Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner &
Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur,
dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah,
hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

2. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system
vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
- Menguap terlalu lebar
- Terkena pukulan keras saat rahang terbuka,akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
2. Dislokasi sendi rahang
- pergeseran kaput humerus dari sendi glenuhumeral berada dianterior dan
medial glenoid (dislokasi anterior,posterior,inferior )
3. Dislokasi sendi siku
- merupakan mekanisme cidera biasanya trejadi pada tangan yang menyebabkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan jelas siku berubah bentuk dengan
kerusakan tonjolan-tonjolan tulang siku
4. Dislokasi sendi jari
- Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan apabila tidak ditolong dg
segara,sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.Sendi jari dapat mengalami
dislokasi kearah telapak tangan dan punggung tangan.
5. Dialokasi sendi Methacarpopalangeal dan interpalangeal
- Dislokasi yang disebabkan karena hiperekstensi ekstensi persendian
6. Dislokasi Panggul
- Bergesernya caput femur dari sendi pamggul berada dianterior dan atas
acetabulum(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan
caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).

7. Dislokasi Patella
- Paling sering terjadi ke arah lateral.
- Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
- Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara
bedah.

3. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3.Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
 Tidak diketahui
 Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
 akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
 Trauma akibat kecelakaan.
 Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
 Terjadi infeksi disekitar sendi.

4. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong


kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan
ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi
terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah
dari posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya maka
mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya sendi itu akan
mudah mengalami dislokasi lagi.

5. PATHWAYS

Trauma

Infeksi dan Kelainan


Dislokasi pada sendi
penyakit lain kongietal

Trauma joint dislocation

Deformatis tulang

Gangguan bentuk dan


pergerakan

Kesulitan dalam Rasa tidak nyaman karena


menggerakan sendi iflamasi

Gangguan mobilitas fisik


Nyeri Tidak nafsu makan

Nutrisi kurang dari


Informasi tidak adekuat, Ketidak nyamanan akibat
kebutuhan
kurang pajajanan bentuk yang tidak normal
pengetahuan, tingkat
pendidikan rendah Pengungkapan secara verbal merasa
malu, cemas dan takut tidak diterima
Kurang Pengetahuan

Gangguan citra tubuh

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan anak
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
2. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
4. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
5. Kekakuan

7. KOMPLIKASI
Dini :
1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2). Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3). Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut :
1). Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2). Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3). Kelemahan otot.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut :

1. Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk


membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan


komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya.

3. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan


frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti
halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

9. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dislokasi sendi sebagai berikut :

1. Medis

a Farmakologi

Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

b Pembedahan

 Operasi ortopedi


Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu
melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi:

 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang


patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.

 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.

 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang


memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

2. Non medis

a Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi

jika dislokasi berat.

b Dengan RICE (rest, ice, compression, elevation)


Askep Teoritis Dislokasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1. Keluhan Utama : Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan
adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan
saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang
terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
4. Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breath) : keadaan umum tampak lemah/sadar, menilai pola napas
(kecepatan, irama, kualitas napas), bunyi napas normal/Vesikuler/broncho
vesikuler
 B2 (Blood) : TD normal, suhu , kemungkinan terjadi gangguan
hemodinamik, anemis, akral dingin, CRT.
 B3 (Brain) : kesadaran composmentis bisa sampai coma. Status metal :
observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik
klien Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles
menghilang dan refleks patela biasanya melemah karena otot hamstring melemah.
 B4 (Bladder) : monitor produksi urine dan warnanya (jernih/pekat)
 B5 (Bowel) : Inspeksi : tampak normal, Palpasi : turgor kulit normal,
perkusi : tidak ada distensi abdomen, auskultasi :terdengar suara bising usus
normal.
 B6 (Bone) : Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga
mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi
segmental dan saraf yang terkena.
5. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan
dasar manusia yang terganggu adalah:
a. Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri
pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
b. Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada
ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
c. Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang
sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi
tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
d. Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan
rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
b. Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
c. Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar
yang lebih detail.
B. Masalah Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Gangguan citra tubuh
5. Kurang pengetahuan
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
Nyeri akut yang Level nyeri : Independen : Independen :
berhubungan  Menyatakan 1. Pertahankan 1. Untuk
dengan nyeri mereda imobilisasi bagian mempertahankan
 Agen fisik  Menunjukkan yang terkena posisi fungsional
(spasme otot, sikap yang dengan cara tirah tulang
gerakan fragmen relaks, mampu baring. 2. Untuk melancarkan
tulang, dll) bertasisipasi 2. Tinggikan dan aliran darah atau
 Psikologis (mis dalam aktivitas sokong bagian yang arus balik vena
strees, ansietas)  Istirahat dengan terkena cidera 3. Untuk mengetahui
Definisi : baik 3. Dorong klien untuk bagaimana tingkat
Pengalaman sensori Control nyeri : mendiskusikan dan penyebab nyeri
dan emosional tidak Menunjukkan masalah terkait nya dan bisa
menyenangkan yang ketrampilan cidera menentukan
muncul akibat penggunaan 4. Beri medikasi intervensi
kerusakan jaringan relaksasi dan sebelum melakukan selanjutnya
actual atau potensial aktivitas pengalih, aktivitas perawatan. 4. Medikasi analgesic
atau yang sesuai indikasi 5. Lakukan dan awasi yang digunakan
digambarkan sebagai seusai situasi latihan ROM Pasif untuk mengurangi
kerusakan, awitan individu dan ROM aktif rasa nyeri
yang tiba-tiba atau 6. Beri tindakan 5. Mempertahankan
lambat dari kenyamanan kekuatan atau
intensitas ringan alternative misalnya mobilitas otot yang
hingga berat dengan masasse, mengusap sakit dan
akhir yang dapat punggung. memudahkan
diantisipasi stau 7. Beri dukungan resolusi inflamasi
diprediksi. emosional dan pada jaringan yang
anjurkan cidera
penggunaan 6. Masase ringan
manajemen stress dapat
distraksi atau meningkatkan
dengan relaksasi aliran darah dan
misal latihan nafas membantu suplai
dalam darah dan oksigen
ke area nyeri.
Kolaboratif : 7. Dengan malakukan
1. Beri medikasi teknik distraksi
sesuai indikasi pada klien dapat
misal asam mengalihkan
mefenamat. perhatian terhadap
2. Pemberian kompres rasa nyeri kepada
hangat atau dingin hal – hal yang lain
Fungsi skeletal : untuk mengurangi
Hambatan  Mempertahanka nyeri persendian. 1. Peningkatan
mobilitas fisik n posisi fungsi 3. Pertahankan kemampuan dalam
yang berhubungan  Meningkatkan analgesia secara IV. mobilisasi
dengan kekuatan dan ekstremitas dapat
 Kehilangan fungsi bagian Independen : dicapai dengan
integritas tubuh yang 1. Instruksikan klien latihan fisik
struktur tulang, terkena atau dalam latihan ROM 2. Latihan isometric
penurunan kompensatori Aktif atau bantu untuk Melancarkan
kekuatan atau Mobilitas : dengan ROM Pasif sirkulasi darah,
kendali otot  Mencapai pada ekstermitas Meningkatkan
 Nyeri atau tidak kembali dan yang terkena kekuatan otot,
kenyamanan, mempertahankan 2. Anjurkan Merileksasi otot,
keengganan mobilitas pada penggunaan latihan Reedukasi otot.
untuk memulai tingkat setinggi isometric yang 3. Klien dalam
gerakan mungkin. dimulai dengan keadaan cemas dan
 Program  Menunjukkan ekstremitas yang bergantung, hal ini
pembatasan teknik yang tidak cidera, dilakukan untuk
gerakan-gerakan memungkinkan Multiple mencegah frustasi
imobilisasi pengembalian Angle Isometric dan meningkatkan
ekstremitas aktivitas, exercises harga diri klien
Definisi : terutama merupakan Jenis 4. Untuk mngetahui
Keterbatasan dalam aktivitas latihan melibatkan keadaan klien
gerakan fisik atau kehidupan sehari beberapa persendian secara umum.
lebih ekstremitas – hari. dengan beban 5. Menghindari
secara mandiri dan manual maupun terjadinya luka
terarah. mekanis. akibat tekanan di
3. Bantu dan anjurkan tempat tidur
aktivitas perawatan 6. Karena makanan
diri seperti mandi. yang banyak serat
Hygiene, dll akan melancarkan
4. Pantau TD, Suhu, pencernaan, jika
Nadi, RR, seiring seorang diberikan
dengan melakukan makanan lembek
aktivitas tanpa ada
5. Ubah posisi secara mobilisasi maka
berkala (mika , akan terjadi
miki) konstipasi.
6. Tingkatkan jumlah
makanan kasar dan Kolaboratif :
serat dalam diet. 1. Peningkatan
. kemampuan dalam
Kolaboratif : mobilisasi
1. Konsultasikan ekstremitas dapat
dengan ahli terapi dicapai dengan
fisik atau latihan fisik dari
rehabilitasi. tim ahli fisioterapi
2. Rujuk ke tim ahli 2. Karena ahli gizi
diet atau nutrisi, akan lebih paham
sesuai indikasi. tentang nutrisi
kepada klien sesuai
degan indikasi da
kontraindikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Aston, J N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily l. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai