Anda di halaman 1dari 19

A.

ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Organ Reproduksi Wanita memang cukup rumit karena terdapat dua percabangan
indung telur. Pada wanita normal, setiap bulan kedua indung telur ini bergantian
menghasilkan sel telur dan apabila tidak dibuahi, maka akan menjadi menstruasi. Di dalam
organ reproduksi wanita juga beberapa kelenjar yang mempunyai peran masing-masing.
1. Rahim
Rahim (uterus) adalah Organ Reproduksi Wanita yang paling utama dengan salah
satu ujungnya adalah tabung falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah leher
rahim (serviks). Rahim terletak di pelvis dan dorsal ke kandung kemih dan ventral ke
rectum. Alat Reproduksi ini ditahan oleh beberapa ligament. Di dalam rahim banyak
terdapat otot dan lapisan permanen jaringan otot yang paling dalam disebut endometrium.
Ketika wanita tidak dalam kondisi hamil, rahim hanya berukuran beberapa centimeter.
Rahim berfungsi menerima pembuahan ovum yang tertanam ke
dalam endometrium dan mendapatkan makanan dari pembuluh darah. Ovum yang
dibuahi tersebut akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menjadi fetus dan
terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia Sembilan bulan. Pemasangan KB
Spiraluntuk mencegah kehamilan juga didalam rahim.
2. Indung Telur (Ovarium)
Organ Reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki oleh wanita dan
berjumlah dua buah. Fungsi Ovarium adalah memproduksi sel telur dan mengeluarkan
hormon peptide dan steroid seperti progesteron dan estrogen. Kedua hormon tersebut
akan mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi sel
sperma.. Hormon progesteron dan estrogen juga berperan memberikan sinyal pada
kelenjar hipotalamus dan pituari untuk mengatur siklus menstruasi. Sel telur yang telah
berovulasi akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak menuju rahim. Dan apabila ada
sperma yang masuk, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
terjadilah proses kehamilan.
3. Tuba Fallopi
Tuba fallopi (tabung falopi) adalah dua buah saluran halus yang menghubungkan
ovarium dengan rahim. Tuba falopi pada manusia adalah memiliki panjang antara 7
hingga 14 cm. Ketika sel telur berkembang di dalam ovarium, ia akan diselimuti oleh
folikel ovarium. Dan Apabila sel telur matang, maka folikel dan dinding ovarium akan
runtuh dan menyebabkan sel telur pindah memasuki tuba fallopi dan berlanjut ke dalam
rahim dengan bantuan cilia.
4. Leher Rahim (Serviks)
Leher rahim (serviks) adalah bagian dari Anatomi Organ Reproduksi Wanita yang
terletak di bagian bawah rahim. Fungsi Leher Rahim (Serviks) adalah membantu
perjalanan sperma dari vagina menuju ke rahim. Leher rahim juga mengeluarkan
beberapa jenis lendir dengan tugas yang berbeda-beda dan berada di daerah yang
berbeda-beda.
5. Vagina
Vagina adalah Organ Reproduksi Wanita yang paling luar, berbentuk tabung dan
menjadi penghubung rahim ke bagian luar tubuh. Alat Reproduksi dapat menghasilkan
berbagai macam sekresi, seperti cairan endometrial, keringat, oviductal, skene pada
vulva, cervical mucus dan lain-lain. Sekresi pada dinding vagina berfungsi untuk
meningkatkan gairah seksual pada wanita.
Ekosistem antara bakteri baik (95%) dan bakteri jahat (5%) di vagina yang tidak
seimbang disebabkan oleh diabetes mellitus, kontrasepsi oral, darah haid, antibiotika,
douching, cairan sperma, dan gangguan hormon seperti pubertas, kehamilan atau
menopause. Gangguan tersebut dapat menyebabkan infeksi dan tentu berbahaya untuk
wanita.
B. KEHAMILAN
Proses kehamilan dimulai saat terjadinya konsepsi (pembuahan), sebelum konsepsi
terjadi ada hal-hal yang terjadi pada tubuh wanita, yaitu:
1. Ovulasi
Ovulasi terjadi ketika sel telur (ovum) keluar dari sarangnya (ovarium=indung telur), di
dalam ovarium terdapat kantung-kantung (folikel) yang berisi cairan dan sel telur, pada
suatu ketika folikel menjadi matang kemudian pecah maka keluarlah sel telur yang ada
di dalamnya tadi. Ovulasi ini normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus menstruasi
dan rata-rata terjadi sekitar dua minggu sebelum periode (siklus) mens berikutnya.
2. Kenaikan Hormon
Setelah telur meninggalkan folikel, folikel berkembang menjadi sesuatu yang disebut
korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon yang membantu menebalkan
lapisan rahim, untuk mempersiapkan ketika terjadi proses kehamilan nantinya.
3. Telur Berjalan ke Tuba Fallopi
Setelah telur dilepaskan, ia bergerak ke tuba falopi. Sel telur tinggal di sana selama
sekitar 24 jam, menunggu sel sperma untuk membuahi. Semua ini terjadi, rata-rata,
sekitar dua minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir atau masa ini disebut juga
dengan masa subur. Telur memiliki hanya 12 sampai 24 jam sedangkan sperma bisa
bertahan selama sekitar 72 jam pada saluran reproduksi wanita. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa masa subur wanita itu lamanya 4 hari, yakni hari ke 12 – 16
dihitung dari hari pertama menstruasi. Jika sel telur tidak dibuahi Jika tidak ada sperma
yang masuk untuk membuahi sel telur, maka tidak terjadi proses kehamilan dan sel
telur akan bergerak menuju rahim (uterus) kemudian hancur. Kadar hormon yang
dihasilkan korpus luteum tadi kembali normal sehingga lapisan rahim yang menebal
tadi menjadi luruh, inilah yang disebut dengan menstruasi atau haid.
4. Jika sel telur tidak dibuahi
Jika tidak ada sperma yang masuk untuk membuahi sel telur, maka tidak terjadi proses
kehamilan dan sel telur akan bergerak menuju rahim (uterus) kemudian hancur. Kadar
hormon yang dihasilkan korpus luteum tadi kembali normal sehingga lapisan rahim
yang menebal tadi menjadi luruh, inilah yang disebut dengan menstruasi atau haid.
5. Fertilisasi (pembuahan)
Jika salah satu sel sperma masuk ke tuba fallopi dan bertemu sel telur yang telah
menanti, maka terjadilah fertilisasi (pembuahan), proses kehamilan dimulai dari sini.
Sel telur akan mengubah dirinya sehingga tidak ada sperma lain bisa masuk
(membuahi).
6. Implantasi
Telur yang telah dibuahi (zigot) tetap dalam Tuba Fallopi selama sekitar tiga sampai
empat hari, tetapi dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, zigot mulai membelah diri
(zigot yang sudah membelah disebut embrio) sangat cepat menjadi banyak sel. embrio
terus membelah ketika bergerak perlahan-lahan melalui tuba falopi menuju rahim.
Ketika sampai rahim embrio akan menempel dan tertanam dalam dinding rahim yang
sudah menebal (lahan subur), inilah yang disebut implantasi (penanaman).

C. RESPON TUBUH IBU DAN PERUBAHAN FISIOLOGI SELAMA KEHAMILAN


Yang paling nyata diantara banyak reaksi ibu terhadap fetus dan terhadap hormone
kehamilan yang berlebihan adalah peningkatan ukuran berbagai organ-organ kelamin
misalnya, uterus membesar dari kira-kira 50 gram menjadi kira-kira 1000 gram, payudara
membesar hamper dua kali ukurannya. Pada saat yang sama vagina menyebabkan perubahan
yang nyata pada penampilan wanita, kadang-kadang menyebabkan timbulnya udem, jerawat,
dan maskulinisasi atau gambaran akromegali.
Kehamilan sifatnya sangat individu dan sangat unik, meskipun demikian secara keseluruhan
setiap calon ibu akan mengalami perubahan-perubahan yang sifatnya alamiah dan
menimbulkan gangguan serta penurunan kemampuan untuk menjalankan peran dan
fungsinya.
1. Penambahan Berat Badan pada Wanita Hamil
Penambahan berat badan rata-rata selama kehamilan adalah sekitar 24 pon, sebagian
besar penambahan berat badan terjadi selama kedua trimester terakhir. Kenaikan berat
badan sekitar 7 pon adalah fetus, kira-kira 4 pon cairan amnion, plasenta dan selapun
amnion. Uterus membesar sekitar 2 pon, payudara 2 pon, serta masih meninggalkan
peningkatan berat badan rata-rata pada wanita sekitar 9 pon. Sekitar 6 pon dari cairan ini
adalah cairan tambahan yang berada didalam darah dan cairan ekstraseluler. Sisanya 3
pon umumnya merupakan kumpulan lemak. Cairan tambahan dieksresikan kedalam urin
selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, yaitu sterlah hilngnya hormone plasenta
yang menahan cairan.
Selama kehamilan, keinginan seorang wanita untuk makan sering mengalami
peningkatan yang sangat besar, sebagian besar disebabkan oleh pemindahan bahan-
bahan makanan dari darah ibu ke fetus dan sebagian besar karena faktor hormonal.
Tanpa perawatan antenatal yang baik, penambahan berat badan ibu bisa mencapai 75
pon (Guyton and Hall, 1997)
Berat total yang diperoleh untuk satu janin, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Janin 3,36 – 3,88 kg
Plasenta 0,44 – 0,72 kg
Cairan Amniotic 0,72 – 0,97 kg
Uterus dan Payudara 2,42 – 2,66 kg
Darah dan Cairan 1,94 – 3,99 kg
Otot dan Lemak 0,48 – 2,91 kg
Total 9,70 - 14,55 kg
Sumber : (Kisner, Carolyn., 2004)

2. Metabolisme selama Kehamilan


Akibat peningkatan sekresi berbagai hormone selama kehamilan, termasuk tiroksin,
hormone korteks adrenal, dan hormone-hormon kelamin, kecepatan metabolisme basal ibu
hamil meningkat sekitar 15% selama pertengahan akhir kehamilan. Akibatnya wanita hamil
sering merasa kepanasan. Selain itu karena beban ekstra yang dipikulnya, energy dalam
jumlah yang lebih banyak dari normal harus dipergunakan untuk aktivitas otot.

3. System Kardiovaskular
Peningkatan konsumsi O2, volume darah bertambah sekitar 35 – 50 %, terutama pada
pertengahan akhir kehamilan oleh karena faktor hormonal, aldosterone ada estrogen yang
sama-sama meningkat dalam kehamilan. Sumsum tulang sangat aktif dan mengahsilakan
sel-sel darah merah tambahan serta kelebihan volume cairan. Oleh sebab itu saat kelahiran
ibu memiliki kelebihan darah 1 - 2 liter dalam sirkulasinya. Hanya sekitar ¼ dari jumlah
tersebut yang hilang saat melahirkan bayi, sehingga memungkinkan adanya faktor keamanan
bagi ibu.
Penekanan pembuluh darah balik lebih besar akibat uterus yang membesar dan hal
ini dapat menyebabkan timbulnya varises. Pemompaan darah arteri bertambah 30 – 60 %
dan maksimal saat sidelying kekiri, karena uterus tidak menekan aorta. Oleh karena itu perlu
merubah posisi sidelying ke kiri, duduk, berdiri dan berjalan serta prenatal exercise senam
hamil agar system kardiovaskular terjamin saat hamil dan cepat pulih stelah melahirkan.

4. System Respirasi
Peningkatan metabolisme basal pada wanita hamil dan juga karena penambahan
berat tubuhnya, jumlah total oksigen yang digunakan oleh ibu sesaat sebelum meahiran
sekitar 20% diatas normal, serta terbentuk jumlah karbon dioksida yang sebanding. Efek ini
menyebabkan ventilasi semenit ibu meningkat. Disamping itu juga diyakini karena kadar
progesterone yang tinggi selama kehamilan akan meningkatakan sensivitas pusat pernapasan
terhadap karbon dioksida.
Hasil akhirnya dalah peningkatan ventilasi semenit sekitar 50% dan penurunan Pc02
arteri sampai beberapa mililiter air raksa dibawah nilai normal. Lingkar dada bertambah 5 -7
cm, diameter dada bertambah 2 cm, diafragma nail 4 cm. secara bersamaan uterus yang
membesar ukurannya sebelum kehamilan dari 5 sampai 10 cm setelah hamil, menekan isi
abdomen ke atas, dan selanjutnya isi abdomen akan mendorong diafragma ke atas, sehingga
total pergerakan diafragma berkurang. Akibatnya frekuensi pernapasan meningkat untuk
mempertahankan ventilasi tambahan.

5. System Urinaria
Kecepatan pembentuka urine oleh wanita hamil biasanya sedikit meningkat, karena
peningkatan cairan dan peningkatan beban produk-produk ekskresi. Disamping itu karena
terjadi beberapa perubahan khusu dari fungsi urinaria seperti :
a. Kemampuan reabsorpsi untuk nutrium, klorida dan air oleh tubulus ginjal meningkat
sebanyak 50% sebagai akibat peningkatan produksi hormone steroid oleh plasenta dan
korteks adrenal.
b. Laju filtrasi glomelurus juga meningkat sebanyak 50% selama kehamilan, yang
cenderung meningkatkan kecepatan hilangnya air dan elektrolit didalam urin. Factor
kedua normalnya hampir mengimbangi factor yang pertama, sehingga biasanya ibu
menjalani tambahan air dan garam hanya kira-kira 6 pon, kecuali jika ibu mendapat
preeclampsia.

Panjang gunjal bertambah 1 cm (0,5 inchi). Ureter atau saluran kencing, masuk ke
kandung kemih pada sudut tegak lurus karena pembesaran rahim. Hal tersebut dapat
mengakibatkan refluks urin dari kandung kemih kembali ke saluran kencing; oleh karena
itu, selama kehamilan besar kemungkinan nya jika terjadi peningkatan infeksi saluran
kemih karena status urin.

6. System Muskuloskeletal

a. Abdominal muscle
Abdominal muscle, terutama pada kedua sisi musculus rectus, terulur ketitik batas
elastic pada akhir kehamilan. Hal tersebut menurunkan kemampuan otot untuk
melakukan kontraksi dengan kuat, dan menurunkan efisiensi kontraksi. Perpindahan dari
center of gravity/pusat gravitasi juga menurunkan manfaat mekanis dari otot.

b. Pelvic floor muscle


Pelvic floor muscle pada posisi anti-gravitasi, harus menahan total perubahan
berat, pelvic floor muscle drops sekitar 2,5 cm (1 inchi), sebagai akibat dari kehamilan.

c. Connective tissue and joints


Pengaruh hormonal yang besar pada ligament,menyebabkan penurunan sistemik
terhadap kekuatan daya tarik/tensile ligament. Perubahan ini terutama diakibatkan oleh
adanya peningkatan pada level relaxin dan progesterone.
d. Perubahan postur
1. Center of gravity
Menyarankan wanita hamil untuk posisi netral adalah tidak mungkin, karena
selama kehamilan terjadi perubahan pada center of gravity. Pusat gravity bergeser ke
atas dan ke depan karena pembesaran rahim dan payudara. Hal ini membutuhkan
kompensasi postural untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas.
Lordosis lumbar dan servikal bertambha sebagai kompensasi dari pergeseran
pusat gravitasi, hiperekstensi lutut, serta kemungkinan karena perubahan dari pusat
gravitasi.
Shoulder girdle dan upper backrotasi dengan protraksi scapula dan internal rotasi
ekstremitas akibat membesarnya payudara, posisi ini cenderung berlanjut setelah post
partum pada ssat merawat bayi. Tightness otot pectoralis dan kelehaman stabilisator
scapula mungkin sudah ada sebelumnya atau diabaikan oleh perubahan postur karena
kehamilan.

2. Keseimbangan
Dengan bertambahnya berat badan dan redistribusimasa tubuh ada kompensasi
untuk menjaga keseimbangan. Wanita hamil biasanya berjalan dengan dukunganbase
yang lebar dan ada peningkatan dari eksternal rotasi hips.
Perubahan sikap seiring dengan perumbuhan bayi membuat beberapa kegiatan
seperti berjalan. Membungkuk, menaiki tangga, mengangkat, meraih, dan kegiatan
hidup sehari-hari lainnya (ADL) menjadi semakin sulit.
Kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik dan perubahan yang cepat
dalam arah, seperti menari aerobic dan bersepeda, mungkin tidak disarankan,
terutama pada kehamilan trimester ketiga.

E. PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Sekitar 4% dari semua wanita hamil mengalami peningkatan tekanan darah arteri
yang cepat yang berhubungan dengan hilangnya sebagian besar protein dalam urin
selama beberapa bulan terakhir kehamilan, keadaan ini disebut preeclampsia atau
teksomia gravidarum. Preeklampsia sering ditandai oleh retensi garam dan air oleh
ginjal, peningkatan berat badan, dan timbulnya udem. Disamping itu spasme arteri terjadi
pada banyak bagian tubuh, khususnya pada ginjal, otak dan hati. Aliran darah ginjal
maupun laju filtrasi glomerulus menurun, berlawanan dengan perubahan yang terjadi
pada wanita hamil normal. Efek pada ginjal disebabkan oleh penebalan lempeng
glomerulus yang mengandung deposit proein pada membrane basalis.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk membuktikan bahwa preeclampsia


disebabkan oleh kelebihan sekresi plasenta atau hormone adrenal, tetapi bukti dasar
hormonal masih belum mencukupi. Teori yang lebih masuk akal adalah bahwa
preeclampsia merupakan akibat dari beberapa macam autoimun atau alergi yang timbul
akibat adanya fetus. Gejala yang akut biasanya hilang dalam beberapa hari setelah
kelahiran bayi.

Gejala klinik preeclampsia (ringan). Tekanan darah sekitar 140/90 atau kenaikan
tekanan darah 30 mm Hg untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolic dengan interval
pengukuran selama 6 jam. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3 gram/liter atau
kualitatif +1 - +2, udema (bengkak pada kaki, tangan atau lainnya). Kenaikan berat badan
lebih dari 1 kg/minggu. Gejala preeclampsia berat ( lanjutan gejala preeclampsia ringan);
tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5
gram/24 jam, terjadi penurunan produksi urine kurang dari 400cc/24 jam, terdapat udem
paru paru, sianosis serta terasa sesak napas. Terdapat gejala sebyektif seperti sakit kepala,
gangguan penglihatan serta nyeri daerah perut bagian atas.
Eklampsia merupakan tingkat ekstrem dari efek yang tampak pada preeclampsia
yang ditandai oleh spastisitas vascular yang ekstrem diseluruh tubuh, kejang klonik,
sering diikuti dengan koma, penurunan hebat keluaran ginjal, malfungsi hati, seringkali
dengan hipertensi berat, dan keadaan toksik umum pada tubuh. Eklampsia biasanya
terjadi segera sebelum persalinan. Tanpa pengobatan presentase penderita eklampsia
yang meninggal sangat tinggi.

F. LAMA KEHAMILAN

Proses kehamilan dibagi atas trimester yaitu ; trimester I, trimester II, trimester
III. Masing- masing trimester memperlihatkan perubahan yang berbeda sebagai berikut :

1. Trimeseter I
Pada trimester ini, bayi sudah mulai bertumbuh, ada peningkatan urine,
perubahan pada kulit dan rambut, pinggang mulai terasa kencang, perasaan mual dan
muntah serta lelah, dan energy menurun.
2. Trimester II
Berat janin bertambah, ibu hamil mulai merasa gerah/panas, tungkai terasa
kram, pelvic menjadi lebih relaks atau kendur dan hal ini menyebabkan low back
pain.
3. Trimester III
Setelah usia kehamilan memasuki trimester ke III, pertumbuhan janin menjadi
lebih cepat, ibu hamil mengalami nyeri punggung, terjadi pembengkakan pada
tangan, kaki dan tungkai, cepat merasa lelah dan resah atau gelisah, ada peningkatan
urine.
Gambar . Kolerasi tinggi fundus pada masa kehamilan dalam minggu

Gambar.

G. Problem yang timbul selama masa kehamilan


Selama masa kehamilan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada ibu hamil. Baik
fisik maupun fisiologis. Pengaruh perubahan hormone, berat badan dan perubahan postur
karena kehamilan memberikan kontibusi yang memerlukan penanganan fisioterapi.
Berikut beberapa problem yang timbul pada masa kehamilan :

1. Nyeri pinggang/back pain pada kehamilan


Saat hamil diumpamakan seseorang mengangkat sebuah boks di depan tubuh
dengan berat 3 dan 10 kg, hal ini akan menyebabkan timbulnya keluhan nyeri pinggang.
Back pain umumnya terjadi karena adanya perubahan posture dari kehamilan, increased
ligamentous laxity dan menurunnya fungsi otot-otot abdominal.
Nyeri pinggang yang berkaitan dengan kehamilan ada dua tipe yaitu nyeri pada
lumbal dan pada posterior pelvic.
Berdasarkan data statistic, ditemukan bahwa diantara 180 Ibu hamil yang diteliti,
87 (± 48%) orang mempunyai keluhan nyeri pinggang bawah, 36 orang diantaranya
mempunyai keluhan yang bersifat refered pain pada satu tungkai dan 18 orang lainnya
mengenai pada kedua tungkai yang dikenal dengan ischias dalam kehamilan
(Suharto,2001)
Pada umumnya pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi low back pain
selama kehamilan seperti minggunakan visual analog scale dan pain diagrams. Untuk
pemeriksaan neurologi biasanya menggunakan tes-tes seperti straight leg raise, active
straight leg raise test untuk melihat atau mendeteksi stabilitas pelvic dan membantu
menemukan lokasi nyeri menggunakan pelvic pain provocation test dan sacroiliaca
provocation test.

Terapi LBP selama kehamilan


a. Latihan postur yang baik
1) Berdiri tegak dan lurus
2) Mengangkat dada tinggi
3) Pertahankan kedua shoulder tetap di samping badan dan rileks
4) Jangan mengunci lutut
b. Menggunakan korset lumbal, korset untuk menstabilisasi Sacroiliaka Joint dan korset
pada simpisis osis pubis. Penggunaan korset ditujukan untuk mengurangi nyeri.
Penggunaan korset disesuaikan dengan lokasi nyeri.
c. Menggunakan peralatan yang benar
1) Menggunakan sepatu hak yang rendah
2) Menggunakan celana yang longgar untuk ibu hamil
3) Menggunakan korset
d. Cara mengangkat yang baik
Untuk mengengkat, fleksi knee kedua lutut bukan pinggang, pelihara punggung tetap
lurus sedapat mungkin. Menggunakan otot kedua tungkai untuk berdiri dan menjaga
objek agar dekat dengan badan.

e. Tidur miring
Tidur miring dengan menjaga kedua knee tetap fleksi, dapat dibantu dengan
menggunakan bantal diantara kedua knee dan lainnya dibawah abdomen.
f. Massage pada punggung
g. Melakukan aktivitas fisik teratur
Aktivitas fisik yang teratur dapat memelihara kekuatan punggung dan mengurangi
nyeri selama kehamilan. Aktivitas fisik seperti berjalan dan berenang dapat dilakukan
juga dengan stretch pada low back untuk mengurangi nyeri.
h. Exercise terapi lainnya dengan memberikan latihan dengan pola-pola diantaranya
1) Cat camel exercise
2) Pelvic floor exercise

2. Varicose Vein
Varises adalah sebuah pembengkakan pembuluh darah yang paling dekat dengan kulit.
Varises akan membuat pembuluh darah terlihat berwarna biru atau ungu dan terkadang
bentuknya sangat mengerikan seperti jaringan pembuluh darah yang berkumpul. Bahkan
varises yang biasanya berkembang pada kaki juga bisa menyebar hingga ke bagian vulva
vagina dan anus yang kemudian meningkatkan resiko ambeien saat hamil atau wasir saat
hamil. Sementara bahaya ambeien untuk ibu hamil bisa terjadi sepanjang kehamilan
hingga setelah melahirkan. Varises akan lebih sakit jika ibu juga mengalami kaki
bengkak saat hamil yang membuat ibu hamil tidak bisa beraktifitas dengan bebas.
a. Gejala Varises pada Ibu Hamil
1) Rasa tidak nyaman pada bagian kaki atau bagian tubuh yang lain yang menjadi
pertanda awal munculnya varises. Ibu hamil cepat lelah berlebihan, perasaan
berat dan tidak nyaman saat digunakan untuk bergerak.
2) Kaki akan terasa berat melangkah, nyeri dan rasa sakit yang berlebihan saat
berdiri atau duduk.
3) Bagian vena yang akan membengkak terasa panas, nyeri, gatal dan berdenyut
yang terasa tidak nyaman.
4) Rasa sakit akan berkembang atau lebih parah pada pagi hari ketika ibu hamil
bangun tidur.
5) Pembuluh darah vena pada bagian kaki terasa sakit, berwarna ungu atau biru
dan muncul seperti pembuluh darah yang menggembung.
6) Kaki akan terasa lebih sering kram atau gatal yang terasa dari bagian dalam
kaki.
7) Jika sudah terjadi pendarahan varises maka bisa menyebabkan bagian varises
meradang dan muncul borok dari dalam kulit.

b. Penyebab Varises pada Ibu Hamil


1) Pada ibu hamil maka pertumbuhan janin pada rahim bisa menyebabkan tekanan
yang kuat pada bagian vena besar di bagian sisi kanan tubuh atau vena cava
inferior. Tekanan ini bisa menyebabkan tekanan pada bagian pembuluh darah di
kaki. Sementara vena yang bertugas mengembalikan darah dari bagian tubuh
lain ke jantung sehingga kaki yang terletak dibawah mendapatkan pengaruh
kuat dari gaya gravitasi. Hal ini yang menyebabkan varises lebih sering muncul
pada ibu hamil.
2) Ketika hamil maka jumlah darah dalam tubuh meningkat sebagai efek untuk
menerima janin dan mendukung pertumbuhan janin. Aliran darah yang lebih
besar ini menyebabkan beban yang berlebihan pada bagian pembuluh darah. Hal
ini yang menyebabkan vena mendapatkan tekanan kuat untuk mengembalikan
darah ke jantung.
3) Ibu hamil mengalami peningkatan hormon progesteron. Adanya hormon
progesteron yang lebih tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi
lebih santai. Posisi ini yang menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih lebar
dari ukuran sebelumnya. Perubahan hormon ini menyebabkan beberapa tanda
kehamilan dan ibu hamil susah BAB.
4) Meskipun dalam dunia medis mengatakan jika varises tidak diturunkan, namun
jika ibu hamil memiliki riwayat keluarga dengan varises maka resiko terkena
varises tetap lebih tinggi.
5) Resiko lain yang menyebabkan ibu hamil terkena varises adalah ciri ciri hamil
anak kembar, bayi besar dalam kandungan, kehamilan dengan berat badan bayi
yang berlebihan, ibu hamil muda berdiri lama dan pengaruh usia kehamilan
yang semakin besar. (baca: tanda awal kehamilan kembar)
c. Pemeriksaan fisioterapi
1) Anamnesis
2) Inspeksi
Inspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke
belakang. Region perineum, pubis, dan dinding abdomen juga dilakukan
inspeksi. Pada inspeksi juga dapat dilihat adanya ulserasi, telangiektasi, sianosis
akral, eksema, brow spot, dermatitis, angiomata, varises vena prominent,
jaringan parut karena luka operasi, atau riwayat injeksi sklerotan sebelumnya.
Setiap lesi yang terlihat seharusnya dilakukan pengukuran dan
didokumentasikan berupa pencitraan. Vena normalnya terlihat distensi hanya
pada kaki dan pergelangan kaki. Pelebaran vena superfisial yang terlihat pada
region lainnya pada tungkai biasanya merupakan suatu kelainan.
Pada seseorang yang mempunyai kulit yang tipis vena akan terlihat lebih
jelas. Stasis aliran darah vena yang bersifat kronis terutama jika berlokasi pada
sisi medial pergelangan kaki dan tungkai menunjukkan gejala seperti perubahan
struktur kulit. Ulkus dapat terjadi dan sulit untuk sembuh, bila ulkus berlokasi
pada sisi media tungkai maka hal ini disebabkan oleh adanya insufusiensi vena.
Insufisiensi arteri dan trauma akan menunjukkan gejala berupa ulkus yang
berloksi pada sisi lateral.
3) Palpasi
Palpasi merupakan bagian penting pada pemeriksaan vena. Seluruh
permukaan kulit dilakukan palpasi dengan jari tangan untuk mengetahui adanya
dilatasi vena walaupun tidak terlihat ke permukaan kulit. Palpasi membantu
untuk menemukan keadaan vena yang normal dan abnormal. Setelah dilakukan
perabaan pada kulit, dapat diidentifikasi adanya kelainan vena superfisial.
Penekanan yang lebih dalam dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan vena
profunda.
Palpasi diawali dari sisi permukaan anteromedial untuk menilai keadaan
SVM kemudian dilanjutkan pada sisi lateral diraba apakah ada varises dari vena
nonsafena yang merupakan cabang kolateral dari VSM, selanjutnya dilakukan
palpasi pada permukaan posterior untuk meinail keadaan VSP. Selain
pemeriksaan vena, dilakukan juga palpasi denyut arteri distal dan proksimal
untuk mengetahui adanya insufisiensi arteri dengan menghitung indeks ankle-
brachial. Nyeri pada saat palpasi kemungkinan adanya suatu penebalan,
pengerasan, thrombosis vena. Empat puluh persen DVT didapatkan pada palpasi
vena superfisialis yang mengalami thrombosis.
4) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui kedaan katup vena superficial. Caranya
dengan mengetok vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang
menjalar sepanjang vena di bagian proksimal. Katup yang terbuka atau
inkopeten pada pemeriksaan perkusi akan dirasakan adanya gelombang tersebut.

5) Auskultasi menggunakan Doppler


Pemeriksaan menggunakan Doppler digunakan untuk mengetahui arah aliran
darah vena yang mengalmi varises, baik itu aliran retrograde, antegrade, atau
aliran dari mana atau ke mana. Probe dari dopple ini diletakkan pada vena
kemudian dilakukan penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan
menyebabkan adanya aliran sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian
menyebabkan adanya perubahan suara yang ditangkap oleh probe Doppler.
Pelepasan dari penekanan vena tadi akan menyebabkan aliran berlawanan arah
akut. Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlawanan
arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya tidak aka nada suara yang
terdengar dari Doppler.
6) Manuver Perthes
Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah
retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam system vena
yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya
obstruk si vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena
profunda tidak lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran
darah balik vena ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan
maupun skeroterapi.
Untuk melakukan manuver ini pertama dipasang sebuah Penrose
tourniquet atau diikat di bagian proksimal tungkai yang mengalami varises.
Pemasangan tourniquet ini bertujuan untuk menekan vena superficial saja.
Selanjutnya pasien disuruh untuk berjalan atau berdiri sambil menggerakkan
pergelangan kaki agar sistem pompa otot menjadi aktif. Pada keadaan normal
aktifitas pompa otot ini akan menyebabkan darah dalam vena yang mengalami
varises menjadi berkurang, namun adanya obstruksi pada vena profunda akan
mengakibatkan vena superficial menjadi lebih lebar dan distesi.
Perthes positif apabila varises menjadi lebih lebar dan kemudian pasien
diposisikan dengan tungkai diangkat (test Linton) dengan tourniquet terpasang.
Obstruksi pada vena profunda ditemukan apabila setelah tungkai diangkat, vena
yang melebar tidak dapat kembali ke ukuran semula.
7) Tes Trendelenburg
Tes Trendelenburg sering dapat membedakan antara pasien dengan refluks vena
superficial dengan pasien dengan inkopetensi katup vena profunda. Tes ini
dilakukan dengan cara mengangkat tungkai dimana sebelumnya dilakukan
pengikatan pada paha sampai vena yang mengalami varises kolaps. Kemudian
pasien disuruh untuk berdiri dengan ikatan tetap tidak dilepaskan.
Interpretasinya adalah apabila varises yang tadinya telah kolaps tetap kolaps
atau melebar secara perlahan-lahan berarti adanya suatu inkopenten pada vena
superfisal, namun apabila vena tersebut terisi atau melebar dengan cepat
adannya inkopensi pada katup vena yang lebih tinggi atau adanya kelainan
katup lainnya.

d. Intervensi fisioterapi
1) Exercise terapi diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan dan melancarkan
aliran darah, mencegah akumulasi cairan dalam vena tungkai.
2) Compression stocking
Dapat memperbaiki sirkulasi darah, mengurangi rasa nyeri dan rasa tidak enak
pada tungkai.

3) Rileksasi pada tungkai


Rileksasi pada tungkai dilakukan dengan mengistirahatkan tungkai dapat
dilakukan dengan menganjal tungkai agar lebih tinggi dari badan. Hal ini dapat
membantu aliran balik vena sehingga tidak terjadi akumulasi cairan

Anda mungkin juga menyukai