikasi gejala yang
kurang baik bagi bagi kondisi suatu perusahaan. Pembayaran hutang yang telah jatuh tempo
akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para investor, karena
kewajiban membayar hutang lebih diutamakan dari membayar dividen kepada para investor.
Return On Assets (ROA) adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada
dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari
analisis.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesa (BEI) tidak semuanya dapat
membagikan dividen kepada para investor (pemegang saham), baik dalam bentuk dividen tunai
maupun dividen saham. Hal itu disebabkan karena adanya pertimbangan-pertimbangan yang
berbeda dalam mebuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen pada setiap perusahaan.
Perkembangan industry rokok telah menjadi bagian dari sejarah dan budaya masyarakat
di Indonesia, khususnya rokok kretek yang merupakan komoditas berbasis tembakau. Salah
satu penyumbang penerimaan pajak di Indonesia adalah industry rokok melalui cukai yang
dikenakan. Penerimaan pajak dan PPB dari tembakau dan rokok tahun 2015 lalu tercatat
melebihi angka 170 triliun. Meriahnya industry rokok membuat angka pencandu tembakau di
Indonesia melonjak ke angka 90 juta jiwa, yang tertinggi di dunia. Saat ini industry rokok di
Indonesia memproduksi hingga 315 miliar batang per tahun. Menurut catatan Kementrian
Perdagangan., industry rokok Indonesia tumbuh hingga 10% setiap tahun (sumber: m.dw.com).
Pada tahun 2016, PT Gudang Garam Tbk membagikan dividen tunai sebesar Rp 5 triliun
untuk tahun buku 2016 yang setara dengan Rp 2600 per lembar sahamnya, yang sama dengan
tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. (sumber:kompas.com)
Sedangkan PT. HM Sampoerna Tbk membagikan dividen senilai Rp 12,5 triliun untuk
tahun buku 2016 atau setara 98,2% dari laba bersih. Penjualan naik sebesar Rp 95,5 triliun atau
naik 7,2% dibanding realisasi pada tahun 2015 sebesar Rp 89,1 triliun. Pertumbuhan laba
bersih mencapai 23,1% pada 2016. (sumber:m.bisnis.com)

Dalam industri rokok, ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang ini telah
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Dari beberapa perusahaan tersebut diambil beberapa
perusahaan yang dianggap memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan untuk dijadikan
sampel dalam penelitian ini. Untuk melihat sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
membayar deviden kepada pemegang saham maka akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui tingkat deviden payout ratio pada perusahaan rokok.

Struktur modal dalam penelitian ini diproksi dengan debt to equity ratio (DER),
profitabilitas diproksi dengan return on asset (ROA), likuiditas diproksikan dengan cash
position. Return on Asset (ROA) dalam hal ini digunakan sebagai variable intervening dengan
tujuan mengetahui pengaruh secara tidak langsung masing-masing variable eksogen, yaitu
DER dan Cash position, terhadap variable eksogen, yaitu kebijakan dividen yang diukur
dengan dividend payout ratio (DPR).

Berdasarkan dividend payout ratio yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen,
dapat dilihat bahwa jumlah dividen yang dibagikan semakin besar jika nilai dividen payout
ratio semakin besar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah struktur modal mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas
pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.2.2 Apakah struktur modal mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.2.3 Apakah likuiditas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.2.4 Apakah likuiditas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
1.2.5 Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan rokok di Bursa efek Indonesia?
1.2.6 Apakah struktur modal mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen yang dimediasi oleh profitabilitas pada perusahaan rokok di Bursa Efek
Indonesia (BEI)?
1.2.7 Apakah likuiditas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen
yang dimediasi oleh profitabilitas pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan
rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan rokok
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3.5 Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
rokok di Bursa efek Indonesia (BEI)
1.3.6 Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen yang dimediasi
oleh profitabilitas pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.3.7 Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen yang dimediasi oleh
profitabilitas pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan,
investor, maupun peneliti selanjutnya yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Perusahaan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kritik dan saran terkait dengan
permasalahan mengenai struktur modal, likuiditas, profitabilitas, dan kebijakan dividen
1.4.2 Bagi Investor
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan informasi terkait struktur modal,
likuiditas, profitabilitas, dan kebijakan dividen
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi maupun
acuan bagi mahasiswa maupun pembaca untuk melakukan penelitian di waktu yang
akan datang
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja, menggunakan atau
mengalokasikan dana, dan mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama
perusahaan
Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai
aktiva.
2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari
sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam
bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.
Tujuan utama Manajemen Keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dimiliki
perusahaan atau memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki oleh pemegang saham.
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan terdiri dari:
1. Keputusan Pendanaan, meliputi kebijakan manajemen dalam pencarian dana
perusahaan, misalnya kebijakan menerbitkan sejumlah obligasi dan kebijakan hutang
jangka pendek dan panjang perusahaan yang bersumber dari internal maupun eksternal
perusahaan.
2. Keputusan Investasi, Kebijakan penanaman modal perusahaan kepada aktiva tetap atau
Fixed Assets seperti gedung, tanah, dan peralatan atau mesin, maupun aktiva finansial
berupa surat-surat berharga misalnya saham dan obligasi atau aktivitas untuk
menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.
3. Keputusan Pengelolaan Aset, Kebijakan pengelolaan aset yang dimiliki secara efisien
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Fungsi utama Manajemen Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Planning atau Perencanaan Keuangan, meliputi Perencanaan Arus Kas dan Rugi Laba.
2. Budgeting atau Anggaran, perencanaan penerimaan dan pengalokasian anggaran biaya
secara efisien dan memaksimalkan dana yang dimiliki.
3. Controlling atau Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan perusahaan.
4. 4.Auditing atau Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan
perusahaan yang ada agar sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi
penyimpangan.
5. Reporting atau Pelaporan Keuangan, menyediakan laporan informasi tentang kondisi
keuangan perusahaan dan analisa rasio laporan keuangan.
Analisis sumber dana atau analisis dana merupakan hal yang sangat penting bagi
manajer keuangan. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan
asal perolehan dana tersebut. Suatu laporan yang menggambarkan asal sumber dana dan
penggunaan dana. Alat analisis yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan prestasi
keuangan perusahaan adalah analisis rasio dan proporsional.
Langkah pertama dalam analisis sumber dan penggunaan dana adalah laporan
perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan tersebut
menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen tersebut yang mencerminkan adanya
sumber atau penggunaan dana.
Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu:
1. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang di-
supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari
kreditur perusahaan.
3. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan antara
tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
4. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen yang
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan industri.
6. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap
oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio risiko dengan
rasio hasil pengembalian.
Analisa Rasio Keuangan yang umum dipakai dikelompokkan sebagai berikut:
1. Liquidity Ratio, nilai rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajiban finansial dalam jangka pendek. Laporan berupa analisa Current
Ratio dan Working Capital to Total Asset (WCTAR).
2. Leverage Ratio , rasio untuk menilai seberapa besar dana yang diberikan oleh
pemegang saham atau owner dibandingkan dengan dana yang diperoleh dari pinjaman
dari dari pihak kreditur. Laporan berupa Total Debt to Assets (DAR), Total Debt to
Equity (DER).
3. Activity Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan antara
tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aset yang dimiliki. Laporan analisa
berupa Total Asset Turn Over (ATO), Working Capital Turn Over (WCTO), Total
Equity to Total Asset (EA).
4. Rentability Ratio, rasio ini digunakan untuk menilai tingkat efektifitas manajemen yang
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Laporan
analisa berupa Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Earning Power of to
Total Invesment (EPTI), Gross Profit Margin (GPM), dan Operating Income (OI).

2.1.2 Kebijakan Dividen


Di bawah ini alan dijelaskan pengertian kebijakan dividend dan Dividend Payout ratio
(DPR) sebagai proksi kebijakan dividend, sehingga akan diperoleh pengertian yang memadai
mengenai variabel kebijakan dividend yang dibahas

Dividen merupakan bagian keuntungan perusahaan yang menjadi hak pemegang


saham. Dividen adalah laba bersih perusahaan setelah dipotong pajak (net income after tax)
atau laba ditahan (retained earning) yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai
aktivitas perusahaan seperti ekspansi, penelitian, maupun inovasi produknya. Pembagian ini
akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tetapi distribusi
keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.
Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis:
1. Dividen tunai (cash dividend) metode paling umum untuk pembagian keuntungan.
Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya.
2. Dividen saham (stock dividend) cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk
saham tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang
dimiliki. Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 3 saham tambahan.
Metode ini mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah jumlah
saham sambil mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah kapitalisasi pasar.
3. Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan cara ini
jarang dilakukan.
4. Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir.

Istilah dalam Dividen


1. Dividend Payout Ratio (DPR)
1. adalah Rasio perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang
diperoleh.
2. Dividen Final (Full) dan Dividen Interim
3. Dividen Interim adalah dividen yang diberikan perusahaan yang sifatnya sementara dan
umumnya dibagikan sebelum akhir tahun tutup buku sehingga ada kemungkinan akan
dibagikan dividen berikutnya sedangkan dividen final adalah dividen yang dibagikan
setelah akhir tahun tutup buku, jika sebelumnya dibagikan dividen interim, maka
dividen final jumlahnya akan dikurangi dividen interim.
4. Dividen Yield adalah Prosentase keuntungan dari perbandingan dividen yang dibagikan
dengan harga saham perusahaan
5. Cum-date adalah hari dimana masih terdapat hak untuk mendapatkan dividen sampai
ditutup perdagangan saham tersebut yaitu pada pukul 16.00, jika pemegang saham
masih memiliki saham tersebut,maka pemegang saham berhak mendapat dividen.
6. Ex-date adalah hari dimana tidak terdapat hak untuk mendapatkan dividen, jika
pemegang saham menjual sahamnya pada Ex-date maka pemegang saham tetap berhak
mendapatkan dividen, sedangkan investor yang membeli pada saat Ex-date tidak
berhak mendapatkan Dividen
7. Recording – date adalah tanggal pengumuman para pemegang saham yang
mendapatkan dividen
8. Payment date adalah tanggal pembayaran dividen kepada seluruh pemegang saham
yang berhak.

2.1.2.1 Dividend Payout Ratio


Dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dibayarkan kepada para pemegang
saham berupa kas maupun saham. Dividen merupakan return yang diterima para pemegang
saham selain capital again. Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah
pajak dan dikurangi laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan
perusahaan. Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang akan digunakan
oleh perusahaan untuk operasional perusahaan. Besarnya pembagian dividend dan laba ditahan
sebuah perusahaan pada diputuskan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk
dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang
tersedia bagi pemegang saham”.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan perbandingan antara Dividend per Share
(DPS) dengan Earning per Share (EPS). Kajian mengenai Dividend Payout Ratio ini pertama
kali dikenalkan oleh Litner pada tahun 1956. Litner mengembangkan suatu kebijakan modern
yakni kebijakan dividen. Semakin besar dividen yang dibagikan, maka akan semakin besar
Dividend Payout Ratio. Terkadang, besarnya Dividend Payout Ratio mencerminkan besarnya
laba bersih sesudah pajak perusahaan. Oleh karena itu, semakin tinggi Dividend Payout Ratio
sebuah perusahaan maka akan semakin tinggi juga cerminan laba bersih perusahaan tersebut.
Hal tersebut, tentu akan lebih menarik lagi minat para investor untuk berinvestasi. Sehingga,
terkadang perusahaan tetap mempertahankan tingkat dividend payout ratio yang tinggi,
meskipun jumlah laba yang diperoleh perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan
2.1.3 Likuiditas
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai likuiditas dan cash position sebagai proksi dari
likuiditas,sehingga akan diperoleh pengertian yang memadai mengenai variabel likuiditas yang
dibahas.

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Kasmir (2013:110) rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Atau dengan kata lain rasio
likuiditas menunjukkan sering kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang
(kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo atau rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kemampuan
yaitu :
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancer dapat pula dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Untuk menghitung Current Ratio menggunakan rumus :
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
CR =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau
membayar utang lancer dengan aktiva lancer tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Untuk
menghitung Quick Ratio menggunakan rumus :
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
QR =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
c. Cash Ratio (Rasio Kas)
Merupakan rasio yang digunakannuntuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersediannya dana kas
yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini
menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang
jangka pendeknya. Untuk menghitung Cash Ratio menggunakan rumus :
𝐾𝑎𝑠+𝐵𝑎𝑛𝑘
CR =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2.1.3.2 Cash position


Umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi kewajiban dan
melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang akan dibayarkan
menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu saja menginginkan jumlah
dividen kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka investasikan.

Cash Position suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan,
sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan
kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, sehingga
semakin kuat cash position perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar
dividen. Cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan
laba bersih setelah pajak
Cash position perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan
sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan
kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin
kuat cash position perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earnings after tax. Bagi
perusahaan yang memiliki cash position yang semakin kuat akan semakin besar
kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat
dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi
kebijakan dividen
Untuk menghitung cash position terdiri dari saldo kas akhir dibagi laba bersih setelah pajak
𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝐾𝑎𝑠 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
CP =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

2.1.4 Struktur modal


Dibawah ini akan dijelaskan pengertian struktur modal dan Debt to equity ratio
(DER) sebagai proksi dari struktur modal, sehingga diperoleh pengertian yang memadai
mengenai variabel struktur modal yang dibahas.
2.1.4.1 pengertian struktur modal
Keputusan struktur modal dalam perusahan merupakan hal yang penting. Pentingnya
struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara memaksimalkan
return(meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi
lingkungan bisnis yang kompetitif. Struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-
saham yang berdeda (saham biasa dan preferen) atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka
panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan perusahaan.
Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan janga panjang
terhadap modal sendiri (brigham daan Houston, 2009). Struktur modal merupakan
pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan anatar modal asing dengan
unsur-unsur modal sendiri. Struktur modal yang optimal sering kali menjadi patokan
perusahaan dalam penggunaan sember dana dari sumber modal yang tersedia.
Menurut Handayani (2008:3) struktur modal merupakan perimbangan anatara hutang dengan
modal yang dimiliki perusahaan. Kemudian Brealey, Myers dan Marcus (2008:6)
mendefinisikan struktur modal sebagai penggalangan dana yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan untuk investasi dan kegiatan operasional perusahaannya.
Kusumajaya (2011:40) mengungkapkan, struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu,
struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio
(DAR).
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
Menurut irawati (2008:203) dipengaruhi banyak factor yang terdiri dari:
a) Tingkat bunga
Tingkat bunga mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, karena
penarikan obligasi (pinjaman) hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya kebih rendah
daripada rentabilitas ekonomi dari tambahan modal tersebut.
b) Stabilitas Pendapatan
Suatu perusahaan yang mempunyai earning stabil akan selalu dapat memenuhi
kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing dalam hal ini
berupa modal pinjaman, sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan
menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga dan pokok pinjaman bila
keadaan ekonomi buruk.
c) Aktiva
Susunan dari aktiva hal ini dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial
konservatif yang horizontal yang menyatakan besarnya modal sendiri hendaknya paling
sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah dengan aktiva lain yang sifatnya
permanen.
d) Kadar resiko aktiva
Apabila ada aktiva yang peka resiko, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai
dengan modal sendiri, modal yang tahan resiko, dan sedapat mungkin mengutangi
pembelanjaan dengan modal asing.
e) Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan besar, maka perusahaan dirasa perlu untuk
mengeluarkan beberapa golongan securities secara bersama-sama.
f) Keadaan pasar modal
Yaitu perusahaan dalam mengeluarkan atau menjual securities haruslah menyesuaikan
dengan keadaan pasar modal.
g) Sifat manajemen
Seorang manajer dengan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman dibandingan
dengan manajer yang pesimis
h) Besarnya perusahaan
Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan berani
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan
usahanya dibandingkan dengan perusahaan yang kecil

2.1.4.2 Debt to Equity Ratio


Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara modal sendiri dan
modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Hutang ini muncul karena tidak semua
kebutuhan modal mampu dipenuhi oleh modal sendiri atau dengan perolehan dari penjualan
saham sehingga perusahaan biasanya akan mencari tambahan modal melalui hutang. Hutang
yang diperhitungkan di sini terdiri dari hutang jangka pendek dan jangka panjang. Rasio ini
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
diamati tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.

Lukman Syamsuddin (2007:54) mengemukakan debt to equity ratiomenunjukkan hubungan


antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik modal perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2008:303) mengemukakan
rasio utang atas modal atau debt to equity ratio menggambarkan sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (kreditor). Kasmir (2009:157) mendefinisikan :
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio
ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor)
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Debt To Equity Ratio (DER) yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal yang
berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Kreditor
memandang, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin
besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin
kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih
besar dari jumlah utang atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau manajemen
rasio ini sebaiknya besar.
Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (Agus Sartono,
2008:121), yaitu:
a. Pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.
b. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat.
c. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan
pengendalian perusahaan.
Perusahaan dengan leverage yang rendah mempunyai resiko yang kecil bila perekonomian
dalam keadaan menurun, tetapi perusahaan tersebut juga memiliki laba rata-rata yang rendah
bila perekonomian meningkat. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage ratio yang tinggi
memiliki resiko menderita kerugian besar, tetapi mempunyai suatu kesempatan untuk
memperoleh keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi adalah
menarik, tetapi para investor juga enggan menghadapi resiko. Keputusan tentang
penggunaan leverage berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan
naiknya resiko.
Analisis Debt to Equity Ratio penting karena digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan
hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan yang mencakup kewajiban lancar maupun
hutang jangka panjang, dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Debt to equity ratio merupakan indikator dari proporsi hutang perusahaan terhadap investasi
pemegang saham. Debt to equity ratio ini mencerminkan resiko keuangan perusahaan yang
ditempatkan pada pemegang saham sebagai hasil dari financial leverage-nya. Debt to equity
ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya,
yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk
struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kewajibannya.

Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban
tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi,
maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage
(penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. . Rasio ini
memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan. Rasio ini diperoleh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DER = x 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya
yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin
rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.
Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan,
berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut,
yang ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai
dividen. Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia
bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin
menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividen

2.1.5 Profitabilitas
Di bawah ini alan dijelaskan pengertian profitabilitas dan return on asset (ROA)
sebagai proksi profitabilitas, sehingga akan diperoleh pengertian yang memadai mengenai
variabel profitabilitas yang dibahas
2.1.5.1 pengertian profitabilitas
Dewasa ini banyak perusahaan mendasarkan kinerjanya pada kinerja finansial
daripada non finansial. Paradigm tersebut lazim disebut profit oriented , dimana seluruh
aktivitas perusahaan akhirnya ditujukan untuk memperoleh laba. apabila perusahaan
mendapatkan laba minus (rugi) maka dikatakan memiliki kinerja finansial yang tidak baik.
Sebaliknya, jika perusahaan mendapatkan laba positif (untung) terlebih lagi dalam jumlah
yang besar maka dikatakan berhasil atau memiliki kinerja finansial yang baik. Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba disebut profitabilitas
Brigham dan Houston (dalam Mardi,2008) menyatakan prfitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan dalam perusahaan.
Setiap perusahaan tentu ingin mendapatkan laba dalam jumlah yang besar atau
laba yang meningkat setiap periode untuk dapat menunjang kemakmuran para pemegang
saham. Oleh karena itu manajer hendaknya ukuran-ukuran kunci dalam setiap keputusan yang
diambil dengan menetapkan tujuan dalam mendukung strategi bisnis, kemudian menentukan
ukuran-ukuran untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dengan ukuran-ukuran tersebut, maka
akan dapat diketahui tingkat keberhasilannya.
Menurut Peppard dan Rowland (2007:93), “ukuran-ukuran yang dapat
membantu memfokuskan perhatian perusahaan dalam mencapai laba adalah analisis
profitabiitas pelanggan dan analisis profitabilitas produk/jasa.” Keduanya dapat diterangkan
sebagai berikut :
1. Analisis profitabilitas pelangan, dalam arti pelanggan mana saja yang paling menguntungkan,
dan barang kali, pelanggan mana saja yang menghabiskan uang perusahaan. Perusahaan dapat
terus menjalin kerja sama dengan pelanggan yang menguntungkan, sebaliknya menghentikan
kerja sama dengan pelanggan yang merugikan. Artinya, pelanggan yang merugikan tidak perlu
dilayani kembali.
2. Analisis profitabilitas produk/jasa, dalam arti produk dan jasa mana yang paling
menguntungkan atau sebaliknya mana yang paling merugikan. Hal ini bermanfaat khususnya
jika ingin mengurangi variasi produk atau jasa yang tidak memberikan keutungan.
Pada hakekatnya, perusahaan juga harus meningkatkan perolehan laba. Peningkatan laba dapat
dicapai dengan jalan bekerja secara efektif dan efisien.”Bekerja dengan efektif
artinya,melakukan sesuatu pekerjaan yang benar,sedangkan bekerjan secara efesien artinya
melakukan sesuatu pekerjaan dengan benar”. (Peppard dan Rowland, 2007:88). Dengan
demikian, idealnya suatu perusahaan harus melakukan sesuatu pekerjaan yang benar dengan
benar. Efektivitas memang penting, tetapi efisiensi juga tidak kalah penting, karena berkaitan
erat dengan pengeluaran biaya, supaya laba perusahaan dapat ditingkat.
2.2.5.2 Return On Asset
Return On Assets merupakan bagian dari analisis rasio profitabilitas. Return On
Asset merupakan rasio antara laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan diukur dari nilai aktivanya.

Return On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik dengan
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. AnalisisReturn On Assets atau sering
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan
perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa
mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa
mendatang.

Beberapa ahli mendefinisakan Retutn On Asset sebagai berikut : Menurut Munawir (2010:
89) Retutrn On Asset adalah sama dengan Return On Investmendalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). Analisis ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim di
gunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan.
Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2012: 201) adalah rasio yang menunjukan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Menurut Harahap (2010: 305) Return On Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva
diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
ROA atau (Return On Assets) Riyanto (2010: 335) Rasio ini merupakan perbandingan antara
laba bersih dengan total aset. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2010:305), semakin besar rasionya
semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya
secara efektif untuk menghasilkan laba.
Menurut Fahmi (2012: 98) Return on asset sering juga disebut sebagai return on investment,
karena ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya
sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.

2.2 Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL VARIABEL HASIL PERSAMAAN DAN


DAN PENELITIAN PENELITIAN PERBEDAAN
TAHUN
PENELITIAN
1 Lisa Marlina pengaruh Dividend variabel Cash Persamaan :
dan Clara Cash Position, payout ratio position 1. DER sebagai
Danica Debt to Equity (DPR) mempunyai variable
Ratio (DER) sebagai pengaruh yang independen
dan Return On variabel signifikan 2. DPR sebagai
Assets (ROA) dependen, terhadap variable dependen
terhadap Cash Dividend Perbedaan :
Dividend Position, Payout Ratio,
1. Objek dalam
Payout Ratio Debt to variabel Debt
penelitian
pada industry Equity Ratio To Equity
terdahulu adalah
manufaktur (DER) dan Ratio tidak
industri
Return On mempunyai
manufaktur
Assets pengaruh yang
sedangkan
(ROA) signifikan
penelitian ini
sebagai terhadap
menggunakan
variabel Dividend
industri rokok
independen Payout Ratio,
Variabel
Return On
Assets (ROA)
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio
2 Devi Idha Pengaruh Struktur Struktur modal Persamaan :
Silviyah struktur modal modal dan dan 1. Struktur modal
(2017) dan pertumbuhan pertumbuhan sebagai
pertumbuhan perubahan perusahaan variabel
perusahaan sebagai berpengaruh independen
terhadap nilai variable negatif 2. Profitabilitas
perusahaan independen, signifikan sebagai
dengan profitabilitas terhadap variabel
profitabilitas sebagai profitabilitas, intervening
sebagai variable struktur modal Perbedaan :
variable intervening, berpengaruh
1. Objek
intervening nilai positif tidak
penelitian
pada perusahaan signifikan
yang
perusahaan sebagai terhadap nilai
digunakan
sector variable perusahaan,
adalah sektor
telekomunikasi dependen pertumbuhan
telekomunikasi
periode 2011- perusahaan
sedangkan
2015 berpengaruh
dalam
positif
penelitian ini
signifikan
adalah sektor
terhadap nilai
industry rokok
perusahaan,
struktur modal
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
pertumbuhan
perusahaan,
dan
profitabilitas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap nilai
perusahaan
3 Inta Budi Pengaruh Likuiditas Likuiditas Persamaan:
Setyanusa dan likuiditas dan dan struktur mempunyai 1. Likuiditas dan
Rima Asita struktur modal modal pengaruh struktur modal
(2012) terhadap sebagai positif yang sebagai
profitabilitas variable signifikan variable
studi pada independen terhadap independen
perusahaan Profitabilitas profitabilitas Perbedaan:
manufaktur sebagai dan struktur
1. Profitabilitas
sub sektor food variable modal
debagai
and beverage dependen mempunyai
variabel
periode 2007- pengaruh
dependen
2012 negative yang
sedangkan
signifikan
dalam
terhadap
penelitian ini
profitabilitas
kebijakan
dividen
sebagai
variabel
dependen
2. Sektor
penelitian
yang
digunakan
dalah
manufaktur
sub sektor food
and beverage
sedangkan
dalam
penelitian ini
adalah sector
industri rokok
4 Ida Ayu Agung Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas Persamaan :
Idawati dan profitabilitas, likuiditas, dan likuiditas 1. Likuiditas
Gede Merta likuiditas, dan ukuran berpengaruh sebagai
Sudiartha ukuran perusahaan positif secara variabel
(2011) perusahaan sebagai signifikan independen
terhadap variabel terhadap 2. Kebijakan
kebijkan independen kebijakan dividen
dividen Kebijakan dividen, sebagai
perusahaan dividen ukuran variabel
manufaktur di sebagau perusahaan dependen
BEI variabel tidak Perbedaan :
dependen mempunyai
1. Objek
pengaruh yang
penelitian
signifikan
yang
terhadap
digunakan
kebijakan
adalah
dividen
perusahaan
manufaktur
sedangkan
dapalam
penelitian ini
adalah
perusahaan
rokok

2.3 Kerangka Konseptual

Sugiyono, (2007:225) mengemukakan bahwa kerangka pemikiran merupakan model


konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diindentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran terbaik akan menjelaskan
secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Berdasarkan landasan teori tersebut
dapat disusun suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran teoritis

H2

Struktur
Modal
X1 H1
H5
Kebijakan
Profitabilitas Dividen DPR
Z Y

DER

ROA
Likuiditas
H3
X2

H4

CP

2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka berpikir maka
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H1 : Struktur modal mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
H2 : struktur modal mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI)
H3 : likuiditas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan
rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H4 : likuiditas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H5 : profitabilitas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H6 : profitabilitas memediasi pengaruh antara struktur modal terhadap kebijakan dividen
H7 : profitabilitas memediasi pengaruh antara likuiditas terhadap kebijakan dividen
3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui web www.duniainvestasi.com dan www.sahamok.com .


Adapun alasan pemilihan sumber data adalah karena data merupakan data sekunder yang dapat
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yang telah dipublikasikan
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari penelusuran pustaka, melalui survei awal, konsutasi dengan
dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengelolahan data direncanakan selama 3 minggu,
yaitu pada tanggal 01 sampai 21 oktober 2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah Data kuantitatif yaitu data yang dapat dihitung atau
data yang berupa angka , dalam hal ini data yang merupakan laporan keuangan Perusahaan
industri telekomunikasi periode 2014-2016
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data
yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yang telah dipublikasikan.
Data sekunder dalam penelitian ini antara lain : laporan keuangan yang dihasilkan oleh
Perusahaan industri telekomunikasi melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) ,
bursa Efek Indonesia melalui Indonesia Stock Exchange (IDX) atau idx.co.id dan laporan
pembagian dividen melalui sahamok.com
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek/obyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan rokok yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016, yaitu sebanyak 4 perusahaan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penarikan sampel yang dilakukan
oleh penulis adalah dengan menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode
“judgement sampling” . Judgement sampling adalah salah satu jenis purposive sampling
dimana peneliti memilih sampling berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik
anggota populasi yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro. 2003:119)

kriteria penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:


1. Emiten yang selalu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun
2014-2016.
2. Emiten yang memiliki data laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian, yaitu
tahun 2014-2016.
3. Emiten yang memberikan dividen selama periode penelitian, yaitu tahun 2014-2016
Berdasarkan karakteristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel penelitian
sebanyak 3 perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian
yaitu tahun 2014 sampai 2016. Dari 4 perusahaan telekomunikasi yang memenuhi kriteria
diatas untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Sampel Perusahaan Telekomunikasi
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 GGRM PT Gudang Garam Tbk

2 HMSP PT HM Sampoerna Tbk

3 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel


3.4.1 Definisi Konseptual
a. Variabel bebas (independen) yaitu struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(X1) dan likuiditas yang diukur dengan Cash Position (X2)
 Debt to Equity Ratio (DER) (X1), menurut Kasmir (2008:157-158) merupakan salah satu rasio
leverage yang menunjukkan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini
mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibanding dengan modal sendiri.
Semakin rendah rasio DER, semakin tinggi dividen payout ratio (DPR).
 Return on Asset dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih
setelah pajak
b. Variable penghubung (intervening) yaitu profitabilitas yang dihitung dengan Return on Asset
(ROA). Rasio profitabilitas digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan keutungan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan
tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Asset-ROA). ROA merupakan salah satu bentuk
dari rasio profitabilis yang dimaksudkan untuk mengukur perbandingan laba bersih setelah
pajak terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. (Weston dan Copeland, 1996.)

c. Variabel terikat (dependent) yaitu Dividend Payout Ratio (Y). Dividend Payout Ratio(DPR)
diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham (DPS) terhadap laba yang
diperoleh per lembar saham (EPS).

3.4.2 Definisi Operasional


Variabel independen (X) :
a. Debt to Equity Ratio (X1)
Rumus:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DER =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 (𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)

b. Cash Position (X2)


Rumus:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑘𝑎𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Cash Position =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

Variabel Intervening (Z) :


Return on Asset (Z)
Rumus :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
ROA =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Variabel Dependen (Y) :


Dividend Payout Ratio(Y)
Rumus:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
DPR =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Studi pustaka
Merupakan Teknik mengumpulkan data dan teori yang relevan dari pustaka dan jurnal
penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dasar pembuatan latar belakang
masalah, model penelitian, pembuatan hipotesis, analisis, dan pemecahan masalah
2. Teknik dokumentasi
Merupakan Teknik pengumpulan data dengan cara menyalin (copy) data yang berkaitan
dengan pokok bahasan, yaitu menyalin data dari ICMD dan mengunduh data dari internet.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif


metode analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran umum darisemua
variable yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melihat table statistic deskriptif yang
menunjukkan hasil pengukuran rata-rata (mean), standar deviasi (standart deviation), dan
maksimum-minimum (Ghozali, 2011:19).
3.6.2 Path Analysis
Analisis pada Path Analysis didasarkan pada nilai Standardized Coefficient (bukan
Unstandardized Coefficient), yaitu koefisien regresi yang distandarkan, yang digunakan untuk
menjelaskan besarnya pengaruh (bukan memprediksi) variabel bebas (eksogen) terhadap
variabel tergantung (endogen)

Terdapat 7 (tujuh) langkah dalam mengajukan tahapan permodelan dan analisis


persamaan model struktural (Ghozali, 2013). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai
berikut :

Langkah 1 : Pengembangan Model Berdasarkan Teori

Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan


satu variabel akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Kuatnya hubungan kausalitas
antara dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada justifikasi
(pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar
variabel dalam model meupakan deduksi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Dalam menyusun diagram jalur, ada dua hal yang perlu dilakukan. Dua hal yang perlu
dilakukan yaitu menyusun model structural yaitu menghubungkan antar konstruk laten baik
endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstruk
laten endogen atau eksogen dengan variabel indicator atau manifest.

Setelah mengembangkan model teoritis menjadi diagram jalur kemudian diagram


jalur tersebut diterjemahkan kedalam bentuk persamaan. Persamaan structural yang
dikembangkan dalam diagram jalur penelitian ini akan disajikan pada gambar di bawah ini
Gambar 3.1

Diagram Jalur (Path Diagram) Pengaruh struktur modal yang diproksi Debt to Equity
Ratio (DER) dan likuiditas yang diproksi Cash Position terhadap Kebijakan Dividen
yang diproksi Dividen Payout Ratio (DPR) dengan Profitabilitas yang diproksi Return
on Asset (ROA) sebagai Variabel Intervening

H2

Struktur
Modal
X1 H1
H5
Kebijakan
Profitabilitas Dividen DPR
Z Y

DER

ROA
Likuiditas
H3
X2

H4

CP

1. Kontribusi pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung struktur modal terhadap kebijakan
dividen adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung DER terhadap DPR

Pengaruh langsung (direct effect) = H2

Pengaruh tidak langsung (indirect effect) = H1x H5


Total pengaruh (total effect) = H2+ (H1x H5)

Tabel 3.3
Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung ROA terhadap DPR

Pengaruh langsung (direct effect) = H4

Pengaruh tidak langsung (indirect effect) = H3 x H5

Total pengaruh (total effect) = H4+ (H3x H5)

Persamaan struktural yang dikembangkan dalam penelitian


ini adalah :

CP = β1DER+ β3ROA+ε1 (3.1)

DPR = β2DER+ β4ROA+ β5CP+ ε2 (3.2)

Keterangan :

CP = Cash Position

DER = Debt to Equity Ratio

ROA = Return on Asset

DPR = Dividen Payout Ratio

β1-4 = Koefisien regresi standardized

ε1-4 = Error of term (variabel pengganggu)

Langkah 4 : Memilih Jenis Input dan Estimasi Model yang Diusulkan


Model persamaan struktural diformulasikan dengan menggunakan input matrik
varian/kovarian atau matrik korelasi. Matrik kovarian digunakan karena memiliki kelebihan
daripada matrik korelasi dalam memberikan validitas perbandingan antara populasi yang
berbeda atau sampel yang berbeda. Koefisien yang diperoleh dari matrik korelasi selalu dalam
bentuk standardized unit sama dengan koefisien beta pada persamaan regresi dan nilainya
berkisar antara -0,1 sampai +0,1.Teknik estimasi yang digunakan adalah Maximum Likelihood
Estimation yang berasumsi bahwa normalitas harus terpenuhi. Jumlah sampel yang
direkomendasikan dan berperan bagi intepretasi hasil SEM adalah antara 100 – 200 sampel.

Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural

Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan


unique estimate (estimasi yang unik). Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah
dengan melihat hasil estimasi yang meliputi :

1. Adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien
2. Ketidakmampuan program untuk invert information matrix
3. Nilai estimasi yang tidak mungin misalkan error variance yang negative
4. Adanya nilai korelasi yang tinggi (>0.90) antar koefisien estimasi.
Untuk mengatasi problem identifikasi, perlu ditetapkan lebih banyak konstrain dalam
model sampai masalah yang ada hilang.

Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of Fit

Pada tahap ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap berbagai kriteria
goodness-of-fit. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengevaluasi apakah data
yang digunakan dapat memenuhi asumsi SEM. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam
prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan permodelan SEM adalah
sebagai berikut (Ferdinand , 2002) :

1. Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang direkomendasikan antara 100-200 untuk metode estimate
Maximum Likehood(ML).

2. Normalitas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi
sehingga data dapat diolah lebih. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data
atau diuji dengan motode-metode statistik.

3. Outliers
Outiers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariate
maupun multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya
terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya.

4. Multikolinieritas atau Singularitas


Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan
matriks kovarians yang sangat kecil atau mendekati nol memberi indikasi adanya problem
multikolinieritas atau singularitas.

Bila asumsi-asumsi diatas telah terpenuhi, maka model dapat diuji melalui berbagai
cara uji yaitu sebagai berikut :

Uji Kesesuaian dan Uji Statistik

Berikut beberapa indeks kesesuaian dan cut off value untuk digunakan dalam menguji
apakah model diterima atau ditolak.

1. χ2 – Chi-Square Statistic

Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah.

Semakin kecil nilai χ2 semakin baik model itu (karena dalam uji beda chi-square, χ2=0,berarti

benar-benar tidak ada perbedaan, H0 diterima) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan

cut off value sebesar p>0.05 atau p>0.10. (Ferdinand, 2002).

2. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)


RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi-
square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0.05 sampai
0.08 merupakan ukuran yang dapat diterima (Ghozali, 2013).

3. GFI (Goodness of fit index)


GFI merupakan ukuran non statistik yang nilainya berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1.0
(perfect fit). Nilai GFI yang tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang
dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti yang
menganjurkan nilai diatas 90% sebagai ukuran good fit (Ghozali, 2013).

4. AGFI (Adjusted goodness-of-fit)


Nilai yang direkomendasikan untuk AGFI adalah ≥ 0.90 (Ghozali, 2013).

5. CMIN/ DF
The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dengan degree of freedomnya akan
menghasilkan indeks CMIN/DF, yang menjadi salah satu indikator untuk mengukur tingkat

fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chi-square , χ2 dibagi

Dfnya sehingga disebut χ2-relatif.

Nilai χ2-relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari

acceptable fit antara model dan data ( Ferdinand, 2002).

6. TLI (Tucker Lewis Index)


Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0.95 (Hair, dkk, 1995 dalam Ferdinand, 2002). Nilai yang mendekati 1 adalah
menunjukkan a very good fit(Ferdinand, 2002).

7. CFI (Comparative Fit Index)


Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1,
mengindikasi tingkat yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0.9
(Ferdinand, 2002).

Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi


model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah model diestimasi,
residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekwensi dari kovarians residual
harus bersifat simerik (Tabachnick dan Fidell, 1997 dalam Ferdinand, 2002).

3.5.2. Uji Sobel (Sobel Test)

Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji sobel (sobel test). Uji
sobel ini dilakukan untuk menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen
terhadap variabel dependen melalui variabel intervening. Misalkan variabel independen=X,
variabel dependen=Y dan variabel intervening=M. Pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y(b) atau ab. Jadi koefisien
ab = (c-c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c’ adalah
koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standar error koefisien a dan b ditulis

dengan Sa dan Sb dan besarnya standar error pengaruh tidak langsung adalah Sab yang dihitung

dengan rumus dibawah ini:

Sab = √𝑏 2 𝑠𝑎2 + 𝑎2 𝑠𝑏 2 + 𝑠𝑎2 𝑏𝑎2 (3.3)

Untuk menguji signifikansi tidak langsung, perlu dihitung nilai t dari koefisien ab
dengan rumus sebagai berikut :

𝑎𝑏
𝑡=
𝑠𝑎𝑏

Hasil nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel, jika t hitung lebih besar dari t tabel maka
dapat disimpulkan jika terjadi pengaruh mediasi.

Anda mungkin juga menyukai