03420140044
B1
ARSITEKTUR KLASIK
Dosen : Ir. Aris Alimuddin, ST.,MT
Arsitektur Klasik 1
ARSITEKTUR KLASIK
dan menyebar hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah
Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut:
“Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang
menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol
diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah
keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu
dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah,
khususnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View. Dan semuanya ini menjadi lengkap
dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan”
(Isodore dalam Varro, 19xx).
Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Kualitas ruang
Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti
diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria
(bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep
kecemerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela
khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah
lainnya.
Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan
menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang
meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan
sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur
Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby,
Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok
arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur
Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat,
karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur
sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang
berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai
aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur,
seperti tertulis sebagai berikut:
“Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah
bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior
orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa
dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya,
pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya
yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan
Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan
sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang
dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian
bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum
Arsitektur Klasik 3
pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya,
sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya
gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar
dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi
juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan dari atas
langit.” (Isodore dalam Varro,19xx).
YUNANI
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang
berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar
dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen
utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.
Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau
utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city
states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan.
Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan
berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan
dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM
dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.
Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan
perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana
munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia
serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM)
dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini
berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya
Parthenon.
Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana
kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan
pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan
marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang
mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk
bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan
adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang
meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-
bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak
kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.
Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan–bangunan
publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah,
dkk, 2014).
Arsitektur Klasik 5
a. Kuil-Kuil
Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah
berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani.
Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan
pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak
dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada
bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari
pengalaman yang datang dari luar.
Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil
menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang
mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik
yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.
Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu
utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah
(crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi
yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar
terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom
(biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos)
sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang
naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan
pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa
akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada
di dalamnya.
Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan
dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan
batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali
muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota.
(Istiqomah, dkk, 2014).
b. Orde Klasik
Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah
sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat
diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.
Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-kolom yang terlihat
kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi
kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali
pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding)
berkembang dari kayu.
Arsitektur Klasik 6
d. Dekorasi Kuil
Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap
pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini
meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias
tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-and-dart
(Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan
permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014).
2. Propylaea ( 437-432 SM )
Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan, dinding atau panel dicat dan di sebut"
Pinakotheke". Langit-Langit Dari Propylaea mempunyai dekorasi dicat dan suatu sima
dilubangi di sekitar atap. (Istiqomah, dkk, 2014).
4. Erechtheum ( 421-405 SM )
banyak patung pemujaan Athena. Terdapat kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa
diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil ini dibangun untuk memperingati pertarungan
antara Athena dan Poseidon untuk Athens.
Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2 level yang didirikan pada site yang
tidak tepat serta membutuhkan penambahan tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang
ada, satu serambi pada bagian utara dihias indah oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar masuk
yang diperkaya dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan serambi terindah. Sedangkan
serambi selatan ditopang dengan pahatan patung Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna
dark grey, sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer putih.
Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic mempunyai suatu prostasis pada
sisi atas bagian timur, suatu propylon sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi terkenal
dari Caryatids pada bagian selatan.
Kuil yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian, dipersembahkan kepada pemujaan
dari dua dewa utama Attica, Athena dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan
disini dimana Erechteum lebih sakral daripada Parthenon
Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang mungkin menyangkut
kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari bangunan. Di atas menjadi pandangan dari
selatan dan timur. (Istiqomah, dkk, 2014).
5. Kuil Artemis
Kuil Apollo Doric dipersembahkan kepada dewa Apollo dan memiliki luas 6 x 16 yang
diwarisi dari para pendahulunya yaitu yang keenam berada didekat perbendaharan Athena (510
SM). Bertempat di kawasan Delphi yang merupakan tempat yang paling menarik dari semua
tempat suci yang ada. Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan sebagai tempat peramal dari
Dewa Apollo. Di sini semua bangunan lain saling berhubungan dimana tahap terpenting dari
sejarahnya dimulai pada abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar jalan suci berliku-liku ke arah
Arsitektur Klasik 10
7. Kuil Hera
saat ini adalah 42:18. kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material lokal
yakni marmer putih.
Pada bagian tengah kuil terdapat naos dimana terletak patung poseidon yang menghadap
ke pintu utama. (Istiqomah, dkk, 2014).
Arsitektur Klasik 13
ROMAWI
1. Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti
dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.
2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial
sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara
hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur
social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta
besar.
3. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.
Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam
skala kota demikian juga sebaliknya.
4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media
ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
Arsitektur Klasik 14
b. Langgam Arsitektur
1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang
mengungkap karakter ideal secara utuh.
2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang
tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu
totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.
3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen
vertikal dan horizontal.
4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.
c. Konsep Ruang
1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau
keteraturan statis.
2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus
dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.
3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis
tertentu.
4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens
dan aksialitas.
d. Tipologi Bangunan
1. Kuil
Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-
elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak
berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding
pembatas ruang yang vertikal dengan yang melengkung dan
diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan untuk
tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter,
Juno dan Minerva.
Gambar 2.2: Pantheon
Sumber: airbnb.com
Arsitektur Klasik 15
Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh Handrian sejak awal abad 2
SM yang diperuntukan bagi semua dewa. Konsep ruang dalamnya menggambarkan karakteristik
Kosmik dengan model surgawi. Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur
Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam perkembangan teknoiogi
membangun terutama nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnya.
2. Basilika
Berkembang akibat popularitas olah raga atletik, lomba kereta, pertarungan Gladiator
melawan hewan buas. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berbentuk ellips dengan
daya tampung untuk kurang lebih 700 orang. Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan
Arsitektur Klasik 16
bentuk arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga terdapat struktur basement
untuk kandang, jebakan dan tempat keluarnya para gladiator.
5. Roman Bath
Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang
direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen-elemen
bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur
koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu
contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik adalah Forum Romanium.
Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka).
Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus
oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada
waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang
bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.
Arsitektur Klasik 17
BYZANTINE
Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat
pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages),
kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari
Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran
Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat
di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan
Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine
menjadi dominan dalam arsitektur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:
Pengaruh kebudayaan Romawi.
Pengaruh agama Kristen.
Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.
Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat
perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun,
mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di
bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani
kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur
Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol
dari kekuasaan yang Maha Esa.
Sistem konstruksi
beton dari Romawi
dikembangkan dengan pesat.
Kubah yang merupakan ciri
dari daerah timur, menjadi
model atap Byzantine yang
merupakan penggabungan
dari Konstruksi kubah dan
sudut model Yunani dan
Romawi. Karena dominan
Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol kekuasan Yang bentuk dari seluruh bangunan
Maha Esa menggunakan bentuk
Sumber: en.wikipedia.com lingkaran dan lengkung
dengan bentang lebih lebar.
Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-
kecil diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk
denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau
Arsitektur Klasik 19
Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik
dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan
material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine
membawa pengaruh terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman
setelahnya.
c. Hagia Sophia
Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan
diperbaiki kembali setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD.
Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara
gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.
1) Fungsi
Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari
gereja ke masjid selama hampir lima abad, sekarang
akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi
museum ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis,
Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1923, museum Hagia
Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya
peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di
dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama Gambar 3.5: Ruang dalam Hagia
Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat. Shopia
(Febrianita, dkk, 2014). Sumber: en.wikipedia.com
Arsitektur Klasik 21
2) Bentuk
Denah utama Hagia Sophia adalah ruang
tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran
32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom
struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini
menyangga pelengkung setengah lingkaran yang
menyangga kubah utama.
Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi
± 548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat
dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding
yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang Gambar 3. 7, Hagia Sophia
keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah Sumber: en.wikipedia.com
Elemen Dinding
Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik yang
terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran
dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan jendela. Jendela-jendela kecil
setengah lingkaran mengelilingi dasar kubah (pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan
kepala tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja
Hagia Sophia merupakan kelompok banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara
simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita, dkk, 2014).
Atap/Kepala
Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional bangsa Timur, menjadi motif umum
asitektur Byzantine, yang merupakan gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya
kolumnar klasik. Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi denah
persegi dengan teknik „Pendetives’. Kubah dan lengkung Byzantine diperkirakan dibuat
Arsitektur Klasik 23
KRISTEN AWAL
Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo Petrus dan santo Paulus ke
Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir Banister fletcherA History of architecture, The
Athlone Press. London. 1975.h.345.) Wilayah
kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di
sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia
Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah
berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas,
pada jaman Kristen Awal (313-800).
Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen
Awal, pada bahan bangunan khususnya bahan
galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah
bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan
marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk
dekorasi termasuk mozaik dan patung. Iklim
berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang lebih panas,
biasanya lebih banyak membuat jendela.
Arsitektur Klasik 25
Sejarah
Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I 280-337 M, Kaisar Roma
dengan sebutan Konstaintin yang Agung/ Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya
menerima dan mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang sudah
ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan pusat administrasi dan
pemerintahan dari Roma ke Konstatntiopel “Constantinople” sekarang Istanbul di Turki, pada
330). Hingga Charlemagne (800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir
satu abad sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan penguasaan,
hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376, berhasil menguasai wilayah
utara hingga Itali. Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric.
Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada 584 orang-orang
Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau jermal utara yang mendominasi
seluruh itali antara 584-774), menguasai hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad. Pada 800,
charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar dalam dinasti carolingian yang juga
di ambil dari namanya. Charlemange artinya charles agung ”charles the great”, juga digelari
Charles I, selain menjadi raja perancis, juga emperor tahta suci romawi “holy Roman Empire”)
dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan menyatu dalam sisitem
pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung hingga 1806. Roma tidak lagi
mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000, karna sekain timbul
regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat. Constatine memindah pusat
pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah
menjadi Constantinople. Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute
monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan
ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua:
valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95
berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat Suatu rangkaian emperium di
barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di
konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang
memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada
jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen
awal berikutnya raja di pilih dari semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar
perancis sekarang), afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan
kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romano-teotonic, memberikan
kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti dari sejarah ini, hingga sekarang masih
terlihat pada banyak nya negara-negara kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari
sistem veodal, para tuan tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih
kuat, ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara” baru ini selain membuat
budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa mengganti bahasa latin.
Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur kadang-kadang secara
sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa lampau terekspresi pada masa sesudahnya.
Dalam arsitektur suatu gaya merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya
sebelumnya, setelah mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit
demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari
tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan,
membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi faktor
tertentu. Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII), mempunyai nilai
yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi. Gereja-gereja Basilikan mempunyai
kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan
bentangan lebih lebar. Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas
ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Kolom berderet dikiri-
kanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk
setengah lingkaran atau setengah segi banyak.
Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam
gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal. Warna, kaca warna dan mozaik
mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada
bagian dalam dari kubah. Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman
romawi, digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk
bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek untuk membangun
gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja yang besar biasanya terbesar
dilingkungannya. Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330)
didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero. Gereja basilika ini
didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam
komplek vatikan, di roma. Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan
berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk
ke atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini dapat di capai
melalui tangga melebar, hampir selebar gereja.
Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit kembar aisle yang
terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave, terdapat apse, dalam hal ini denahnya
Arsitektur Klasik 27
Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432-
440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di liahat keindahan antara
lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu).
Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga entablature
berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet,
selang-seling dengan panel-panel, dimana
masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan
pada panel dinding tersebut bertema
sejarah Perjanjian lama, di antaranya
lukisan penyebrangan Laut Merah dan
jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup
dengan plafond, diukir dengan pola
kotak-kotak.
Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108),
dibangun kembali di atas lokasi dimana
sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih
tua yang dibongkar.Bebe rapa pondasi
lama masih ada pada ruang bawah tanah
yang beratap pelengkup(crypt). Meskipun
dibangun pada jaman Kristen awal,
namun ciri arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kuat mendominasi gereja ni.
Arsitektur Klasik 28
dua sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen Awal, juga
terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda dari kayu tidak ditutup dengan
plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi.
Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ), bergaris tengah
23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model Korientin, menyangga pelengkung
dan entablature berbentuk cincin. Di atas entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa
kerangka kuda – kuda kayu pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar
Arsitektur Klasik 31
23.00 M, dari permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang atasnya
pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat ini bentuknya kerucut,
tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda – kuda kayu ditutup genting
Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam gang ( ambulatory ),
pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom – kolom silindris Korintien. Atap
lingkaran luar tersebut setengah kuda – kuda membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh
lebih rendah dari atap lingkaran.
Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang merupakan
kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan menjadi salah satu cirri arsitektur
Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya
lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena
mempunyai titik focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.
Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di Roma, dibangun pada
330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia. Pintu masuk melalui sebuah porch,
berdinding tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan
dengan pintu lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya melengkung, khas Kristen Awal.
Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter 12.20 M, dikelilingi
oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya
5.00 M. Gang semcam nave melingkar
tersbut terbentuk oleh dinding luar dan
deretan kolom granit posisinya pada
lingkaran, sebanyak 12 buah, masing –
masing ganda dan kembar. Penampang atap
gang, berupa pelengkung setengah lingkaran.
Kolom – kolom menjadi tumpuan dari
pelengkung, yang juga posisinya melingkar.
Pada bagian atas diameter dinding mengecil,
menjadi tambur ( tambour ) atau drum,
menumpu atap berbentuk kubah. Di
sekeliling tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah
lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja
disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian
kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.
Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran, namun bentuknya
sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut di atas. Makam terdiri dari dua
lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding
bagian luar poligoanl sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat
Arsitektur Klasik 32
semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond dari lantai
bawah berbentuk pelengkung.
Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam lingkaran penuh, sedangkan
bagian luar decagonal. Selain denahnya yang berbentuk salib, keunikannya lain dari makam,
adalah tangga yang berada di luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri – kanan pintu masuk
lantai bawah. Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M.
Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak banyak makam yang
denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib, kepala dan tengah – tengah yang
membentuk ruang segi empat, terdapat makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang )
di utara – timur, atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih
tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala, denahnya bujur
sangkar, dikelilingi oleh empat buah pelengkung.
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan
khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma ( 432 – 40 ) di
bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai
karena kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah
salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di
Arsitektur Klasik 33
tempat lain. Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi oleh
lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi berhadapan 19.20 M.
Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan buah kolom pada setiap
titik sudut segi delapan dalam dan dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai
lingkaran luar. Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya
lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil. Masing – masing
kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga menumpu entablature berbentuk cincin,
di atsnya lagi pada setiap sisi ada dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat
jendela atas bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bull‟s – aye ). Bagaian dalam
atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah. Bentuk kubah bukan
bagian dari bola, namun paath – patah sebanyak delapan buah sejumlah dindinding dari denah
hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting. Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran
atau segi banyk, mungkin karena bentuk – bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di
tengah seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik focus
tersebut, dapat dirasakan lebih khidmat.
Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di selatan timur (
Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat.
Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan kolom berdiri pada
setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi berhadapan 6.10 M.
Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya turun tiga trap,
mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan. Lingkaran luar pertama
diameternya 11.60 M pada sekelilingnya
terdapat 15 kolom kembar berjejer ke arah
titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima
belas kolom tersebut menyangga kubah
yang tumpuannya berupa pelengkung –
pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa
ambulatory terbentuk oleh kolom – kolom
tersebut dengan dinding yang denahnya
lingkaran penuh. Plafond dari ambulatory
lengkung – lengkung jga kosentrik.
Meskipun bagian atas di ruang dalam
bagian tengah bentuknya kubah dan
pelengkung disekelilingnya, namu atapnya
berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu
sisi miring. Pada dinding diantar atap
tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela
atap.
Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian – bagian etrtentu dengan
relief, ukiran, dan lain – lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi ( jaman kelanjutan
yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangn dari gaya Romawi,
dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.
Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih terkihat jelas pada Order
yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang dihias ( entablature ). Yang paling banyak
diantarnya ialah Order Korientien, yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita .
Hiasan geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain lantai,
dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda jaman Kristen Awla
terlihat berikut.
Arsitektur Klasik 35
ROMANESQUE
Carolongian Renaissance
unit untuk audiensi(Sala Regails). Yang diletakkan di depan Apse (posisinya sama denagn
altar di gereja). Ruang audiensi mempunyai porche di sebelah selatan. Unit kedua berupa
hall di tengah-tengah, ke kiri atau ke ruang audiensi, melalui sebuah selasar di bawah atap,
sepanjang lebih kurang 50 M. Ke arah kanan atau selatan dari hall juga terdapat lagi selasar
yang bentuk dan panjang sama dengan yang disebut pertama, menghubungkan hall dengan
Kapel. Bagian dimana terdapat Kapel, selain kapelnya sendiri. Ada tiga unit lain masing-
masing tersusun dalam pola silang salib atau
huruf T. Pada kaki terdapat atrium cukup luas
dibanding dengan kapel yang tidak terlalu besar.
Bagian ini dihubungkan langsung dengan bagian
sentral dari kapel. Gang atau ruang peralihan
antara atrium denagn kapel, diapit kembar di kiri-
kanan oleh sebuah tangga naik menuju ke
menara(turret).
Arsitektur kapel sangat mirip dengan S.Vital di
Ravenna. Denah kapel poligonal bersisi 16, garis
tengahnya 32 M. nave atau bagian sentraldari
kapel dikelilingi oleh delapan kolom, masing-
Palatine terlihat antara lain pada jendela atas di setiap sisi tambur. Kolom-kolom silindris
dan dekorasinya pada lantai atas amabang atas pelengkung adalah bagian khas dari arsitektur
Romawi.
Di Worms, sebuah kota sekarang di dalam Republik Federal Jerman, sekitar 50 Km dari
Frankfurt, terdapat sebuah katedral, memakai nam kotanya yaitu katedral worms, didirikan
oleh Conrad II. Pembangunan dimulai pada 1171 selesai dibangun pada 1230, merupakan
rekonstruksi dari Katedral S.Peter sudah ada sebelumnya tidak diubah. Seperti kota-kota
modern yang ada di Eropa sekarang, bangunan kuno ini berada di tengah-tengah kota
Worms saat ini menjadi kota lama. Katedral berdenah segi empat, sisi terpanjang 107.60 M
lebar 25.60 M. perbandingan keduanya sekitar sari dibanding empat lebih, sehingga katedral
terlihat sangat panjang. Di Cologne, sebuah kota di Perancis bagian selatan, terdapat sebuah
gereja berarsitektur Carolongian, bernama gereja Apostles gereja didirikan mulai 1190 dan
masa-masa berikutnya banyak mengalami penambahan. Denahnya memanjang ke arah
timur-barat dari ujung ke ujung panjangnya 82.30 M lebar 26.80 M terdiri dari nave dan
aisle kiri-kanan (utara selatan). Tata runag semacam itu menjadi tradisi gereja sejak jaman
Kristen Awal. Gereja mempunyai apse dobel, khas Carolongian satu yang utama diujung
timur-utara, lainnya di barat-selatan. Apse di ujung timur lebih besar denahnya setengah
lingkaran, yang dibarat bujur sangkar. Meskipun tidak setinggi katedral Worms, corak
Carolongian lainnya juga terlihat pada adanya menara mengapit kembar di kiri kanan
masing-masing apse tersebut diatas. Keunikan gereja ini antara lain terlihat pada adanya
ceruk maacam apse, di sisi kiri kanan (utara selatan) ujung timur nave. Denah dari bagian
semacam apse tersebut setengah lingkaran, sama dengan apsenya yang ada di ujung timur.
Pada ujung timur terdapat empat buah klom besar dan tinggi (dalam posisi pada titik sudut
bujur sangkar), penyangga atapnya yang berbentuk kerucut patah-patah bersisi delapan.
Pada puncak dari atap bersisis delapan terdapan lantern. Selain atap-atap runcing kerucut,
termasuk pada atap menara, nave yang memanjang beratap pelana dengan kerangka kuda-
kuda kayu segi tiga. Atap aisle setengah kuda-kuda berisi miring tunggal. Kedua menara
kecil di ujung barat mengapit sebuah unit berdenah bujur sangkar di ujun barat. Bagian ini
dindingnya tinggi membentuk sebuah menara tinggi dan besar. Gereja S.Michael di
Hildeshiem sebuah kota kecil di Jerman bagian utara-timur sekitar 200 Kmdi sebelah barat
dari Berlin, dibangun antara 1001, juga berkarakter dominan Carolongian. Gereja
mempunyai empat menara dalam hal ini semuanya silindris, meninggi atapnya kerucut. Dua
diantaranya didepan kembar mengapit ujung depan nave depan, dua lainnya dibelakang
mengapit narthex. Denah gereja simetris, bagian-bagian selain menara, gerbang masuk dan
ujung depan nave, atapnya pelana dan aisle beratap satu sisi miring.
Arsitektur Klasik 38
Pengaruh Arsitektur Romanesque Segi Geograpis Di Perancis dengan desa yang masih
alami sepanjang jalan seperti Rhone, Saobne, Seine, dan Garonne yang berhubungan
meditarerranian dengan laut atlantik dan kepulauan Inggris. Ada perbedaan wilayah yang
memasuki wilayah pembagian yang ditandai dengan pembagian gaya arsitektur yang kuat selain
itu posisi wilayah geografis. Peradaban Romawi yang telah menyebar melalui wilayah Perancis
sepanjang wilayah yang bersejarah dari lembah rhine, di mana pengaruh dari arsitektur Romawi
di mana-mana jelas. Sebelumnya, Rade dari mediterraniuan mengarahkan sepanjang lembah
Garonne dan venesia membawa pengaruh dari timur ke seberang barat-daya dari france ke
perigueux, didalam aquitaine, pusat dari suatu area yang diwarisi suatu kelompok besar gereja
yang mempertunjukkan dengan inspirasi mediteranian dari timur yang dapat dibedakan venice
dan cyprus, dari utara sungai loire dilihat pengaruh dari norsemen yang memperoleh laut, dan
yang terus terang yang meregangkan ke seberang negeri dari rhine ke brittany
Kerakter Asitektur
Di bagian selatan gereja pada umumnya berbentuk silang dalam rencana dan sering
dibagian tengah gereja menutup dengan lengkung tong daya dorong siapa telah diambil oleh
half-barrel melompati gang di dua storoys ( p. 500c). penopang dinding/penunjang adalah
internal dan membentuk divisi antara kapel yang mengapit bagian tengah gereja, seperti pada
vienne katedral. Menara adalah kadang-kadang dilepaskan, seperti capanili italian. Biara
diperlakukan dengan pengembangan membentuk suatu corak yang khusus di rencana dari
banyak gereja dari periode itu. Gereja yang lingkar jarang, hanya pengembangan semicicular
Arsitektur Klasik 41
timur sebagai akhir dapat berjalan, dengan menyebar kapel dalam france selatan. Yang di utara,
rencana menjadi bisilican dengan bagian tengah gereja dan gang. penggunaan dari gudang bawah
tanah bagian tengah gereja tinggi yang diubah mengedepankan dari teluk, yang telah dibawa
persis sama bujur sangkar dengan pembuatan satu bagian tengah gereja yang melompat
kompartemen sepadan dengan lenght dari dua teluk dari gang (p.500d), sampai pengenalan
tentang bangunan lengkung yang dipecahkan permasalahan kompartemen antara bujur dengan
gudang bawah tanah yang berusuk.
Bagian Selatan secara mewah dihias bagian muka gedung gereja dan biara yang lemah
gemulai, dan untuk penggunaan secara ilmu bangunan Romawi yang nampak untuk mempunyai
suatu arti yang segar. Bangunan Romawi pada arles, nimes, jeruk, dan tempat lain di lembah
rhone secara alami menggunakan pengaruh yang pantas dipertimbangkan sepanjang provence.
Didalam aquitaine dan anjou bagian tengah gereja aisless, kubah yang ditutup dengan
pendentives ( p.494), atau didukung oleh dinding raksasa(masive) dari kapel tempat beristirahat,
mengingat aula yang besar dari thermae Romawi. pengembangan melompat ( p.458) maju, dan
bagian tengah gereja sering ditutup dengan vaults(p.501A barrel), daya dorong siapa telah
ditentang oleh half-barrel melompati gang yang two-stroyed, dengan begitu menindas clear-
strorey [itu], [seperti/ketika] pada notre du [part;bagian] dame, clermont-ferrand. pasar beratap
dinding bagian tengah gereja dari gereja yang aisless adalah berbentuk setengah lingkaran,
dengan penuangan sedang cuti( p.494A,B,F), [selagi/sedang] pasar beratap biara ditekuni dengan
digabungkan kolom di kedalaman dari dinding, dan dengan [modal/ibukota] yang diukir yang
mendukung kubah bentuk setengah lingkaran dari teluk yang sempit, yang telah ditinggalkan
tanpa glasur(lapisan kaca) seperti di italy(p.489J,L). Pintu gerbang yang barat dari gereja seperti
itu pada masa Trophime, Arles(P.489K), dan. Gilles ( P.495A) mengingat kolom dan batu
penutup di atas tiang horisontal dari Romawi, tetapi didalam pintu masuk/keluar kasus yang lain
sudah beristirahat kosen pintu seperti biasanya di period ini(p.489J,L). jendela dengan kepala-2
yang berbentuk setengah lingkaran dan lebar memiringkan ke arah dalam untuk memasukkan
cahaya, terutama di sout
Arsitektur Klasik 42
KESIMPULAN ;
Dinding tebal, kokoh, terkesan kuat, ,masiv, struktur lengkung, menara tinggi, dan
kubah atau setengah kubah.
Menara tinggi untuk pengawas juga menara gereja, merupakan tanda /simbol,
berdeneah segi empat dengan atap piramida runcing.
Dekorasi cenderung memakai bentuk yang di ambil dari konstruksi elemen
pertahanan seperti bastion, battlement, lengkung lengkung kecil dan lain lain.
Umumnya denah berbentuk salib
Arsitektur Klasik 43
RENAISSANCE
1. Denah
Denah bangunan berbentuk simetris dan juga proporsional.
Ukurannya mengikuti ketetapan yang sudah ditentukan. Untuk
bangunan gereja, denahnya tidak berbeda jauh dengan denah yang Gambar 4.2:
sudah ada di Italia sebelum terjadinya revolusi minat terhadap Contoh Denah – S.
gaya arsitektur klasik. (Faith, 2011). Maria Della
Consolazione
3. Bukaan
Bukaan pada masa ini datar, atau menggunakan arch semi-sirkuler, terkadang
dapat juga berbentuk elips, tapi hampir tidak pernah ada yang menggunakan arch
berbentuk lancip. Arsitektur bangunan pada masa ini dapat dibagi menjadi dua bagian,
antara lain bangunan yang mengandalkan efek dari jendela dan juga bangunan yang
mengandalkan efek dari ornamen seperti cornice, pilaster, dan kolom-kolom. (Francis,
2013).
1) Quattrocento (1400-1500)
Pada masa ini, konsep dan aturan arsitektur
diciptakan. Akibat pembelajaran tentang arsitektur
klasik (arsitektur Yunani dan Romawi) menyebabkan
diadopsinya lagi penggunaan detail dan ornamen
arsitektur klasik. Ruang, sebagai elemen arsitektur,
digunakan secara berbeda dibandingkan pada masa
abad pertengahan. Ruang diatur dengan proporsi
yang logis, rupa dan ritmenya mengikuti geometri,
tidak menggunakan intuisi seperti pada masa abad
pertengahan. Contoh bangunan pada masa ini adalah Gambar 4.7: Basilica di San Lorenzo
Basilica di San Lorenzo di Florence, yang diciptakan Sumber: en.wikipedia.com
oleh Fillipo Brunellschi. (Faith, 2011).
Arsitektur Klasik 45
3) Mannerism (1520-1600)
Pada masa ini, para arsitek melakukan
eksperimen menggunakan bentuk-bentuk arsitektural
untuk memberikan penekanan hubungan antara ruang
dan masif. Contoh bangunan pada masa ini adalah Villa
Farnese atau disebut juga Villa Caprarola. (Faith, 2011). Gambar 4.8: San Pietro in
Montorio
Sumber: en.wikipedia.com
c. Akulturasi Budaya
Walaupun berasal dari Italia, namun arsitektur renaissance menyebar ke seluruh Eropa.
Tentunya terdapat penyesuaian yang dilakukan di tiap-tiap negara untuk mengadaptasi bentuk
arsitektur tersebut.
1) Italia
Dapat dikatakan bahwa arsitektur Renaissance
berkembang di Italia tanpa transisi dari gaya sebelumnya
sama sekali. Hal ini bisa terjadi karena gaya arsitektur
Gothic di Italia belum memiliki pengaruh yang besar.
Gaya arsitektur Renaissance dipelopori oleh
Brunellschi. Awalnya gaya arsitektur ini berkembang di
kota Florence, kemudian ke kota-kota sekitarnya, hingga
akhirnya menyebar ke seluruh daratan Italia. Contoh Gambar 4.10: Villa Capra la
bangunan Renaissance terkenal di Italia : St. Peter’s Rotonda
Basilica, Basilica of Santa Maria Novella, Villa Capra Sumber: en.wikipedia.com
la Rotonda. (Faith, 2011).
2) Perancis
Renaissance di Perancis tidak diterima secara
langsung seperti Renaissance di Italia. Penyebab hal ini
adalah karena arsitektur Gothic sangat berpengaruh pada
Negara Perancis. Diperlukan sebuah periode transisi
hingga akhirnya arsitektur Renaissance diterima di Gambar 4.11: Chateau de
Perancis. Pada masa transisi ini, bangunan-bangunan Chambord
memiliki gaya campuran antara gaya Gothic dan Sumber: en.wikipedia.com
Renaissance. Contoh bangunan dengan gaya seperti ini
Arsitektur Klasik 46
adalah Chateau de Chambord. Bangunan ini memiliki jendela dengan gaya gothic, tapi
memiliki ornamen seperti pilaster dan ornamen renaissance lainnya. (Faith, 2011).
3) Belanda
Sama seperti dalam bidang lukisan, arsitektur
Renaissance memerlukan waktu yang lumayan lama
untuk dapat diterima di Belanda, selain itu gaya
arsitektur ini juga belum bisa menghapuskan gaya
arsitektur Gothic secara keseluruhan. Contoh
bangunan pada masa ini adalah Antwerp City Hall.
Akulturasi budaya Belanda pada arsitektur
Renaissance antara lain: penggunaan rumah tinggal
berbentuk sempit dan tinggi, penggunaan “trapgevel”
atau gable Belanda, penggunaan dekorasi berupa Gambar 4.12: Antwerp City Hall
pediment diatas pintu dan jendela dengan bentuk Sumber: en.wikipedia.com
lebih tajam dari yang digunakan pada arsitektur
renaissance. (Faith, 2011).
4) Inggris
Arsitektur Renaissance di Inggris mulai dikenal dalam masa pemerintahan Ratu
Elizabeth I. Arsitektur gaya ini dikenali melalui Negara Belanda, sehingga arsitektur
Renaissance di inggris mengadopsi juga gaya arsitektur renaissance Belanda. Arsitektur
Renaissance di Inggris dikenal dengan gaya arsitektur Elizabethan. Gaya bangunan pada
masa ini adalah bangunan tinggi berbentuk persegi, contohnya adalah Longleat House.
(Faith, 2011).
5) Skandinavia
Arsitektur Renaissance di Negara-negara
Skandinavia dipengaruhi oleh arsitektur Flemish,
contohnya adalah gable yang tinggi seperti pada
arsitektur Istana Frederiksborg. Di Denmark,
arsitektur Renaissance berkembang pada masa
pemerintahan Fredrick II dan Christian IV. Gaya
arsitekturnya diinspirasikan oleh kastil di Perancis
pada masa itu. Di Swedia, akibat reformasi
protestan dan penghentian kekuasaan Gustav Wasa,
pembangunan gereja dan bangunan para bangsawan Gambar 4.14: Frederiksborg Castle,
sempat terhenti. Walaupun begitu terdapat beberapa Norwegia
contoh bangunan seperti Gripsholm Castle, Kalmar Sumber: en.wikipedia.com
Castle dan Vadstena Castle yang terkenal karena
pencampuran gaya abad pertengahan dan arsitektur Renaissance. (Smith, 1884).
Arsitektur Klasik 47
GOTHIC
Kekuasaan Romawi berpusat di Roma mencapai puncak hingga abad II, wilayahnya
mencakup seluruh kawasan Laut Mediterania, termasuk Mesir di timur-selatan, Mesopotamia di
barat, di utara-barat hingga Britania.
Setelah Theodosius I salah seorang penguasa Imperium Byzantine meninggal pada 395,
wilayah kekuasaan dibagi menjadi dua, wilayah timur berpusat di Konstantinopel (sekarang
Istanbul) dan wilayah barat berpusat di Ravenna (sekarang di Italia bagian utara). Bagian utara-
barat Afrika, daratan Eropa bagian barat yang dahulu masuk ke dalam wilayah Romawi, tidak
lagi berada di bawah kekuasaan Byzantine.
Perpecahan antara kaum ortodoks dari Konstantinopel dengan Paus terjadi pada 1054,
berpengaruh besar pada perkembangan politik dan ekonomi Eropa. Dari segi luas wilayah,
Imperium Byzantine mencapai puncak pada 1014, ketika berhasil mengalahkan kekaisaran
Bulgaria.
Hampir selama abad XIII, gereja sangat kuat mempengaruhi pemerintahan di seluruh
Negara di mana Kristen menjadi agama penguasa dan sebagian besar rakyatnya. Keadaan ini
membuat semakin banyaknya peninggalan arsitektural atau monumen berbentuk gereja. Di
zaman itu dibangun gereja juga katedral besar dan megah di mana-mana. Pada masa inilah
arsitektur Gothic berkembang. Abad XIV dan XV, kota-kota di Italia seperti antara lain Florence,
Roma, Venesia, mendorong berkembangnya jaman baru disebut jaman Reinassance, merupakan
akhir dari Gothic, meskipun nantinya kembali muncul dan disukai kembali pada masa Neo-
Gothic sekitar abad XVIII. (Ramadhan, 2012).
Arsitektur Gothic menjadi satu hasil seni yang paling spektakuler dalam perkembangan
arsitektur Eropa occidental, hal ini tidak diragukan oleh para ahli sejarah seni dan arsitektur.
Gothic berkembang dalam jaman akhir kehidupan dalam benteng telah disebut di depan sehingga
jaman Romanesque. Salah satu cirri utamanya berbentuk benteng, atau menara pengawas, karena
kesenjangan ekonomi dan social antara para tuan tanah (yang kemudian menjadi raja atau
penguasa), dengan petani miskin.
Kekuasaan dan kekayaan raja didukung oleh gereja, semakin melimpah, membuat
kecenderungan membangun gereja yang besar, megah dan mewah. Bentuk tinggi dari arsitektur
Romanesque, kemudian menjadi ekstrim pada arsitektur Gothic dengan runcing-runcing, penuh
dengan hiasan, mengacu semata-mata pada keindahan dan
kemegahan. (Ramadhan, 2012).
Terdapat menara pada bangunan gereja. Biasanya terletak Gambar 5.1: Menara Pada
pada bagian depan ataupun belakang bangunan. Dan pada Arsitektur Gothic.
masa Arsitektur Gothic menara difungsikan sebagai isyarat Sumber: en.wikipedia.com
Arsitektur Klasik 48
BAROQUE
Beberapa kota yang menganut aristektur Baroque memiliki fungsi sebagai tempat ibadah
(San Benedetto, Catania), sebagai pusat pemerintahan, tempat ziarah dan tempat pusat interaksi
kegiatan masyarakat baik formal maupun informal. Ada beberapa tokoh dalam seni baroque
yaitu :
Rembrandt Harmenszoon van Rijn. Beliau menggunakan teknik yang dikenal dengan
sebutan chiaroscuro yang berasal dari dua kata dalam bahasa Italia yaitu kata chiaro yang
berarti terang, dan oscuro yang berarti gelap. (Sitorus, 2014).
Arsitektur Klasik 52
10
ROCOCO
Rococo pertama kali muncul di Perancis pada awal abad 18 sebagai lanjutan gaya
barok, tetapi berlawanan dengan tema lebih berat dan warna lebih gelap dari Gaya barok,
Rococo ditandai oleh suatu kekayaan, rahmat, suka melucu, dan keringanan. Rococo.
Motifnya memusat pada gaya hidup yang aristokratis yang tanpa perlawanan dan roman
picisan bukannya pertempuran gagah berani atau figur religius, mereka juga berputar luar dan
alam. Dalam pertengahan akhir abad ke 18, rococo di kalahkan oleh gaya Neoclassic.
(Rafinda, 2011).
Kata Rococo merupakan suatu kombinasi dari bahasa perancis yaitu Rocaille, atau
kerang, dan barocco Italia, atau gaya barok. Dalam kaitan dengan rococo, rococo
melambangkan cinta, kurva cinta seperti kerang dan fokus pada hiasan bangunan. Beberapa
kritikus menggunakan istilah yang menyiratkan bahwa gaya rococo adalah sembrono. Sejak
pertengahan abad ke 19, istilah rococo telah diterima oleh sejarawan seni. Selagi ada
keheningan tentang beberapa perdebatan tentang seni arti historis dari gaya rococo kini secara
luas gaya ini dikenali sebagai periode utama di dalam pengembangan seni Eropa. (Rafinda,
2011).
Istana Solitude di Stuttgart dan Istana Cina di Oranienbaum, gereja Bavarian Wies dan
Sanssouci di Potsdam adalah contoh gaya bagunan rococo. Dalam Konteks kontinental itu
gaya Rococo secara penuh terkendali, sportif, ajaib, dan dipahat dalam bentuk dekorasi
interior ruangan yang abstrak menggunakan cahaya, motif seperti kerang atau dan hiasan yang
berbentuk kurva,kesemuanya itu mengisyaratkan bagaimana gaya rococo dalam arsitektur.
Pada bagian dalam ruangan tembok diberi hiasan dan dekorasi yang indah, penuh motif yang
aneh dinyatakan dalam material plastik seperti kayu yang diukir dan di atasnya diplester
Arsitektur Klasik 53
mengunakan semen. Dinding, langit-langit, mebel, dibuat dari bahan metal dan porselin.
(Rafinda, 2011).
Tokoh arsitektur Rococo adalah seniman Italian-Swiss seperti Bagutti dan Artari
sedangkan arsitek James Gibbs, dan saudara kali-lakinya Franchini bekerja di Irlandia sebagai
arsitek dekorasi rumah gaya rococo. Gaya rococo ini biasa ditemukan juga di Versailles, dan
gaya ini membentang di sepanjang paris terutama Hôtel Soubise. Di Negara Jerman, Perancis
dan seniman Jerman ( Cuvilliés, Neumann, Knobelsdorff, dll.) juga mendembangkan gaya
rococo. Beberapa tempat berkembangnya gaya rococo adalah Amalienburg dekat Munich, dan
perbentengan Würzburg, Potsdam, Charlottenburg, Brühl, Bruchsal, Kesunyian ( Stuttgart),
dan Schönbrunn. (Rafinda, 2011).
***
Arsitektur Klasik 54
DAFTAR PUSTAKA