Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue, merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade
terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tersebut di berbagai negara yang
dapat menimbulkan kematian sekitar kurang dari 1%. Penyakit dengue terutama
ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan sekitar 2,5 milyar penduduk yang
mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit ini. Diperkirakan setiap tahun sekitar 50
juta manusia terinfeksi virus dengue yang 500.000 di antaranya memerlukan rawat
inap, dan hampir 90% dari pasien rawat inap adalah anak-anak.1

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya aegipty
(dahulu disebut Aedes Aegepty) dan Stegomiya albopictus (dahulu disebut Aedes
Albopictus).1 Virus dengue termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4, ditularkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 2

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, terdapat tiga fase perjalan infeksi dengue, yaitu :

- Fase demam : viremia menyebabkan demam tinggi

- Fase kritis/perembesan plasma : onset mendadak adanya perembasan plasma


dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites.

- Fase penyembuhan : perembesan plasma mendadak berhenti disertai reabsorpsi


cairan dan ekstravasasi plasma.5

Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi berbagai
komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara terintegrasi. Sel

1
imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue yaitu sel dendrit,
monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit.1

Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat
terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi
undifferentiated fever (sindrom infeksi virus), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD) dan expanded dengue.5

Demam dengue berbeda dengan demam berdarah dengue (DBD), meskipun kedua
penyakit ini sama-sama disebabkan oleh virus dan dibawa nyamuk yang sama.
Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan
manifestasi pendarahan, pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam
kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik
bintik perdarahan. Selain itu, demam dengue dan demam berdarah dengue berbeda
pada hal tingkat berbahayanya. Demam dengue tidak seberbahaya DBD, karena
demam dengue umumnya tidak mengakibatkan kematian.2,3 Tata laksana dengue
sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3 fase yakni fase demam, fase
kritis dan fase penyembuhan.1

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Kasih Karunia
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal/umur : 15 Agustus 2009 / 8 Tahun 1 hari
Berat waktu lahir : 2700 gram
Partus oleh : Bidan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Kaili
Nama ibu :Ny Rahma Umur40 tahun Perkawinan ke 1
Nama ayah :Tn Ibrahim Umur 45 tahun Perkawinan ke 1
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Wiraswasta
Alamat : Jl. Touwa
No. Telp : -
Masuk dengan diagnosa : DBD
Tanggal masuk rumah sakit : 16 agustus 2017
Masuk ke ruangan : Murai bawah kelas 3

Keluar Tanggal : 20 Agustus 2017, Jam 14 : 55 wita

Jumlah hari perawatan : 4 hari

3
ANAMNESIS

Anak Pertama dari 2 bersaudara.

Tanggal lahir 17 Agustus 2009

 An. M 10 Tahun (sehat)


 An. K 8 Tahun (Penderita)

FAMILY TREE

Ket : Perempuan
Laki-laki
Ayah Ibu

Anak Anak

Sehat Penderita

Abortus : Tidak ada

4
II.ANAMNESIS :
a. Keluhan Utama : Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak perempuan usia 8 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan panas
yang di alami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas di alami terus-menerus
sepanjang hari. Awalnya pasien hanya berobat ke puskesmas dan diberi obat penurun
panas, namun demam tidak reda oleh pemberian obat di puskesmas, pasien
dianjurkan oleh puskesmas untuk periksa darah dan langsung dirujuk ke RS. Selain
demam pasien juga megeluh berkeringat pada malam hari (+), Menggigil (-), sakit
kepala (+), Sakit menelan (-), kejang (-), mimisan (+) 2 kali dirumah, tidak ada gusi
berdarah, sesak nafas (-), batuk (+), Lendir (+) sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit berwarna putih, tidak ada darah. pasien juga mengeluhkan muntah 1 kali, isi
muntahan makanan yang dimakan, nyeri perut (-), nyeri persendian (+). Nafsu
makan pasien mulai menurun sejak 1 hari setelah demam, BAB cair (-) dan BAK
normal.
c. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti saat ini.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dirasakan
penderita, kakak pasien tinggal serumah dan tidak memiliki keluhan yang sama
dengan pasien
e. Riwayat kelahiran :
Cukup Bulan, Lahir normal/spontan di bantu oleh bidan,lahir langsung menangis,
warna ketuban ibu tidak di ketahui BBL 2700, PBL tidak di ketahui.
f. Anamnesis antenatal :
Pasien lahir secara spontan di Puskesmas Mabelopura, cukup bulan, dan dibantu
oleh bidan. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan 40 cm. Warna ketuban putih
jernih. Selama kehamilan, ibu pasien tidak menderita sakit ataupun masalah lainnya.
Ibu pasien rajin melakukan kontrol ke puskesmas, sebanyak 4 kali.

5
g. Penyakit yang sudah pernah dialami (Tanggal & Riwayat)
a. Morbili :-
b. Varicella :-
c. Pertusis :-
d. Diare :-
e. Cacing :-
f. Batuk/pilek : Jarang
g. Lain-lain :-

h. Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Membalik : 2 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Duduk : 9 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
Tertawa : 3 bulan
Berceloteh : 11 bulan
Memanggil “papa” “mama” : 12 bulan
i. Anamnesis Makanan sejak Bayi sampai Sekarang :
- Usia 0-6 bulan : ASI
- Usia 7-12 bulan : ASI + susu formula + bubur sun
- Usia 1 tahun sampai sekarang : Makanan Biasa (makanan keluarga)
- Sekarang : Pasien makan makanan keluarga yang dimasak oleh ibunya.
Menurut ibunya, pasien rajin mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan maupun jus buah. Pasien jarang mengonsumsi
makanan di luar ataupun makanan yang dibeli di luar.
Beberapa hari terakhir, ± 1 minggu pasien kurang
mengonsumsi buah dan sayuran. Pola makan anak biasanya

6
terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur-sayuran dan kadang
diselingi dengan susu, dan dari segi nutrisi terpenuhi
karbohidrat, protein dan mineral.
j. Keadaan social, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:
Menurut ibu pasien, “ pasien tinggal di lingkungan dan sanitasi yang bersih”.
Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk. Dengan sumber listrik dan air
yang memadai. Dan sanitasi berupa jamban juga ada. Kebiasaa pasien tidur tidak
memakai kelambu ataupun obat nyamuk, disekitar halaman rumah pasien tidak ada
genangan air maupun timbunan sampah, namun di lingkungan sekolah kurang bersih
dengan ventilasi yang kurang dan cenderung banyak sarang nyamuk. Keluarga
tergolong keluarga menengah dimana orangtua bekerja sebagai wiraswasta,untuk
tempat tinggal bisa dikatakan layak huni dan untuk makanan sehari-hari bisa
dikatakan makanan yang cukup nutrisi.
k. Riwayat Imunisasi :
Riwayat imunisasi dasar lengkap.

DASAR ULANGAN

I II III I II III

BCG √

POLIO √ √ √

DTP √ √ √

CAMPAK √

HEPATITIS √ √ √

7
l. Ikhtisar Penyakit Menurut Status IGD:
Panas (+) sejak 3 hari yang lalu
Batuk (+)
Mimisan (+)
Sakit kepala (+)
BAB (+) biasa
BAK lancar

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : BB 24 kg, TB 126 cm ( CDC Gizi Baik)
CDC BB/U = 24 /26 x 100 % = 92 % ( BB normal )
TB/U = 126/128 x 100% = 98 % (TB normal )
BB/TB = 24/25 x 100 % = 94 % ( Gizi baik )

8
9
a. Tanda Vital
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Denyut nadi : 114 Kali/menit
- Suhu : 39o C
- Respirasi : 28 kali/menit
b. Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), pucat (+), eritema (-), turgor
kembali cepat.
c. Kepala : Normocephal, konjungtiva hiperemis (+), sclera
ikterik (-,Rhinorrhea (-), otorrhea (-), Lidah kotor (-), bibir kering (-), tonsil
T1/T1 hiperemis (-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla
anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk cembung, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)

10
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : NTE (+) organomelagi (-)
g. Genital : Tidak ditemukan adanya kelainan
h. Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-).
i. Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
j. Otot-otot : Eutrofi (+), Atrofi (-)
k. Refleks : fisiologis normal, patologis (-)
. IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 4,7 4,0-10,0 103/ µl

RBC 4,31 3,80-6,50 106/µl

HGB 10,7 11,5-17 g/dl

HCT 36,8 37,0-54,0 %

PLT 112 150-500 103/µl

Resume :
1. Pasien anak perempuan usia 8 tahun, berat badan 24 kg masuk ke RS dengan
keluhan febris.
2. Febris mendadak tinggi, dirasakan sejak ± 3 hari yang lalu, pola febris
continue, turun dengan antipiretik.
3. Pasien juga sempat mengalami epistaksis 2 kali di rumah dan batuk berlendir
sejak 2 hari
4. Pasien berkeringat dingin, sakit kepala dan muntah 1 kali.
5. Pada pemeriksaan tanda vital dan status gizi didapatkan :

11
Suhu : 39˚C BB : 24 kg
Respirasi : 28 x/menit TB : 126 cm
Nadi : 114 x/menit Status Gizi anak : Gizi Baik
TD : 100/70 mmHg
6. Pada pemeriksaan fisik pada keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos
mentis. Pada kulit, tidak ditemukan petekie, turgor segera kembali, mata tidak
cowong.
7. Pada pemeriksaan lab di dapatkan penurunan Hb 10 g/ dl, penurunan WBC 5,8
103/uL, RBC 5,62 x 106/uL, PLT 112 x 103/uL, dan HCT 31,8 %.
8. Diagnosis sementara : Demam Dengue
9. Diagnosis banding : Malaria
10. Terapi : IVFD Asering 16 tpm
Paracetamol syrup 2 x 1 cth
Elkana Cl syrup 1x1 cth
11. Anjuran : pemeriksaan DDR (Drike Drupple)
FOLLOW UP
Follw up I
Tanggal : 17 Agustus 2017
Subjek (S) : Panas (+) hari ke 4 ,sakit kepala (+), batuk (+), Lendir (+)
beringus (-), mimisan (-)
muntah (-), nyeri uluhati (+)
BAB : belum BAB
BAK : lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 105 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 38,5 0C

12
o Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
b. Kulit : Pucat (+), ikterik (-)
c. Kepala : konjungtiva hiperemis (+/+), sclera Ikterik (-/-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor (+)
Bunyi bronchovesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
f. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan Normal, timpani (+),
NTE (+)
Pemeriksaan laboratorium
a. Hasil DDR : Negatif
Assesment (A) : Demam Dengue
Diagnosis Banding : Malaria
Plan (P) : IVFD Asering 20 tpm
Paracetamol syrup 2 x 1 cth
Cefotaxime 500 mg/8 jam/ IV
Dexamethasone 1/2amp/8jam/IV
Elkana Cl syrup 1x1 cth
Cetirizine 5 mg
Salbutamol 2 mg 3 dd pulv 1
Ambroxol 30 mg
Follow up ke II
Tanggal : 18 Agustus 2017
Subjek (S) : Panas (-) BPH 1 ,sakit kepala (-), batuk (+), Lendir (+),
muntah (-), mimisan (-)
BAB : belum sudah 1 hari
BAK : lancar

13
Objek (O) :
b. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 98 kali/menit
o Respirasi : 30 kali/menit
o Suhu : 36,70C
o Kesadaran : compos mentis (GCS E4 M6 V5 = 15)
c. Kulit : Pucat (-), ikterik (-)
d. Kepala : conjungtiva hiperemis (-/-), sclera Ikterik (-/-)
e. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
f. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, vokal fremitus (+) kesan normal, sonor (+),
Bunyi bronchovesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
g. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+),
NTE (-)
Pemeriksaan laboratorium
Hasil Darah Rutin:
RBC = 4,38 103/uL
HCT = 32,5 %
PLT = 130 103/uL
WBC = 6,7 103/uL
HGB = 11,1 g/dl
Assesment (A) : Demam Dengue
Plan (P) : IVFD Asering 20 tpm
Paracetamol syrup 2 x 1 cth (KP)
Cefotaxime 500 mg/8 jam/ IV
Dexamethasone 1/2amp/8jam/IV
Elkana Cl syrup 1x1 cth
Puyer batuk 3 x pulv 1

14
Follow up ke III
Tanggal : 19 Agustus 2017
Subjek (S) : Panas (-) BPH 2 ,sakit kepala (-), batuk (+), mimian (-)
muntah (-)
BAB : biasa
BAK : lancar
Objek (O) :
a. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 100 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 36,30C
o Kesadaran : compos mentis
b. Kulit : Pucat (-), ikterik (-)
c. Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sclera Ikterik (-/-)
d. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
e. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor
(+), Bunyi bronchovesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
g. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+),
NTE (-)
Assesment (A) : Demam Dengue
Plan (P) : IVFD Asering 20 tpm
Paracetamol syrup 2 x 1 cth (KP)
Cefotaxime 500 mg/8 jam/ IV
Dexamethasone 1/2amp/8jam/IV
Elkana Cl syrup 1x1 cth
Puyer batuk 3 x pulv 1

15
Follow up ke IV
Tanggal : 20 Agustus 2017
Subjek (S) : Panas (-) BPH 3 ,sakit kepala (-), batuk (+), mimian (-)
muntah (-)
BAB : biasa
BAK : lancar
Objek (O) :
f. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 92 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 36,30C
o Kesadaran : compos mentis
g. Kulit : Pucat (-), ikterik (-)
h. Kepala : konjungtiva hiperemis (-/-), sclera Ikterik (-/-)
i. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
j. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, Vokal fremitus (+) kesan normal, Sonor
(+), Bunyi bronchovesikular (+).
Jantung : Bunyi jantung I/II murni regular
h. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+),
NTE (-)
Pemeriksaan laboratorium
Hasil Darah Rutin:
RBC = 4,5 103/uL
HCT = 33,3 %
PLT = 176 103/uL
WBC = 9,3 103/uL
HGB = 12 g/dl

16
Assesment (A) : Demam Dengue
Plan (P) : IVFD Asering 20 tpm
Paracetamol syrup 2 x 1 cth (KP)
Cefotaxime 500 mg/8 jam/ IV
Dexamethasone 1/2amp/8jam/IV
Elkana Cl syrup 1x1 cth
Puyer batuk 3 x pulv 1

*PASIEN DIPULANGKAN

17
BAB III

DISKUSI KASUS

Pada kasus ini, pasien didagnosis demam berdarah dengue karena demam tinggi
timbul mendadak, dirasakan sejak ± 3 hari yang lalu, demam naik turun dan demam
turun dengan pemberian obat penurun panas oleh puskesmas, demam terus-menerus.
Selain itu, didapatkan manifestasi perdarahan yaitu petekie dan melena. Pasien
mengeluh nyeri kepala, mimisan dan muntah. Di lingkungan keluarga didapatkan
kasus keluhan serupa (demam) seperti yang dialami pasien 1 minggu yang lalu. Pada
pemeriksaan penunjang, didapatkan leukopenia dimana kadar leukosit dalam darah
5800/mm3, tetapi kadar trombositopenia dalam darah 112.000/mm3. Untuk standar
UKK infeksi tropis, dikatakan trombositopenia jika kadar trombosit dalam darah
<150.000/ mm3. Selain itu, adanya hemokonsentrasi sebesar 27% dimana kadar
tertinggi HCT yaitu pada hari kedua sebesar 35,4% dan kadar HCT terendah yaitu
sebelum pasien pulang sebesar 27,9%.
Berdasarkan klasifikasi WHO 2011 untuk derajat demam berdarah dengue,
pasien masuk ke dalam Demam Berdarah Dengue derajat II. Hal ini diakibatkan
karena pada anamnesis didapatkan adanya demam tinggi yang timbul mendadak,
adanya tanda perembesaran plasma dimana adanya hemokonsentrasi, disertai dengan
perarahan spontan yaitu pasien mengalami melena pada perawatan hari ke 2. Pada
pemeriksaan penunjang, didapatkan trombositopenia dimana kadar trombosit pada
perawatan hari kedua sebesar 98 x 103/uL.
Diagnosis klinis pada demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari;

18
- Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah;
- Pada anak yang besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri
perut;
- Diare kadang – kadang dapat ditemukan;
- Perdarahan yang paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan
mimisan.3
b. Pemeriksaan Fisik
- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dan faring hiperemis, nyeri
di bawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada
DD daripada DBD. Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih
sering ditemukan pada DBD.
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehinga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia
dan syok.
- Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga
pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam.
- Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini
suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan
namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.
- Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria. 3
c. Pemeriksaan Penunjang.
- Leukosit dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemukan
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) >15 % dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
- Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

19
- Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit = 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada
hari ke-3 demam.
- Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
- Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
- SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
- Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
- Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
- Golongan darah dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
- Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM:
terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari. IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari
ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
- Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. 7

20
Tabel 3.1 Derajat DBD berdasarkan klasifikasi WHO 2011[1]

Demam berdarah dengue/ DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah


penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.5
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue melalui
perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Keempat serotipe ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak dan banyak berhubungan
dengan kasus berat diikuti oleh serotipe DEN-2. 2

21
Gambar 3.1 Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011[1]

Pada kasus ini, pasien sudah memasuki fase kritis dimana pasien masuk dengan
keluhan demam hari ke 5. Selain itu, didapatkan peningkatan hematokrit dimana pada
pemeriksaan awal didapatkan kadar hematokrit dalam darah sebesar 30,4 %,
kemudian pada pemeriksaan kedua didapatkan kadar hematokrit dalam darah sebesar
35,4%. Untuk pemeriksaan Ig G dan Ig M tidak diperiksa dan tidak didapatkan tanda-
tanda shock perdarahan.

Gambar 3.2 Perjalanan penyakit infeksi dengue[1]

22
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu:[1]
1. Fase demam: viremia menyebabkan demam tinggi
2. Fase kritis/ perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan plasma
dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites.
3. Fase recovery/penyembuhan/convalescence: perembesan plasma mendadak
berhenti disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma.
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi
tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan aktivasi
sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun tersebut
berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi), kemokin dan mediator
inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi berlebih dari zat-zat tersebut
akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya menimbulkan berbagai bentuk
dan gejala infeksi virus dengue.[4]
Pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakan diagnosis demam
dengue:[7]
a. Laboratorium: pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung
jenis, hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1
setelah demam dan akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit
ke-5-6. Deteksi antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis awal
menentukan adanya infeksi dengue, namun tidak dapat membedakan penyakit
DD/DBD.
b. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue.
- Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5 sakit,
mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan menurun/
menghilang pada akhir minggu keempat sakit.

23
- Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada hari
sakit ke-14. dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan
pada infeksi sekunder IgG anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-
2.
- Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi
sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi primer
namun apabila IgM:IgG rasio <1,2 menunjukkan infeksi sekunder.

Tabel 3.2 Interpretasi uji serologi IgM dan IgG pada infeksi dengue[7]

Pada kasus ini, pada saat perawatan hari kedua, pasien diberikan terapi cairan
awal RL 7 ml/kgBB/jam atau IVFD 20 tpm. Kemudian dilakukan observasi ketat
untuk tanda-tanda vital tiap jam, pemeriksaan darah rutin terutama kadar hematokrit
dan trombosit tiap 6 jam. Tetapi karena kenyamanan pasien, pemeriksaan darah rutin
hanya dilakukan satu kali. Kemudian, karena pasien telah mengalami perbaikan
ditandai dengan tanda-tanda vital telah baik dan kadar hematorit dalam darah juga
menurun maka sebaiknya tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam atau IVFD
Asering 8 tpm. Karena tanda-tanda vital stabil , kadar hematorit dalam darah kembali
normal dan dieresis cukup, maka IVFD dapat distop dalam 24-48 jam.

Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit:[1]


1. Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan/atau cairan
oral apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.[1]

24
a) Medikamentosa:[1]
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol
bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, antiemetik) untuk mengurangi beban
detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
a) Supportif:[1]
- Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5%
deficit.
- Diberikan untuk 48 jam atau lebih .
- Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan
plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit.
2. Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan
rumatan + deficit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6
jam.[1]
3. Fase Recovery
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta
monitor tiap 12-24 jam.4

Tabel 3.3. Cairan yang dibutuhkan berdasarkan berat badan[1]

Tabel 3.4 Kecepatan cairan intravena[1]

25
Gambar 3.3 Jalur triase DBD derajat I dan II (WHO 2011)[7]

26
Pada kasus, didapatkan tanda kegawatan yaitu, adanya demam terus menerus
disertai mimisan 2 kali.
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi
dengue, seperti berikut:4
b. Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi
ke fase bebas demam/sejalan dengan proses penyakit.
c. Muntah yg menetap, tidak mau minum.
d. Nyeri perut hebat.
e. Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak.
f. Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang
hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria.
g. Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh).
h. Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
i. Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam

Diagnosis banding infeksi virus dengue:4


- Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam dengue
dan penyakit virus lain yang ditemukan di daerah tropis. Maka untuk
membedakan dengan campak, rubela, demam chikungunya, leptospirosis,
malaria, demam tifoid, perlu ditanyakan gejala penyerta lainnya yang terjadi
bersama demam. Pemeriksaan laboratorium diperlukan sesuai indikasi.
- Penyakit darah seperti trombositopenia purpura idiopatik (ITP), leukemia, atau
anemia aplastik, dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium darah tepi
lengkap disertai pemeriksaan pungsi sumsum tulang apabila diperlukan.
- Penyakit infeksi lain seperti sepsis, atau meningitis, perlu dipikirkan apabila
anak mengalami demam disertai syok.
Pada kasus ini, tidak didapatkan komplikasi pada pasien. Dimana komplikasi
kasus demam berdarah dengue yaitu:
- Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.

27
- Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
- Edema paru dan/ gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading pemberian
cairan pada masa perembesan plasma.
- Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan
hebat (DIC, kegagalan organ multipel).
- Hipoglikemia/ hiperglikemia, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia akibat
syok berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai. 5

Pada kasus, pasien dipulangkan karena pasien telah bebas demam hari ke 3 tanpa
pemberian antipiretik, nafsu makan kembali, adanya perbaikan klinis dimana pasien
sudah tidak melena, dieresis baik, tidak ada kegawatan nafas, adanya peningkatan
trombosit >50.000/mm3 dimana kadar trombosit pada pasien sebesar 167.000/mm3.
Pasien dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai berikut:[1]
a) Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
b) Nafsu makan telah kembali
c) Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi teratur
d) Diuresis baik
e) Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
f) Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
g) Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada umumnya
jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.
Pada kasus ini, prognosis pasien baik karena penatalaksanaan awal yang adekuat
dan intensif. Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian
telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif
yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung
berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif.6

28
DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI. 2011. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue Pada
Anak. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Aryu, C. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol. 2. Semarang : FK Undip.
3. Andrea, Linda, Lucia. 2013. Hubungan Trombositopenia dan Hematokrit
Dengan Manifestasi Perdarahan Padan Penderita Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue. Manado : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedoktran Unsrat.
4. IDAI, 2010. Buku Ajar Infeksi dan pediatric tropis. Edisipertama. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
5. Mulya. 2013. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Jakarta : Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
6. FKUI. 2012. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

29

Anda mungkin juga menyukai