Oleh
Nadia Asmara
1714111020
Kelompok 5
Darah adalah cairan tubuh khusus yang mengangkut bahan-bahan menuju sel-sel
tubuh antara lain nutrien dan oksigen serta mengangkut produk sampah dari sel-
sel tersebut. Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah oleh
pemompaan jantung. Darah pada umumnya terdiri dari plasma, sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit). Darah
dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel
yang terendam dalam plasma darah. Aliran dalam seluruh tubuh menjamin
lingkungan yang tetap, agar semua jaringan sel mampu melaksanakan fungsinya.
Kemudian, darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat
vital keberadaannya. Peran penting darah di dalam tubuh yaitu sebagai
pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, sebagai pengangkut zat buangan hasil
metabolisme tubuh, ataupun sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida.
Dalam budidaya, diketahuinya faktor kesehatan ikan sangat penting guna
mencapai suatu target yang diinginkan untuk mencapai suatu keberhasilan. Oleh
karena itu, maka praktikum ini mempelajari mengenai gambaran darah dari
sampel ikan yaitu ikan lele.
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai
organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air
yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau
keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed),
berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat
peraba (Rahardjo dan Muniarti, 2008).
Tubuh ikan lele terbagi atas 3 bagian, yaitu kepala (cepal), badan (abdomen) dan
ekor (cauda). Pada bagian kepala bentuh tubuh ikan lele pipih ke bawah
(depressed). Mulut ikan lele terletak pada ujung moncong (terminal) dengan
dilengkapi 4 helai sungut. Pada bagian badan (abdomen) tubuh ikan lele
berbentuk fusiform. Tidak memiliki ciri khusus. Posisi sirip perut terhadap sirip
dada jauh kebelakang (abdominal). Pada bagian ekornya, ikan lele memiliki tipe
ekor membulat (rounded). Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai
seperempat dari panjang tubuhnya .kepala lele pipih ke bawah (depressed).
Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini
membentuk ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat
pernapasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele dilengkapi gigi, gigi nyata,
atau hanya berupa permukaan kasar dimulut bagian depan (Kholis, 2007).
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih
menyukai tempat yang gelap, pada siang hari lele lebih memilih berdiam diri dan
berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya lele dapat beradaptasi
menjadi sifat diurnal. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup lele yang
perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air
(Khairuman, 2009).
Ikan lele hidup di perairan tawar, seperti sungai, air tawar, rawa-rawa, sawah,
kolam atau pada parit-parit yang keruh sekalipun. Ikan ini mampu hidup di tempat
yang kurang oksigen karena di belakang rongga insang terdapat alat yang disebut
‘organ arborescent’ (Djuhanda dan Suripto, 2008).
2.2.1 Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk
hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Dalam
keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri dari dua komponen
utama, pertama plasma darah yaitu bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit
dan protein darah, kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan keping darah (trombosit) (Sofro, 2012).
Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf yang
berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang
terdapat dalam pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu
kandunganeritrosit yang sangat penting hemoglobin, hemoglobin inilah yang
menyebabkandarah berwana merah. Jika eritrosit banyak mengikat oksigen maka
warnanyaadalah merah terang, jika sedikit maka akan berwarna merah pucat. Sel
eritrositrata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang sudah tua akan
dirombakdalam hati, kemudian hemoglobin akan diubah menjadi bilirubin, yaitu
pigmenwarna empedu yang berfungsi dalam proses pencernaan. Hemoglobin
merupakanmetaloprotein berfungsi sebagai pengangkut oksigen yang
mengandung besidalam sel darah merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya
(Wiguna, 2009).
2.2.2 Leukosit
Leukosit disebut juga sel darah putih, sel ini memiliki inti tetapi tidak memiliki
bentuk sel yang tetap dan tidak berwarna. Mempunyai granula spesifik
(granulosit), inti bentuk bulat seperti ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler :
limfosit dan monosit. Terdapat tiga jenis granuler: neutrofil, basofil, asidofil atau
eosinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral
basa dan asam (Efendi, 2010).
Leukosit dalam tubuh organisme hanya sebesar ± 0,2%. Sel ini bertanggung jawab
terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang
dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, seperti virus ataubakteri. Leukosit
mengandung inti, dan darah normal ikan terdapat jumlah leukosit rata-rata 20.000-
150.000 sel per milimeter kubik. Jumlahnya pada benih lebih tinggi dan pada
keadaan patologis berbeda nyata dengan yang normal (Leeson, 2009).
Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah sehingga dengan
sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur, misalnya dengan proses ekrenasi.
Plasma darah juga bertugas membawa sari-sari makanan, sisa sisa metabolisme,
hasil sekresi dan beberapa gas. Serum yang bersal dari hewan tersebut , dapat
disuntikkan kepada hewan yang peka terhadap penyakit yang sama untuk
memberikan perlindungan paif, selama antibody itu masih berada di tubuh hewan
yang peka itu (Sadikin, 2011).
Plasma ialah cairan darah (55 %) sebagian besar terdiri dari air (95%), 7% protein,
1% nutrien . Di dalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan darah,
Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan tekanan
osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi ( imunoglobulin )
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme. Di dalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah,
komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym,
polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit hormon
dan vitamin-vitamin (Watson, 2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
1 48 67 63 64 58 300.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
2 83 95 76 90 70 414.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
3 44 45 41 31 47 208.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
4 23 19 15 15 28 100.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
5 48 45 30 53 57 233. 104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
6 70 101 90 93 70 424.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
7 20 22 14 25 30 111.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
8 35 20 30 51 21 157.104
Jumlah
Kelompok Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Kotak 4 Kotak 5
Eritrosit
9 73 78 71 88 81 391.104
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
1 25 18 35 12 10
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
2 8 3 12 19 58
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
3 35 15 10 10 30
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
4 43 21 3 12 21
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
5 21 13 21 23 22
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
6 12 20 12 38 18
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
7 10 20 18 22 30
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
8 19 17 21 16 27
Σ. Sel 100
Agranulosit Granulosit
Kel
Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Neutrofil
9 7 4 19 22 48
Σ. Sel 100
4.2 Pembahasan
Dari praktikum Profil Darah yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti tabel di
atas. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar hematokrit, menghitung
perhitungan sel darah merah (eritrosit), perhitungan sel darah putih (leukosit) dan
menghitung perhitungan total leukosit (diferensial leukosit).
Pada uji coba kadar hematokrit, kelas yang dibagi menjadi 9 kelompok masing-
masing melakukan uji coba tersebut sehingga hasil yang didapat pun berbeda-
beda. Kelompok 1 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang
total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,6 cm, 0,1 cm, 4,1 cm, 5,8 cm dan
27,58 %. Kelompok 2 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah,
panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,8 cm, 0,1 cm, 3,3 cm, 5,1
cm dan 35,58 %. Kelompok 3 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma
darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,5 cm, 0,1 cm, 2,6
cm, 4,2 cm dan 35,7 %. Kelompok 4 menghitung panjang eritrosit, leukosit,
plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 2,3 cm, 0,1
cm, 3,1 cm, 4,5 cm dan 41,8 %, Kelompok 5 menghitung panjang eritrosit,
leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,8
cm, 0,1 cm, 3,5 cm, 5,3 cm dan 33,9 %. Kelompok 6 menghitung panjang
eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut
yaitu 2,2 cm, 0,1 cm, 3,6 cm, 5,8 cm dan 37,93 %. Kelompok 7 menghitung
panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar hematokrit
berturut-turut yaitu 1,8 cm, 0,1 cm, 3,2 cm, 5,1 cm dan 35,2 %. Kelompok 8
menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah, panjang total dan kadar
hematokrit berturut-turut yaitu 1,9 cm, 0,1 cm, 3,3cm, 5,2 cm dan 36,5 %.
Terakhir, kelompok 9 menghitung panjang eritrosit, leukosit, plasma darah,
panjang total dan kadar hematokrit berturut-turut yaitu 1,5 cm, 0,1 cm, 1,9 cm, 4,6
cm dan 32,60 %.
Pada uji coba perhitungan eritrosit didapatkan data hasil jumlah eritrosit ikan lele
pada setiap kelompok. Kelompok 1 berjumlah 300.104. Kelompok 2 berjumlah
414.104. Kelompok 3 berjumlah 208.104. Kelompok 4 berjumlah 100.104.
Kelompok 5 berjumlah 233.104. Kelompok 6 berjumlah 424.104. Kelompok 7
berjumlah 111.104. Kelompok 8 berjumlah 157.104. Terakhir, Kelompok 9
berjumlah 391.104.
Untuk perhitungan leukosit didapatkan data hasil jumlah eritrosit ikan lele pada
setiap kelompok. Kelompok 1 berjumlah 38,2.104. Kelompok 2 berjumlah
23,25.104. Kelompok 3 berjumlah 21,4.104. Kelompok 4 berjumlah 4,65.104.
Kelompok 5 berjumlah 3,95.104. Kelompok 6 berjumlah 27,1.104. Kelompok 7
berjumlah 3,8.104. Kelompok 8 berjumlah 7,2.104. Terakhir, Kelompok 9
berjumlah 27,55.104.
Sedangkan untuk tabel akhir yaitu Diferensial Leukosit, setiap kelompok memiliki
hasil yang berbeda-beda. Kelompok 1 mendapatkan sampel 100 sel dengan
perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 25 dan Monosit 18) dan
Granulosit (Basofil 35, Eosinofil 12, dan Neutrofil 10). Kelompok 2 mendapatkan
sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 8 dan
Monosit 3) dan Granulosit (Basofil 12, Eosinofil 19, dan Neutrofil 58). Kelompok
3 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit
(Limfosit 35 dan Monosit 15) dan Granulosit (Basofil 10, Eosinofil 10, dan
Neutrofil 30). Kelompok 4 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan
masing-masing: Agranulosit (Limfosit 43 dan Monosit 21) dan Granulosit
(Basofil 3, Eosinofil 12, dan Neutrofil 21). Kelompok 5 mendapatkan sampel 100
sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 21 dan Monosit 13)
dan Granulosit (Basofil 21, Eosinofil 23, dan Neutrofil 22). Kelompok 6
mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit
(Limfosit 12 dan Monosit 20) dan Granulosit (Basofil 12, Eosinofil 38, dan
Neutrofil 18). Kelompok 7 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan
masing-masing: Agranulosit (Limfosit 10 dan Monosit 20) dan Granulosit
(Basofil 18, Eosinofil 22, dan Neutrofil 30). Kelompok 8 mendapatkan sampel
100 sel dengan perhitungan masing-masing: Agranulosit (Limfosit 19 dan
Monosit 17) dan Granulosit (Basofil 21, Eosinofil 16, dan Neutrofil 27). Terakhir,
Kelompok 9 mendapatkan sampel 100 sel dengan perhitungan masing-masing:
Agranulosit (Limfosit 7 dan Monosit 4) dan Granulosit (Basofil 19, Eosinofil 22,
dan Neutrofil 48).
Dalam setiap praktikum pasti ada kegagalan. Faktor kegagalan itu diantaranya
adalah kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan itu sendiri (human
error) Seperti kesalahan dalam pengambilan sampel, alat yang dipakai mengalami
malfungsi dan sampel-sampel yang tercampur oleh bahan lain sehingga darah
yang diamati tidak terlalu jelas.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1. Kadar hematokrit digunakan untuk menghitung kadar hemoglobin yang ada
dan menjadi indikator kesehatan pada ikan. Jika kadar hematokritnya dibawah
22% maka ikan dipastikan mengalami anemia.
2. Ukuran sel darah putih normal pada per mm3 darah ikan adalah 20.000-
150.000 butir. Kelainan jumlah sel darah putih atau leukosit dimungkinkan
karena terdapatnya peradangan atau infeksi pada ikan.
3. Diferensial Leukosit adalah perbedaan beberapa jenis komponen-komponen
yang ada di dalam sel darah putih (leukosit).
4. Setiap kelompok memiliki data yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
pengukuran, ketelitian, sampel ikan yang digunakan setiap orang berbeda-beda.
5. Faktor faktor kegagalan antara lain human error, malfungsi alat dan kesalahan
prosedur kerja.
5.2 Saran
Praktikum harus diadakan secara kondusif agar tidak ada miskomunikasi dan
praktikum berjalan lancar semestinya. Selain itu alat-alat praktikum harus
dilengkapi agar tidak memakan banyak waktu karena kurangnya alat-alat tersebut.
Diperlukan kerja sama untuk setiap kelompok agar praktikum berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta. PT
Agromedia Pustaka.
Effendi Z. 2010. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
FK UnSut. Universitas Sumatera Utara-Press.
Evelyn C. Pearce. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta. PT.
Gramedia.
Lesson, Dawn; Marks, Allan; dan Smith, Collen. 2009. Biokimia Kedoketran
Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta. Penerbit Swadaya.
Watson, Roger. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta. EGC
Wiguna, I Komang. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah dan Cairan
Tubuh Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana.
Witjaksono. 2008. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta. Kanisius.
Windarti, dkk. 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau,
Pekanbaru.
LAMPIRAN
FORMAT LAPORAN
FOTO DOKUMENTASI