Anda di halaman 1dari 29

PROFIL DARAH

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Oleh

Nadia Asmara
1714111020
Kelompok 5

LABORATORIUM PERIKANAN DAN KELAUTAN


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Profil Darah


Waktu Praktikum : Jum’at, 20 April 2018
Tempat Praktikum : Laboratorium Perikanan dan Kelautan
Nama : Nadia Asmara
NPM : 1714111020
Kelompok :5
Program Studi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung, 27 April 2018


Mengetahui,
Asisten Dosen

Dzaky Eko Satria Turnip


NPM. 1614111024
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan trombosit yang terendam dalam plasma darah cair.
Darah beredar dalam system vascular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan
nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain ke seluruh tubuh. Eritrosit adalah
korpuskel-korpuskel kecil kecil yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit
berkembang dalam sumsum tulang sebagai sel sejati. Trombosit adalah badan
kecil tanpa nukleus dan tidak berwarna yang ditemukan dalam darah semua
mamalia. Badan kecil ini berfungsi untuk pembekuan darah pada tempat cedera
pembuluh darah dan berfungsi mencegah kehilangan darah yang berlebihan.
Leukosit merupakan jenis sel darah putih yang memiliki nucleus dan tidak
berwarna dalam keadaan segar. Jumlah leukosit dalam sirkulasi berkisar antara
5000-9000 per millimeter kubik darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, yaitu sel
yang mengangkut oksigen. Leukosit atau sel darah putih berperan dalam
kekebalan dan pertahanan tubuh. Trombosit atau keeping darah, berperan dalam
homeostasis.

Darah adalah cairan tubuh khusus yang mengangkut bahan-bahan menuju sel-sel
tubuh antara lain nutrien dan oksigen serta mengangkut produk sampah dari sel-
sel tersebut. Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah oleh
pemompaan jantung. Darah pada umumnya terdiri dari plasma, sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit). Darah
dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel
yang terendam dalam plasma darah. Aliran dalam seluruh tubuh menjamin
lingkungan yang tetap, agar semua jaringan sel mampu melaksanakan fungsinya.
Kemudian, darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat
vital keberadaannya. Peran penting darah di dalam tubuh yaitu sebagai
pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, sebagai pengangkut zat buangan hasil
metabolisme tubuh, ataupun sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida.
Dalam budidaya, diketahuinya faktor kesehatan ikan sangat penting guna
mencapai suatu target yang diinginkan untuk mencapai suatu keberhasilan. Oleh
karena itu, maka praktikum ini mempelajari mengenai gambaran darah dari
sampel ikan yaitu ikan lele.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilakukannya praktikum ini antara lain:
1. Mengamati dan mengetahui kadar hematokrit pada ikan lele
2. Menghitung dan mengetahui perhitungan sel darah merah (eritrosit) pada ikan
lele
3. Menghitung dan mengetahui perhitungan sel darah putih (leukosit) pada ikan
lele
4. Menghitung dan mengetahui perhitungan total leukosit (diferensial leukosit).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologis Ikan Lele


2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele
Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan
lele mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan
yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Ikan lele juga termasuk ikan omnivor,
yaitu pemakan segala jenis makanan tetapi cenderung pemakan daging atau
karnivora. Secara alami ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari
atau lebih menyukai tempat yang gelap.
Klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
(Saanin, 2011)

2.1.2 Morfologi Ikan Lele


Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari
dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele 7 dicirikan
dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin.
Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)
berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele
memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata
ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.
Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki
alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini
merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah
termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa
tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil
ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar.
(Witjaksono, 2008)

Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai
organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air
yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau
keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed),
berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat
peraba (Rahardjo dan Muniarti, 2008).

Tubuh ikan lele terbagi atas 3 bagian, yaitu kepala (cepal), badan (abdomen) dan
ekor (cauda). Pada bagian kepala bentuh tubuh ikan lele pipih ke bawah
(depressed). Mulut ikan lele terletak pada ujung moncong (terminal) dengan
dilengkapi 4 helai sungut. Pada bagian badan (abdomen) tubuh ikan lele
berbentuk fusiform. Tidak memiliki ciri khusus. Posisi sirip perut terhadap sirip
dada jauh kebelakang (abdominal). Pada bagian ekornya, ikan lele memiliki tipe
ekor membulat (rounded). Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai
seperempat dari panjang tubuhnya .kepala lele pipih ke bawah (depressed).
Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini
membentuk ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat
pernapasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata,
atau hanya berupa permukaan kasar dimulut bagian depan (Kholis, 2007).

2.1.3 Habitat Ikan Lele


Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen
terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2
ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika
dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran
irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2008).

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih
menyukai tempat yang gelap, pada siang hari lele lebih memilih berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya lele dapat beradaptasi
menjadi sifat diurnal. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup lele yang
perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air
(Khairuman, 2009).

Ikan lele hidup di perairan tawar, seperti sungai, air tawar, rawa-rawa, sawah,
kolam atau pada parit-parit yang keruh sekalipun. Ikan ini mampu hidup di tempat
yang kurang oksigen karena di belakang rongga insang terdapat alat yang disebut
‘organ arborescent’ (Djuhanda dan Suripto, 2008).

2.2 Pengertian Darah


Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-
kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari
sel darah (Evelyn, 2008).

2.2.1 Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk
hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Dalam
keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri dari dua komponen
utama, pertama plasma darah yaitu bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit
dan protein darah, kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan keping darah (trombosit) (Sofro, 2012).
Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf yang
berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu
kandunganeritrosit yang sangat penting hemoglobin, hemoglobin inilah yang
menyebabkandarah berwana merah. Jika eritrosit banyak mengikat oksigen maka
warnanyaadalah merah terang, jika sedikit maka akan berwarna merah pucat. Sel
eritrositrata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang sudah tua akan
dirombakdalam hati, kemudian hemoglobin akan diubah menjadi bilirubin, yaitu
pigmenwarna empedu yang berfungsi dalam proses pencernaan. Hemoglobin
merupakanmetaloprotein berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang
mengandung besidalam sel darah merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya
(Wiguna, 2009).

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin.


Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi
hemin. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah
7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna
merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa
hemoglobin. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin
dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil
penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk
membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang
dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara
keseluruhan (Sofro, 2012).

2.2.2 Leukosit
Leukosit disebut juga sel darah putih, sel ini memiliki inti tetapi tidak memiliki
bentuk sel yang tetap dan tidak berwarna. Mempunyai granula spesifik
(granulosit), inti bentuk bulat seperti ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler :
limfosit dan monosit. Terdapat tiga jenis granuler: neutrofil, basofil, asidofil atau
eosinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral
basa dan asam (Efendi, 2010).
Leukosit dalam tubuh organisme hanya sebesar ± 0,2%. Sel ini bertanggung jawab
terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang
dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, seperti virus ataubakteri. Leukosit
mengandung inti, dan darah normal ikan terdapat jumlah leukosit rata-rata 20.000-
150.000 sel per milimeter kubik. Jumlahnya pada benih lebih tinggi dan pada
keadaan patologis berbeda nyata dengan yang normal (Leeson, 2009).

Sel leukosit mempunyai peranan penting, leukosit menyediakan pertahanan yang


cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada. Peningkatan
leukosit dijumpai pada infeksi yang disebabkan bakteri maupun mikroba lain yang
infeksius dan toksik. Pada radang akut yang berperan yaitu netrofil dan monosit.
Sedangkan yang radang kronik yang berperan yaitu makrofag dan limfosit
(Sadikin MH, 2011).

2.2.3 Plasma Darah


Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-
kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, Plasma darah dapat
terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam
darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk
fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui
membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor
aktif (Sonjaya, 2010).

Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah sehingga dengan
sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur, misalnya dengan proses ekrenasi.
Plasma darah juga bertugas membawa sari-sari makanan, sisa sisa metabolisme,
hasil sekresi dan beberapa gas. Serum yang bersal dari hewan tersebut , dapat
disuntikkan kepada hewan yang peka terhadap penyakit yang sama untuk
memberikan perlindungan paif, selama antibody itu masih berada di tubuh hewan
yang peka itu (Sadikin, 2011).

Plasma ialah cairan darah (55 %) sebagian besar terdiri dari air (95%), 7% protein,
1% nutrien . Di dalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah,
Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan tekanan
osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin )
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme. Di dalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah,
komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym,
polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit hormon
dan vitamin-vitamin (Watson, 2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu diadakannya percobaan ini yaitu pada hari Jum’at tanggal 20 April 2018
pukul 17.00 WIB. Sedangkan tempat berlangsungnya percobaan ini di
Laboratorium Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam percobaan yaitu gelas obyek, hemacytometer,
siring, pipet Sahli, tabung Sahli, pipet berskala, kaca penutup, dan mikroskop
listrik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah darah ikan lele (Clarias sp.),
larutan HCl 0,1 N, glemsa, larutan hayem, Na-sitrat, alkohol 50% dan akaudes.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Kadar Hematokrit
Adapun cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
Perhitungan kadar hematokrit dilakukan dengan cara salah satu ujung tabung
hematokrit dicelupkan ke dalam tabung yang berisi darah sehingga darah naik ke
tabung hematokrit sampai 3/4 bagian. Setelah itu, ujung tabung ditutup dengan
crystoseal dengan cara ujung tabung ditancapkan ke dalam crystoseal sampai 1
mm. Selanjutnya, disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit,
kemudian bagian yang mengendap dan total endapan dengan cairan diukur dalam
100% sebagai berikut:

Hematokrit = (bagian yang mengendap)/(endapan + cairan) x 100%

3.3.2 Perhitungan Sel Darah Merah (Eritrosit)


Adapun cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
Jumlah eritrosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973) sebagai berikut:
1. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 selanjutnya hisap
larutan Hayem sampai skala 101, goyangkan agar bercampur homogen.
2. Buang tetesan pertama, berikutnya diteteskan ke dalam hemacytometer dan
tutup dengan kaca penutup.
3. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak kecil hemasitometer.

Σ eritrosit = Σ sel eritrosit terhitung x 104 sel/mm3

3.3.3 Perhitungan Sel Darah Putih (Leukosit)


Total leukosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973) sebagai berikut:
1. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala 0,5 dilanjutkan dengan
menghisap larutan turkslip sampai skala 11, goyangkan pipet agar bercampur
homogen.
2. Buang tetesan pertama, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam
hemacytometer dan tutup dengan kaca penutup.
3. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak kecil hemasitometer.

Σ leukosit = Σ sel leukosit terhitung x 50 sel/mm3

3.3.4 Diferensial Leukosit


Hitung jenis leukosit dilakukan mengikuti Blaxhall dan Daisley (1973) sebagai
berikut:
1. Buat sediaan ulas darah, keringkan di udara, fiksasi dengan methanol 5 menit.
2. Bilas dengan akuades, keringkan, warnai dengan pewarna glemsa 15 menit.
3. Cuci dengan air mengalir dan keringkan di antara kertas tissue.
4. Hitung jenis-jenis leukosit sampai berjumlah 100 sel.
I V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Hematokrit

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
1 1,6 cm 0,1cm 4,1cm 5,8cm 27,58%

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit

2 1,8 cm 0,1 cm 3,3 cm 5,1 cm 35,2%

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
3 1,5 cm 0,1 cm 2,6 cm 4,2 cm 35,7 %

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
4 2,3 cm 0,1 cm 3,1 cm 5,5 cm 41,8 %

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
5 1,8 cm 0,1 cm 3,5 cm 5,3 cm 33,9 %

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
6 2,2cm 0,1 cm 3,6 cm 5,8 cm 37,93 %
Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar
Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
7 1,8 cm 0,1 cm 3,2 cm 5,1 cm 35,2 %

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
8 1,9 cm 0,1 cm 3,3 cm 5,2 cm 36,5 %

Panjang Panjang P. Plasma Panjang Kadar


Kelompok
Eritrosit Leukosit Darah Total Hematokrit
9 1,5 cm 0,1 cm 1,9 cm 4,6 cm 32,60 %

4.1.2 Tabel Eritrosit

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
1 48 67 63 64 58 300.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
2 83 95 76 90 70 414.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
3 44 45 41 31 47 208.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit

4 23 19 15 15 28 100.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
5 48 45 30 53 57 233. 104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
6 70 101 90 93 70 424.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit

7 20 22 14 25 30 111.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
8 35 20 30 51 21 157.104

Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
9 73 78 71 88 81 391.104

4.1.3 Tabel Leukosit

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


1 203 182 162 217 38,2.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


2 96 124 162 83 23,25.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


3 103 96 112 117 21,4.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


4 35 15 23 20 4,65.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


5 18 22 15 24 3,95.104
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit
6 130 134 104 134 27,1.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


7 20 15 24 17 3,8.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


8 21 46 49 28 7,2.104

Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Σ. Leukosit


9 125 134 129 143 27,55.104

4.1.4 Tabel Diferensial Leukosit

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
1 25 18 35 12 10
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
2 8 3 12 19 58
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
3 35 15 10 10 30
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
4 43 21 3 12 21
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
5 21 13 21 23 22
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
6 12 20 12 38 18
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
7 10 20 18 22 30
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
8 19 17 21 16 27
Σ. Sel 100

Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
9 7 4 19 22 48
Σ. Sel 100

4.2 Pembahasan
Dari praktikum Profil Darah yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti tabel di
atas. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar hematokrit, menghitung
perhitungan sel darah merah (eritrosit), perhitungan sel darah putih (leukosit) dan
menghitung perhitungan total leukosit (diferensial leukosit).

Pada uji coba kadar hematokrit, kelas yang dibagi menjadi 9 kelompok masing-
masing melakukan uji coba tersebut sehingga hasil yang didapat pun berbeda-
beda. Kelompok 1 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang
total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,6 cm, 0,1 cm, 4,1 cm, 5,8 cm dan
27,58 %. Kelompok 2 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah,
panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,8 cm, 0,1 cm, 3,3 cm, 5,1
cm dan 35,58 %. Kelompok 3 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma
darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,5 cm, 0,1 cm, 2,6
cm, 4,2 cm dan 35,7 %. Kelompok 4 menghitung panjang eritrosit, leukosit,
plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 2,3 cm, 0,1
cm, 3,1 cm, 4,5 cm dan 41,8 %, Kelompok 5 menghitung panjang eritrosit,
leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,8
cm, 0,1 cm, 3,5 cm, 5,3 cm dan 33,9 %. Kelompok 6 menghitung panjang
eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut
yaitu 2,2 cm, 0,1 cm, 3,6 cm, 5,8 cm dan 37,93 %. Kelompok 7 menghitung
panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit
berturut-turut yaitu 1,8 cm, 0,1 cm, 3,2 cm, 5,1 cm dan 35,2 %. Kelompok 8
menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar
hematokrit berturut-turut yaitu 1,9 cm, 0,1 cm, 3,3cm, 5,2 cm dan 36,5 %.
Terakhir, kelompok 9 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah,
panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,5 cm, 0,1 cm, 1,9 cm, 4,6
cm dan 32,60 %.

Pada uji coba perhitungan eritrosit didapatkan data hasil jumlah eritrosit ikan lele
pada setiap kelompok. Kelompok 1 berjumlah 300.104. Kelompok 2 berjumlah
414.104. Kelompok 3 berjumlah 208.104. Kelompok 4 berjumlah 100.104.
Kelompok 5 berjumlah 233.104. Kelompok 6 berjumlah 424.104. Kelompok 7
berjumlah 111.104. Kelompok 8 berjumlah 157.104. Terakhir, Kelompok 9
berjumlah 391.104.

Untuk perhitungan leukosit didapatkan data hasil jumlah eritrosit ikan lele pada
setiap kelompok. Kelompok 1 berjumlah 38,2.104. Kelompok 2 berjumlah
23,25.104. Kelompok 3 berjumlah 21,4.104. Kelompok 4 berjumlah 4,65.104.
Kelompok 5 berjumlah 3,95.104. Kelompok 6 berjumlah 27,1.104. Kelompok 7
berjumlah 3,8.104. Kelompok 8 berjumlah 7,2.104. Terakhir, Kelompok 9
berjumlah 27,55.104.

Sedangkan untuk tabel akhir yaitu Diferensial Leukosit, setiap kelompok memiliki
hasil yang berbeda-beda. Kelompok 1 mendapatkan sampel 100 sel dengan
perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 25 dan Monosit 18) dan
Granulosit (Basofil 35, Eosinofil 12, dan Neutrofil 10). Kelompok 2 mendapatkan
sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 8 dan
Monosit 3) dan Granulosit (Basofil 12, Eosinofil 19, dan Neutrofil 58). Kelompok
3 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit
(Limfosit 35 dan Monosit 15) dan Granulosit (Basofil 10, Eosinofil 10, dan
Neutrofil 30). Kelompok 4 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan
masing-masing: Agranulosit (Limfosit 43 dan Monosit 21) dan Granulosit
(Basofil 3, Eosinofil 12, dan Neutrofil 21). Kelompok 5 mendapatkan sampel 100
sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 21 dan Monosit 13)
dan Granulosit (Basofil 21, Eosinofil 23, dan Neutrofil 22). Kelompok 6
mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit
(Limfosit 12 dan Monosit 20) dan Granulosit (Basofil 12, Eosinofil 38, dan
Neutrofil 18). Kelompok 7 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan
masing-masing: Agranulosit (Limfosit 10 dan Monosit 20) dan Granulosit
(Basofil 18, Eosinofil 22, dan Neutrofil 30). Kelompok 8 mendapatkan sampel
100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 19 dan
Monosit 17) dan Granulosit (Basofil 21, Eosinofil 16, dan Neutrofil 27). Terakhir,
Kelompok 9 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing:
Agranulosit (Limfosit 7 dan Monosit 4) dan Granulosit (Basofil 19, Eosinofil 22,
dan Neutrofil 48).

Setiap kelompok memiliki data yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan


pengukuran dan ketelitian alat ukur setiap orang berbeda-beda. Selain itu, ikan
lele yang diambil darahnya juga berbeda setiap kelompoknya dan perlakuan pada
sampel-sampel juga berbeda.

Untuk Diferensial Leukosit, darah diambil dengan spuid kemudian diteteskan


pelan di tabung ependorf. Lalu diteteskan lagi ke atas kaca preparat, diratakan
dmulai dari ujung tetesan darah diratakan ke samping. Setelah itu,
dikeringdinginkan, difiksasi dengan larutan methanol sekitar 5 menit, kemudian
kaca preparat tadi dibilas dengan air, dikeringanginkan. Kemudian kaca preparat
tersebut diwarnai dengan pewarna glemsa selama 15 menit. Setelah itu dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit sampai berjumlah
100 sel. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui gambaran diferesial leukosit
dan mengetahui komponen-komponen leukosit pada ikan lele. Diferensial
Leukosit sendiri adalah perbedaan beberapa jenis komponen-komponen yang ada
di dalam sel darah putih (leukosit).
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah sel darah putih yang didapat dari kelompok
1 sampai dengan 9 berkisar antara 38.000-382.000 butir, hal ini sangat berbeda
jauh dengan literatur yang didapat. Sedangkan ukuran sel darah putih normal pada
per mm3 darah ikan adalah 20.000-150.000 butir (Leeson, 2009). Leukosit secara
khusus akan ditranspor ke daerah yang terinfeksi untuk meningkatkan pertahanan
tubuh. Kelainan jumlah sel darah putih atau leukosit ini dimungkinkan karena
terdapatnya peradangan atau infeksi pada ikan.

Hemoglobin dalam darah menyebabkan darah berwarna merah, berfungsi untuk


mengikat oksigen. Menurunnya kadar haemoglobin dapat dijadikan petunjuk
mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan
mendapatkan infeksi. Sedangkan meningkatnya hemoglobin menyebabkan ikan
stres. Semakin rendah kadar hemoglobin yang dimiliki maka semakin kecil
kemampuan untuk mengangkut oksigen ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan
mudahnya terinfeksi penyakit. Pengukuran kadar hematokrit dapat dijadikan
sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kesehatan ikan. Kadar hematokrit
ini dapat bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, dan masa pemijahan. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% akan
menunjukan terjadinya anemia, jika dibandingkan dengan data dari beberapa
kelompok tidak ada yang positif menunjukkan terjadinya anemia pada ikan.
Sedangkan nilai hematokrit ikan–ikan teleost yang normal berkisar antara 20– 0
% dan untuk beberapa spesies laut berkisar 42 %. Pada data di atas, jumlah Hb
paling sedkit pada kelompok 1 27,58% dan paling banyak pada kelompok 4
sebesar 41,8 %.

Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak


bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung
meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut
secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif
dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata.

Dalam setiap praktikum pasti ada kegagalan. Faktor kegagalan itu diantaranya
adalah kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan itu sendiri (human
error) Seperti kesalahan dalam pengambilan sampel, alat yang dipakai mengalami
malfungsi dan sampel-sampel yang tercampur oleh bahan lain sehingga darah
yang diamati tidak terlalu jelas.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Kadar hematokrit digunakan untuk menghitung kadar hemoglobin yang ada
dan menjadi indikator kesehatan pada ikan. Jika kadar hematokritnya dibawah
22% maka ikan dipastikan mengalami anemia.
2. Ukuran sel darah putih normal pada per mm3 darah ikan adalah 20.000-
150.000 butir. Kelainan jumlah sel darah putih atau leukosit dimungkinkan
karena terdapatnya peradangan atau infeksi pada ikan.
3. Diferensial Leukosit adalah perbedaan beberapa jenis komponen-komponen
yang ada di dalam sel darah putih (leukosit).
4. Setiap kelompok memiliki data yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
pengukuran, ketelitian, sampel ikan yang digunakan setiap orang berbeda-beda.
5. Faktor faktor kegagalan antara lain human error, malfungsi alat dan kesalahan
prosedur kerja.

5.2 Saran
Praktikum harus diadakan secara kondusif agar tidak ada miskomunikasi dan
praktikum berjalan lancar semestinya. Selain itu alat-alat praktikum harus
dilengkapi agar tidak memakan banyak waktu karena kurangnya alat-alat tersebut.
Diperlukan kerja sama untuk setiap kelompok agar praktikum berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Khairuman. 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta. PT
Agromedia Pustaka.

Djuhanda, T dan Suripto 2008. Dunia Ikan. Bandung. Armico.

Effendi Z. 2010. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
FK UnSut. Universitas Sumatera Utara-Press.

Evelyn C. Pearce. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta. PT.
Gramedia.

Lesson, Dawn; Marks, Allan; dan Smith, Collen. 2009. Biokimia Kedoketran
Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta. Penerbit Swadaya.

Rahardjo, MF dan Muniarti. 2008. Anatomi Beberapa Jenis Ikan Ekonomi


Penting di Indonesia. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Saanin, H. 2011. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta. Binacipta.

Sadikin, Muhammad. 2011. Biokimia Darah. Jakarta. Widia Medika.

Sofro, Abdul Salam M. 2012. Darah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar,

Sonjaya, Dr.J.F. 2010. Fisika Kedokteran. Jakarta. EGC.

Suyanto, S.R. 2008. Budidaya Ikan Lele. Jakarta. Penebar Swadaya.

Wahyudin, Kholis. 2007. Panduan Lengkap Agribisnis. Jakarta.Penebar Swadaya.

Watson, Roger. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta. EGC

Wiguna, I Komang. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah dan Cairan
Tubuh Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana.
Witjaksono. 2008. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta. Kanisius.

Windarti, dkk. 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau,
Pekanbaru.
LAMPIRAN
FORMAT LAPORAN
FOTO DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

Ikan lele (Clarias sp.) diambil


1.
darahnya menggunakan spuid.

2. Darah dmasukkan ke dalam ependorf

3. Proses ujicoba kadar hematokrit

4 Proses ujicoba eritrosit.


Penambahan glemsa pada sampel
5.
darah

Pengamatan darah di bawah


6.
mikroskop

Anda mungkin juga menyukai